Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG RESIKO BUNUH DIRI

DI RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI

OLEH :
INDAH PERMATA SARI
NIM: 2021-01-14901-028

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2021/2022
1.1 Pengertian

Risiko bunuh diri adalah risiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2007).
1.2 Rentang Respon
Rentang respons Risiko Bunuh Diri menurut keliat (1999) dalam Fitria (2014):
Respons Adaptif Respons Maladaptif

- Peningkatan diri - Berisiko Destruktif - Bunuh Diri


- Destruktif Diri
- Pencederaan Diri
1.3 Faktor predisposisi menurut Fitria, 2014
1. Diagnosis Psikiatrik : Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian : Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan
besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial : Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,
diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau
bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui
penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut,
dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga : Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia : Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh
diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti
serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat
melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).(Fitria, 2012).

1.4 Faktor Presipitasi


Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan. ( Fitria, 2014).
1.5 Manifestasi klinis / tanda Gejala menurut Fitria (2014)
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri, Mengungkapkan keinginan untuk mati
2. Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan, Impulsif
3. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjadi sangat patuh)
4. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri, Verbal terselubung ( berbicara
tentang kematian)
5. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
6. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasingkan diri)
7. Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahgunakan alkohol)
8. Kesehatan fisik ( biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
9. Pengangguran, Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
10. Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
11. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan), Pekerjaan
12. Konflik interpersonal, Latar belakang keluarga, Orientasi seksual
13. Sumber-sumber personal, Sumber-sumber sosial, Menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil, Mandi / hygiene (Fitria, 2014).
1.6 Pohon Masalah / Patway menurut Fitria (2014)
Effect Bunuh Diri
Core Problem Risiko Bunuh Diri
Causa Isolasi Sosial: Menarik Diri
Harga Diri Rendah Kronis
1.7 Proses Keperawatan
1.7.1 Pengkajianmenurut Fitria (2014):
1. Subjektif: Mengungkapkan keinginan bunuh diri, keinginan untuk mati,
rasa bersalah dan keputusasaan, ada riwayat berulang percobaan bunuh
diri sebelumnya dari keluarga, berbicara tentang kematian, menanyakan
tentang dosis obat yang mematikan, adanya konflik interpersonal, telah
menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
2. Objektif : Impulsif, menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh), ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan
penyalahgunaan alkohol), ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal), pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
atau kegagalan dalam karier), umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun,
status perkawinan yang tidak harmonis.

1.7.2 Diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri

1.7.3 Rencana tindakan keperawatan : melaksanakan SP Risiko bunuh diri


1.8 Strategi Pelaksanaan Tindakan
1.8.1 SP Klien : SP I

1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien


2. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien
3. Melakukan contact treatment
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
1.8.2 SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klienMengidentifikasi aspek
positif klien
2. Mendorong klien untuk berfikir positif terhadap diri
3. Mendorong klien untuk menghargai diri sebagai individu
1.8.3 SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.Mengidentifikasi pola
koping yang biasa dilakukan klien
2. Menilai pola koping yang biasa dilakukan klien
3. Mengidentifikasi pola koping konstruktif
4. Mendorong klien memilih pola koping yang konstruktif
5. Menganjurkan klien menerapkan pola koping knstruktif dalam
kegiatan harian.
1.8.4 SP IV
1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama klien
2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang relistis

1.8.5 SP Keluarga : SP I
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko
bunuh diri.
3. Menjelaskan cara merawat klien risiko bunuh diri.

1.8.6 SP II

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien risiko bunuh diri.


2. Melatih keluarga melakukan cara merawat klien risiko bunuh diri.

1.8.7 SP III

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum


obat (discharge planning).
2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai