Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA PASIEN
RESIKO BUNUH
DIRI
Kelompok 4

Lintang Cahya Mulya P07120220021

Muhammad Ihsan Maulana


P07120220026

Rahmat Rizki Ramdhani


P07120220037
Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku
bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan
dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu
mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga
tidak dapat menghadapi stress,perasaan terisolasi, dapat terjadi karena
kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart,2006).
Perilaku bunuh diri
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa
seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang
yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal
bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau
mengkomunikasikan secara non verbal.

2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika
tidak dicegah.

3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan


terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan
yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada
waktunya.

Stuart, 2006
klasifikasi bunuh diri,
Bunuh diri egoistik

Bunuh diri altruistik

Bunuh diri anomi

Bunuh diri fatalistik


Etiologi Resiko Bunuh Diri
Faktor predisposisi Faktor presipitasi
● Diagnosis psikiatri Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan
bunuh diri adalah perasaan terisolasi karena
● Sifat kepribadian kehilangan hubungan interpersonal/gagal
● Lingkungan psikososial melakukan hubungan yang berarti, kegagalan
beradaptasi sehingga tidak
● Biologis
dapat menghadapi stres, perasaan
● Psikologis marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai
● Sosiokultural hukuman pada diri sendiri, serta cara
utukmengakhiri keputusasaan.
Respon terhadap stres
● Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya, seperti pikiran
menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
● Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata akibat adanya stressor
dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.
● Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu Local
Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal tubuh terhadap stresor (misal: kita
menginjak paku maka secara refleks kaki akandiangkat) dan Genital Adaptation Syndrome (GAS)
adalah reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.
● Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
● Sosial: Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien
melakukan perilaku bunuh diri
Kemampuan mengatasi masalah/ sumber coping

1 2 3 4

Kemampuan Dukungan sosial Asset material Keyakinan positif


personal
Mekanisme Koping
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai
pengharapan, yakin, dan kesadaran diri meningkat.
2. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi
pada rentang yang masih normal dialami individu yang
mengalami perkembangan perilaku.
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas
yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat
mengarah kepada kematian, seperti perilaku merusak,
mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi
yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang
menyimpang secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan
stres.
4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan
diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja.
5. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri
sendiri untuk mengakhiri kehidupan
Proses Terjadinya Bunuh Diri
01 02 03
Suicide Ideation Suicide Intent Suicide Threat

04 05 06
Suicide Gesture Suicide Attemp Suicide
Tanda & Gejala
• Mempunyai ide untuk bunuh diri.
• Mengungkapkan keinginan untuk mati.
• Mengungkapkan rasa bersalah dan
keputusasaan.
• Impulsif.
• Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh).
• Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
• Verbal terselubung (berbicara tentang
kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
• Pekerjaan
• Latar Belakang Keluarga
Tanda & Gejala
• Status emosional (harapan, penolakan, cemas
meningkat, panic, marahdan mengasingkan diri).
• Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai
orang yang depresi,psikosis danmenyalahgunakan
alcohol).
• Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit
kronis atauterminal).
• Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
atau mengalamikegagalan dalam karier).
• Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
• Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam
perkawinan).
• Konflik interpersonal.
• Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh
diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck,
2008), obat- obat yang biasanya digunakan pada klien resiko bunuh diri
adalah SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor) (fluoksetin 20
mg/hari per oral), venlafaksin (75- 225 mg/hari per oral), nefazodon
(300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan
bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut sering dipilih
karena tidak berisiko letal akibat overdosis. Mekanisme kerja obat
tersebut akan bereaksi dengan sistem neurotransmiter monoamin di otak
khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua neurotransmiter ini dilepas
di seluruh otak dan membantu mengatur keinginan, kewaspadaan,
perhataian, mood, proses sensori, dan nafsu makan.
Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri
selanjutnyaperawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang
tepat bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan
resiko bunuh diri adalah (Keliat, 2009)
1. Klien tetap aman dan selamat
2. Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
3. Klien mampu mengungkapkan perasaannya
4. Klien mampu meningkatkan harga dirinya
5. Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik
Penatalaksanaan Keperawatan
A. Pengkajian
• Faktor Risiko : Status pernikahan, jenis kelamin, agama, status sosial
ekonomi dan etnis
• Faktor Predisposisi : Faktor biologis dan faktor Psikologis
• Faktor Sosial Budaya : Bunuh diri egoistic, bunuh diri altruistik dan
bunuh diri anomi
• Faktor presipitasi : Kehilangan hubungan interpersonal, kegagalan
beradaptasi, perasaan marah dan cara untuk mengakhiri keputusan.
• Tanda dan Gejala : Data objektif dan data subjektif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan Yang
Perlu Dikaji
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Status Perkawinan
4. Riwayat Keluarga
5. Riwayat Sosial Ekonomi
6. Faktor Kepribadian
MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Resiko bunuh diri berulang
2. Perilaku merusak diri sendiri
3. Alam perasaan depresi
4. Mekanisme koping tidak efektif
5. Isolasi social
6. Perubahan konsep diri

INTERVENSI
7. Melindungi klien
8. Meningkatkan harga diri kklien
9. Menguatkan mekanisme koping yang sehat
10. Mengeksplorasikan perasaan
11. Memobilisasi dukungan social
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri
Tujuan umum : Klien tidak menciderai dirinya sendiri
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,
mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah
yang dihadapi.
Rencana Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
Perkenalkan diri dengan sopan.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan.
Jujur dan menepati janji.
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
Rasional : Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan
memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya
TUK 2 : Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri Kriteria evaluasi : Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Rencana Tindakan :

Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.

Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

Awasi klien secara ketat setiap saat

TUK 3 : Klien dapat meningkatkan harga diri,

Kriteria evaluasi : Klien dapat meningkatkan harga dirinya

Rencana Tindakan :

Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)
TUK 4 : Klien dapat menggunakan koping yang adaptif,

Kriteria evaluasi : Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Rencana Tindakan :

1. Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.

2. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain.

3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.

TUK 5 : Klien dapat menggunakan dukungan sosial,

Kriteria evaluasi : Klien dapat menggunakan dukungan sosial.

Rencana Tindakan :

4. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.

5. Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien

6. Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).


Strategi Pelaksanaan (SP)
PASIEN KELUARGA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri SP 1 : TUK 1 – 2 SP 1
 
1. Membina hubungan saling percaya 1.  Mengidentifikasi masalah
keluarga dalam merawat
dengan klien
pasien.
2. Melindungi klien dari perilaku 2. Menjelaskan proses
bunuh diri terjadinya harga diri rendah
kronis sehingga
a. Jauhkan klien dari benda yang dapat
menimbulkan resiko bunuh
membahayakan ( misalnya : pisau, silet, diri
gunting, kaca, dll ) 3. Mengajari keluarga cara
mencegah resiko bunuh diri
b. Tempatkan klien di tempat yang tenang
4. Menjelaskan cara merawat
dan selalu terlihat oleh perawat. pasien
c. Awasi klien secara ketat setiap saat. 5. Bermain peran cara merawat
pasien
3. Mengajarkan cara mengendalikan
dorongan untuk bunuh diri
Strategi Pelaksanaan (SP)
 
SP 2 : TUK 3 SP 2

1. Mengevaluasi kegiatan yang telah di 1. Mengevaluasi kemampuan


lakukan ( SP 1) keluarga di SP 1
2. Meningkatkan harga diri klien : 2. Latih keluarga untuk komunikasi
a. Bantu klien untuk memahami langsung dengan klien
bahwa klien dapat mengatasi 3. Menyusun jadwal keluarga untuk
keputusasaannya merawat klien
b. Kaji dan kerahkan sumber – sumber
internal individu
c. Bantu mengidentikasi sumber – sumber
harapan (misal : hubungan antar
sesame, keyakinan, hal- hal untuk
diselesaikan)
 
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
Strategi Pelaksanaan (SP)
  SP 3 : TUK 3, 4, 5 SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan yang telah di 1. Mengevaluasi kemampuan
lakukan ( SP 1 & 2) keluarga
2. Mengidentifikasi pola koping yang 2. Mengevaluasi kemampuan
biasa di gunakan klien pasien
3. RTL keluarga :
3. Menilai pola koping yang di miliki
klien a. HE perawatan di rumah
4. Mengajarkan klien mekanisme - Jangan biarkan klien sendiri
koping yang adaptif - Jauhkan benda
- benda yang dapat di gunakan
5. Membantu klien merencanakan untuk bunuh diri
masa depan yang realistis - Temani klien melakukan aktivitas
yang di sukai
6. Memobilisasi dukungan social
 
7. Masukkan dalam jadwal
b. Rencana pulang
kegiatan klien
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai