Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH:
Shintia Friday a. yalitange (21061)

YAYASAN AKADEMIK KEPERAWATAN JUSTITIA PALU


DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Bunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku ”Keperawatan Jiwa’


dinyatakan sebagai suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas
ini dapat mengarah pada kematian(2018). Bunuh diri juga merupakan
kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi
dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri
adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik
atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri.
(Yusuf, Fitryasari, & Endang, 2017, hal. 140). Bunuh diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh
diri merupakan keputusan terakhir dariindividu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi (Captain, 2018). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin
merupakan keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (Captain, 2018).

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu
gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah.
2. RENTANG RESPON

Rentang respons, Yosep, Iyus (2019)


1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau
pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan
pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari
pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang
merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya
untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
preidisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiya atau saksi
penganiayaan.
b. Perilaku
Reinforcement yang dietrima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasaan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (premisive).
d. Bioneurolggis, banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan

4. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai/pekerjaan dan kekerasaan merupakan faktor penyebab yang
lain. Interkasi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku
kekerasan.
5. MANISFESTASI KLINIS
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah
sakit adalah p[erilaku kekerasan di rumah.
Dapat dilakukan pengkajian dengan cara :
a. Observasi
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara ynag
tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak :
merampas makanan, memukul jika tidak senang
b. Wawancara
Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah. Tanda-tanda
marah yang dirasakan klien.
- Mempunyai ide untuk bunuh diri
- Mengungkapkan keinginan untuk mati
- Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
- Implusif
- Menunjukkanperilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh)
- Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
- Verbal terselubung (bicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan)
- Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic,
marah, dan mengasingkan diri)
- Kesehatan mental (secara klinis, klien tyerlihatsebagai orang yang
depresi, psikotis, dan menyalahgunakan alkohol)
- Kesehatan fisik (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau
mengalami kegagalan dalam karier)
- Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
- Konflik interpersonal
- Latarbelakang keluarga
- Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
-
6. MEKANISME KOPING
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping allternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.
Ancaman bunuh diri mungkin menujukkan upaya terakhir upaya terkahir
untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatsi masalah. Bunuh diri
yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.
7. SUMBER KOPING
Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien bunuh diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian da
keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri. Seseorang yang cenderung
aktif dalam aktivitas bermasyarakat lebih mampu menoleransi stress dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat
mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Menurut (Damaiyanti 2017, di dalam Jekson & Pardede (2022) hal-hal yang
harus dikaji pada klien waham adalah:
1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak- anak.
 Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4. Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada
keluhan.
5. Aspek psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan polaasuh.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasanklien sebagai laki-
laki/perempuan.
3) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
4) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
5) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah,.
6. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktvitas
motori klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian
dan daya tilik diri.
7. Proses pikir.
Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari
satu topik ketopik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan (flight ofideas) kadang-kadang klien mengulang
pembicaraan yang sama (persevere) Masalah keperawatan: Gangguan
Proses Pikir.
8. Isi Pikir
Contoh isi pikir klien saat diwawancara :
a. Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan
pacarnya orang kaya dan bos batu bara
Masalah keperawatan : waham kebesaran.
b. Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver.
Masalah keperawatan : waham somatik.
9. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuanmakan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
11. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medic
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
DATA MAYOR
1. Data Subyektif
a. Mengatakan hidupnya tak berguna lagi
b. Ingin mati
c. Mengatakan pernah mencoba bunuh diri
d. Mengancam bunuh diri
2. Data Objektif
a. Ekspresi murung
b. Tak bergairah
c. Ada bekas percobaan bunuh diri

DATA MINOR
1. Data Subyektif
a. Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
b. Mengatakan lebih baik mati saja
c. Mengatakan sudah bosan hidup
2. Data Objektif
a. Perubahan kebiasaan hidup
b. Perubahan perangai
2. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Resiko Bunuh Diri Core Problem

Isolasi Sosial Penyebab

Harga Diri Rendah Penyebab

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Risiko bunuh diri
b. Bunuh diri
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronis
4. RENCANA KEPERAWATAN
Resiko Bunuh Diri
Tujuan Criteria evaluasi Intervensi
Pasien tetap aman Setelah……x SP 1
dan selamat pertemuan, pasien  Identifikasi benda-
mampu benda yang dapat
Mengidentifikasi membahayakan
benda-benda yang pasien
dapat mengendalikan  Amankan benda-
dorongan bunuh diri benda yang dapat
membahayakan
pasien
 Lakukan kontrak
treatment
 Ajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
 Latih cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
Setelah…….x SP 2
pertemuan, pasien  Identifikasi aspek
mampu positif pasien
mengidentifikasi aspek  Dorong pasien untuk
positif dan mampu berfikir positif
menghargai diri terhadap diri
sebagai individu  Dorong pasien untuk
menghargai diri
sebagai individu
yang berharga
Setelah …….x SP 3
pertemuan, pasien
mampu  Identifikasi pola
mengidentifikasi pola koping yang biasa
koping yang diterapkan pasien
konstruktif dan  Nilaip pola koping
mampu yang bisa dilakukan
menerapkannya  Identifikasi pola
koping yang
konstruktif
 Dorong pasien
memilih pola koping
yang konstuktif
 Anjurkan pasien
menerapkan pola
koping yang
konstruktif dalam
kegiatan harian
Setelah ...... kali SP 4 P
pertemuan pasien  Buat rencana masa
mampu membuat depan yang realistis
rencana masa depan bersama pasien
yang realistis dan  Identifikasi cara
mampu melakukan mencapai rencana
kegiatan masa depan yang
realistis
 Beri dorongan
pasien melakukan
kegiatan dalam
rangka meraih masa
depan yang realistis
Keluarga mampu Setelah .... kali SP 1 K
merawat pasien pertemuan keluarga
dengan resiko mampu merawat  Diskusikan masalah
bunuh diri pasien dan mampu yang dirasakan
menjelaskan pengertia, keluarga dalam
tanda dan gejala serta merawat pasien
jenis perilaku bunuh  Jelaskan pengertian,
diri tanda dan gejala
resiko bunuh diri
dan jenis perilaku
bunuh diri yang
dialami pasien
beserta proses
terjadinya
 Jelaskan cara-cara
merawat pasien
resiko bunuh diri
SP 2 K
 Latih keluarga
mempraktekkan
cara merawat pasien
dengan resiko bunuh
diri
 Latih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien resiko
bunuh diri
SP 3 K
 Bantu keluarga
membuat jadwal
aktifitas di rumah
termasuk minum
obat
 Jelaskan follow up
pasien setelah
pulang
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC, 2019.

Fitria,Nita.2020. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2021. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Endang, H. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (A.
Suslia, & F. Ganiajri, Eds.) Jakarta: Salemba Medika.

Captain, C. (2018). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,


Volume 6(3).

Anda mungkin juga menyukai