Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “DENGAN

PERILAKU KEKERASAN”

OLEH :

ERIK ADITYA PRATAMA


018STYJ23

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2024

1
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

KONSEP TEORI
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sudden, 1995)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Depkes, RI, 2000 ; hal 147)
B. Tanda Dan Gejala
1. Data Obyektif
a. Mata merah
b. Pandangan tajam, mata membelalak, dan pandangan liar
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi, kata-kata kasar, dan bicara keras
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
h. Tangan gemetar dan mengepal
i. Banyak berkeringat
j. Mendominasi pembicaraan
k. Mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
2. Data Subyektif
a. Mengeluh merasa terancam
b. Mengungkapkan perasaan tak berguna

2
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik,
sesak, dan bingung.
C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
 Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
 Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
 Social budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control
social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
 Bioneurologis, kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal
dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.
2. Faktor Prespitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
 Klien : Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

3
 Interaksi : Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
D. Rentang Respon Marah
Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respon kemarahan berfluktuasi dalam rentang
adaptif-maladaptive.
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

 Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan
pada individu.
 Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena
yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
 Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan
perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan
menghindari suatu tuntutan nyata.
 Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan /
panic. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras, dan mengamuk,
mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa
niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak
melukai orang lain.
 Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-
kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada yang paling berat.
Klien tidak mampu mengendalikan diri.

4
E. Pohon Masalah

Akibat Resiko perilaku Gangguan pemeliharaan


mencederai diri kesehatan

Ketidakefektifan Perilaku Defisit perawatan


penatalaksanaan kekerasan diri : mandi dan
program berhias
terapeutik Masalah utama

Gangguan konsep
diri : harga diri Penyebab
rendah kronis
Ketidakefektifan koping
keluarga :
ketidakmampuan
keluarga merawat klien di
rumah

F. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
a. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
b. Obat anti depresi, amitriptyline
c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia, Phenobarbital
2. Terapi Modalitas (Terapi Keluarga)
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
a. Jangan memancing emosi klien
b. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga

5
c. Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
d. Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
e. Mendengarkan keluhan klien
f. Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
g. Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
h. Jika klien melakukan kesalahan jangan langsuung memvonis
Jika terjadi perilaku kekerasaan (PK) yang dilakukan adalah :
a. Bawa klien ke tempat yang tenang dan aman
b. Hindari benda tajam
c. Lakukan fiksasi sementara
d. Rujuk ke pelayanan kesehatan
3. Terapi Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan
tingkah laku pada orang lain.

6
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social
dan spiritual. Pengelompokkan dat apadaa pengkajian kesehatan jiwa dapat pula
berupa faktor presipitasi, predisposisi, penilaian terhadap stressor, sumber koping
dan kemampuan yang dimiliki klien.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, No.
MR, dan lain-lain.
2. Alasan Masuk
Alasan klien datang ke RS, biasanya klien memukul anggota keluarga atau
orang lain, merusak alat-alat rumah tangga dan marah-marah.
3. Faktor Predisposisi
 Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan.
 Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan, dan kekerasan.
 Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
 Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu
4. Fisik
Pada saat marah tensi atau tekanan darah meningkat.
5. Psikososial
a. Genogram
Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang
mengalami kelainan jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun
dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep Diri
Terdapat lima konsep diri yaitu :

7
 Gambaran Diri
Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
 Identitas diri
Klien biasanya tidak puas dengan status dan posisinya baik sebelum
maupun ketika dirawat tapi klien biasanya puas dengan statusnya
sebagai laki-laki atau perempuan.
 Peran
Klien biasnaya menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran
klien terganggu.
 Ideal Diri
Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang tidak terpenuhi.
 Harga Diri
Klien biasanya memiliki harga diri rendah sehubungan dengan
sakitnya.
6. Hubungan Sosial
Hubungan social meliputi interaksi social, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses
tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, mengacuhkan diri dari orang
lain, menolak mengikuti aturan.
7. Spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.

8
8. Status Mental
 Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok/ serasi dan berubah
dari biasanya.
 Pembicaraan
Biasanya pembicaraannya cepat dan kasar.
 Aktivitas motorik
Aktivitas motorik meningkat klien biasanya terganggu dan gelisah.
 Alam Perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi
misalnya sedih dan putus asa.
 Afek
Afek klien biasanya sesuai.
 Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan
dan mudah tersinggung
 Persepsi
Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan
persepsi.
 Proses Pikir
Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis
dan koheren.
 Isi Pikir
Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien.
 Tingkat Kesadaran
Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.

9
 Memori
Tidak terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek
klien mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
 Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien biasanya tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.
 Kemampuan Penilaian
Biasanya klien mampu mengambil keputusan jika menghadapi masalah
yang ringan, klien mampu menilai dan mengevaluasi diri sendiri.
 Daya Tilik Diri
Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak memerlukan
pertolongan, klien juga sering menyalahkan hala-hal diluar dirinya.
9. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya
termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat dan
kepedulian.
b. BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan klien
untuk membersihkan dirinya.
c. Mandi
Biasanya klien mandi berulang/ tidak mandi sama sekali.
d. Berpakaian
Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e. Istirahat
Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam, biasanya
istirahat klien terganggu karena klien gelisah dengan masalah yang
dihadapi.
f. Sistem Pendukung
Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan
system pendukung sangat menentukan.

10
g. Aktivitas Dalam Rumah
Klien mampu melakukan aktivitas dalam rumah seperti menyapu.
h. Mekanisme Koping
Biasanya mekanisme yang dicapai oleh klien adalah maladaptive, klien
mengatakan kalau ada masalah pengennya marah-marah, merusak barang
dan keluyuran.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX KEP PERENCANAAN INTERVENSI


TUJUAN KRITERIA
EVALUASI
1. Perilaku TUM : Setelah dilakukan 1. Beri salam atau
Kekerasan  Klien tidak tindakan selama...x24 panggil nama
mencederai diri jam diharapkan klien pasien.
sendiri menunjukkan tanda- 2. Sebutkan nama
TUK : tanda : perawat sambil
 Pasien dapat 1. Pasien mau salaman.
membina membalas salam. 3. Jelaskan maksud
hubungan saling 2. Pasien mau jabatan hubungan interaksi.
percaya. 3. Pasien menyebutkan 4. Jelaskan tentang
nama kontrak yang akan
4. Pasien tersenyum dibuat.
5. Pasien ada kontak 5. Beri rasa nyaman
mata dan sikap empatis.
6. Pasien tahu nama 6. Lakukan kontak
perawat singkat tapi sering.
7. Pasien menyediakan
waktu untuk kontrak

11
TUK : 1. Pasien dapat 1. Beri kesempatan
 Pasien dapat mengungkapkan untuk
mengidentifikasi perasaannya. mengungkapkan
penyebab perilaku 2. Pasien dapat perasaannya.
kekerasan. menyebutkan 2. Bantu pasien untuk
perasaan marah atau mengungkapkan
jengkel. marah atau jengkel.
TUK : 1. Pasien dapat 1. Anjurkan pasien
 Pasien dapat mengungkapan mengungkapkan
mengidentifikasi perasaan saat marah perasaan saat marah
tanda dan gejala atau jengkel. atau jengkel.
perilaku kekerasan. 2. Pasien dapat 2. Observasi tanda
menyimpulkan perilaku kekerasan
tanda-tanda jengkel pada pasien.
atau kesal. 3. Simpulkan bersama
klien tanda dan
gejala jengkel atau
kesal yang dialami
klien.
TUK : 1. Pasien 1. Anjurkan pasien
 Pasien dapat mengungkapkan mengungkapkan
mengidentifikasi perilaku kekerasan marah perilaku
perilaku kekerasan yang biasa kekrasan yang biasa
yang biasa dilakukan. dilakukan (verbal,
dilakukan. 2. Pasien dapat pada orang lain,
bermain peran pada lingkungan,
dengan perilaku dan pada diri
kekerasan yang sendiri)
dilakukan. 2. Bantu pasien
3. Pasien dapat bermain peran

12
mengetahui cara sesuai perilaku
yang biasa kekerasan yang
dilakukan untuk biasa dilakukan.
menyelesaikan 3. Bicarakan dengan
masalah. pasien apa dengan
cara itu bisa
menyelesaikan
masalah.
TUK : 1. Pasien dapat 1. Bicarakan akibat
 Pasien dapat menjelaskan akibat atau kerugian cara
mengidentifikasi dari cara yang yang dilakukan.
akibat perilaku digunakan. 2. Bersama pasien
kekerasan.  Akibat pada klien menyimpulkan cara
sendiri yang digunakan
 Akibat pada pasien.
orang lain 3. Tanyakan pasien
 Akibat pada apakah mau tahu
lingkungan cara marah yang
sehat.
TUK 1. Klien dapat 1. Diskusikan kegiatan
 Klien dapat menyebutkan contoh fisik yang biasa
mendemontrasikan pencegahan perilaku dilakukan klien.
cara fisik untuk kekerasan secara 2. Beri pujian atas
mencegah perilaku fisik : kegiatan fisik yang
kekerasan.  Tarik napas biasa dilakukan
dalam klien.
 Pukul kasur dan 3. Diskusikan dua cara
bantal yang paling mudahn
 Dll : kegiatan dilakukan untuk
mencegah perilaku

13
fisik kekerasan, yaitu :
tarik napas dalam
dan pukul bantal
serta kasur.
4. Diskusikan cara
2. Klien tidak dapat melakukan tarik
mendemonstrasikan napas dalam klien
cara fisik untuk 5. Beri contoh kepada
mencegah perilaku klien tentang cara
kekerasan. tarik napas dalam.
6. Minta klien untuk
mengikuti contoh
yang diberikan
sebanyak 5 (lima)
kali.
7. Beri pujian positif
atas kemampuan
klien
mendemonstrasikan
cara menarik napas
dalam.
8. Tanyakan perasaan
klien setelah selesai.
9. Anjurkan klien
untuk menggunakan
cara yang telah
dipelajari saat marah
1. Diskusikan dengan
3. Klien mempunyai klien mengenai
jadwal untuk frekuensi latihan

14
melatih cara yang akan dilakukan
pencegahan fisik sendiri oleh klien.
yang telah dipelajari 2. Susun jadwal
sebelumnya. kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
3. Klien mengevaluasi
4. Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan,
kemampuannya cara pencegahan
dalam melakukan perilaku kekerasan
cara fisik sesuai yang telah dilakukan
jadwal yang telah dengan mengisi
disusun jadwal kegiatan
haraian ( self
evaluation)
TUK 1. Klien dapat 1. Diskusikan cara
 Klien dapat menyebutkan cara bicara yang baik
mendemontrasikan bicara (verbal) yang dengan klien.
social untuk baik dalam 2. Beri contoh cara
mencegah perilaku mencegah perilaku bicara yang baik.
kekerasan. kekerasan : 3. Minta klien
 meminta dengan mengikuti contoh
baik. cara bicara yang
 Menolak dengan baik :
baik.  Meminta dengan
 Mengungkapkan baik.
perasaan dengan  Menolak dengan
baik. baik
 Mengungkapkan
perasaan dengan

15
baik.
4. Minta klien
2. Klien dapat mengulang sndiri.
mendemonstrasikan 5. Beri pujian atas
cara verbal yang keberhasilan klien.
baik. 6. Diskusikan dengan
klien tentang waktu
dan kondisi cara
bicara yang dapat
dilatih di ruangan,
misalnya : meminta
obat, baju, dll. ;
menolak ajakan
merokok, tidur tidak
pada waktunya;
menceritakan
kekesalan pada
3. Klien mempunyai perawat.
jadwal untuk 7.3.2 susun jadwal
melatih cara bicara kegiatan untuk
yang baik. melatih cara
yang telah
dipelajari.
7.4.1 Klien
mengevaluasi
pelaksanaan
latihan cara
bicara yang baik
dengan mengisi
jadwal kegiatan

16
(self-evaluation)
7. Susun jadwal
kegiatan.
8. Klien
memgevaluasi
4. Klien melakukan pelaksanaan
evaluasi terhadap latihan bicara
kemampuan cara yang baik
bicara yang sesuai Validasi
dengan jadwal yang kemampuan klien
telah disusun dalam
melaksanakan
latihan.
9. Berikan pujian
atas keberhasilan
klien.
10. Tanyakan kepada
klien perasaan
setelah bicara.
TUK 1. Klien dapat 1. Diskusikan dengan
 Klien dapat menyebutkan klien kegiatan
mendemontrasikan kegiatan ibadah ibadah yang pernah
cara spiritual untuk yang biasa dilakukan.
mencegah perilaku dilakukan.
kekerasan. 2. Klien dapat 2. Bantu klien menilai
mendemonstrasikan kegiatan ibadah
cara ibadah yang yang dapat
dipilih. dilakukan di ruang
perawat.
3. Bantu klien memilih

17
kegiatan ibadah
yang akan
dilakukan.
4. Minta klien
mendemonstrasikan
kegiatan ibadah
yang dipilih.
5. Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
3. Klien mempunyai 6. Diskusikan dengan
jadwal untuk klien tentang waktu
melatih kegiatan pelaksaan kegiatan
ibadah. ibadah.
7. Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih kegiatan
ibadah.
4. Klien melakukan 8. Klien mengevaluasi
evaluasi terhadap pelaksaan kegiatan
kemampuan ibadah dengan
melakukan kegiatan mengisi jadwal
ibadah kegiatan harian
(self-evaluation).
9. Validasi
kemampuan klien
dalam
melaksanakan
latihan.
10. Berikan pujian atas
keberhasilan klien.

18
11. Tanyakan kepada
klien.
TUK 1. Klien menyebutkan 1. Diskusikan dengan
 Klien dapat jenis dosis dan klien tentang jenis
mendemontrasikan waktu minum obat obat yang diminum
kepatuhan minum serta manfaat dari (nama, warna,
obat untuk obat itu (prinsip 5 besarnya): waktu
mencegah perilaku benar : benar orang, minum obat (jika 3
kekerasan. obat, dosis, waktu kali : pkl 07.00,
dan cara pemberian) 13.00, 19,00); cara
minum obat.
2. Diskusikan dengan
klien tentang
manfaat minum
obat secara teratur:
 Beda perasaan
sebelum minum
obat dan
sesudah minum
obat.
 Jelaskan bahwa
dosis hanya
boleh diubah
oleh dokter
 Jelaskan
mengenai akibat
minum obat
yang tidak
teratur,
misalnya :

19
penyakitnya
kambuh.
2. Klien 3. Diskusikan tentang
mendemonstrasikan proses minum obat :
kepatuhan minum  Klien meminta
obat sesuai jadwal obat kepada
yang ditetapkan. perawat (jika
dirumah sakit),
kepada keluarg
(jika di rumah).
 Klien memeriksa
obat sesuai
dosisnya.
 Klien meminum
obat pada waktu
yang tepat.
4. Susun jadwal
minum obat bersama
klien.
3. Klien mengevaluasi 5. Klien mengevaluasi
kemampuannya pelaksanaan minum
dalam mematuhi obat dengan mengisi
minum obat. jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
6. Validasi
pelaksanaan minum
obat klien.
7. Beri pujian atas

20
keberhasilan klien.
8. Tanyakan kepada
klien.
TUK 1. Klien mengikuti 1. Anjurkan klien
 Klien dapat TAK : Stimulasi untuk ikut TAK :
mengikuti TAK : persepsi pencegahan Stimulasi persepsi
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan. pencegahan perilaku
pencegahan kekerasan.
perilaku kekerasan. 2. Klien mengikuti
TAK : Stimulasi
persepsi pencegahan
perilaku kekerasan.
3. Diskusikan dengan
klien tentang
kegiatan selama
TAK.
4. Fasilitasi klien untuk
mempraktekkan
hasil kegiatan TAK
dan beri pujian atas
keberhasilannya.
2. klien mempunyai 5. Diskusikan dengan
jadwal TAK : klien tentang
Stimulasi persepsi jadwal TAK.
pencegahan perilaku 6. Masukkan jadwal
kekerasan. TAK kedalam
jadwal kegiatan
harian klien.
3. Klien melakukan 7. Klien
evaluasi terhadap mengevaluasi

21
pelaksanaan TAK. pelaksanaa TAK
dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation).
8. Validasi
kemampuan klien
dalam mengikuti
TAK.
9. Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti TAK.
10. Tanyakan kepada
klien apa yang
dirasakan setelah
ikut TAK ?
TUK 1. Keluarga dapat 1. Identifikasi
 Klien mendapat mendemonstrasikan kemampuan
dukungan keluarga cara merawat klien. keluarga dalam
dalam melakukan merawat klien
cara pencegahan sesuai dengan yang
perilaku kekerasan. telah dilakukan
keluarga selama
ini.
2. Jelaskan
keuntungan peran
serta keluarga
dalam merawat
klien.
3. Jelaskan cara-cara

22
merawat klien :
 Terkait dengan
cara mengontrol
perilaku marah
secara
konstruktif.
 Sikap dan cara
bicara.
 Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelaksanaan
cara mencegah
perilaku
kekerasan.
4. Bantu keluarga
mendemontrasikan
cara merawat
klien.
5. Bantu keluarga
mengungkapkan
perasaannya
setelah melakukan
demonstrasi.
6. Anjurkan keluarga
mempraktekkan
pada klien selama
di rumah sakit dan
melanjutkannya
setelah pulang ke

23
rumah.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Adapun strategi pelaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan yaitu :

Diagnosa Kemampuan

Perilaku Pasien
kekerasan SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab PK
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengendalikan PK
6. Membantu klien mempraktikkan latihan mengontrol PK (cara
fisik 1)
7. Menganjurkan pasien memasukkan cara fisik 1 ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih cara fisik 2 : pukul kasur dan bantal
3. Menganjurkan pasien memasukkan fisik 2 ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih cara verbal
3. Menganjurkan pasien memasukkan cara verbal ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

24
2. Melatih klien cara spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan cara spiritual ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP 5
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan benar
3. Menganjurkan klien memasukkan jadwal minum obat ke dalam
jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala perilaku kekerasan
yang dialami klien dan proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat klien perilaku kekerasan
SP 2
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien perilaku
kekerasan
Sp 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat
2. Menjelaskan tindak lanjut klien setelah pulang

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah tercapai dan
yang belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut. Bentuk evaluasi
yang postif adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan.
2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.

25
3. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang
lain.
4. Buatlah komentar yang kritikal.
5. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda.
6. Klien mampu menggunakan aktifitas secara fisik untuk mengurangi perasaan
marahnya.
7. Konsep diri klien sudah meningkat.
8. Kemandirian berpikir dan aktivitas meningkat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Emilyani, Desty dan Rusmini. 2016. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jawa
Timur : Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)

Keliat, B. A,. 2009. Model Praktek Keperawatan Jiwa Profesional. Jakarta : EGC

Kusumawati, farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :salemba medic

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC

Videbeck, Sheila L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Alih bahasa: Renata
Komalasari. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2012. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama


STRATEGIS PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak herman? Assalamu’alaikum… masih ingat dengan
saya pak?, saya harap bapak masih mengingat nama saya, bagus…
bagus sekali… apa bapak sudah mandi”?.
2. Evaluasi

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang


dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya”?

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang


dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya”

3. Kontrak

Topik :”apakah pagi ini bapak sudah minum obat?, baik, sesuai
kesepakatan kita kemarin, sekarang kita akan mendiskusikan tentang
cara yang ke empat dan kelima yaitu dengan cara spritual dan minum
obat minum, bagaimana pak? Setuju”?.

Waktu :”kira-kira berapa lama waktu diskusi yang bapak mau?,


bagaimana kalau 10 menit saja mas?, bagaimana?, Setuju pak?,
baiklah”.

Tempat :” bapak mau diskusi dimana?, baiklah kalau bapak mau di


tempat ini lagi
B. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik,
yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik
napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks.
Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan


kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba
sebutkan caranya (untuk yang muslim).”

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”

Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapa Bapak minum? Bagus!

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks
dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran
teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.

“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan


jangan beraktivitas dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak
obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek
lagi apakah benar obatnya!”

“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan


dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

C. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
beribadah dan minum obat yang benar?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?


Bagus”.

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah dan minum obat pada jadual
kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan
sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)

“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan
bila bapak merasa marah”

“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang
telah kita buat tadi”

“Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana
cara minum obat yang benar?”

“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita


pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
2. Evaluasi Obyektif
”Menurut saya, aspek positif yang bapak miliki masih baik”.

3. Rencana Tindak lanjut


”Saya berharap bapak lakukan apa yang sudah di jadwalkan dalam
kegiatan hariannya, dan jangan lupa bapak lakukan setiap hari supaya
bapak terbiasa nanti di rumah”.

Anda mungkin juga menyukai