Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

M DENGAN
DIAGNOSA MEDIK SKIZOPRENIA : PERILAKU
KEKERASAN

Mohamad Faujan Saleh

N 211240

Preceftor lahan Preceftor institusi

(Ns. MADE SANTIKA, S.Kep) (SAHARULLAH, S.Kep, Ns, M.Kes)

PRODI PROFESI NERS


STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
ANGKTAN TAHUN 2021 – 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seorang individu
mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap
diri sendiri dan orang lain.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart dan Sundeen, 1999).

2. Rentang Respon Marah

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon


pasif dan melarikan diri / respon melawan dan menantang. Respon melawan
dan menentang merupakan respon yang mal adaptif yaitu agresif – kekerasan.
Perilaku yang ditampakkan di mulai dari yang rencah sampai tinggi yaitu :
a. Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras dan
menuntut, mendekati ornag lain dengan ancaman, memberi
kata-kata ancaman tanpa melukai. Umumnya klien masih
dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
b. Kekerasan : Sering juga disebut gaduh gelisah atau
amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang
lain secara menukutkan, memberi kata-kata mengancam,
melukai, disertai melukai tingkat ringan dan paling berat
adalah melukai / merusak secara serius. Klien tidak mampu
mengendalikan diri (Keliat, 1999).
3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif / amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, di hina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah / diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (positif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan di terima.
4) Bio Neurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbic lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan
dalam terjadi perilaku kekerasan.

b. Faktor Presipitasi
1) Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan
2) Lingkungan
Situasi yang ribut, padat
3) Orang lain
Kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan, interaksi sosial
propokatif, konflik (Keliat, 1999).

4. Tanda dan Gejala


a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang, nada suara tinggi
d. Berdebat, memaksakan kehendak
e. Merampas makanan
f. Memukul jika tidak senang
(Keliat, 1999).
5. Prinsip Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan
a. Manajemen kritis (Stuart dan Sundeen, 1995)
1) Amati perilaku klien secara sering
2) Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan untuk
bunuh diri
3) Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh diri
4) Dapatkan kontrak verbal atau tertulis dari pasien yang menyatakan
persetujuan untuk tidak mencelakakan diri sendiri yang menyetujui
untuk mencari staf pada keadaan di mana pemikiran ke arah tersebut
timbul.
5) Bantuan pasien mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk
menerima perasaan tersebut sebagai milik sendiri.
6) Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi
7) Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya
8) Coba untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas
pasien
9) Usahakan untuk tetap bersama pasien jika tingkat kegelisahan dan
tegangan mulai meningkat.
10) Staf harus memperhatikan dan menyampaikan dengan sikap yang
tenang.
11) Sediakan staf yang cukup yang dapat memperhatikan kekuatan pada
pasien
12) Berikan obat penenang sesuai pesanan dokter
13) Pembatasan-pembatasan mekanis
b. Manajemen Perilaku Kekerasan (Terlampir).
6. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ / HLP)
2) Obat anti depresi, Amitriptylin
3) Obat anti maniak, Haloperidol
4) Obat anti ansietas, Diazepam, Bromozepam, Clobozam
5) Obat anti insomnia, Phneobarbital

b. Terapi Modalitas
1) Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga di mana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian :
- Bina hubungan saling percaya
- Jangan memancing emosi klien
- Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
- Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan
pendapat
- Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
- Mendengarkan keluhan klien
- Membantu memecahkan masalah yang dialami klien
- Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
- Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
- Jika terjadi Pk yang dilakukan adalah :
▪ Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
▪ Hindari benda tajam
▪ Lakukan fiksasi sementara dengan tujuan :
o Jaga harga dirinya
o Tenaga harus cukup
o Penuhi kebutuhan klien
o Evaluasi klien
o Minta bantuan orang yang terampil
o Segera lepaskan jika ia sudah dapat mengendalikan diri
o Rujuk ke pelayanan kesehatan
2) Terapi Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan
dan tingkah laku pada orang lain.
3) Terapi Musik
Dengan musik klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien.
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan
spritual pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula
berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan yang dimiliki klien.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
No. MR.
b. Alasan Masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien memukul anggota keluarga
atau orang lain, merusak alat “RT dan marah”.
c. Faktor Predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan.
2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga.
3) Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu

d. Fisik
Pada saat marah tensi biasanya meningkat.
e. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang
mengalami kelainan jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun
dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri : Klien biasanya
mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas klien : Klien biasanya tidak
puas dengan status dan posisinya baik sebelum
maupun ketika dirawat tapi klien biasanya puas
dengan statusnya sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran diri : Klien menyadari peran
sebelum sakit, saat di rawat peran klien
terganggu.
d) Harga diri : Klien biasanya memiliki
harga diri rendah sehubungan dengan sakitnya.
e) Ideal diri : Klien biasanya memiliki
harapan masa lalu yang tidak terpenuhi.
3) Hubungan Sosial
Klien kurang dihargai di keluarga dan lingkungan.
4) Spritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan
norma dan budaya.
b) Kegiatan ibadah
Klien biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat
sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
f. Status Mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok / serasi dan
berubah dari biasanya.
2) Pembicaraan
Pembicaraan cepat, keras
3) Aktivitas motorik
Meningkat, klien biasanya terganggu dan gelisah
4) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi
misalnya : sedih dan putus asa.
5) Afek
Afek klien biasanya sesuai
6) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak
bermusuhan dan mudah tersinggung.
7) Persepsi
Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan
persepsi.
8) Proses pikir
Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan
logis dan keheran.
9) Isi Pikir
Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien.
10) Tingkat Kesadaran
Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu.
11) Memori
Tidak terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek klien mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung
13) Kemampuan penilaian
Klien mampu dalam mengambil keputusan jika menghadapi masalah
yang ringan klien mampu menilai dan mengevaluasi diri sendiri.
14) Daya tilik diri
Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak
memerlukan pertolongan, klien juga sering menyalahkan hal-hal diluar
dirinya.
g. Kegiatan Persiapan Pulang
1) Makan
Pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya
termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat dan
kepedulian.
2) BAB / BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB / BAK serta kemampuan
klien untuk membersihkan dirinya.
3) Mandi
Biasanya klien mandi berulang / tidak mandi sama sekali
4) Berpakaian
Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti
5) Istirahat
Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam, biasanya
istirahat klien terganggu karena klien gelisah dengan masalah yang
dihadapi.
6) Istirahat
Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan
sistem pendukung sangat menentukan.

7) Aktivitas dalam rumah


Klien mampu melakukan aktivitas dalam rumah seperti menyapu.
h. Aspek Medis
Obat yang diberikan pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya
diberikan anti psikotik seperti CPZ, TFZ, THP.

i. Masalah keperawatan
1) Resiko cidera
2) Perilaku kekerasan
3) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
4) Gangguan pemeliharaan kesehatan
5) Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
6) Ketidak efektifan koping keluarga merawat klien di rumah
7) Ketidak eefektifan penatalaksanaan program terapeutik

1. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Gangguan


Mencederai diri Pemeliharaan Kesehatan

Ketidakefektifan
penatalaksanaan program Perilaku Kekerasan Defisit Perawatan Diri
terapeutik Masalah Utama Mandi dan Berhias

Ketidakefektifan koping
keluarga :
Ketidakmampuan keluarga Gangguan konsep diri :
merawat klien dirumah harga diri rendah kronis
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien perilaku kekerasan
adalah :
1) Resiko perilaku mencederai diri b/d perilaku kekerasan
2) Perilaku kekerasan b/d harga diri rendah
3) Gangguan pemeliharaan kesehatan b/d defisit perawat diri
4) Ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik b/d ketidak
efektifan koping keluarga
5) Harga diri rendah b/d defisit perawatan diri
6) Perilaku kekerasan b/d ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik

3. Intervensi
Terlampir
4. Implementasi
Implementasi keperawatan mencakup pengobatan psikososial yang
luas serta dilandasi pengkajian tentang kebutuhan dan kekuatan klien.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh berbeda dengan
rencana. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memualidasi dengan singkat. Apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now) perawat juga menilai diri
sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual dan teknikal
yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan, perawat juga menilai kembali
apakah tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilakukan.

1. Hubungan Terapeutik
a. Mendengarkan dengan cermat
b. Merencanakan kontrak singkat jika klien merasa tidak nyaman dengan
hubungan interpersonal.
c. Menghargai privasi klien
d. Bersikap terbuka dan jujur
e. Menjelaskan kerahasiaan harapan
f. Melibatkan klien dan keluarga dalam perencanaan asuhan
g. Mempertahankan keselarasan perilaku verbal dan non verbal
h. Memberikan umpan balik tentang perilaku

2. Menangani Perilaku Kekerasan


Sesuai dengan strategi untuk menangani klien dengan perilaku kekerasan.

3. Psikofarmakologi
4. Penanganan Terjadinya Kekambuhan
Klien dan anggota keluarga harus diberitahu tentang bagaimana
mengidentifikasi dan menentukan tindakan ketika terjadi kekambuhan.
5. enyuluhan Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga akan lebih mampu mengatasi penyakitnya jika mereka
diberi informasi tentang diagnosis pengobatan dan sumber pendukung yang
tersedia.

6. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhir dari proses keperawatan yang dilakukan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Dari evaluasi dapat
diketahui apakah tujuan tercapai atau tidak tercapai.
Evaluasi terdiri dari :
S : Evaluasi yang berasal dari ungkapan yang dirasakan oleh klien atau
keluarga klien.
O : Evaluasi berasal dari pengamatan / evaluasi dari perawatan.
A : Analisa data terpusat pada tujuan yang diharapkan sebelumnya dinilai
sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan. Tujuan dapat dicapai
atau perlu diulang lagi.
C. Intervensi
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
▪ Beri salam / panggil nama
▪ Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
▪ Jelas maksud hubungan interaksi
▪ Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
▪ Beri rasa aman dan sikap empati
▪ Lakukan kontak singkat tetapi sering
R : Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara
perawat dengan klien.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


▪ Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
▪ Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
R : Sebagai upaya memperkenalkan klien terhadap penyebab munculnya
perilaku kekerasan dan mengidentifikasi penyebab perasaan jengkel/kesal.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan


▪ Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat
jengkel / marah.
▪ Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien.
▪ Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel / kesal yang dialami
klien.
R : Dengan diketahuinya tanda dan gejala perilaku kekerasan, klien cepat
menyadari tanda dan gejala tersebut. Sehingga perilaku kekerasan tidak
jadi terjadi.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan


▪ Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasanya
dilakukan klien / verbal pada orang lain, pada lingkungan dan pada diri
sendiri.
▪ Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
▪ Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
R : Dengan dapat mengidentifikasi PK yang biasa dilakukan, klien akan cepat
menyadari jika ia akan melakukan perilaku kekerasan seperti yang biasa
dilakukannya.

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan


▪ Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien.
▪ Bersama klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
▪ Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
R : Dengan dapat mengidentifikasi PK yang biasa dilakukan, klien ingin
mempelajari cara yang sehat untuk mengatasi masalahnya.

6. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku


kekerasan
a. Diskusikan atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
▪ Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
▪ Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan, yaitu tarik nafas dalam dan pukul kasur serta bantal.
R : Dapat mencegah klien untuk melakukan perilaku kekerasan.
b. Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien
▪ Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam
▪ Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali
▪ Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara
menarik nafas dalam.
▪ Tanyakan perasaan klien setelah selesai.
▪ Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah /
jengkel.
▪ Lakukan hal yang sama dengan cara melakukan tarik nafas dalam dengan
klien sampai anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari
saat marah untuk cara fisik dan lain di pertemuan yang lain.
R : Teknik nafas dalam membantu mengurangi rasa marah / jengkel yang akan
membawa klien untuk melakukan perilaku kekerasan.
c. Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan
sendiri oleh klien.
▪ Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
R : Agar tindakan klien yang agresif dapat berkurang dengan adanya latihan
fisik.
d. Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian
(self-evaluation).
▪ Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
▪ Berikan pujian atas keberhasilan klien
▪ Tanyakan kepada klien : apakah kegiatan cara pencegahan perilaku
kekerasan dapat mengurangi perasaan marah.
R : Dengan mengevaluasi, kita dapat mengetahui seberapa jauh klien dapat
mencegah dirinya melakukan perilaku kekerasan.

7. Klien dapat mendemontrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku


kekerasan
a. Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
▪ Beri contoh cara bicara yang baik
Meminta dengan baik
Menolak dengan baik
Mengungkapkan perasaan dengan baik
R : Dengan terlatihnya klien berbicara dengan baik dalam mengungkapkan
perasaannya, maka akan mencegah klien untuk marah-marah yangnantinya
menjadi perilaku kekerasan.
b. Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
▪ Meminta dengan baik “saya minta uang untuk beli makanan”
▪ Menolak dengan baik “maaf, saya tidak dapat melakukannya karena ada
kegiatan yang lain”
▪ Mengungkapkan perasaan dengan baik “saya kesal karena permintaan saya
tidak dikabulkan” disertai nada suara yang rendah.
▪ Minta klien mengulang sendiri
▪ Beri pujian atas keberhasilan klien
R : Memberikan pengetahuan kepada klien tentang cara bicara yang baik
c. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat
dilatih diruangan, misalnya : meminta obat, baju, dll, menolak ajakan
merokok, tidur tidak pada waktunya, menceritakan kekesalan kepada
perawat.
▪ Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
R : Jadwal kegiatan yang tersusun dengan baik, tidak menimbulkan kebosanan
pada klien.
d. Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan
mengisi jadwal kegiatan (self evaluation).
▪ Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
▪ Berikan pujian atas keberhasilan klien.
▪ Tanyakan kepada klien : “Bagaimana perasaan budi setelah latihan bicara
yang baik ? Apakah keinginan marah berkurang ?
R : Dengan mengevaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan
klien untuk menghindarinya melakukan perilaku kekerasan.

8. Klien dapat mendemontrasikan cara spritual untuk mencegah perilaku


kekerasan
a. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.
R : Dapat mengetahui kegiatan ibadah yang pernah dilakukan klien dan jika
memungkinkan, memasukkan kegiatan tersebut ke dalam aktivitas harian
klien.
b. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan diruangan
rawat.
▪ Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan.
▪ Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
▪ Beri pujian atas keberhasilan klien
R : Jika klien dapat menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukannya di ruang
rawat, dapat memungkinkan klien untuk segera melakukan kegiatan
ibadah tersebut.
c. Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah
▪ Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah.
R : Agar pelaksanaan kegiatan ibadah dapat dilaksanakan tepat waktu.
d. Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self evaluation)
▪ Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
▪ Berikan pujian atas keberhasilan klien
▪ Tanyakan kepada klien “ “Bagaimana perasaan budi setelah teratur
melakukan ibadah ? Apakah keinginan marah berkurang ?”
R : Dengan mengevaluasi kita dapat mengetahui seberapa jauh kegiatan
ibadah tersebut mempengaruhi klien.

9. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah


perilaku kekerasan
a. Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya, nama,
warna, besarnya, waktu minum obat (jika 3 x : pukul 07.00, 13.00, 19.00),
cara minum obat.
▪ Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur.
o Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat.
o Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter.
o Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya
penyakitnya kambuh.
R : Agar klien patuh minum obat sesuai dengan order dokter.
b. Diskusikan tentang proses minum obat
o Klien meminta obat kepada perawat (jika di rumah sakit), kepada
keluarga (jika rumah).
o Klien memeriksa obat sesuai dosisnya
o Klien meminum obat pada waktu yang tepat
▪ Susun jadwal minum obat bersama klien.
R : Agar pelaksanaan farmokoterapi berjalan dengan baik.
c. Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal
kegiatan harian.
▪ Validasi pelaksanaan minum obat klien
▪ Beri pujian atas keberhasilan klien
▪ Tanyakan kepada klien “ Bagaimana perasaan budi dengan minum obat
secara teratur ? Apakah keinginan untuk marah berkurang ?”
R : Dengan mengevaluasi, kita dapat mengetahui bagaimana perasaan klien
saat minum obat.
10. Klien dapat mengikuti TAK : Stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan
a. Anjurkan klien untuk ikut TAK : Stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan.
▪ Klien mengikuti TAK : Stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan
(kegiatan tersendiri)
▪ Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK
▪ Fasilitas klien untuk mempraktekkan hasil kegiatan TAK dan beri pujian
atas keberhasilannya.
R : TAK salah satu cara yang sehat untuk menyalurkan perilaku agresif klien.
b. Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK
▪ Masukkan jadwal TAK ke dalam jadwal kegiatan harian klien.
R : TAK yang sesuai dengan jadwal dapat mengurangi klien melakukan
perilaku kekerasan.
c. Klien mengevaluasi pelaksanaan TAK dengan mengisi jadwal kegiatan
harian (self-evaluation)
▪ Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK
▪ Beri pujian atas kemampuan mengikuti TAK
▪ Tanyakan kepada klien : Bagaimana perasaan budi setelah ikut TAK ?

11. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara


pencegahan perilaku kekerasan
▪ Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
▪ Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien.
▪ Jelaskan cara-cara merawat klien
o Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif
o Sikap dan cara bicara
o Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara
pencegahan perilaku kekerasan.
▪ Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
▪ Bantu keluarga mengungkapkan perasaanya setelah melakukan
demonstrasi
▪ Anjurkan keluarga mempraktekkan pada klien selama di rumah sakit dan
melanjutkannya setelah pulang kerumah.
R : Dengan adanya peran serta keluarga, klien merasa diperhatikan dan
disayangi oleh semua anggota keluarganya. Sehingga dapat meningkatkan
kembali harga diri klien. Selain itu, keluarga akan dapat membantu
melakukan perawatan jika klien pulang nanti.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang Rawat : Puskesmas Marisa


Tanggal dirawat : 18 Januari 2022
I. Identitas
Inisial : TN. M
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMP
Alamat Lengkap : Marisa, Pohuwato
Tanggal Pekerjaan : 18 Januari 2022
Informan : Keluarga (orang tua)
II. Alasan Masuk
Klien sudah mulai bicara ngawur dan mengamuk sejak 2 bulan yang
lalu, klien gelisah, banyak bicara dan ketawa sendiri, marah tanpa sebab,
klien tidak mau makan dan minum, klien juga merusak peralatan rumah
tangga dan pernah memukul tetangganya , klien langsung di bawah ke
rumah sakit Jiwa ( RSJ) oleh keluarganya.
III. Faktor – Faktor Predisposisi
1. Klien melakukan PK dalam keluarga yaitu hanya merusak peralatan
rumah tangga kemudian klien juga memukul tetangga.
2. Masalah keperawatan
- Resiko mencederai orang lain dan lingkungan : PK
- Ketidak efektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik
3. Tidak ada keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
IV. Fisik
⮚ Tanda – tanda Vital
- Tekanan Darah : 130 / 90 mmHg
- Nadi : 80 X / i
- Suhu : 36 o C
- Pernafasan : 20 x / i

⮚ Ukuran
- TB : 160 Cm
- BB : 50 Kg
⮚ Keluhan Fisik : Tidak ada keluhan fisik

V. Psikososial

1. Genogram

Klien merupakan anak pertama dari 5 orang bersaudara. Klien


mempunyai 2 orang saudara laki-laki dan 2 orang saudara perempuan, klien
tinggal serumah dengan orang tua dan adik laki-lakinya. Pola komunikasi
dalam keluarga cukup baik. Di mana semua masalah selalu dibicarakan, yang
dominan mengambil keputusan adalah ayah klien, klien dibesarkan dalam
keluarga sendiri.
2. Konsep Diri
a. Citra diri
Klien mengatakan ia menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas diri
Klien anak pertama dari 5 orang bersaudara, klien mengatakan ia merasa
puas sebagai seorang laki-laki.
c. Peran diri
Klien berperan sebagai seorang anak laki-laki yang harus membantu orang
tuanya dalam menafkahi adik-adiknya.
d. Ideal diri
Ia berharap setelah sembuh nanti, dapat bekerja lagi sebagai buruh untuk
membantu kehidupan orang tuanya, klien berharap cepat sembuh dari
penyakitnya dan berkumpul dengan keluarga serta dapat diterima kembali
oleh masyarakat.
e. Harga diri
Klien merasa malu berada di rumah sakit jiwa. Dia ingin segera pulang
kerumahnya. Tapi klien mengatakan, ia pasti nanti akan malu dengan
masyarakat tempat tinggalnya jika ia pulang nanti.
MK : Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
Orang tua terdekat dengan klien adalah ibu klien. Klien tidak pernah
mengikuti kegiatan dalam masyarakat. Namun terkadang, klien pernah
berkumpul-kumpul dan berbincang-bincang dengan kelompok pemuda yang
ada di tempat tinggalnya.
4. Spritual
▪ Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan yakin dengan kekuasaan Tuhan.
▪ Kegiatan Ibadah
Selama sehat klien memang jarang sholat, dan setelah sakit klien tetap
jarang sholat tapi bagi klien tidak ada masalah.

VI. Status Mental


1. Penampilan
Penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan, kancing baju tidak dipasang, baju
kotor dan tidak diganti-ganti.
MK : Defisit perawatan diri : mandi dan berhias

2. Pembicaraan
Klien berbicara cepat dan keras dan dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan
hal yang ditanyakan.

3. Aktivitas Motorik
Klien gelisah, jalan mondar-mandir dan suka mengepalkan tinju dan
menendang dinding jika marah.
MK : Perilaku kekerasan

4. Alam Perasaan
Klien merasa sedih jika ingat pada orang tuanya, klien juga sedih dibawa oleh
orang tuanya ke RSJ.
MK : Ketidakberdayaan
5. Afek
Afek klien labil, emosi klien cepat berubah-ubah, klien terkadang
menunjukkan ekspresi sedih dan marah dalam waktu yang tidak berselang
lama.
MK : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

6. Interaksi Selama Wawancara


Kontak mata ada tapi kurang, klien mudah tersinggung dan selama interaksi
terkadang klien menatap dengan tajam, kalau ada yang tidak disukainya klien
langsung mengepalkan tangannya. Apabila saat wawancara ada teman klien
yang mengganggu terkadang klien menendang perut temannya.
MK : Perilaku kekerasan

7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah melihat hal-hal atau bayangan yang
menakutkan, klien juga mengatakan tidak pernah mendengarkan suara-suara.

8. Proses Pikir
Pembicaraan tidak berbelit-belit dan jawaban yang diberikan klien sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan.

9. Isi Pikir
Klien tidak mengalami, obsesi, phobia, hipokandria, depersonalisasi, pikiran
magis dan waham terbukti selama interaksi, klien tidak pernah
mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang tidak logis.
10. Tingkat Kesadaran
Klien compos mentis, orientasi klien terhadap waktu tempat dan orang, baik.
Di mana klien dapat menjawab dia sedang berada di RSJ, saat ditanya klien
juga bisa menyebutkan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan benar, klien
dapat mengenali beberapa perawat yang ada di ruangan.
11. Memori
Memori jangka panjang, klien ingat kapan ia pernah masuk RSJ HB. Saanin
Padang memori jangka pendek klien, klien mampu mengingat nama perawat
yang berkenalan dengannya.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien dapat berhitung dengan baik, klien mampu berhitung sederhana dari 1-
20.
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu melakukan penilaian dengan baik, klien dapat memutuskan
makan pagi dulu atau mandi dulu, klien memutuskan untuk mandi dulu.

14. Daya Tilik Diri


Klien menyadari kalau ia mengalami gangguan jiwa, klien mengatakan tidak
menyalahkan siapa-siapa atas gangguan jiwa yang dialami klien.

Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Selama di RSJ klien mengatakan nafsu makannya membaik ia makan 3 x
sehari, habis 1 porsi dengan menu nasi, lauk pauk, sayuran dan buah diberi
pada saat makan.
MK : Tidak ada

2. BAB dan BAK


Klien mampu BAB dan BAK sendiri.
MK : Tidak ada
3. Istirahat dan Tidur
Klien tidak pernah tidur siang, namun pada malam hari, klien tertidur nyenyak
sampai pagi.

4. Pakaian
Pakaian klien kotor, tidak diganti-ganti dan kancing baju tidak dipasang,
meskipun klien mandi klien tidak mengganti pakaian.

5. Mandi
Klien mandi 2 x sehari dengan bantuan perawat, jika mandi sendiri klien
mandi tidak bersih dan tidak bau.
MK : Defisit perawatan diri

6. Penggunaan Obat
Selama di RSJ klien patuh minum obat sesuai order dokter, diharapkan ketika
pulang nanti, klien tetap patuh minum obat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Setelah pulang nanti, klien diharapkan kontrol rutin ke RSJ atau puskesmas
terdekat.
8. Kegiatan di rumah
Biasanya klien ingin membersihkan pekarangan rumah dan menyiangi
rumput-rumput liar. Diharapkan ketika pulang nanti klien akan melakukan
aktivitas ini lagi.
9. Kegiatan di Luar Rumah
Kegiatan di luar rumah, klien bekerja sebagai seorang buruh.
MK : Tidak ada

VII. Koping
Koping individu mal adaptif, dimana jika ada masalah tidak suka
menceritakannya kepada orang lain, klien lebih suka memendam
masalahnya sendiri.
MK : Komping individu inefektif
VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Setelah pulang nanti, klien akan bersosialisasi dengan lingkungan
diharapkan masyarakat mau menerima klien kembali.
IX. Pengetahuan
Klien tidak terlalu tahu tentang penyakit jiwa, tetapi menurut klien
penyakit jiwa bisa disebabkan oleh stress karena masalah yang banyak.
X. Aspek Medis
Diagnosa medis : skizofernia
Terapi medik :
1. Diazepam 10 mg
2. HLP 3 x 2,5 mg
3. CPZ 1 x 100 mg
4. KBZ 3 x 200 mg
XI. Daftar Masalah Keperawatan
1. Ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik.
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dengan lingkungan.
3. Koping individu inefektif.
4. Harga diri rendah
5. Defisit perawatan diri
6. Perilaku kekerasan
7. Ketidakberdayaan
XII. Pohon Masalah

XIII. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d perilaku

kekerasan.

2. Perilaku kekerasan b/d harga diri rendah.

3. Gangguan konsep diri, harga diri rendah b/d koping individu inefektif.

4. Gangguan konsep diri, harga diri rendah b/d defisit perawatan diri,

mandiri
5. Perilaku kekerasan b/d penatalaksanaan regimen terapi inefektif

6. Ketidak efektifan koping individu b/d ketidak berdayaan

ANALISA DATA

No Data Masalah
1. DO : Penatalaksanaan regimen terapi
- Klien tampak bicara ngawur inefektif
- Klien berbicara keras
DS :
- Klien pernah dirawat sebelumnya
- Klien tidak minum obat secara
teratur
- Klien putus obat sejak 5 bulan
yang lalu
2 DS : Koping individu inefektif
- Klien mengatakan lebih suka
memendamnya masalah sendiri
- Jika ada masalah, klien tidak
menceritakannya kepada orang
lain
3 DS : Resiko mencederai diri sendiri,
- Klien mengatakan pernah orang lain dan lingkungan
memukul tetangganya saat lagi
marah
- Klien mengatakan pernah
membandingkan alat saat dia
marah
- Klien mengatakan untuk
melampiaskan amarahnya dia
sering memukul dinding
4 DO : Harga diri rendah
- Klien pernah memukul
tetangganya
DS :
- Klien tampak sering marah-marah
dan mengatakan ingin pulang
5 DO : Defisit perawatan diri
- Pakaian klien tampak kotor, acak-
acakan dan kencing baju tidak
dipasang
- Bau badan klien busuk
6 DO : Perilaku kekerasan
- Kontak mata ada tapi kurang dan
selama interaksi terkadang klien
tampak menatap dengan tajam
- Klien sering mengepalkan
tangannya pada orang lain
- Klien pernah tampak menendang
perut temannya
DS :
- Klien mengatakan pernah
memukul tetangganya
7 DO : Ketidakberdayaan
- Klien tampak sedih
DS :
- Klien mengatakan merasa sedih
jika mengingat orang tuanya
- Klien mengatakan merasa sedih
dibawa oleh orang tuanya ke RSJ
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1. Resiko mencederai diri sendiri, orang TU :
lain dan lingkungan b/d perilaku Klien tidak mencederai diri
kekerasan. sendiri, orang lain dan
lingkungan

TUK :
1. Klien dapat membina Dalam 2 x pertemuan klien 1. Beri salam / terapeutik
hubungan selagi percaya dapat mengungkapkan - Beri salam / panggil nama
perasaan dan keadaannya saat - Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
ini secara verbal - Jelaskan maksud hubungan interaksi
- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
- Beri rasa aman dan sikap simpati
- Lakukan kontrak singkap tapi sering
2. Klien dapat Dalam 2 x pertemuan klien 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi penyebab
mengidentifikasi penyebab dapat mengenali perasaan PK
perilaku kekerasan marahnya - Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan
- Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel / kesal
3. Klien dapat Dalam waktu 2 x pertemuan 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi tanda dan
mengidentifikasi tanda dan diharapkan klien mampu gejala PK
gejala menilai efek perilaku agresif - Anjurkan mengungkapkan apa yang dialami
dan dirasakannya saat jengkel
- Observasi tanda dan gejala jengkel / kesal
yang dialami klien
4. Klien dapat Dalam 2 x pertemuan klien 4. Anjurkan klien untuk mengungkapkan PK
mengidentifikasi PK yang mampu menyebutkan cara yang biasa dilakukan klien / verbal
biasa dilakukan menyalurkan apa yang biasa - Anjurkan klien untuk mengungkapkan PK
dilakukan yang biasa dilakukan klien / verbal
- Bantu klien bermain peran sesuai dengan PK
yang biasa dilakukan
- Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara
yang klien lakukan marahnya selesai
5. Klien mengidentifikasi Setelah 2 x pertemuan klien 5. Bicarakan akibat / kerugian dengan cara yang
akibat PK dapat memilih cara yang sehat dilakukan klien.
untuk melakukan energi - Bersama klien mengumpulkan akibat dari
cara yang dilakukan oleh klien.
- Tanyakan pada klien apakah ia ingin
mempelajari cara yang dilakukan oleh klien.
6. Klien dapat Setelah 2 x pertemuan klien 6. Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa
mendemonstrasikan cara mampu dilakukan klien.
fisik untuk mencegah PK - Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah
dilakukan untuk mencegah perilaku
kekerasan, yaitu tarik nafas dalam dan pukul
kasur serta bantal.
7. Klien dapat 7. Beri contoh cara bicara yang baik
mendemontrasikan cara Meminta dengan baik
sosial untuk mencegah PK Menolak dengan baik
Mengungkapkan perasaan dengan baik
8. Klien dapat 8. Diskusikan dengan klien tentang jenis obat
mendemonstrasikan - Diskusikan tentang proses minum obat
kepatuhan minum obat
untuk masalah PK
9. Klien dapat 9. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah
mendemonstrasikan yang pernah dilakukan
spritual untuk mencegah - Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang
PK pernah dilakukan
10.Klien dapat mengikuti Tdk 10. Anjurkan klien untuk ikut TAK
- Klien mengikuti TAK
- Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK
11.Klien mendapat dukungan 11. Identifikasi kemampuan keluarga dalam
keluarga dalam melakukan merawat klien sesuai dengan yang telah
cara pencegahan PK dilakukan keluarga terhadap klien selama
ini.
- Jelaskan keuntungan keluarga dalam
merawat klien.
- Jelaskan cara-cara merawat klien
Tgl / Jam No. Implementasi Evaluasi
DX
1 TUK I S : Klien memperkenalkan
Membina hubungan saling dirinya dan mau objek diskusi
percaya antara perawat dengan klien mengatakan.
klien dengan mengucapkan - Pagi suster, nama saya P
salam terapeutik - Saya mau berbicara dengan
- Menyapa klien dengan ramah suster
“pagi pak” O : Kontak mata singkat tapi
- Memperkenalkan diri dengan sering
sopan dan ramah “saya - Bicara keras dan cepat
mahasiswa Akper Kesdam A : Hubungan saling percaya
yang praktek di sini selama 10 masih belum terbina dengan
hari. Nama bapak siapa ? baik
(sambil mengulurkan tangan) P : Intervensi dilanjutkan
- Memperhatikan kontak mata
selama interaksi berlangsung
- Menunjukkan sikap empati
dengan penuh perhatian dan
berdiri atau duduk dihadapan
klien
- Mengakhiri kontrak pertama
dan menetapkan kontrak
selanjutnya
TUK II S : Klien mengatakan dia sering
Mengidentifikasi penyebab memukul orang kalau sedang
perilaku kekerasan marah
- Membantu klien untuk
O : Klien tampak sering marah-
mengidentifikasi penyebab
marah
perilaku kekerasan
- Memberi kesempatan untuk A : Masalah teratasi sebagian
mengungkapkan perasaan P : Intervensi dipertahankan dan
- Membantu klien untuk dilanjutkan
mengungkapkan perasaan
jengkel / kesal
TUK III S : Klien mengatakan kalau
Mengidentifikasi tanda dan marah, jantungnya berdenyut
gejala perilaku kekerasan kencang dan mukanya merah
- Membantu klien untuk O : Klien tampak sering
mengidentifikasi tanda dan memukul pasien lain
gejala perilaku kekerasan A : Masalah belum teratasi
- Menganjurkan klien dipertahankan
mengungkapkan apa yang P : Intervensi dipertahankan dan
dialami dan dirasakannya saat dilanjutkan
jengkel
- Mengobservasi tanda dan
gejala jengkel / kesal yang
dialami klien.
TUK IV S : Klien mengatakan dia paling
Mengidentifikasi perilaku sering memukul dan mencaci
kekerasan yang biasa dilakukan : orang kalau sedang marah
- Menganjurkan klien untuk O : Klien tampak sering
mengungkapkan PK yang memukul dan sering
biasa dilakukan klien / verbal terdengar berkata kasar
- Membantu klien bermain A : Masalah belum teratasi
peran sesuai perilaku P : Intervensi dipertahankan dan
kekerasan yang biasa dilanjutkan
dilakukan.
- Membicarakan dengan klien
apakah gangguan cara yang
klien lakukan maraknya
selesai.
TUK V S : Klien mengatakan akibat
Mengidentifikasi akibat perilaku perilaku kekerasannya adalah
kekerasan melukai dan menyakiti orang
- Membicarakan akibat dari cara lain.
yang dilakukan klien O : Klien tampak menganggukan
- Bersama dengan klien kepala setelah perawat
menyimpulkan akibat dari cara memberitahunya.
yang dilakukan oleh klien A : Masalah teratasi sebagian
- Menanyakan pada klien P : Intervensi dilanjutkan
apakah ia ingin mempelajari
cara yang dilakukan oleh klien
TUK VI S : Klien mengulang apa yang
Mendemontrasikan cara fisik dikatakan perawat
untuk mencegah perilaku O : Klien tampak
kekerasan mendemontrasikan kembali
- Memberi pujian atas kegiatan tindakan yang dilakukan
fisik yang biasa dilakukan perawat
oleh klien A : Masalah teratasi sebagian
- Mendiskusikan cara fisik yang P : Intervensi dilanjutkan
paling mudah dilakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan
TUK VII S : Klien mengulang apa yang
Mendemontrasikan cara sosial dikatakan perawat
untuk mencegah perilaku O : Klien tampak
kekerasan mendemontrasikan kembali
- Memberi contoh cara bicara tindakan yang dilakukan
yang baik perawat
- Meminta dengan baik A : Masalah teratasi sebagian
- Menolak dengan baik P : Intervensi dilanjutkan
- Mengungkapkan perasaan
dengan baik
TUK VIII S : Klien mengatakan ia tidak
- Mendemontrasikan kepatuhan mau minum obat
minum obat untuk mencegah O : Klien tampak tidak senang
perilaku kekerasan. kalau disuruh minum
- Mendiskusikan dengan A : Masalah teratasi sebagian
klien tentang jenis obat P : Intervensi dipertahankan
- Mendiskusikan tentang dilanjutkan
proses minum obat
S : Klien mengatakan ia jarang
TUK IX sholat
Mendemonstrasikan spritual O : Klien tampaknya mengerti
untuk mencegah perilaku akan pentingnya kegiatan
kekerasan ibadah setelah diberitahukan
- Mendiskusikan dengan klien A : Masalah teratasi sebagian
kegiatan ibadah yang pernah P : Intervensi dipertahankan dan
dilakukan dilanjutkan
- Membantu klien menilai
kegiatan ibadah yang pernah
dilakukan S : Klien mengatakan TAK
TUK X membuatnya sedikit senang
Mengikuti TAK O : Klien tampak sering
- Menganjurkan klien untuk ikut mengikuti TAK
TAK A : Masalah teratasi sebagian
- Klien mengikuti TAK P : Intervensi dipertahankan dan
- Mendiskusikan dengan klien dilanjutkan
tentang jadwal TAK
S : Keluarga klien mengatakan
TUK XI mau memberikan dukungan
Mendapatkan dukungan keluarga kepada klien
dalam melakukan cara O : Keluarga klien tampak sangat
pencegahan perilaku kekerasan memperhatikan klien.
- Mengidentifikasi kemampuan P : Intervensi dipertahankan dan
klien dilanjutkan.
- Menjelaskan keuntungan
keluarga dalam merawat klien
- Menjelaskan cara merawat
klien

Anda mungkin juga menyukai