Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN RESIKO PELAKU KEKERASAN


RSJ SAMBANG LIHUM BANJARMASIN

M. FARID INDRA LESMANA


NIM PO 6220120129

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
2022
A. KASUS (PELAKU KEKERASAN)

1.   Definisi
Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan
dapat dilakukan secara verbal, diiarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung
kekerasaan atau riwayat perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri/orang
lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan. Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu
perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah
(Depkes RI, 2006, Berkowitz, 1993 dalam Dermawan dan Rusdi, 2013)

B. Etiologi/proses terjadinya masalah


Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi meliputi :
1) Psikologis menjadi salah satu faktor penyebab karena kegagalan yang dialami dapat menimbulkan
seseorang menjadi frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan.
2) Perilaku juga mempengaruhi salah satunya adalah perilaku kekerasan, kekerasan yang didapat
pada saat setiap melakukan sesuatu maka perilaku tersebut diterima sehingga secara tidak
langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
3) Sosial budaya dapat mempengaruhi karena budaya yang pasif-agresif dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolaholah kekerasan adalah hal yang wajar.
4) Bioneurologis beberapa pendapat bahwa kerusakan pada sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.

2. Selain faktor perdisposisi adapula faktor presipitasi yang meliputi :


1) Ekspresi diri dimana ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog
untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang
yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkohlisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematiaan anggota keluaraga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga

c. Pohon Masalah

Harga diri rendah kronis


causa

Perilaku Kekerasan
Core

Perubahan sensori persepsi : halusinasi


causa

(Sumber : yosep 2009)

D. Analisis
DATA MASALAH

RESIKO PELAKU KEKERASAN


• klien mengatakan jengkel dengan orang lain, mengungkapkan
rasa permusuhan yang mengancam, klien merasa tidak nyaman,
klien merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam.

• Klien mengatakan sering mendengar bisikan untuk memukul


orang yang tidak di sukai

Data Objektif:
1. tangan dikepal

2. tubuh kaku

3. ketegangan otot seperti rahang terkatup

4. nada suara tinggi

5. waspada dan pandangan tajam

6. reflek cepat serta, merusak secara langsung benda-benda


yang berada dalam lingkungan, menolak, muka merah, nafas
pendek.

Data Subjektif: Harga diri rendah


• Menilai diri negatif (misal. Tidak berguna, tidak tertolong).
• Merasa malu atau bersalah.
• Merasa tidak mampu melakukan apapun.
• Meremehkan kemampuan mengatasi masalah.
• Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif.
• Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri.
• Menolak penilaian positif tentang diri sendiri.
Data Objektif:
1. Enggan mencoba hal baru.
2. Berjalan menunduk.
3. Postur tubuh menunduk.
Data Subjektif: Gangguan interaksi sosial
• Merasa tidak nyaman dengan situasi sosial.
• Merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaan.
Data Objektif:
1. Kurang responsif atau tertarik pada orang lain.
2. Tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik.

E. diagnosa keperawatan
1. Resiko pelaku kekerasan
2. Harga diri rendah
3. Gangguan interaksi sosial
F.intervensi keperawatan/rencana tindakan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL
RESIKO PELAKU Setelah diberikan tindakan 1. Mengetahui permasalahan
KEKERASAN keperawatan selama 1x15 1. Identifikasi penyebab atau pemicu yang terjadi pada diri klien.
menit, diharapkan resiko kemarahan 2. Untuk membantu klien
pelaku kekerasan pada pasien 2. Gunakan pendekatan yang senang mengontrol marah
teratasi atau meyakinkan marah sesuai 3. Menerapkan strategi yang
dengan kriteria hasil: adiptif. cocok untuk mengendalikan
1. Perilaku menyerang 3. Dukungan menerapkan strategi amarah klien
MENURUN pengendalian marah dan ekspresi
2. Perilaku melukai diri marah adaptif
sendiri/orang lain 4. Anjurkan meminta bantuan perawat
MENURUN atau keluarga selama ketegangan
3. Perilaku merusak meningkat
lingkungan sekitar
MENURUN
4. Perilaku agresif/ngamuk
MENURUN
5. Suara keras MENURUN
6. Alam perasaan depresi
MENURUN
4.   Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat.


5.   Evaluasi Keperawatan 
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. (Keliat, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Rahmadani, KD. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Diakses tanggal 19 september 2022

Musmini, S. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Diakses tanggal 19 september 2022

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai