Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

RESIKO PERILAKU KEKERASAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :
Fitriyani Widia (J.0105.23.008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (Diagnosa Utama)


Resiko Perilaku Kekerasan
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis dapat terjadi dalam
duabentuk yaitu saat berlangsung kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan merupakan respon mal adaptif dari marah akibat tidak
mampu klien untuk mengatasi stressor lingkungan yang dialaminya
(Estika,2021)
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seseorang yang di tunjukkan
dengan perilaku kekerasan baik pada diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku kekerasan
yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak
baik fisik maupun kata-kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan. (Dermawan, Deden, dkk, 2013). .
b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor yang mendasari atau mempermudah
terjadinya perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai
kepercayaan maupun keyakinan berbagai pengalaman yang dialami setiap
orang merupakan factor predisposisi artinya mungkin terjadi perilaku
kekerasan (Direja,2011).
1. Faktor Biologis
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku
kekerasan yaitu sebagai berikut :
a) Faktor biologis
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan
perilaku kekerasan yaitu sebagai berikut :
- Pengaruh neurofisiologi, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif.
- Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmitter (epineprin,
noreineprin, dopamine, asetil kolin dan serotonin sangat
berperan daam nenfasilitasi dan mneghambatimpuls negative).
- Pengaruh genetic menurut riset Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat doman (potensi) agresif yang seang tidur dan
akan bangun jika terstimulasi oleh factor eksternal.
- Gangguan otak,sindrom otak organic berhubungan dengan
gangguan sistem serebral, tumor otak, peyakit enchepalitis
epilepsy terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tindakan kekerasan.
2. Faktor Psikologis menurut Dieja (2011)
a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai tujuan
mengalami hambatan akun timbul serangan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan
b) Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak
menyenangkan
c) Rasa frustasi
d) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
e) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tiak
terpengaruhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak terpengaruhinya kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan dapat membuat
konsep diri yang rendah. Agresif dan kekerasan dapat memberikan
kekuatan yang dapat meningkatkan citra diri serta memberi arti
dalam kehidupan
f) Teori pembelajaran , perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologic terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh
peran eksternal disbanding anak-anak tanpa factor predisposisi
biologik.

3. Factor Sosio Kultural


a) Sosial environment theory (teori lingkungan)
b) Lingkungan social akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengeksprsikan marah. Budaya tertutup dan membalas terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima.
c) Teori belajar sosial
d) Perilaku kekerasan dapat dipelajari secra langsung maupun melalui
proses sosialisasi
c. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu
bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan
fisik, kehilangan, kematian,dll)maupun dalam (putus hubungan dengan
orang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik , dll).
Selain itu lingkungan ya ng terlalu rebut, padat ,kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan. (Dermawan, Deden,2013).
d. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut:
1. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam) dan
jengkel
2. Intelektual : mendominasi , bawel, sarkasme, berdebat dan meremehkan
3. Fisik : muka merah , pandangan tajam , napas pendek , keringat, sakit
fisik, penyalahgunaan zat , dan tekanan darah meningkat
4. Spiritual : kemahakuaan, kebijakan/ kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral , kebejatan dan kreativitas terlambat
5. Sosial : menarik diri, pengasingan , penolakan , kekerasan , ejekan dan
humor
III. a. POHON MASALAH

Resiko Perilaku
Kekerasan

Gangguan Sensori
Isolasi Sosial
Persepsi: Waham

Harga diri rendah

b. Masalah Keperawatan
- Resiko PerilakuKekerasan
Data: Mudah marah-marah , mudah tersinggung , tatapan sinis , dan suka
menyendiri merasa tidak di hargai.
IV. DIAGNOSA
Resiko Perilaku Kekerasan
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Resiko Perilaku TUM: Klien tidak mencederai - Klien Dapat menyebutkan 1. Bina hubungan saling - Langkah awal untuk
Kekerasan diri sendiri, orang lain dan penyebab perilaku percaya intervensi selanjutnya
lingkungannya kekerasan, tanda-tanda a. Mengucapkan salam dengan harapan klien
TUK : perilaku kekerasan, jenis terapeutik percaya dan terbuka
1. Klien mampu perilaku kekerasan yang b. Berjabat tangan sambal dalam mengungkapkan
mengidentifikasi pernah dilakukan dan akibat menyebutkan nama perasannya dengan
penyebab PK dari perilaku kekerasan perawat rasa aman
2. Klien dapat yang dilakukan c. Menjelaskan tujuan - Memberikan
mengidentifikasi tanda- - Klien dapat menyebutkan interaksi pemahaman tentang
tanda PK cara mencegah/mengontrol d. Membuat kontrak topik, perilaku kekerasan
3. Klien dapat perilaku kekerasan dengan waktu dan tempat setiap pada klien sehingga
menyebabkan jenis PK latihan fisik kali bertemu memungkinkan klien
yang pernah e. Beri rasa aman dan untuk menghindari
dilakukannya sikap empati penyebab rasa marah
4. Klien dapat menyebutkan 2. Identifikasi penyebab - Menilai pengetahuan
akibat dari PK yang perasaan marah, tanda klien tentang efek
dilakukannya gejala yang dirasakan, perilaku agresif
5. Klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang terhadap diri sendiri
cara mencegah atau dilakukan, akibat PK yang dan orang lain
mengontrol PK dilakukan - Memberikan gambaran
6. Klien dapat mencegah 3. Jelaskan cara mengontrol pada klien cara
atau mengontrol PK nya perilaku kekerasan: fisik, menyalurkan marah
secara fisik, obat, verbal obat , veral dan spiritual. secara konstruktif.
da spiritual 4. Latih cara mengontrol  Dengan nafas
perilaku kekerasan dengan dalam mampu
cara fisik Tarik nafasdalam mengurangi
dan memukul Kasur atau ketegangan otot
bantal. saat marah,
sehingga dapat
menurunkan
energy emosi
 Dapat
menyalurkan
energy secara
positif tanpa
mencederai diri
sendiri dan orang
lain.
- Membantu
menetapkan kegiatan
yang mungkin
terselesaikan dengan
baik dan dapat
dilakukan secara
teratur.

Setelah pertemuan: - Menilai kemajuan dan


- Klien Mampu menyebutkan 1. Evaluasi tanda dan gejala perkembangan klien
kegiatan yang sudah perilaku kekerasan
- Memberikan
dilakukan 2. Validasi : kemampuan
pemahaman tentang
- Klien Mampu melakukan Tarik nafas
pentingnya penggunaan
memperagakan cara dalam dan puul Kasur dan
obat pada gangguan
mengontrol perilaku bantal
jiwa, akibat tidak
kekerasan dengan patuh 3. Tanyakan manfaat
sesuai dengan program,
minum obat dan prinsip 6 melakukan latihan,
akibat bila putus obat
benar minum obat menggunakan cara fisik ,
dengan prinsip 6 benar
dan beri pujian
dan motivasi rasa klien
4. Latih cara mengontrol
untuk mandiri dan
perilaku kekerasan dengan
menyadari
obat (jelaskan 6 benar :
kebutuhannya akan
benar nama, jenis, dosis,
pengobatan yang
waktu , benar cara ,
optimal
kontiniutas minum obat dan
dampak jika tidak kontinu
- Memungkinkan terapi
minum obat)
obat terlaksana lebih
efektif guna
mendukung proses
perawatan
penyembuhan klien

1. Evaluasi tanda dan gejala


- Menilai kemajuan dan
Setelah pertemuan perilaku kekerasan
perkembangan klien
- Klien Mampu menyebutkan 2. Validasi : kemampuan
- Dengan
kegiatan yang sudah pasien melakukan Tarik
mengungkapkan marah
dilakukan nafas dalam, pukul Kasur
secara verbal klien
- Klien Mampu dan bantal, jadwal minum
mampu
memperagakan cara obat
mengungkapkan marah
mengontrol perilaku 3. Tanyakan manfaat
secara asertif
kekerasan dengan verbal melakukan latihan nafas
sehinggaorang lain
yang baik . dalam , pukul Kasur dan
lebih memahami
bantal , manfaat minum
keinginan / maksud
obat dan ber pujian
klien maupun perasaan
4. Latih cara mengontrol
emosi yang sedang di
perilaku kekerasan secara
verbal (bicara yang baik : alami
meminta , menolak dan - Membantu menetapkan
mengungkapkan perasaan) kegiatan yang
5. Masukkan pada jadwal memungkinkan
kegiatan untuk latiha fisik, terselesaikan dengan
minum obat dan latihan baik dan dapat
cara bicara yang baik dilakukan secara
teratur.

1. Evaluasi : tanda dan gejala


perilaku kekerasan - Menilai kemampuan
2. Validasi : kemampuan dan perkembangan
Setelah pertemuan: pasien melakukan Tarik klien
- Klien Mampu menyebut nafas dalam, pukul kasur - Mengontrol PK dengan
kegiatan yang sudah dan bantal , minum obat cara spiritual dengan
dilakukan dengan 6 benar dan patuh , cara berdoa, berdzikir,
- Klien Mampu bicara yang baik wudhu , shalat dapat
memperagakan cara 3. Tanyakan manfaat latihan menurunkan
mengontrol perilaku Tarik nafas dalam, pukul ketegangan fisik dan
kekerasan dengan spiritual Kasur dan bantal , minum psikologis
dan kegiatan yang lain obat , bicara yang baik. Beri - Membantu menetapkan
pujian kegiatan yang
4. Latih mengontrol marah memungkinkan
dengan spiritual terselesaikan dengan
5. Masukkan pada jadwal baik dan dapat
kegiatan untuk latihan fisik, dilakukan secara teratur
minum obat, verbal dan
spiritual
VI. Strategi Pelaksanaan Untuk Pasien
SP 1 P:
1. Membina hubungan saling percaya,
2. Identifikasi penyebab perasaan marah tanda dan gejala yang dirasakan
3. Identifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4. Latih cara mengontrol secara fisik

SP 2 P:

1. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara fisik


2. Evaluasi latihan nafas dalam
3. Latih cara fisik ke-2 dengan pukul bantal atau guling
4. Susun jadwal harian

SP 3 P:

1. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal


2. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
3. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal (menolak dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik).
4. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

SP 4 P:

1. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


2. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, social/
verbal.
3. Latihan berdo’a, berwudhu/ sholat
4. Buat jadwal latihan berdoa atau beribadah.

SP 5 P:

1. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan obat


2. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien untuk mencegah marah yang sudah dilatih
3. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
4. Susun jadwal minum obat secara teratur
SP 1 K:

1. Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan


perilaku kekerasan di rumah
2. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
3. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan
gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)

SP 2 K:

1. Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan


2. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
3. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang sudah
diajarkan perawat
4. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan secara tepat
5. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan

SP 3 K:

1. Membuat perencnaan pulang bersama keluarga.


DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/309818119/SP-Resiko-Perilaku-Kekerasan diakses 10 juni 2021

Anda mungkin juga menyukai