Keterangan
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis atau
terhambat
Pasif : Respon Lanjutan dimana klien tidak mampu
mengungkapkan perasaannya
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol (Chiko, 2022).
5. Klasifikasi Jenis dan Sifat Masalah
a. Irritable Agression
Tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan marah. Agresi ini
dipicu oleh frustasi dan terjadi karena sirkuit pendek pada proses
penerimaan dan memahami informasi dan itensitas emosional yang
tinggi (Podlogar, 2021).
b. Instrumental Agression
Suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai alat untuk mencapai
tujuan tertentu. Misalnya untuk mencapai tujuan politik tertentu
dilakukan tindak kekerasan secara sengaja dan terencana
c. Man Agression
Suatu tindak agresi yang dilakukan oleh massa sebagai akibat
kehilangan individualitas dari masing-masing individu. Pada saat
orang berkumpul terdapat kecenderungan berkurangnya
individualitas, bila ada ada seseorang yang mempelopori tindak
kekerasan maka secara otomatis semua akan ikut melakukan
kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling
membangkitkan. Pihak yang menginisiasi tindak kekerasan tersebut
bisa saja melakukan agresi instrumental (sebagai provokator)
maupun agresi permusuhan karena kemarahan tidak terkendali.
III. Tanda dan Gejala
1) Fisik
Muka merah dan tegang
Mata melotot atau pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Postur tubuh kaku
Jalan mondar-mandir
2) Verbal
Bicara kasar
Suara tinggi, membentak atau teriak
Mengancam secara verbal atau fisik
Mengumpat dengan kata-kata kotor
Suara keras dan ketus
3) Perilaku
Melempar atau memukul benda atau orang lain
Menyerang orang lain
Melukai diri sendiri atau orang lain
Merusak lingkungan
Amuk atau agresif
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan tidak nyaman
Rasa terganggu, dendam dan jengkel
Tidak berdaya
Bermusuhan dan mengamuk, ingin berkelahi
Menyalahkan dan menuntut
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, dan kasar
Berdebat, meremehkan, dan sarkasme
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa dan merasa diri benar
Mengkritik pendapat orang lain
Menyinggung perasaan orang lain
Tidak perduli dan kasar
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, dan penolakan
Kekerasan, ejekan, sindiran
8) Perhatian
Bolos dan mencuri
Melarikan diri dan penyimpangan seksual (mochi, 2021).
IV. Pohon Masalah
Effect : Risiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan
V. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Halusinasi
3. Harga Diri Rendah
4. Isolasi Sosial
VI. Rencana Tindak Keperawatan
Menurut (khoerul ummah, 2022), yaitu:
a. Resiko Perilaku Kekerasan
1) Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik
secara fisik, sosial, verbal, spiritual.
2) Tujuan Khusus
Bina hubungan saling percaya
Klien dapat mengidentifikasi
Klien dapat dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
Klien dapat mengontorl perilaku kekerasan
3) Intervensi
Bina hubungan saling percaya
Bantu klien mengungkapkan perasaan
Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan
Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku
kekerasan
Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
Ajarkan klien mempraktekkan klien.
b. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
1) Tujuan umum
Klien dapat mengontrol halusinasi
2) Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengenal halusinasi
Klien dapat mengontrol halusinasi
Klien memilih cara mengatasi seperti yang telah didiskusikan
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
Klien dapat memanfaatkan obat secara teratur
3) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
Sapa klien dengan sopan dan perkenalan diri dengan sopan
Tanyakan nama klien dengan lengkap dan jelaskan tujuan
pertemuan
Tunjukan sikap empati dan beri perhatian pada klien
Observasi tingkah laku klien tertarik dengan halusinasi dan bantu
klien mengenal halusinasi
Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi
Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
halusinasi muncul
Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian pada
klien
Diskusikan cara klien untuk memutus mengontrol halusinasi dan
bantu klien cara memutus halusinasi
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih dan ajarkan
klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi
Diskusikan pada keluarga saat berkunjung tentang gejala
halusinasi
c. Harga Diri Rendah
1) Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan harga diri rendah
2) Tujuan Khusus
Klien mampu membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Klien dapat melakukan kegiatan
3) Intervensi
Bina hubungan terapeutik
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
klien dan beri kesempatan klien untuk mencoba
Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif dan utamakan
memberikan pujian realistic
Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bias digunakan
Rencanakan bersama dan beri reinforcement positif atas usaha
klien.
d. Isolasi Sosial
1) Tujuan Umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
2) Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan orang lain
Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
Klien dapat berkenalan
Klien dapat menemukan topik pembicaraan.
3) Intervensi
Beri salam dan panggil nama klien dan sebutkan nama perawat
dan berjabat tangan
Jelaskan tujuan interaksi dan kontrak yang dibuat
Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati dan beri kesempatan
klien mengungkapkan perasaannya
Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan berinteraksi
dengan orang lain dan beri kesempatan klien menerapkan teknik
berkenalan
Latih berhubungan sosial secara bertahap dan masukkan dalam
jadwal harian klien.
DAFTAR PUSTAKA
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
a. Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
2. Diagnosa keperawatan : Perilaku kekerasan/ngamuk
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua”
“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan tempatnya disini di
ruang tamu,bagaimana bapak setuju?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti
bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
bapak melakukannya”.
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa
merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam
berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00
sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa&istirahat y pak”
SP 3 Pasien:
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang
sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada
tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya
larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan
baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus
pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu
itu’. Coba praktekkan. Bagus”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang,
dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai
nanti ya”
SP 4 Pasien:
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).”
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?”
SP 5 Pasien:
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
FASEKERJA (perawat membawa obat pasien)
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang.
Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam
7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini
minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum
obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa”
BUNUH DIRI
V. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku bunuh diri
Bunuh diri
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
VI. Rencana Tindak Keperawatan
1. Data subjektif:
Mengungkapkan keinginan bunuh diri
Mengungkapkan keinginan untuk mati
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
Mengungkapkan adanyanya konflik interpersonal
Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
2. Data objektif:
Impulsif
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan(biasaya menjadi sangat
patuh)
Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol)
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karier) (Jatmiko, 2020).
A. Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri (D.0135)
berkurang Terapeutik:
5. Perilaku merusak 5 Libatkan dalam perencanaan
lingkungan sekitar perawatan mandiri
9 Tingkatkan pengawasan
pada kondidi tertentu
(missal,rapat staf, pergantian
shift)
10 Lakukan intervensi
perlindungann
(mis.pembatasan area,
pengekangan fisik), jika
perlu
12 Diskusikan rencana
menghadapi ide bunuh diri
dimasa depan (mis orang
yang dihubungi, kemana
mencari bantuan )
13 Pastikan pbat ditelan
Edukasi
14 Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang dialami
kepada orang lain
15 Anjurkan menggunkaan
sumber pendukung
(mis.layanan spiritual,
penyedia layanan)
16 Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau orang
terdekat
Kolaborasi
19 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, atau
antipsikotik, sesuai indikasi
20 Kolaborasikan tindakan
keselamatan kepada PPA
21 Rujuk kepelayanan
kesehatan Mental, jika perlu.
Manajemen mood
Observasi:
22 Identifikasi mood (mis,
tanfa, gejala, riwayat
penyakit)
23 Identifikasi risiko
keselamatan diri atau orang
lain
24 Monitor fungsi
kognitif(mis.konsentrasi,
memori,kemampuan
membuat keputusan)
Teraupetik:
26 Fasilitasi pengisian
kuesioner self-report
(mis.beck depression
inventory, skala status
fungsional), jika perlu
Edukasi
28 Jelaskan tentang gangguan
mood dan penanganannya
Kolaborasi
34 Kolaborasi pemberian obat,
jika perlu
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya A yang merawat putra bapak dan
ibu dirumah sakit ini”.
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar B tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita
berbincang-bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita awasi terus B.
2. Fase Kerja
“Bapak/Ibu, B sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
pekerjaan dan ditinggal istrinya, sehingga sekarang B selalu ingin mengakhiri
hidupnya. Karena kondisi B yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-
waktu, kita semua perlu mengawasi B terus-menerus. Bapak/Ibu dapat ikut
mengawasi ya.. pokoknya kalau dalam kondisi serius seperti ini B tidak boleh
ditinggal sendirian sedikitpun”.
“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat
digunakan B untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang.
Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disikitar B.” “Selain itu, jika
bicara dengan B fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negative.’’
“Selain itu sebaiknya B punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya
bermain sepak bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara tersebut?” “Baik mari sama-sama kita
temani B, sampai keinginan bunuh dirinya hilang.
SP 2 Keluarga: percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara
merawat anggota keluarga beresiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu. Bagaimana keadan Bapak/Ibu?”
“Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara
melindungi dari bunuh diri.”
“Dimana kita akan diskusi? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa
lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”
2. Fase Kerja
“Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan B?”
“Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala
bunu diri. Pada umunya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukan
tanda melalui percakapan misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain
lebih baik tanpa saya.” Apakah B pernah mengatakannya?”
“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya
Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari B secara serius. Pengawasan
terhadap B ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan
dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut,
dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya
dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak
melakukan tindakan tersebut. Katakan bahwa Bapak/Ibu sayang pada B.
Katakan juga kebaikan-kebaikan B.”
“Usahakan sedikitnya 5 kali sehari Bapak/Ibu memuji B dengan tulus.”
“Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari
bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas
atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius.
Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat
untuk mengatasi keinginan bunuh diri.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi
kembali cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
“Ya bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan
bunuh diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan
yang akan datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian
masalah.”
SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh
diri/isyarat bunuh diri
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu
lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan
minggu lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita latihan?”
2. Fase Kerja
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan
ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti
ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada B”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar
melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dengan
pasien risiko bunuh diri
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum pak, bu, hari ini B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita
membicarakan jadual B selama dirumah.”
“Berapa lama kita bisa diskusi?”
“Baik mari kita diskusikan.”
2. Fase Kerja
“Pak, bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah
dilakukan dirumah?’ tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun
jadual minum obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh B selama di rumah. Kalau misalnya B terus menerus mengatakan ingin
bunuh diri, tampak gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain, tolong bapak dan ibu segera hubungi Suster C dirumah sakit harapan
peduli,rumah sakit terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon rumah
sakitnya: (0771) 12345. Selanjutnya suster C yang akan membantu memantau
perkembangan B”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas?”
“Ini jadwal kegiatan harian B untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk
perawat C di rumah sakit harapan peduli. Jangan lupa kontrol kerumah sakit
sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silahkan selesaikan
administrasinya”.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI
PELAKSANAAN WAHAM
PANTI SOSIAL BINA LARAS
HARAPAN SENTOSA 4
WAHAM
V. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Proses Pikir: Waham
VI. Rencana Tindak Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham
1. Tujuan umum:
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham
2. Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan
a. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan
perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan
anda” disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di
tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan
tinggalkan klien sendirian.
d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
4) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
a. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat
b. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6) Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan
follow up obat
b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga (Syahfitri et al.,
2022).
DAFTAR PUSTAKA
Chaudhari, A. (2021). Gangguan waham. Ucv, I(02), 390–392.
Hapsari, A. (2022). Laporan Khusus Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. S dengan
Masalah Keperawatan Waham di Ruang Sembodro RSJ Grhasia Daerah
Istimewa Yogyakarta. 9–25.
Mozza. (2022). LAPORAN_PENDAHULUAN_WAHAM.
Syahfitri, Melani, Syahdi, D., Syafitri, F., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan
Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Proses Pikir: Waham Kebesaran
Pendekatan Strategi Pelaksanaan (SP). Studi Kasus, March, 1–4.
https://doi.org/10.31219/osf.io/ewj4u
Waruwu, A. M., Putri, N., Harta, M., & Putra, R. (2023). Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Tn . F Dengan Masalah Gangguan Proses Pikir : Waham
Kebesaran.
Wicaksana, A., & Rachman, T. (2022). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, Waham
Besar. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 3(1), 10–
27. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf
STRATEGI PELAKSANAAN
WAHAM
A. Rencana Keperawatan
Diagnosa I: Perubahan isi pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1.1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai
ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
1.3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.
1.4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
2.1 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2.2 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
2.3 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan
perawatan diri).
2.4 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
3.2 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3.3 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
3.4 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
3.5 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
4.1 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
4.2 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
4.3 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat.
5.2 Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
5.3 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
5.4 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
ORIENTASI
“Selamat pagi mas B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah mas B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran amas?”
“Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”
KERJA
“Apa saja hobby amas? Saya catat ya Mas, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya mas B pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain catur seperti itu
lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa mas B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada mas B, dimana?”
“Bisa mas B peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan mas B yang lain selain bermain catur?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
amas?”
“Setelah ini coba mas B lakukan latihan catur sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus mas B minum, setuju?”
ORIENTASI
“Selamat pagi mas B.”
“Bagaimana mas sudah dicoba latihan caturnya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat
yang mas B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”
“Berapa lama mas B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
KERJA
“Mas B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Mas B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam mas, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih
ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran
jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut mas B terasa kering, untuk membantu mengatasinya amas bisa
banyak minum ”.
“Sebelum minum obat ini mas B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama mas
tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang
lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya mas B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum
sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang mas B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan amas. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Mas!”
“mas, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana
kalau seperti biasa, jam 10 dan di sini?”
“Sampai besok.”
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI
PELAKSANAAN HALUSINASI
PANTI SOSIAL BINA LARAS
HARAPAN SENTOSA 4
HALUSINASI
Gangguan persepsi
sensori : halusinasi
V. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
1. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan jiwa yang mungkin muncul pada pasien dengan
halusinasi, diantaranya yaitu:
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
c. Isolasi sosial: menarik diri
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan halusinasi, yaitu
diantaranya:
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan mendengar sesuatu
2) Klien mengatakan melihat bayangan putih
3) Klien mengatak dirinya seperti disengat listrik
4) Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses.
5) Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
6) Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berebda
pada dirinya
b. Data Objektif
1) Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat unutk menfengarkan
sesuatu
4) Disorientasi
5) Kosentrasi rendah
6) Pikiran cepat berubah-ubah
7) Kekacauan alur pikiran (Farhanah, 2021).
VI. Rencana Tindak Keperawatan
a. Tujuan Keperawatan Jiwa pada Pasien:
1) Pasien mampu mengidentifikasi jenis halusinasi
2) Pasien mampu mengidentifikasi isi halusinasi
3) Pasien mampu mengidentifikasi waktu halusinasi
4) Pasien mampu mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5) Pasien mampu mengidentifikasi siruasi yang menimbulkan halusinasi
6) Pasien mampu mengidentifikasi respon terhadap halusinasi
7) Pasien mampu mengontrol halusinasi (menghardik, berbincang dengan
orang lain, melakukan kegiatan yang terjadwal, minum obat secara
teratur) dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
b. Tujuan Keperawatan Jiwa pada Keluarga:
1) Keluarga mampu mengungkapkan masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien
2) Keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya halusinasi
3) Keluarga mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara merawat
pasien halusinasi
4) Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
c. Tindakan Keperawatan Jiwa pada Pasien:
1) Identifikasi jenis halusinasi pasien
2) Identifikasi isi halusinasi pasien
3) Identifikasi waktu halusinasi pasien
4) Identifikasi frekuensi halusinasi pasien
5) Identifikasi siruasi yang menimbulkan halusinasi
6) Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi
5) Latih pasien cara kontrol halusinasi dengan cara menghardik,
berbincang dengan orang lain, melakukan kegiatan yang terjadwal,
minum obat secara teratur, dan bimbing untuk memasukkannya
kedalam jadwal kegiatan harian.
d. Tindakan Keperawatan Jiwa pada Keluarga:
1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya perilaku kekerasan
3) Jelaskan dan praktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi
4) Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
5) Jelaskan follow up pasien sesudah pulang (Aldam & Wardani, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Aldam, S. F. S., & Wardani, I. Y. (2019). Efektifitas penerapan standar asuhan
keperawatan jiwa generalis pada pasien skizofrenia dalam menurunkan gejala
halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(2), 165.
https://doi.org/10.26714/jkj.7.2.2019.167-174
Campbell, W. (2021). Book Review: The Broken Brain. The Biological Revolution
in Psychiatry. Canadian Journal of Occupational Therapy, 54(1), 38–39.
https://doi.org/10.1177/000841748705400119
Direja, A. H. S. 2011. (2020). Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika. Ellina, A. (2012). Pen. 1–35.
Farhanah. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Halusinasi. OSF
Preprints, 1–47. https://osf.io/fdqzn
Munikarie, E. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran Di Wisma Nakula Sadewa RSJ Grhasia
Daerah Istimewa Yogyakarta. Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta, 1–19.
Wahyuningsih. (2021). Laporan Pendahuluan Halusinasi. In Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952. (pp. 2013–2015).
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI
Rencana Keperawatan
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat?
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum.
Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya
bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks
dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat,
bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat
habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus
teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat
jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus
cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI
PELAKSANAAN HARGA DIRI RENDAH
PANTI SOSIAL BINA LARAS
HARAPAN SENTOSA 4
a. Respon Adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta
bersifat membangun (konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor
yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri
b. Respon Maladaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif
serta bersifat merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor
yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri
c. Aktualisasi diri : pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri
positif
d. Konsep diri positif : dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan
yang diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan
e. Harga Diri Rendah : perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan
f. Kerancuan identitas : ketidakmampuan individu mengintegrasikan
aspek psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang
bertentangan dan perasaan hampa
g. Depersonalisasi : merasa asing terhadap dirinya sendiri dan
kehilangan identitas (Wijayati et al., 2020).
5. Klasifikasi Jenis dan Sifat Masalah
Dalam (Fazriyani & Mubin, 2021) Klasifikasi Harga Diri Rendah dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan)
2) Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan dalam waktu lama
III. Tanda dan Gejala
Manifestasi yang biasanya muncul pada pasien dengan masalah Harga Diri
Rendah kronis (Ramadhani & Dkk, 2021)
1. Mayor
a. Subjektif
Menilai diri dengan negatif atau mengkritik diri
Merasa tidak berarti atau tidak berharga
Merasa malu atau minder
Merasa tidak mampu melakukan apapun
Meremehkan kemampuan yang dimiliki
Merasa tidak memiliki kelebihan
b. Objektif
Berjalan menunduk
Postur tubuh menunduk
Kontak mata kurang
Lesu dan tidak bergairah
Berbicara pelan dan lirih
Ekspresi muka datar
Pasif
2. Minor
a. Subjektif
Merasa sulit konsentrasi
Mengatakan sulit tidur
Mengungkapkan keputusasaan
Enggan mencoba hal baru
Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
b. Objektif
Bergantung pada pendapat orang lain
Sulit membuat keputusan
Sering kali mencari penegasan
Menghindari orang lain
Lebih senang menyendiri
IV. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Menurut Sutejo (2022) respon adaptif adalah respon yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika
b. Respon Maladaptif
Menurut Sutejo (2018) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari
norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang
sendiri.
subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu
3. Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah
marah.
3. POHON MASALAH
1. Pohon Masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan :Isolasi sosial
B. Strategi pelaksanaan tindakan:
1. Tujuan khusus :
a. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi
terjadinya isolasi sosial
b. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
c. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan
orang lain
d. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
2. Tindakan keperawatan.
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain, dan mengajarkan pasien berkenalan
ORIENTASI (PERKENALAN):
“Selamat pagi ”
“Saya ..............., Saya senang dipanggil ....., Saya mahasiswa UNIMUS yang akan
merawat Ibu.”
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman ibu ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu? Bagaimana kalau 15 menit”
KERJA:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? Siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang bercakap-
cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O.. ibu merasa sendirian? Siapa
saja yang ibu kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?”
“Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
yang lain?”
”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa
lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu inginkah ya ibu ? belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T,
senang dipanggil T. Asal saya dari Flores, hobi memancing”
“Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya
apa?”
“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan
saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”
” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau
praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada
jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan
dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
ORIENTASI:
“Selamat pagi bu! Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Tkemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T kemarin
siang”
”Bagus sekali ibu menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu ibu ingin punya banyak teman lagi?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien
O”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )
« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »
« Baiklah bu, ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah ibu
lakukan sebelumnya. »
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »
« Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada O»
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »
(ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
« Baiklah O, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan ibu. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan
terminasi dengan S di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan O”
”Dibandingkan kemarin pagi, T tampak lebih baik saat berkenalan dengan
O” ”pertahankan apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan O jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan
orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang
dan jam 8 malam, ibu bisa bertemu dengan T, dan tambah dengan pasien yang
baru dikenal. Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana ibu, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman ibu. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI
PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN
SENTOSA 4
A. Masalah utama
Deficit perawatan diri
B. Proses terjadinya masalah
1. Defenisi
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan
dir, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toileting) (Indriani et al., 2021).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias
secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Indriani et al., 2021)
2. Penyebab
Menurut, (Sapitri et al., 2024) penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2020),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
3) Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Tanda dan gejala
3. Tanda dan Gejala Menurut Depkes (2020) Tanda dan gejala klien dengan
defisit perawatan diri adalah:
a) Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
Penampilan tidak rapi
b) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat
C. Pohon masalah
Isolasi social
D. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar
dan mencapai tujuan (Herni, 2022). Kategori ini adalah klien bisa
memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Sapitri et al., 2024)
E. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan
apa-apa. Klien mengatakan BAK/BAB di sembarang tempat. Kien
mengatakan tidak mengerti cara BAB dan BAK di kamar mandi.
Data oobyektif
b. Isolasi Sosial
Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri.
Data obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat
tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
Data subyektif
Data obyektif
F. Diagnose keperawatan
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Isolasi Sosial
Deficit perawatan diri
Tujuan khusus :
Isolasi social
Tujuan khusus :
Tindakan:
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya . Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau
bergaul
Herni, S. (2022). Defisit Perawatan Diri Pada Klien Skizofrenia: Aplikasi Teori
Keperawatan Orem. Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(1989).
Indriani, B., Fitri, N., & Utami, I. T. (2021). Pengaruh Penerapan Aktivitas
Mandiri : Kebersihan Diri Terhadap Kemandirian Pasien Defisit Perawatan
Diri Di Ruang Kutilang Rsj Daerah Provinsi Lampung. Jurnal Cendikia Muda,
1(September), 382–389.
Sapitri, L., Yulianti, F., Tiara, T., Karli, P., Lestari, B. I., & Nurya, S. (2024).
Personal Hygiene Pada ODGJ Dengan Defisit Perawatan Diri Di Kelurahan
Pondok Belakang Kota Bengkulu. Jurnal Dehasen Untuk Negeri, 3(1), 135–
138. https://doi.org/10.37676/jdun.v3i1.5588
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
KERJA
“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian
yang bersih 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan,
lihat ke cermin, bagus…sekali!
“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali perminggu
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya,
Bagus !” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti
tadi ya! Mari kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore
jam berap ?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien
yang lain.
SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
ORIENTASI
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah
di tandai dijadual harian ?
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T
kita dekat cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )
KERJA
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang
disisir rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba
dibedakin mukanyaT, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari
dioles tipis. Nach…coba lihat dikaca!
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T belajar berdandan”
“T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan
harian, sama jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di
ruang makan bersama pasien yang lain”.
SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
ORIENTASI
“Selamat siang T,”
” Wow...masih rapi dech T”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan
langsung di ruang makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“
KERJA
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T
makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan!
“Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa
dulu. Silakan T yang pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan
pelan-pelan. Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan
piring,dan gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya
bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat, coba...T minta sendiri obatnya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang
baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci
tangan.)”
” Nach... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam
jadual?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman
kalau jam 10.00 disini saja ya...!”
SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
ORIENTASI
“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan
jadual kegiatannya..?”
“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?
“ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech...!
KERJA
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing
yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada
saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang
tempat ya.....”
“Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?”
“Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono
membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada
tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”. “Setelah Tono selesai cebok,
jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram
tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak
tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti
Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/
air kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali
pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana
telah tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Untuk pasien wanita:
“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah
depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk
mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”
“Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan
tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang
berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci
tangan dengan menggunakan sabun.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing
yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.
“ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan
jadual kegiatannya.