Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan jiwa

CI Pembimbing : Laili Mahmudah, Skp

Disusun Oleh :

NAMA : HANIFA NUR ESHA


NIM : P27901119073

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Risiko Perilaku Kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang
marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak
terkontrol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008)

B. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya Risiko perilaku Kekerasan
meliputi:
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-
anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi
pelaku perilaku kekerasan.
2) Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka
kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan
diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
3) Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah
hal yang wajar.
4) Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut
menyumbang terjadi perilaku kekerasan.

C. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan Risiko Perilaku Kekerasan antara lain:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

D. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman dan nyaman
c. Rasa terganggu, dendam dan jengkel
d. Tidak berdaya
e. Bermusuhan
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Serasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual

E. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Phenotizin
b. Obat anti depresi : Amitriptyline
c. Obat anti ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat
5) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialami
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan
tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi music
Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien.

G. Rentang Respon Marah


Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari respon
adaptif sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama mempelajarinya
untuk mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang
respon perilaku kekerasan.
Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan :

Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.

Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat.

Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan


perasaannya.

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.

Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

H. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain: ((Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).

1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan
akibat rasa amarah.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk kedalam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakanya.
4) Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan
sebagai rintangan misalnya sesorangan yang tertarik pada teman
suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
5) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja
mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya.
Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.
.
III. A. POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku Kekerasan Core Problem

Harga Diri Rendah

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

 Masalah keperawatan :
Risiko Perilaku Kekerasan
 Data yang perlu dikaji :
1) Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
2) Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah, dan perkembangan yang dicapai.
3) Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social
budaya.
4) Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5) Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6) Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat
makan kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8) Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
9) Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10) Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
11) Aspek medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
12) Daftar masalah keperawatan
a. Perilaku kekerasan
b. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Isolasi social
f. Berduka disfungsional
g. Penatalaksanaan regimen teurapeutik inefektif
h. Koping keluarga inefektif

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Risiko Perilaku kekerasan

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN
DX.KEP KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI
EVALUASI
Risiko Perilaku Selama perawatan Setelah … x SP I:
Kekerasan diruangan, pasien tidak pertemuan pasien 1. Diskusikan
memperlihatkan mampu : penyebab, tanda
perilaku kekerasan, 1. Pasien Percaya dan gejala,
dengan kriteria hasil : kepada perawat bentuk dan
1. Dapat membina 2. Paisen dapat akibat PK yang
hubungan saling menyebutkan hal dilakukan pasien
percaya yangmenyebabka serta akibat PK.
2. Dapat n marah, tanda 2. Latih pasien
mengidentifikasi dan gejala marah mencegah PK
penyebab, tanda dan dan akibat dari dengan cara:
gejala, bentuk dan PK. fisik (tarik nafas
akibat PK yang 3. Pasien mampu dalam &
sering dilakukan. melakukan cara memukul
3. Dapat untuk bantal).
mendemonstrasikanc mengontrol PK. 3. Masukkan dalam
ara mengontrol PK 4. Pasien dapat jadwal harian
dengan cara : meminum obat SP II:
 Fisik secara teratur 1. Diskusikan
 Social dan verbal 5. Pasien dapat jadwal harian

 Spiritual memilih cara 2. Latih pasien

4. Minum obat teratur mengontrol Pk mengntrol PK

5. Dapat menyebutkan yang di ajarkan dengan cara

danmendemonstrasi dengan efektif sosial.

kan cara mencegah dan sesuai. 3. Latih pasien cara

PK yang sesuai. 6. Paisen dapat menolak dan

6. Dapat memelih cara terlibat aktifitas meminta yang

mengontrol PK yang di luar ruangan. asertif.

efektif dan sesuai. 7. Pasien dapat 4. Masukkan dalam

7. Dapat melakukan mmenuliskan jadwal kegiatan

cara yang sudah setiap kegiatan harian

dipilih untuk yang dilakukan SP III:

mengontrl PK. di buku harian 1. Diskusikan

8. Memasukan cara 8. Pasien mendapat jadwal harian.

yang sudah dipilih dukungan dari 2. Latih cara

dalam kegitan keluarga. spiritual untuk

harian. mencegah PK.

9. Mendapat dukungan 3. Masukkan dalam

dari keluarga untuk jadawal kegiatan

mengontrol PK. harian.


10. Dapat terlibat SP IV:
dalam kegiatan 1. Diskusikan
diruangan jadwal harian.
2. Diskusikan
tentang manfaat
obat dan
kerugian jika
tidak minum
obat secara
teratur.
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
VI. SUMBER
AzizR, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan), Widya
Medika, Jakarta

Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.

Anda mungkin juga menyukai