Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) & STRATEGI PELAKSAAN (SP)

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing :

Eriyono Wijoyo.S.Kep.Ns.,M.Kep.Sp.Kep.J

Disusun Oleh :

Ufferotul abdiyah 1914201078

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Gambaran kasus
Nn. Indri usia 19 thn dibawah ke RS karena marah marah tidak dibelikan hp, pasien
mengatakan sering menghancurkan peralatan rumah tangga. pasien tampak kesal dan
marah
B. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari kemarahan, hasil dari
kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan yang timbul pada klien
skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut,dan ditolak oleh
lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan interpersonal dengan oran
lain (Pardede, Keliat & Yulia, 2015).

Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di tunjukan dengan perilaku kekerasan baik
pada diri sediri maupun orang lain dan lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal.
Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi
melukai, merusak baik fisik maupun kata-kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai


seseorang secara fisik maupun psikologis dapat terjai dalam dua bentuk yaitu saat
berlangsung kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan
respon maladaptif dari marah akibat tidak mampu klien untuk mengatasi strssor
lingkungan yang dialaminya (Estika, 2021).

C. Penyebab perilaku kekerasan


1. Factor predisposisi
Menurut Yusuf (2015), terdapat faktor predisposisi dan faktor presipitasi terjadinya
perilaku kekerasan, yaitu:
a. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan hasil dari dorongan
insting
b. Psikologis
Bredasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi. Tujuan tidak trecapai dapat menyebabkan frustasi
berekepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai
berikut : (Stuart, 2016).
d. System limbic
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta
perilaku seperti makan, agresif dan respons seksual.Selain itu, mengatur,
mengatur sistem informasi dan memori.
e. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan interpretasi
pendengaran.
f. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta pengelolaan
emosi dan alasan berpikir.
g. Neurotransmitter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin,
Dopamin, Neropineprin, Acetylcholine dan GABA.
h. Perilaku

1. Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan belajar


mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespon positif terhadap
frustasi.

2. Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan orang tua


memengaruhi kepercayaan dan percaya diri individu.
3. Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak atau
mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengarduhi penggunaan
kekerasan sebagai koping.
i. Sosiokultural
1. Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima
akan menimbulkan sanksi.
2. Budaya asertif di masyartakat membantu individu yang
berespon terhadap marah yang sehat.
2. Factor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab lain (Parwati, Dewi & Saputra 2018).

D. Tanda dan gejala


Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut :

1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), dan
jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan
3. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral,
kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan humor
6.
E. Rentang respon

Adaftif maladaftif

Asersif frustasi pasif agresif amuk


Keterangan:

1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang


lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari
ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol
oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain.
F. Mekanisme koping
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping
klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan koping yang konstruktif
dalam mengekpresikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif,
denial dan reaksi formasi.
Perilaku yang berkaitan dengan risiko perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah marah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik
gaster menurun, kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku
dan disertai reflek yang cepat

b. Menyatakan secara asertif


Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku asertif adalah cara yang terbaik,
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara
fisik maupun psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat
mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk menarik
perhatian orang lain.

d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku untuk menarik
perhatian orang lain.
G. Pohon masalah
Efek Resiko bunuh diri/mencelakai orang lain

Masalah Resiko perilaku kekerasan

Penyebab Mekanisme koping tidak effektif

H. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori
4. Harga diri rendah
5. Isolasi sosial
6. Verduka fungsional
7. Penatalaksanaan regimen teraupetik infektif
8. Koping keluarga infektif
I. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.


b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada
keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
J. Renacana tindakan
Diagnosa: resiko perilaku kekerasan
Tujuan umum: klien terhindari dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam teraupetik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidenfikasi pemyebab perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Beri kesempatan mengungngkapkan perasaan
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang
3. Klien dapat mengidenfikasi tanda – tanda perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel / kesel
b. Observasi tanda perilaku kekerasan
c. Simpulkan bersama klien tanda – tanda jengkel / kesal yang dialami klien
4. Klien dapat mengidenfikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tindakan :
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
c. Tanyakan “ apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ? “
5. Klien dapat mengifrnfikasi akibat perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yangdigunakan
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mendemontrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Diskusikan kegiatan fisik yang bisa dilakukan klien
b. Beri pujian atas kegiatan fisik yang paling mudah dilakukan klien
c. Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku
kekerasan, yaitu : tarik nafas dalam dalan pukul kasur serta bantal
7. Klien dapat mendemostrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
b. Beri contoh cara bicara yang baik
c. Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
d. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih
diruangan
8. Klien dapat mengidenfikasi cara konstruksif dalam respon terhadap kemarahan
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berorahraga, memukul bantal / kasur
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada tuhan untuk diberi
kesabaran
9. Klien dapat mengidenfikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Bantu memilih cara yang paling tepat
b. Bantu mengidenfikasi manfaat cara yang telah dipilih
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah
10. Klien mendapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
11. Klien dapat menggunakan obat dengan benar ( sesuai program )
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping )
b. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar ( nama, obat, dosis, cara
dan waktu )
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang di rasakan
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang di rasakan

Anda mungkin juga menyukai