Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Kesehatan bagi anak tidak terlepas dari pengertian kesehatan secara umum. Kesehatan di sini
meliputi kesehatan badan, rohani, dan sosial, tidak terbatas hanya bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan. Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang beresiko bagi setiap kehidupan anak,
maka sangat penting untuk memperhatikan semua aspek yang mendukung dan yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan, dua peristiwa
yang berbeda namun saling berkaitan dan saling mempengaruhi (Krisdiyanti, 2015).
Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif artinya perkembangan terdahulu
akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak usia dini berada dalam masa
kecemasan disepanjang rentang usia perkembangan manusia, bahwa masa ini merupakan periode
sensitif yang mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya baik disengaja maupun
tidak disengaja. Pada masa inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga
anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul
pada perilaku sehari-hari.

Leukemia merupakan proliferasi sel Leukosit yang abnormal, ganas sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari normal. Leukemia merupakan sekumpulan penyakit yang ditandai adanya
akumulasi leukosit ganas dalam sum sum tulang dan darah (Wijaya & Putri, 2013). Leukemia
merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah leukosit dalam bentuk akut sering
kali rendah. Sel - sel imatur ini tidak dengan sengaja menyerang dan menghancurkan sel darah
normal atau jaringan vaskuler (Apriany & Dyna, 2016). Gejala dari leukemia yang dapat
dirasakan seperti, nyeri kepala, nyeri abdomen, nyeri pada tulang dan persendian, perdarahan
pada leukemia dapat berupa ekimosis dan ptekie (Wijaya & Putri, 2013).

Nyeri umunya dialami di masa kecil untuk pertama kalinya dan merupakan salah satu insiden
perkembangan penting dari kehidupan anak – anak. Mengurangi rasa sakit atau nyeri pada anak
anak adalah hal yang penting dalam membangun reaksi mereka terhadap pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu, nyeri pada anak – anak harus dikelola secara efisien. Pengelolaan nyeri pada
anak – anak adalah dengan metode non farmakologi. Metode non farmakologi (distraksi) pada
anak anak dapat dilakukan dengan terapi bermain (Karakaya, 2016).

Tingkat kecemasan anak usia pra sekolah yang di rawat inap di rumah sakit masuk dalam
kategori tinggi, bahkan ada yang sangat tinggi. Tingkat kecemasan ini harus segera mendapat
penanganan agar anak tidak merasa stres berada di rumah sakit. Sebab pikiran yang stres akan
menyebabkan anak akan lama pulih dari pengobatan yang sedang dijalani. Oleh karena itu
bentuk terapi agar anak merasa nyaman di rumah sakit dapat berupa dengan permainan. Salah
satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada
anak adalah dengan memberikan terapi bermain. Terapi bermain dapat dilakukan sebelum
melakukan prosedur pada anak, hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa tegang dan emosi yang
dirasakan anak selama prosedur berlangsung.
Penggunaan metode bermain dengan menggunakan puzzle disamping manfaatnya yang banyak,
juga dapat memberikan kesenangan kepada anak saat memainkannya sehingga kecemasan yang
dirasakan oleh anak dapat menurun. Bermain puzzle juga bermanfaat untuk membantu
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak. Puzzle juga dapat membantu
perkembangan mental dan kreativitas pada anak usia prasekolah. Pemilihan puzzle sebagai terapi
bermain juga dikarenakan bermain puzzle tidak memerlukan tenaga yang berlebihan sehingga
anak tidak akan capek. Berdasarkan data dan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi menggunakan permainan puzzle terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani kemoterapi.

Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan dukungan psikologis pada anak anggota
keluarga. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi dampak
hospitalisasi pada anak adalah dengan memberikan terapi bermain. Terapi bermain dapat
dilakukan sebelum melakukan prosedur pada anak, hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa
tegang dan emosi yang dirasakan anak selama prosedur berlangsung.

METODE PENCARIAN JURNAL

Pencarian topik yang berhubungan dengan tema dicari melalui penelusuran database online .
adapun database online yang digunakan adalah shinta , DOAJ , Schollar. keyword “ kecemasan ,
“ chemotheraphy, puzzle,. Penulis menetapkan kriteria inklusi yaitu artikel berupa research
article ( artikel penelitian ) , Naskah lengkap yang dapat di akses (free full text pdf) . tahun terbit
artikel penelitian antara tahun 2017 – 2019 .artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia dan inggris
dan intervensi terapi puzzle diberikan untuk kelompok anak usia prasekolah (3-6 tahun). Kriteria
inklusi yang ditetapkan pada artikel adalah Penelitian quasy Experiment dengan rancangan one
group pretest-posttest, menggunakan uji t dependen dan deskriptif. Hasil akhir penelusuran
artikel terdapat 6 artikel yang dianalisis dalam penulisan ini.

HASIL PEMBAHASAN

Hasil penelusuran menemukan 5 (Lima) artikel yang membahas Terapi Bermain Puzzle pada
anak terhadap penurunan nyeri pada penderita kanker. Penulis dan tahun publikasi artikel, judul
penelitian, jenis penelitian, responden, jenis intervensi terapi puzzle, durasi dan lokasi penelitian,
serta hasil penelitian pada 5 (Lima) artikel tersebut dapat dilihat di Tabel 1. Pada 5 artikel
tersebut ditemukan terdapat perbedaan pada sebelum dan sesudah dilakukannya bermain puzzle
responden yaitu responden penelitian kecemasan anak sebelum dan sesudah diberikan terapi
bermain puzzle.

Tabel 1. Hasil Analisis Jurnal

N Penulis, Judul Penelitian Desai Responden Penelitian Jenis Hasi


o Tahun Penelitian Intervens l
Publikas i Terapi
i Artikel Puzzle

1 Ball et. TERAPI pra- 14 Responden anak usia 3-6


al. BERMAIN eksperimenta tahun
(2012) PUZZLE l dengan
TERHADAP One  Berdasarkan tabel 2
PENURUNA Group pre- memperlihatkan bahwa
N TINGKAT post test mayoritas kecemasan
KECEMASA design yang dialami oleh
N PADA responden sebelum
ANAK USIA diberikan terapi
PRASEKOLA bermain puzzle
H (3-6  Hasil observasi dan
TAHUN) kuesioner bahwa
YANG kecemasan anak
MENJALANI yang paling
KEMOTERA menonjol yaitu
PI DI pada pernyataan
RUANG anak tidak mau
HEMATOLO ditinggal sendiri
GI yaitu sebanyak 9
ONKOLOGI anak (64,2%), anak
ANAK lebih banyak diam
ketika berada di
ruang perawatan
yaitu sebanyak 6
anak (42,8%) dan
anak terlihat tegang
ketika berada di
ruang perawatan
yaitu sebanyak 6
anak (42,8%).
 Berdasarkan tabel 3
bermain puzzle, terjadi
penurunan pada tingkat
kecemasan yang
dialami oleh anak usia
prasekolah (3-6 tahun)
dimana sudah tidak
terdapat anak dengan
kecemasan berat.
 Hasil observasi dan
kuesioner yang
telah diisi bahwa
pada poin
pernyataan tidak
mau ditinggal
sendiri yaitu
sebanyak 1 anak
(7,1%) yang masih
ragu-ragu mau
ditinggal oleh
orang tuanya
sedangkan 13 anak
(92,9%) lainnya
sudah mau
ditinggal sendiri
oleh orang tuanya,
pada pernyataan
anak lebih banyak
diam ketika berada
di ruang perawatan
yaitu sebanyak 5
anak (35,7%) yang
masih ragu-ragu
untuk berinisiatif
berinteraksi dengan
anak lain
sedangkan 9 anak
(64,2%) lainnya
sudah terlihat
berinteraksi dengan
anak lainnya dan
kebanyakan anak
sudah tidak terlihat
tegang lagi ketika
berada di ruang
perawatan.
2 (Hawari, Terapi Bermain Quasy Berdasarkan tabel 1 dapat
2006) Puzzle pada Experiment diketahui bahwa :
Anak Usia 3-6 dengan
tahun terhadap rancangan - rata-rata skor kecemasan
Kecemasan Pra one group kelompok responden sebelum
Operasi pretest- mendapat terapi bermain
posttest puzzle adalah 64,30 dengan
standar deviasi (SD) 10,697
dan skor kecemasan terendah
adalah 46 (cemas ringan) serta
skor kecemasan tertinggi
adalah 83 (cemas berat) .

- rata-rata skor kecemasan


kelompok responden sesudah
mendapat terapi bermain
puzzle adalah 48,60 dengan
standar deviasi (SD) 11,970
dan skor kecemasan terendah
adalah 31 (cemas ringan) serta
skor
kecemasan tertinggi adalah 75
(cemas sedang).

Berdasarkan tabel 2 dapat


disimpulkan bahwa :

- rata-rata skor indeks


kecemasan responden
sebelum terapi bermain
puzzle adalah 64,30.

- Pada pengukuran rata-rata


skor kecemasan setelah terapi
bermain puzzle didapatkan
rata-rata kecemasan adalah
48,60. Nilai perbedaan rata-
rata skor indeks kecemasan
sebelum dan sesudah terapi
bermain puzzle adalah 15,7.

3. Dinda PENGARUH pendekatan Hasil diatas menunjukkan bahwa


Yuswara TERAPI kuantitatif responden menurut usia dalam
Gita BERMAIN penelitian ini dapat disimpulkan
dengan jenis
(2017) PUZZLE bahwa :
TERHADAP penelitian - murid yang berusia 3 tahun
Quasy
PERKEMBANGA sebanyak 9 murid (30%)
N KOGNITIF Experiment
Design - murid yang berusia 4 tahun
ANAK USIA
PRASEKOLAH sebanyak 8 murid (26,7%), dan
murid yang berusia 5 tahun
sebanyak 13 murid (43,3%).

Responden menurut jenis


kelamin :

- Hasil diatas menunjukan bahwa


sebagian besar responden laki-
laki yaitu sebanyak 16 murid
(53,4%),

- responden perempuan
sebanyak 14 murid (46,6%).

KESIMPULAN

Kanker merupakan penyakit yang apabila ditemukan pada stadium awal dapat diobati dan
kemungkinan besar dapat disembuhkan , terdapat berbagai macam pengobatan yang dapat
dilakukan untuk pengobatan tersebut adalah kemoterapi . kemoterapi adalah penggunaan obat
obatan untuk membunuh atau memperlambat sel kanker. Pada anak prasekolah keadaan sakit dan
diharuskannya anak untuk dirawat inap menimbulkan krisis pada kehidupan mereka. Pada saat di
rumah sakit, anak dihadapkan pada lingkungan yang asing, orang-orang yang tidak dikenal, dan
gangguan terhadap gaya hidup mereka. Anak juga mengalami pengalaman yang tidak
mengenakkan bagi mereka seperti prosedur perawatan yang menimbulkan nyeri, tidak dapat
mengurus dirinya sendiri, dan bermacam-macam hal lain yang dapat terjadi di rumah sakit.
SARAN

DAFTRA PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai