RSUD BANYUMAS
Disusun Oleh :
2021/2022
PERILAKU KEKERASAN
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai suatu keadaan hilangnya kendali
perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain,atau lingkungan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada
waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Perilaku kekerasan
pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri
dalam bentuk penelantaran diri.
Perilaku kekerasan pada orang lain adalah tindakan agresif yang ditunjukan untuk
melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa
perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di
lingkungan (Sutejo, 2018). Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan,
baik secara fisik, emosional, seksualm dan verbal (NANDA, 2018).
B. PENYEBAB
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
2. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
3. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
4. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2010), hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku
kekerasan atau penganiayaan antara lain :
1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam
menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
4. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Suart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya faktor
predisposisi (faktor yang melatarbelakangi) munculnya masalah dan faktor presipitasi
(faktor yang memicu adanya masalah).
Di dalam faktor predisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
masalah perilaku kekerasan, seperti faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural.
1. Faktor biologis
a. Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang kuat.
b. Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respon psikologi terhadap stimulus
eksternal maupun internal. Sehingga, system limbic memiliki peran sebagai pusat
untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
2. Faktor psikologis
a. Teori agresif frutasi (Frustasion aggression theory)
Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong individu untuk
berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
kekeraasan.
b. Teori perilaku (Behavoiral theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima saat
melakukan kekerasan sering menimbulkan kekerasan di dalam maupun di luar
rumah.
c. Teori eksistensi (Existencial theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku. Apabila
kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif, maka individu
akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
D. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
seringkali berkaitan dengan:
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
2. Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alcoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
F. PENATALAKSANAAN
1. Medis:
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
b. Haloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan perilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontrol perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada
keadaan amuk.
2. Non-Farmakologi/ Terapi keperawatan:
a. Terapi Keluarga:Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian
b. Terapi Aktifitas Kelompok:Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan
perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi Musik:Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran diri.
d. Pendidikan kesehatan
G. PSIKOPATOLOGI/ POHON MASALAH
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
(Keliat, Budi Ana, 1998:3)
a. Identitas klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor
rekam medis.
b. Alasan masuk
Penyebab klien atau keluarga klien datang, apa yang menyebabkan klien
melakukan kekerasan, apa yang klien lakukan di rumah, apa yang sudah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah.
c. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis,
factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
d. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian, dan daya tilik diri.tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan,
ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada
umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti
kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain dan menyebabkan ansietas.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan tekanan
darah meningkat, RR meningkat, nafas dangkal, muka memerah, tonus otot
meningkat, dan dilatasi pupil.
f. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
g. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, afek
dan emosi, interaksi selama wawancara, persepsi/ sensori, proses pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, kemampuan penilaian/pengambilan
keputusan, daya tilik diri.
h. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
i. Aspek medis yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Focus Intervensi Keperawatan
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
(Tum&Tuk)
Risiko Perilaku TUM: Setelah 1. Beri salam /
Kekerasan Klien dapat dilakukan ...x panggil nama
melanjutkan menit interaksi klien.
hubungan peran diharapkan klien 2. Sebut nama
sesuai tanggung dapat mencegah perawat sambil
jawab. tindakan kekerasan
pada diri sendiri, berjabat tangan
TUK 1: orang lain, maupun 3. Jelaskan maksud
Klien dapat lingkungan. hubungan
membina hubungan Kriteria Evaluasi : interaksi
saling percaya a. Klien mau 4. Beri rasa
membalas nyaman dan
salam. sikap empati
b. Klien mau 5. Lakukan
berjabat tangan kontrak singkat
c. Klien tapi sering
menyebutkan
Nama
d. Klien
tersenyum
e. Klien ada
kontak mata
f. Klien tahu
nama perawat
g. Klien
menyediakan
waktu untuk
kontrak
TUK 2 : a. Klien dapat a. Beri
Klien dapat mengungkapka kesempatan
mengidentifikasi n perasaannya. untuk
penyebab marah / b. Klien dapat mengungkapka
amuk menyebutkan n perasaannya.
perasaan b. Bantu klien
marah / jengkel untuk
mengungkapka
n marah atau
jengkel.
TUK 3 : a. Klien dapat a. Anjurkan klien
Klien dapat mengungkapka mengungkapk
mengidentifikasi n perasaan saat an perasaan
tanda marah marah /jengkel. saat marah
b. Klien dapat /jengkel.
menyimpulkan b. Observasi
tanda-tanda tanda perilaku
jengkel / kesal kekerasan
pada klien
I. DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Ma’arifatul.dkk.. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta :
Indomedika Pustaka
Sutejo. 2018. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
http://repository.ump.ac.id
Diakses pada 28 Maret 2022, Pukul 22.15 WIB
Keliat, P. D., Mediani, H. S., & Tahlil, T. B. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed.11. Jakarta: EGC.