Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DOSEN PENANGGUNG JAWAB:

Triyana Harlia Putri, S.Kep., Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH:

Ade Mohammad Helllis Faturrahman

I1032191001

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022/2023
A. Definisi
Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan
dapat dilakukan secara verbal, diiarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung kekerasaan
atau riwayat perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri/orang
lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan. Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu
perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Depkes
RI, 2006, Berkowitz, 1993 dalam Dermawan dan Rusdi, 2013).

B. Etiologi
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Faktor Presdiposisi
a. Psikologis menjadi salah satu faktor penyebab karena kegagalan yang dialami dapat
menimbulkan seseorang menjadi frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau
perilaku kekerasan.
b. Perilaku juga mempengaruhi salah satunya adalah perilaku kekerasan, kekerasan
yang di dapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka perilaku tersebut diterima
sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku
yang wajar.
c. Social budaya dapat mempengaruhi karena budaya yang pasif agresif dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
kekerasan adalah hal yang wajar.
d. Bioneurologis beberapa pendapat bahwa kerusakan pada system limbik, lobus
frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang
terjadi perilaku kekerasan.
2. Faktor Prespitasi
a. Ekspresi diri dimana ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal
dan sebagainya.
b. Ekspresi dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkonsumsi kan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkohlisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frutasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. Diagnosa Medis
1. Psikotik akut
2. Skizofrenia
3. Gangguan bipolar
4. Gangguan neurologis
5. Gangguan fungsi kognitif

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis perilaku kekerasan menurut Direja (2011) sebagai berikut :
a. Fisik
Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, Rahang mengatup, wajah merah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada keras, kasar, dan
ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
d. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan jarang mengeluarkan kata-kata
bernada sarkasme.
e. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
f. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

E. Tujuan Asuhan Keperawatan


1) Kognitif, klien mampu :
a) Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
b) Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
c) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
d) Menyebutkan cara mengatasi ririko perilaku kekerasan
2) Psikomotor, klien mampu :
a) Mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi : Tarik napas dalam,
pukul kasur dan bantal, senam dan jalan-jalan
b) Melakukan deeskalasi yaitu mengungkapkan perasaan marah secara verbal atau
tertulis
c) Melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa, kegiatan ibadah lain.
d) Patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar cara,
benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluwarsa, dan benar dokumentasi).
3) Afektif, klien mampu :
a) Merasa manfaat dari latihan yang dilakukan.
b) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan.

F. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Individu


a) Pengkajian : Kaji tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan, penyebab, kemampuan
mengatasinya dan akibatnya.
b) Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan
c) Tindakan Keperawatan :
1. Latih klien untuk melakukan relaksasi Tarik napas dalam, pukul bantal dan kasur,
senam dan jalan-jalan.
2. Latih klien untuk berbicara dengan baik seperti mengungkapkan perasaan, meminta
dengan baik dan menolak dengan baik.
3. Latih deeskalasi secara verbal maupun tertulis
4. Latih klien untuk dapat melakukan kegiatan beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut (sholat, berdoa dan kegiatan beribadah yang lainnya).
5. Latih klien patuh minum obat dengan cara 8 benar (benar nama, benar obat, benar
dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluwarsa dan benar
dokumentasi)
6. Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan

G. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Keluarga


1. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien,
2. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko
perilaku kekerasan yang dialami klien.
3. Mendiskusikan cara merawat risiko perilaku kekerasan memutus kan cara merawat yang
sesuai dengan kondisi klien,
4. Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan klien :
a. Menghindari penyebab terjadinya risiko perilaku kekerasan.
b. Membimbing klien melakukan latihan melakukan latihan cara mengendalikan
perilaku kekerasan sesuai dengan yang dilatih perawat ke klien.
c. Memberi pujian atas keberhasilan klien.
d. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk menciptakan suasana keluarga yang
nyaman : Mengurangi stress di dalam keluarga dan memberi motivasi pada klien.
e. Menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang memerlukan rujukan segera
serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC

Direja, A. H. 2011. Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika

Keliat, B. A. 2012. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.

Surya Direja,Ade Herman.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:


NuhaMedika

Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai