Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi homeostasis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan.
(Tamsuri.2004).
B. Etiologi
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth, 2002) :
a) Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
 Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah
 Keringatan berlebihan, demam, penurunan, asupan cairan per oral, penggunaan
obat-obatan diuretic

2. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)


Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium berlebih
b) Ketidakseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat
luka bakar dan trauma.
5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia,
hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik,
pancreatitis.
6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.

C. Faktor Resiko
- Hambatan mengakses cairan
- Asupan cairan kurang
- Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
- Diare
- Kekurangan volume cairan
- Kurang pengetahuan tentang faktor diubah
- Muntah

D. Patofasiologi dan Pathaway Clinic


Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairandan elektrolit ekstraseluler
dalam jumlah yang proporsional(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.
Umumnya,gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan kelokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi
tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi
saluran pencernaan.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia antara lain :
pusing, kelemahan, keletihan, sinkope,anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi,
oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam
basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme
kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf
simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler),
rasahaus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia
yang lama menimbulkan gagal ginjal akut.
F. Pemeriksaan Diagnosis (Penunjang)
 Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah, Hb, Hematokrit).
- PH dan Berat jenis urine.
- Pemeriksaan elektrolit serum.
- Analisa gas darah (astrup).

G. Penataklasaan
 Penatalaksanaan Medis
- Terepi pemberian Cairan IV
- Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap
- Terapi Obat-obatan
- Transfusi darah (jika diperlukan)
 Penatalaksanaan Keperawatan
- Menghitung cairan

H. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan:
1) Dehidrasi (Ringan, sedang, berat)
2) Renjatan hipovolemik
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik

I. Diagnosa Keperawatan yang berhubungan dengan Masalah Kesehatan


1. Kekurangan Volume Cairan
a. Definisi
Penurunan cairan intravascular, interstitial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada kadar natrium
b. Batasan Karakteristik
- Ketidak cukupan asupan cairan per oral
- Balance negative antara asupan dan pengeluaran
- Penurunan berat badan
- Kullit/membrane mukosa kering
- Peningkatan natrium serum
- Penurunan pengeluaran urine atau pengeluaran urine berlebih
- Urine pekat atau sering berkemih
- Penurunan turgor kulit
- Haus, mual/anoreksia
c. Faktor yang Berhubungan
- Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,drainase abnormal,
dari luka, diare
- Berhubungan dengan mual, muntah.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Batasan Karakteristik
- Perubahan kadar kalium
- Mual
- Kram tungkai
- Kesemutan
b. Faktor yang berhubungan
- Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
- Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
- Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibatkerusakan ginjal

J. Tindakan Keperawatan
Intervensi

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Kekurangan Tujuan : a. Membuat klien
Volume Cairan Menyeimbangkan volume lebih kooperatif.
(Domain 2, Kelas cairan berdasarkan b. Mempermudah
5, kode Diagnosis kebutuhan tubuh. untuk memantauan
00027) a. Rencanakan target kondisi klien.
Kriteria Hasil : pemberian asupan
c. Pemahaman
a. Terjadi peningkatan cairan untuk setiap
asupan cairan min sif : siang 1000ml, tentang alasan
2000ml/hari (kecuali sore 800ml dan tersebut membantu
terjadi kontradikasi). malam 200ml klien dalam
b. Menjelaskan perlunya b. Kaji pemahaman mengatasi
meningkatkan asupan klien tentang alas an gangguan.
caiaran pada saat mempertahankan d. Untuk mengontrol
stress/cuaca panas. hidrasi yang adekuat asupan klien.
c. Mempertahankan berat c. Catatan asupan e. Untuk mengetahui
jenis urine dalam batas dan haluaran prkembangan
normal d. Pantau asupan per status kesehatan
d. Tidak menimbulkan oral, min. klien.
tanda-tanda dehidrasi 1500ml/24 jam.
e. Pantau pengeluaran
cairan 1000-1500/24
jam. Pantau berat
jenis urine
2 Ketidakseimbangan Tujuan : Pemurunan Kadar
Elekrolit (Domain Klien memiliki Kalium.
2, Kelas 5, Kode keseimbangan cairan,
Diagnosis 00195) elektrolit dan asam- basa a. Observasi tanda dan a. Dengan
dalam 48 jam. gejala hipokalemia mengetahui tanda
(vertigo, hipotensi
hipokalemia,
Kriteria Hasil : aritmia, mual,
muntah, diare, perawat dapat
a. Klien perpatisipasi menetapkan
untuk melaporkan distensi
abdomen,penurunan langkah
tanda-tanda klinis
peristaltik, selanjutnya.
hipokaliemia atau
hyperkalemia. kelemahan otot, dan b. Poliuria dapat
b. Kadar kalium dalam kram tungkai). me-nyebabkan
batas normal dapat di b. Catat asupan dan pe-ngeluaran
toleransi pengeluaran kalium secara
c. Tentukan status berlebihan.
hidrasi klien bila c. Kelebihan cairan
terjadi hypokalemia
dapat
d. Kenali perubahan
menyebabkan
tingkah laku yang
penurunan kadar
merupakan tanda-
kalium serum.
tanda hypokalemia
d. Nilai kalium
e. Anjurkan klien dan
yang rendah
keluarga untuk
dapat me-
mngkonsmsi
nyebabkan
makan-an tinggi
konfusi, mudah
kalium (misalnya
marah, depresi
Buah-buahan, sari
mental.
buah, buah kering,
e. Kalium
sayur, daging,
membantu
kacang-kacangan,
menyeimbangkan
teh, kopi, dan
cairan tubuh.
kola).
f. Segmen ST dan
f. Laporkan
gelombang T yg
perubahan EKG;
datar atau
segmen ST yg
terbalik merupkn
memanjang,
indikasi
depresi.
hipokalemia.
g. Encerkan suplemen
g. Utk mengurangi
kalium per oral
resiko iritasi
sedikitnya dalam
mukosa lambung.
113,2 gram air/sari
buah utk
mengurangi resiko
iritasi mukosa
lambung.
h. Pantau nilai kalium
serum pada klien
yang mendapat
obat diuretic dan
steroid.
i. Kaji tanda dan
gejala toksisitas
digitalis jika klien
tengah mendapat
obat golongan
digitalis dan
diuretik atau
steroid.

K. Indikasi
Indikasi larutan rehidrasi adalah untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang karena diare
serta cairan rumatan selama diare berlangsung. Indikasi tersebut didasari oleh banyak studi klinis
maupun meta-analisis dan tinjauan sistematik tentang efikasi larutan rehidrasi sebagai terapi cairan
pada kasus diare dari gastroenteritis di berbagai kondisi pasien

L. Kontraindikasi
Kontraindikasi dan peringatan dalam pemberian larutan rehidrasi oral atau ORS biasanya berhubungan
dengan kondisi medis darurat yang memerlukan terapi cairan yang lebih agresif atau adanya
perubahan anatomi saluran cerna terkait riwayat pembedahan sebelumnya.

Pemberian larutan rehidrasi tidak disarankan pada kondisi berikut ini:


 Muntah tanpa henti walau telah diberikan makanan atau minuman sedikit demi sedikit
 Diare yang bertambah berat yang tidak mampu diimbangi dengan asupan rehidrasi oral
 Kesadaran stupor dan koma
 Ileus
 Syok

M. Tahapan Proses Pelaksanaan


N. Daftar Pustaka/ Referensi

Anda mungkin juga menyukai