Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Dfinish
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004). Keseimbangan
cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada
orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh
dilakukan dengan mekanisme haus.
B. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain:
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kgBB
c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus
30-50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udara
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan rentensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang
setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
C. Manifestasi Klinis
1. Hipovolemia
a. Pusing, kelemahan, keletihan
b. Sinkope
c. Anoreksia, mual, muntah, haus
d. Kekacauan mental
e. Konstipasi dan oliguria.
f. Peningkatan nadi, suhu.
g. Turgor kulit menurun.
h. Lidah kering, mukosa mulut kering.
i. Mata cekung.
2. Hipervolemia
a. Sesak nafas
b. Ortopnea.
c. Oedema.
D. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan
cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa,
osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung,
inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon
antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkan gagal ginjal akut.
Kebihan volume cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air
kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan
terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ekstraseluler, maka cairan
akan berpindah ke kompartemen cairan interstitial sehingga menyebabkan edema.
F. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).
Ht naik: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
G. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien
tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi
cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1). Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2). Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1). Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya
dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water
(DSW), amigen, dan aminovel.
2). Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik,
maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline
(isotonik) : NaCL 0,9%.
3). Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
4). Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
I. PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
1. Aspan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
Pengukuran Klinik
1. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Cairan oral : NGT dan oral
b. Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
4. Pengukuran keluaran cairan
1).Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2).Feses : Jumlah dan konsistensi
3).Muntah
4).Tube drainage dan IWL
5. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan, otot,
tetani dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan
bunyi jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
5. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah
II. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balancenegatif antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering (turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.
i. Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alkohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri
akibat nyeri mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban
cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan sekunder akibat
gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, dan penyakit katup
jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang
rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis,
asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises
vena, thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, dan
malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas,
bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastetomi.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia.
c. Kram tungkai.
d. Mual.
e. Hipotensi.
f. Bradikardia.
g. Kesemutan.
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan
ginjal.
III. Intervensi (Perencanaan)
Diagnosa Tujuan dan kriteria
No Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan hasil
1. Kekurangan Tujuan :
volume cairan Menyeimbangkan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien lebih
volume cairan sesuai disukai klien dalam kooperatif.
dengan kebutuhan batas diet. b. Mempermudah untuk
tubuh b. Rencanakan target memantauan kondisi
Kriteria Hasil: pemberian asupan klien.
a. Terjdi peningkatan cairan untuk setiap c. Pemahaman tentang
asupan cairan min. sif, mis : siang 1000 alasan tersebut
2000ml/hari ml, sore 800 ml dan membantu klien dlm
(kecuali terjadi malam 200 ml. mengatasi gangguan.
kontraindikasi). c. Kaji pemahaman d. Untuk mengontrol
b. Menjelaskan perlu- klien tentang alasan asupan klien.
nya meningkatkan mempertahankan e. Untuk mengetahui
asupan cairan pada hidrasi yang adekuat. perkembangan status
saat stress/cuaca d. Catat asupan dan kesehatan klien.
panas. haluaran.
c. Mempertahankan e. Pantau asupan per
berat jenis urine oral, min. 1500 ml/ 24
dalam batas normal. jam.
d. Tidak menunjukan
tanda-tanda
dehidrasi.
2 Kelebihan Tujuan:
volume cairan Kebutuhan cairan a. Kaji asupan diet dan a. Untuk mengontrol
klien dapat terpenuhi kebiasaan yang asupan klien.
sesuai dengan mendorong terjadinya b. Konsumsi garam yang
kebutuhan tubuh retensi cairan. berlebihan me-
klien. b. Anjurkan klien untuk ningktkan tekanan
Kriteria hasil: menurunkan konsumsi darah.
a. Klien akan garam. c. Makanan yang meng-
menyebutkan c. Anjurkan klien untuk: gunakan penyedap rasa
faktor penyebab 1) Menghindari dan pengawet.
dan metode makanan gurih, d. Na+mengikat air,jadi
pencegahan edema. makanan kaleng tubuhakan lebihmerasa
b. Klien mperlihatkan dan makanan beku. lebihcepat haus.
penurunan edema 2) Mengkonsumsi e. Venostasis dapat
makanan tanpa mengakibatkan
garam dan terhambatnya aliran
menambahkan darah.
bumbu aroma. f. Guna memperlancar
3) Mggunakan cuka sirkulasi.
pengganti garam g. Perlukaan pada daerah
utk penyedap rasa yang sakit
sop, rebusan dll. menyebabkan kurang
d. Kaji adanya tanda lancarnya sirkulasi
venostasis dan peredaran darah di
bendungan vena pada daerah tsb.
bagian tubuh yang h. Semua kegiataan
mengantung. tersebut memperparah
e. Untuk drainase keadaan klien
limfatik yang tidak i. Untuk mepercepat
adekuat. perbaikan jaringan
f. Tinggikan ekstremitas tubuh.
dengan mnggunakn
bantal, imobilitas,
bidai/ balutan yang
kuat, serta
berdiri/duduk dlm
waktu yg lama.
g. Jangan memberikan
suntikan/infuse pada
lengan yang sakit.
h. Tingatkan klien untuk
menghindari detergen
yang keras, membawa
beban berat,
memegang rokok,
mencabut kutikula/
bintil kuku, me-
nyentuh kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
i. Lindungi kulit yg
edema dari cidera.

3. Ganguan Klien memiliki Penurunan kadar


keseimbangan keseimbangan cairan, kalium a. Dengan mengetahui
elektrolit elektrolit dan asam- a. Observasi tanda dan tanda hipokalemia,
(kalium) basa dalam 48 jam. gejala hipokalemia perawat dapat
Kriteria hasil: (vertigo, hipotensi menetapkan langkah
a. Klien menjelaskan aritmia, mual, selanjutnya.
diet yang sesuai muntah, diare, b. Poliuria dapat me-
untuk distensi nyebabkan pe-
mempertahankan abdomen,penurunan ngeluaran kalium
kadar kalium peristaltik, kelemahan secara berlebihan.
dalam batas otot, dan kram c. Kelebihan cairan
normal. tungkai). dapat menyebabkan
b. Klien berpartipasi b. Catat asupan dan penurunan kadar
untuk melaporkan haluaran. kalium serum.
tanda–tanda klinis c. Tentukan status d. Nilai kalium yang
hipokalemia atau hidrasi klien bila rendah dapat me-
hiperkaenia. terjadi hipokalemia. nyebabkan konfusi,
c. Kadar kalium dlam d. Kenali perubahan mudah marah, depresi
batas normal/dapat tingkah laku yang mental.
ditoleransi merupakan tanda- e. Kalium membantu
tanda hipokalemia. menyeimbangkan
e. Anjurkan klien dan cairan tubuh.
keluarga untuk f. Segmen ST dan
mngkonsmsi makan- gelombang T yg datar
an tinggi kalium atau terbalik merupkn
(misalnya Buah- indikasi hipokalemia.
buahan, sari buah, g. Utk mengurangi
buah kering, sayur, resiko iritasi mukosa
daging, kacang- lambung.
kacangan, teh, kopi, h. Streoid kortison dapat
dan kola). menyebabkan retensi
f. Laporkan perubahan natrium dan ekresi
EKG; segmen ST yg kalium.
memanjang, depresi. i. Nilai kalium yang
g. Encerkan suplemen rendah dapat me-
kalium per oral ningkatkan kerja
sedikitnya dalam digitalis.
113,2 gram air/sari a. Dengan mengetahui
buah utk mengurangi tanda hipo-kalemia,
resiko iritasi mukosa perawat dapat
lambung. menetapkan langkah
h. Pantau nilai kalium selnjutnya
serum pada klien b. Haluaran urin yg
yang mendapat obat sedikit dapat me-
diuretic dan steroid. nyebabkan hiper-
i. Kaji tanda dan gejala kalemia.
toksisitas digitalis jika c. Nilai kalium lebih
klien tengah dari 7mEq/ l dapat
mendapat obat menyebabkan henti
golongan digitalis dan jantung.
diuretik atau steroid. d. Untuk melihat adanya
pelebaran kompleks
Peningkatan Kadar QRS dan gelombang
Kalium T tggi yg merupkan
a. Observasi tanda dan tanda hiperkalemia.
gejala hiperkalemia
(misalnya
Bradikardia, kram
abdomen, oliguria,
kesemutan dan kebas
pada ekstremitas).
b. Kaji haluaran urin.
Sedikitnya 25ml/jam
atau 600 ml/ hari.
c. Laporkan nilai kalium
serum yang melebihi
5mEq/l batasi asupan
kalium jika perlu.
d. Pantau EKG

IV. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan. Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas yang telah dicatat direncana keperawatan klien. Agar
implementasi dan perencanaan ini dapat tepat waktu dn efektif terhadap biaya,
perlu mengidentifikasi prioritas perawatan klien kemudian bila telah dilaksanakan
pantau dan catat respon klienterhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan (Sagala, 2018).
V. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelayanan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan, tahap ini akan terlihat apakah tujuan yang telah
disusun tercapai atau tidak (Sagala, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2015). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.


Doenges, Moorhouse, Geissler. (2015). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Harnawatiaj. (2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
http://wordpress.com. Diakses 15 Mei 2017.
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 15 Mei 2017.
Perry dan Potter. (2005). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company
St. Louis

Anda mungkin juga menyukai