Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN STASE

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun oleh:

ASTUTI LEGOH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINNGI


ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU
TAHUN AJARAN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

Palu,28 November 2022

Mengetahui:

INSTRUKTUR KLINIK

PRECEPTOR (DOSEN AKADEMIK)

Ns. Helmi Rumbo M.N.S

NIDN 0914098505
KONSEP PENYAKIT DISPEPSIA

A. DEFINISI
Dispepsia berasal dari Bahasa Yunani, “dys” yang berarti jelek
atau buruk dan “pepsia” yang berarti pencernaan. Jika digabungkan
dispepsia memiliki arti indigestion atau kesulitan dalam mencerna
(Djojoningra). Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir
tahun 80-an. Dalam Konsensus Roma II tahun 2000, disepakati bahwa
dispepsia merupakan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat
pada perut bagian atas. Menurut Tarigan, dispepsia merupakan suatu
kumpulan gejala dari berbagai penyakit pada saluran cerna seperti mual,
muntah, kembung, nyeri pada ulu hati, sendawa, rasa seperti terbakar,
rasa penuh pada ulu hati dan cepat merasa kenyang. British Society of
Gastroenterology (BSG) mendefinisikan dispepsia sebagai sekelompok
gejala yang mengingatkan dokter untuk mempertimbangkan penyakit
pada saluran gastrointestinal bagian atas, dan menyatakan bahwa
dispepsia itu sendiri bukanlah diagnosis (Abdullah, M, 2019).

Dispepsia merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular


yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Kasus
dispepsia di dunia mencapai 13-40% dari total populasi setiap tahun.
Dispepsia kini menjadi kasus penyakit yang diprediksi akan meningkat
dari tahun ke tahun.4 WHO (World Health Organization) telah
memprediksikan pada tahun 2020, proporsi kesakitan menjadi 60% dan
proporsi angka kematian karena penyakit tidak menular (PTM) akan
meningkat menjadi 73% di dunia, sedangkan untuk negara SEARO
(South East Asian Regional Office) pada tahun 2020 diprediksi angka
kesakitan karena penyakit tidak menular akan meningkat 42% dan
angka kematian meningkat menjadi 50%. (Fitriyana, Rinda 2021).

B. Anatomi Fisiologi

Gambar: Sistem Pencernaan Manusia.


Esofagus adalah suatu saluran otot vertikal yang menghubungkan
hipofaring dengan lambung. Ukuran panjangnya 23-25 cm dan lebarnya
sekitar 2 cm (pada keadaan yang paling lebar) pada orang dewasa.
Esofagus dimulai dari batas bawah kartilago krikoidea kira-kira setinggi
vertebra servikal VI (Ballenger, 2015). Dari batas tadi, osefagus terbagi
menjadi tiga bagian yaitu, pars cervical, pars thoracal dan pars
abdominal. Esofagus kemudian akan berakhir di orifisium kardia gaster
setinggi vertebra thoracal XI. Terdapat empat penyempitan fisiologis
pada esofagus yaitu, penyempitan sfingter krikofaringeal, penyempitan
pada persilangan aorta (arkus aorta), penyempitan pada persilangan
bronkus kiri, dan penyempitan diafragma (hiatus esofagus).
(Ballengger, 2015)
Dinding esofagus terdiri dari 3 lapisan yaitu : mukosa yang
merupakan epitel skuamosa, submukosa yang terbuat dari jaringan
fibrosa elastis dan merupakan lapisan yang terkuat dari dinding esofagus,
otot-otot esofagus yang terdiri dari otot sirkuler bagian dalam dan
longitudinal bagian luar dimana 2/3 bagian atas dari esofagus merupakan
otot skelet dan 1/3 bagian bawahnya merupakan otot polos. Pada bagian
leher, esofagus menerima darah dari a. karotis interaa dan trunkus
tiroservikal. Pada bagian mediastinum, esofagus disuplai oleh a. esofagus
dan cabang dari a. bronkial. Setelah masuk ke dalam hiatus esofagus,
esofagus menerima darah dari a. phrenicus inferior, dan bagian yang
berdekatan dengan gaster di suplai oleh a. gastrica sinistra. Darah dari
kapiler-kapiler esofagus akan berkumpul pada v. esofagus, v. thyroid
inferior, v. azygos, dan v. gastric (Soepardi, 2016)
Esofagus diinervasi oleh persarafan simpatis dan parasimpatis
(nervus vagus) dari pleksus esofagus atau yang biasa disebut pleksus
mienterik Auerbach yang terletak di antara otot longitudinal dan otot
sirkular sepanjang esophagus (Soepardi, 2016).
Esofagus mempunyai 3 bagian fungsional. Bagian paling atas
adalah upper esophageal sphincter (sfingter esofagus atas), suatu cincin
otot yang membentuk bagian atas esofagus dan memisahkan esofagus
dengan tenggorokan. Sfingter ini selalu menutup untuk mencegah
makanan dari bagian utama esofagus masuk ke dalam tenggorokan.
Bagian utama dari esofagus disebut sebagai badan dari esofagus, suatu
saluran otot yang panjangnya kira-kira 20 cm. Bagian fungsional yang
ketiga dari esofagus yaitu lower esophageal sphincter (sfingter esophagus
bawah), suatu cincin otot yang terletak di pertemuan antara esofagus dan
lambung. Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup
untuk mencegah makanan dan asam lambung untuk kembali
naik/regurgitasi ke dalam badan esofagus. Sfingter bagian atas akan
berelaksasi pada proses menelan agar makanan dan saliva dapat masuk
ke dalam bagian atas dari badan esofagus. Kemudian, otot dari esofagus
bagian atas yang terletak di bawah sfingter berkontraksi, menekan
makanan dan saliva lebih jauh ke dalam esofagus. Kontraksi yang disebut
gerakan peristaltik mi akan membawa makanan dan saliva untuk turun ke
dalam lambung. Pada saat gelombang peristaltik ini sampai pada sfingter
bawah, maka akan membuka dan makanan masuk ke dalam lambung
(Soepardi, 2016).
Esofagus berfungsi membawa makanan, cairan, sekret dari faring
ke gaster melalui suatu proses menelan, dimana akan terjadi
pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang lunak,
proses menelan terdiri dari tiga fase yaitu:
1. Fase oral, makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik
bergerak pada dorsum lidah menuju orofaring, palatum mole dan
bagian atas dinding posterior faring terangkat.
2. Fase pharingeal, terjadi refleks menelan (involuntary), faring dan
taring bergerak ke atas oleh karena kontraksi m. Stilofaringeus, m.
Salfingofaring, m. Thyroid dan m. Palatofaring, aditus laring tertutup
oleh epiglotis dan sfingter laring.
3. fase oesophageal, fase menelan (involuntary) perpindahan bolus
makanan ke distal oleh karena relaksasi m. Krikofaring, di akhir fase
sfingter esofagus bawah terbuka dan tertutup kembali saat makanan
sudah lewat. (Soepardi, 2016).
C. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau
penyakitacid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam
lambung terdorongke atas menuju esofagus (saluran muskulo
membranosa yang membentangdari faring ke dalam lambung). Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. Beberapaobat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.Terkadang penyebab
dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsiasecara rinci
adalah:
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu danproduknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :


1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan
organiksebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis,
pankreastitis,kolesistitis dan lainnya).
2. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia
nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan
kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan. (Susilawati, dkk 2017)
Dispepsi terbagi menjadi dua kelompok yaitu dyspepsia
sturktural (organic) dan dyspepsia fungsional (nonorganic). Disepsia
organic terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak (ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer, gastroesophageal
refluxdisease, hyperacidity. Dispepsia nonorganic merupkan Dispepsia
Non Ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Faktor penyebab dari
dyspepsia antara lain adalah stress,pola hidup seperti minum kopi,
konsumsi alcohol dan merokok menjadi faktor pemicu terjadinya rasa
tidak nyaman pada perut. Hal tersebut dikarenakan adaya peningkatan
asam lambung (HCL) yang mengiritasi mukosa lambung. Sekresi asam
lambung Kasus dispepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat
sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi
pentagastrin, yang rata-rata normal. Diduga terdapat peningkatan
sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa
tidak enak di iperut. Peningkatan sensitivitas imukosa lambung dapat
terjadi akibat polai makan yang tidak teratur. Pola makan yang tidak
teratur iakan membuat lambung sulit untuk iberadaptasi dalam
pengeluaran sekresi asam lambung. Jika hal ini berlangsung dalam
waktu yang lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga
dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung
Adanya peingkatan asam lambung dapat menyebabkan respon
mual dan muntah sehingga menyebabkan deficit nutrisi dan risiko
ketidakseimbangan cairan pada tubuh. Peningkatan asam lambung
(HCL) yang mengiritasi mukosa lambung memicu nyeri epigastric
sehingga terjadi nyeri akut. Nyeri akut menyebabkan adanya perubahan
Kesehatan yang mengakibatkan pasien cemas karena kurang
pengetahuan tentang respon tubuh terhadap penyakit.
E. PATHWAY

DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)
Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi

↑ Produksi HCL di (Pengelupasan)

Lambung
HCL kontak dengan
Ansietas
Mual mukosa gaster

Muntah Nyeri Perubahan pada


status kesehatan

Hipovolemia
Nyeri Akut
Defisit Pengetahuan

Nausea
Defisit Nutrisi

F. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejalaseperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas).
(Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat,
sertadapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya.
Pembagianakut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga
bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada
mungkindisertai dengan sendawa dan suara usus yang keras
(borborigmi). Padabeberapa penderita, makan dapat memperburuk
nyeri; pada penderita yanglain, makan bisa mengurangi nyerinya.
Gejala lain meliputi nafsu makanyang menurun, mual, sembelit,
diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu,
atau tidakmemberi respon terhadap pengobatan, atau disertai
penurunan berat badanatau gejala lain yang tidak biasa, maka
penderita harus menjalanipemeriksaan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan
penyebab organik lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis,
DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda,
serologihelicobacter pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

H. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter
pylori1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang
dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog
atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan
dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa
golongan obat, yaitu: (Andre dkk 2019).
1. Antasida 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan
generalisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung
Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian
antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu
lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat
nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare
karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat
yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor
muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar
28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati
dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang
termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin,
roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada
stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang
termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan
pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan
enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan
sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi
meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya
memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuklapisan
protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar
lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid,
domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk
mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan
mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid
clearance)
7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang
keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti
cemas dan depresi (Sawaludin, 2005). Sedangkan penatalaksanaan
Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
b. Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas,
obat-obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.
c. Atur pola makan.
ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang
dilakukan yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan
menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi
adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah,
nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di
dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba).
(Mansjoer A, 2018).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom)


yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula
disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung
(heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang,
sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Dwanto
R, 2021).

1. Primary Survey
Airway 1) pantikan kepatenan jalan napas
2) siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
3) jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli
anestesi dan bawa ke ICU
Breathing 1) kaji respiratory rate
2) kaji saturasi oksigen
3) berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan
saturasi > 92%
4) auskultasi dada
5) lakukan pemeriksaan rontgent
Circulation 1) kaji denyut jantung
2) monitor tekanan darah
3) kaji lama pengisian kapiller
4) pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
5) periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
6) catat temperature
7) lakukan kultur jika pyreksia
8) lakukan monitoring ketat
9) berikan cairan per oral
10) jika ada mual muntah, berikan antiemetik IV
Disability Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU atau GCS
Pengkajian kesadaran menggunakan AVPU
A : Alert
V : Verbal
P : Pain
U : Unresponsive
Pemeriksaan GCS
Eye (respon membuka mata)
(4) : spontan membuka mata
(3) : membuka mata dengan perintah (suara, sentuhan)
(2) : membuka mata dengan rangsang nyeri
(1) : tidak membuka mata dengan rangsang apa pun
Verbal (respon verbal)
(5) : berorientasi baik
(4) : bingung, disorientasi tempat dan waktu
(3) : berbicara tidak jelas
(2) : bisa mengeluarkan suara mengerang
(1) : tidak bersuara
Motor (respon motorik)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(4) : (menghindar/menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : menjauhi rangsang nyeri
(2) : extensi spontan
(1) : tidak ada gerakan
Derajat kesadaran
14-15 Composmentis
12-13 Apatis
10-11 Somnolen
9-7 Delirium
4-6 Stupor
3 coma
Exposure 1) kaji riwayat sedetail mungkin
2) kaji stress dan pola makan, serta gaya hidup pasien
3) kaji tentang waktu sampai adanya gejala
4) kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
5) apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
6) Lakukan pemeriksaan abdomen
7) Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal

2. Secondary Survey
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit yang pernah dialami
Alergi (obat, makanan, dll)
Obat-obatan yang digunakan
c. Pengkajian head to toe
Keadaan Umum : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
TTV dan Nyeri : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah.
Kepala : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada
atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah
Dada : Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik
Abdomen : Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia
Ekstremitas : Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary
refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktul maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (PPNI SDKI,
2018).
Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
dan mengabsorbsi nutrien
5. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi dan kurang terpapar informasi
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan

Nausea berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi pengalaman mual
iritasi lambung selama… maka mual pasien membaik dengan 2. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
kriteria hasil: hidup (Mis. Nafsu
1. Perasaan ingin muntah (5) makan,aktifitas,kinerja,tanggung jawab
2. Pucat (5) peran,dan tidur)
3. Nafsu makan (5) 3. Identifikasi faktor penyebab mual (Mis.
Pengobatan dan prosedur)
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera selama... maka tingkat nyeri menurun dengan Observasi
fisiologis kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri,
1. Keluhan nyeri (5) durasi, frekuensi, intensitas nyeri
2. Gelisah (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Kesulitan tidur (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Muntah (5) memperingan nyeri
5. Mual (5) Terapeutik
4. Berikan terapi non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Edukasi
7. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Manajemen Hipovelemia
dengan kehilangan cairan status cairan membaik. Observasi
aktif Kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
1. Output urin meningkat 2. Monitor intake dan output cairan
2. Dyspnea menurun Terapeutik
3. Rasa haus menurun 3. Hitung kebutuhan cairan
4. Perasaan lemah menurun 4. Berikan posisi modified Trendelenburg
5. Tekanan nadi membaik 5. Berikan asupan cairan oral
6. Turgor kulit membaik Edukasi
7. Berat badan membaik 6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
8. Suhu tubuh membaik 7. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
9. Kolaborasi pemberian cairan Iv hipotonis
10. Kolaborasi pemberian cairan koloid
11. Kolaborasi
pemberian produk
darah
Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen gangguan makan
dengan ketidakmampuan 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan
mencerna makanan dan diharapkan status nutrisi membaik. cairan serta kebutuhan kalori
mengabsorbsi nutrien Kriteria hasil : 2. Timbang berat badan secara rutin
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat 3. Anjurkan membuat catatan harian tentang
2. Perasaan cepat kenyang menurun perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
3. Nafsu makan membaik makanan (mis:pengeluaran yang disengaja,
muntah, aktivitas berlebihan)
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Integritas Kulit
berhubungan dengan selama ...defisit pengetahuan dapat teratasi Observasi
ketidaktahuan menemukan dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi kesiapan dan kmampuan
sumber informasi dan kurang 1. Perilaku sesuai anjuran menigkat menerima informasi
terpapar informasi 2. Kemampuan menjelaskan tentang 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
pengetahuan topik meningkat meningkatkan dan menurunkan motivasi
3. Persepsi yang keliru terhadap masalah perilaku hidup bersih dan sehat
menurun Terapeutik
1) Sediakan materi dan media Pendidikan
Kesehatan
2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1) Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempegaruhi Kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Reduksi Ansietas
krisis situasional ..., ansietas menurun dengan kriteria hasil: Observasi
1. Verbalisasi kebingungan menurun 1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Verbalisasi khawatir menurun (misal kondisi, waktu, stresor)
3. Perilaku gelisah menurun 2) Identifikasi kemampuan mengambil
4. Perilaku tegang menurun keputusan
3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
Terapeutik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3) Pahami situasi yang membuat ansietas
4) Dengarkan dengan penuh perhatian
5) Gunakan penekatan yang tenang dan
meyakinkan
6) Tempatkan barang pribadi yang memberi
kenyamanan
7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
8) Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2) Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6) Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7) Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8) Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah tindakan yang direncanakan dalam rencana
keperawatan (Tarwonto, 2015) Perawat melakukan pengawasan terhadap
efektifan intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang
diharapkan.
Implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses
keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan yang mencakup peningkatkan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam,
2015).
Dalam tahap asuhan keperawatan ada 3 yaitu, tahap persiapan adalah
tahap awal pelaksanaan asuhan keperawatan untuk mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan untuk intervensi, tahap intervensi adalah fokus
tahap implementasi asuhan keperawatan kegiatan implementasi dari
perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik emosional dan
tahap pendokumentasian adalah implementasi asuhan keperawatan harus
diikuti oleh pendokumentasian yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian yang terjadi dalam proses keperawatan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan
setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan merupakan tindakan
intelekual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
kebersihan dari diagnosis keperawatan rencana intervensi dan
implementasinya, evaluasi sebagai suatu yang direncanakan dan
perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien untuk mencapai tujuan, hal ini
dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam,
2015).
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif
dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka
panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap
perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan.
Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi
terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di
lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S: Subjektif yaitu
pernyataan atau keluhan dari pasien, O: Objektif yaitu data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Assessment yaitu kesimpulan
dari objektif dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. & Gunawan, J., 2019. Dispepsia dalam cermin dunia kedokteran.
Vol 39 no. 9.
Andre, Y., Machmuud, R. Murni, A W. 2019., Hubungan pola makan dengan
kejadian depresi pada penderita dyspepsia fungsional.
Dwanto R 2021., Gambaran pengetahuan pasien tentang penyakit dyspepsia di
wilayah UPTP puskesmas gunungsitoli alo’da kecamatan gunungsitoli
ala’do kota ginungsitoli.
Fitriyana, Rinda “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Dispepsia
pada pasien di Wilayah kerja puskesmas bangkinang Kota
“Prepotif:Jurnal kesehatan masyarakat 2.2 (2018): 43-53
Manjoer, A, et al.2007. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika
aeusculapeus
Mansjor, A., Triyanti, K.,Savitri,R.,Wardhani, W.L,. dan setiowulan, W. kapita
selekta kedokteran jilid I. Edisi,j. Jakarta: Media Aesculapius.
PPNI, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Diagnosa
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Sulistiawati, Palar S, Waleleng BJ. Hubungan pola makan dengan kejadian
sindrom Dispepsia fungsional pada remaja di madrasah Aliyah Negri
Model Manado 2017;1.
Suryono Slamet, et al.2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.Jakarta:
FKUI
Tarwonto, 2015. Gangguan Perncernaan : PPOK. Yogyakarta : Nuba Medika.

Anda mungkin juga menyukai