Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWAT DIARE PADA ANAK

DI RUANG IGD PUSKESMAS MUARA BATUN

Disusun Oleh :
NURHANIRAH GUSMITA, S.Kep

Mata Kuliah : Perawatan medikal bedah (KMB)

Profesi Ners

Dosen Pembimbing:

Ns.Mareta Akhriansyah, S.Kep,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIK BINA HUSADA PALEMBANG
2022/2023
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Diare merupakan perubahan konsistensi tinja yang terjadi secara tibatiba akibat
jumlah air di dalam tinja meningkat melebihi normal dan jumlah frekuensi defekasi
meningkat lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari untuk
diare akut, 14 hari atau lebih untuk diare persisten
Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair. Bisa
juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan
frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari
3 kali sehari buang air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang
air besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2019).
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air
besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau
tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses
implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih,2017)
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air
besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tigakali sehari.

B. ANTOMI FISIOLOGI

Anatomi saluran pencernaan manusia

Berikut anatomi saluran cerna dan fungsi masing-masing organ penyusunnya.


1. Mulut
Proses pencernaan dimulai di dalam mulut, tempat terjadinya pencernaan mekanik
dan kimiawi.
Gigi memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil. Potongan kecil makanan
lalu dibasahi oleh air liur sebelum lidah dan otot-otot lain mendorong makanan ke dalam
faring dan kerongkongan. Bagian luar lidah terdiri dari papilla, yakni tonjolan-tonjolan
yang berfungsi mencengkeram makanan dan mengenali rasa.
Sementara itu, kelenjar ludah yang terletak di bawah lidah dan dekat rahang bawah
menghasilkan air liur ke dalam mulut. Air liur memecah karbohidrat dengan salah satu
enzim pencernaan terpenting bagi manusia, yaitu enzim amilase.
Gerakan lidah dan mulut mendorong makanan ke belakang tenggorokan.

2. Kerongkongan (esofagus)

Kerongkongan adalah saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung. Saluran


ini merupakan jalan bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju proses
pencernaan selanjutnya di dalam lambung. Otot-otot kerongkongan memindahkan
makanan dengan gerakan peristaltik. Gerakan kontraksi dan relaksasi otot ini mampu
mendorong makanan ke lambung.
Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter, atau otot-otot berbentuk cincin. Otot-otot
ini memungkinkan makanan untuk masuk ke lambung dan kemudian menutup untuk
mencegah makanan dan cairan naik ke kerongkongan.

3. Lambung

Dalam sistem pencernaan manusia, lambung terletak di antara esofagus dan usus halus
pada perut bagian atas. Lambung akan mencampur makanan dari kerongkongan
dengan cairan pencernaan yang diproduksinya, seperti asam dan enzim. Di dalam
organ ini, makanan diolah menjadi bagian-bagian kecil dalam bentuk setengah padat
yang disebut kim.
Setelah proses pencernaan selesai, kim akan dilepaskan sedikit demi sedikit melalui
otot sfingter pilorus. Otot sfingter pilorus terletak di perbatasan antara lambung bawah
dan bagian pertama usus halus yang disebut duodenum (usus dua belas jari). Sebagian
besar makanan baru meninggalkan lambung setelah empat jam.

4. Usus halus

Proses penguraian makanan menjadi bentuk yang lebih kecil berakhir di usus halus.
Usus halus adalah saluran kecil selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 10 meter.
Organ pencernaan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus dua belas jari),
jejunum (usus kosong), dan ileum (usus penyerapan). Dinding bagian dalam usus
halus penuh dengan tonjolan dan lipatan. Fungsi lipatan usus halus ini
memaksimalkan pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi

Proses pencernaan di dalam usus halus


 Kelenjar dinding usus halus mengeluarkan enzim yang memecah pati dan gula.
 Pankreas mengeluarkan enzim ke dalam usus kecil yang membantu memecah
karbohidrat, lemak, dan protein.
 Hati menghasilkan empedu yang membantu melarutkan lemak sehingga dapat diserap
oleh tubuh.
 Usus halus menyerap zat-zat gizi hasil proses pencernaan.

5. Usus besar

Usus besar membentuk huruf ‘U’ terbalik di sekitar usus halus yang berlipat-lipat.
Saluran ini dimulai dari sisi kanan bawah tubuh dan berakhir di sisi kiri bawah.
Panjang usus besar sekitar 5 – 6 meter dan terdiri dari tiga bagian, yaitu sekum, kolon,
dan rektum. Sekum adalah kantung pada bagian awal usus besar. Area ini
menyalurkan hasil pencernaan makanan yang telah diserap dari usus halus menuju
usus besar. Sementara itu, kolon adalah tempat cairan dan garam diserap dan
memanjang dari sekum ke rektum. Fungsi utama dari usus besar yaitu membuang air
dan mineral elektrolit dari ampas makanan yang tidak tercerna, lalu membentuk
limbah padat yang dapat dikeluarkan.

6. Rektum dan anus

Sisa isi usus besar yang telah menjadi feses kemudian disalurkan ke bagian akhir usus
besar, yakni rektum. Rektum akan sementara menampung feses sebelum dikeluarkan
dari tubuh. Saat rektum sudah mulai penuh, otot-otot di sekelilingnya akan terangsang
untuk mengeluarkan feses. Hal tersebut yang membuat Anda merasa mulas dan ingin
buang air besar. Feses nantinya akan dikeluarkan melalui anus. Anus merupakan
bagian paling akhir dari saluran pencernaan yang berbatasan langsung dengan
lingkungan luar.
C. ETIOLOGI
Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2019) ditinjau
dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu
sebagai berikut:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella, salmonella,
golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B. Cereus, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan
(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,terlalu asam), gangguan psikis
(ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi, hawa dingin dan sebagainya.
2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan jamur terutama canalida.
b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:
1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan mineral.
2) Kurang kalori protein.
3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir Sedangkan menurut Ngastiyah
dalam (Wijayaningsih, 2019),

Penyebab dari diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:


a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno
virus, rota virus, astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba histolytica, giardia lamblia,
trichomonas humonis), jamur (canida albicous). Infeksi parenteral ialah infeksi di luar
alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun. 10
b. Faktor malabsorbsi
1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) dan
monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak serta bayi
yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
2) Protein.
3) Lemak.
c. Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
d. Faktor psikologis

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologis Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang
pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati asam lambung,
mikroorganisme tersebut 11 berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat
dari toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal menurut Wijayaningsih (2019)
sebagi berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun didalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metoabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare,
lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa
darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen pada anak-anak.
d. Gangguan gizi Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh: 1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat. 2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. 3) Makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
sehingga perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi pasien bisa meninggal

E. TANDA DANN GEJALA


Menurut Lia dewi (2019), berikut ini adalah tanda dan gejala anak yang mengalami
diare:
a. Cengeng, rewel.
b. Suhu meningkat.
c. Gelisah.
d. Nafsu makan menurun.
e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan, feses ini
akan berwarna hijau dan asam.
f. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan
darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan
diakhiri dengan syok.
g. Anus lecet.
h. Berat badan menurun.
i. Turgon kulit menurun.
j. Mata dan ubun-ubun cekung.
k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Menurut Mardalena (2021) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari
diare, yaitu:
a. Nyeri perut (abdominal discomfort).
b. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
c. Rasa perih di ulu hati.
d. Rasa lekas kenyang.
e. Nafsu makan berkurang.
f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.
g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
h. Demam dan lemah.
i. Membrane mukosa mulut dan bibir kering.
j. Diare.
k. Pontanel cekung.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi Menurut Mardalena (2021) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa terjadi
pada diare:
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang.
d. Bakterimia.
e. Mal nutrisi.
f. Hipoglikemia.
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
H. PATHWAYS
G. PENATALAKSANAAN

Menurut Lia dewi (2019) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
b. Dietetik (pemberian makanan).
c. Obat-obatan.
1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2
jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4
jam pertama dan sisanya adlibitum.
2) Sesuaikan dengan umur anak: a) < 2 tahun diberikan ½ gelas, b) 2-6 tahun
diberikan 1 gelas, c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-
100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.
4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi
ringan sampai berat. Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga
(cairan RT): 1) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok
teh garam dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat, 2) Air tajin (2
liter + 5g garam). a) Cara tradisional. 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan
beras dimasak selama 45-60 menit. 15 b) Cara biasa. 2 liter air + 100 g tepung
beras + 5 g garam dimasak hingga mendidih. d. Teruskan pemberian ASI
karena bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengumpulkan data secara


sistematis, memilih dan mengatur data yang dikumpulkan dan
mendokumentasikan data dalam format yang didapat. Untuk itu diperlukan
kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini yang terbagi atas :
1.1 Pengumpulan data Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
penderita ,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium
serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1.2 Anamnese
a. Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada


umumnya keluhan utamanya yakni BAB lebih dari 3 kali sehari, konsistensi
encer, mual muntah, perut sakit. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari

c. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan
utama Frekuensi BAB meningkat dengan bentuk dan konsistensi yang lain
dari biasanya dapat cair dan berlendir/berdarah dan dapat pula disertai
gejala lain panas, muntah, anoreksia, nausea, vomiting.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu Jika disebabkan infeksi parenteral (infeksi)
diluar alat pencernaan, OMA infeksi.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga Ada pasien yang menderita alergi makanan
(diare yang disebabkan adalah alergi terhadap makanan).
d) ADL Nutrisi : terjadi anoreksia, mual, muntah Eleminasi : BAB lebih dari 4x
(bayi)/BAB lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir, berdarah dan BAK frekuensi
menurun Pesonal hygiene : iritasi pada sekitar usus Aktivitas : lemas dan
mengantuk Istirahat tidur : bisa terganggu bisa tidak
e) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : kedaan dehidrasi ringan, kesadaran kompos mentis
keadaan lebih dari lanjut, apatis, somnolen, koma.
- Sistem kardiovaskuler : peningkatan jantung, nadi, TD menurun, nadi
kecil dan cepat serta meningkat suhu tubuh.
- Sistem RR : Pernafasan cepat, dalam dan teratu
- Sistem pencernaan : peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan
peristaltik usus, kembung, distersi abdomen, tympani.
- Sistem perkemihan : produksi urine menurun (oliguri – anuri) - Sistem
integumen : turgor menurun, panas, pucat, kapiler refill melambat,
warna kemerahan/lecet (terutama sekitar anus)
- Sistem muskulo : kejang bila panas meningkat, pada hypoglikemi
tremor/getar, hipokalemi, distensi abdomen.
-

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan Diare secara teoritis
a. Hipovolemia
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
c. Hipertermi
d. Nyeri Akut
e. Defisiensi Pengetahuan

I. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN


NO Diagnosa keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) SLKI

Setelah
1. Hipovolemia

dilakukan
tindakan
keperawatan
…x
24 jam, status
kenyamanan
pasien
membaik
dengan
dengan
kriteria hasil :
a. Tidak
mengeluh
nyeri
b. Tidak
meringis
c. Tidak
bersikap
protektif
d. Tidak
gelisah
e. Kesulitan
tidur
menurun
f. Frekuensi
nadi
membaik
g.
Melaporkan
nyeri
terkontrol
h.
Kemampuan
mengenali
onset nyeri
meningkat
i.
Kemampuan
mengenali
penyebab
nyeri
meningkat
j.
Kemampuan
menggunakan
teknikno
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
…x
24 jam, status
kenyamanan
pasien
membaik
dengan
dengan
kriteria hasil :
a. Tidak
mengeluh
nyeri
b. Tidak
meringis
c. Tidak
bersikap
protektif
d. Tidak
gelisah
e. Kesulitan
tidur
menurun
f. Frekuensi
nadi
membaik
g.
Melaporkan
nyeri
terkontrol
h.
Kemampuan
mengenali
onset nyeri
meningkat
i.
Kemampuan
mengenali
penyebab
nyeri
meningkat
j.
Kemampuan
menggunakan
teknikno
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
…x
24 jam, status
kenyamanan
pasien
membaik
dengan
dengan
kriteria hasil :
a. Tidak
mengeluh
nyeri
b. Tidak
meringis
c. Tidak
bersikap
protektif
d. Tidak
gelisah
e. Kesulitan
tidur
menurun
f. Frekuensi
nadi
membaik
g.
Melaporkan
nyeri
terkontrol
h.
Kemampuan
mengenali
onset nyeri
meningkat
i.
Kemampuan
mengenali
penyebab
nyeri
meningkat
j.
Kemampuan
menggunakan
teknikno
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
…x
24 jam, status
kenyamanan
pasien
membaik
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
…x
24 jam, status
kenyamanan
p
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama……
jam maka status cairan membaik dengan kriteria
hasil :
- Turgor Kulit Meningkat
- Output urine meningkat
- Kekuatan Nadi meningkat
- Memberan mukosa membaik
- Suhu tubuh normal
- Mata cekung membaik
- Kadar elektrilit membaik
- Tekanan darah cukup membaik
- Berat badan membaik
- Status mental membaik

S
2. Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh Setelah di lakukan asuhan keperawatan … jam
maka Keseimbangan Nutrisi bisa adekuat dengan
kriteria hasil ; kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Setelah dilakuka asuhan keperawatan selama ….jam


3. Hipertermi
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal
dengan kriteria hasil:
- suhu tubuh Kembali dalam batas normal
- dehidrasi teratasi
- Kadar Elektrolit membaik
- output urine meningkat

Setelah dilakuka asuhan keperawatan selama ….jam


4. Nyeri Akut
Keluhan nyeri menurun, dengan kriteria :
- skala nyeri menurun
- Frekwensi nadi membaik
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
I . INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Dignosa Itervensi
keperawatan
1. Hipovolemia
Hipovolemia
Observasi
- Periksa tanda dan gejala misalnya frekwensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah,tekanan darah menurun,pekanan nadi
menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering,volume urine menurun,hematoktrit meningkat,haus,
lemah.

Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified trendelenbung
- Berikan asupan cairan oral

Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV Isotonis (misl.Nacl,RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonis (misl.Nacl
0,4%,glucose 2,5%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (misl.Albumin,
plasmanate)

2. Ketidakseimbangan Manajemen Nutrisi (I.03119)


Nutrisi Kurang dari Observasi
kebutuhan tubuh - Identifikasi status gizi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitoring asupan makanan
- Monitoring berat badan
- Monitoring hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet(misl. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemeberian medikasi sebelum makan (misl.
Pereda nyeri,antiemetic) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan

Observasi
3. Hipertermi - Identifikasi penyebab hipertermi (misl. Dehidrasi,terpapar
linkungan panas,penggunaan incubator)

4. Nyeri akut Manajemen nyeri (I.08238)


Kolaborasi
- Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kuwalitas,itensitas nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Monitorkeberhasilan terapi komplementer yang sudah di
berikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik
- Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
(mslnya akupresure,terapi pijat,kompres hangat dingin)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (msl:
suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
- Jelankan penyebab, priode, dan penyebab nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Sastroasmoro S, penyunting. Panduan Pelayanan Medis departemen Ilmu Kesehatan


Anak RSCM. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 2021.
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 2019
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai