Anda di halaman 1dari 22

A.

Konsep Penyakit

1) Definisi

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk


tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019).

Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan


konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah


suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
atau tanpa darah dan tanpa lendir.
2) Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran pencernaan
terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus
dan usus besar. Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat
nutrien yang sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan
ke dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat
gizi). Sebelum zat ini diperoleh tubuh makanan harus berjalan/bergerak
sepanjang saluran pencernaan.

Gambar 1 Sistem Pencernaan Sumber : (Syaiffudin, 2016)


a) Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari
bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut dengan faring,
terdiri dari :
a. Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian dalam. Bagian
atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh lipatan membran mukosa bibir, pipi dan
gusi. Pipi membentuk lateral vestibulum, disusun oleh M.buksinator ditutupi oleh
fasia bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat
papilla kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis. Bagian diantara arkus
alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki atap yang dibentuk oleh palatum durum
(palatum keras) bagian depan, palatum mole (palatum lunak) bagian belakang.
Dasar mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik
membrane mukosa. Sisa lidah pada gusi diatas mandibula. Garis tengah lipatan
membrane mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan permukaan
bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenulum lingua terdapat
papila kecil bagian puncaknya bermuara duktus duktus glandula submandibularis.
- Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel besar
menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa 11 menimbulkan tersedak. Proses
ini merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu
melalui saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan, melicinkan,
dan membasahi makanan yang kering dengan saliva serta mengaduk makan
sampai rata.
b) Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat lintang
yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan dalam proses mekanisme
pencernaan di mulut dengan menggerakkan makanan ke segala arah. Bagian-
bagian lidah adalah pangkal lidah dan ujung lidah.
c) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis
kranii setinggi vertebrae servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikodea.
Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar), organ
terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit. Untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, menyaring
dan mematikan bakteri/mikrorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan
pernapasan. Faring melanjutkan diri ke esophagus untuk pencernaan makan.
d) Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring. Panjangnya kira
kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai
ujung bawah rongga dada dibelakang trakea. Pada bagian dalam di belakang
jantung menembus diafragma sampai rongga dada. Fundus lambung melewati
persimpangan sebelah kiri diafragma. Lapisan dinding esophagus dari dalam ke
luar meliputi : lapisan selaput selaput lendir, lapisan mukosa, lapisan otot
melingkar, dan lapisan otot memanjang.
e) Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan
usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan pankreas dan
limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya
gerakan peristaltik terutama di daerah epigaster. Variasi dari bentuk lambung
sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic
tekanan organ lain dan postur tubuh. Bagian-bagian dari lambung terdi dari
Fundus ventrikuli, Korpus ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor,
Kurvatura mayor dan Ostium kardia.
Fungsi lambung :

a. Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan


mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorogan makanan terjadi secara
gerakan peristaltic setiap 20 detik.
b. Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung
dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara
lain pepsin, HCL, renin, dan lapisan lambung.
c. Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor ekstrinsik
dari makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik yang berguna untuk
pertukaran trotrosit yang disimpan dalam hati
f) Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-kira 6 meter,
merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses
pencernaan dan absorbs pencernaan. Bentuk dan susunannya berupa lipatan-
lipatan melingkar. Makanan dalam intestinum minor dapat masuk karena
adanya gerakan dan memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-
jonjot tempat absorsi dan memperluas permukaannya. Pada ujung dan
pangkalnya terdapat katup. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, ileum.
Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan empedu
dan pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus pankreatikus, mencerna
makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam
amino, karbohidrat dalam monoksida, dan menggerakan kandungan usus.
g) Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang
luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5- 1,7 meter dan
penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang tersusun seperti huruf U
terbalik mengelilingi usus halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai
anus. Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir
atau (mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan
jaringan ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum, kolon asendens,
kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid.
Fungsi usus besar adalah sebagi berikut :

a. Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk


massa yang lembek yang disebut feses.
b. Menyimpan bahan feses.

c. Tempat tinggal bakteri koli.

3) Etiologi

Menurut Brunner & Suddart (2014) etiologi diare adalah :


a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
4) Klasifikasi
Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu
sebagai berikut:
a. Diare akut: keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari.
b. Diare persisten atau diare kronis: keluarnya tinja cair selama 14 hari atau
lebih dan dapat disertai darah atau tidak. Diare persisten atau diare kronis
dalam waktu lama akan mengakibatkan dehidrasi.
c. Diare disentri: keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering dan mengeluh sakit
perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia, kehilangan
berat badan yang cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri.

5) Patofiosiologi

Menurut Dwiaenda (2014) sejumlah besar virus, bakteri/organisme protosoa


dapat menyebabkan gastroenteritis. Pada diare bayi yang paling sering patogen
adalah virus dan entero patogenik, Ecoli. Pada orang dewasa terdapat perbedaan
yang berkaitan dengan umur, apakah infeksi di daerah tropik dan faktor
presipitasi seperti pengorbanan antibiotik yang terdahulu atau imun.
Enterokolitis menyebabkan kram dan diare. Sedangkan gastro entero kolitis
menimbulkan mual, muntah dan kram. Dua cara utama dimana organisme
patogen menyebabkan diare : Invasi bakteri pada mukosa kolon menyebabkan
peradangan ulserasi.

Hal ini menyebabkan diare berdarah dengan pasasi mucus dan nanah
(sering disebut disentri). Sekresi entero toksin bakterial menyebabkan sekresi air
dan elektrolit dengan diare berair yang banyak. Enterotoksin dapat dihasilkan
sesudah kolonisasi bakteri (tanpa invasi) pada usus halus (masa inkubasi 6-24
jam). Enterotoksin ini mungkin masuk ke dalam karena makanan yang
terkontaminasi kurang dimasak terutama oleh pencemaran makanan stafilokoki.
6) Pathway

Gambar 2 Pathway Diare

Sumber : Modifikasi dari Nurarif & Kusuma (2016)


7) Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai


berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran menurun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).

h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam.
8) Komplikasi
Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare adalah
sebagai berikut:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).

b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).

c. Hipoglikemi.

d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

9) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat

10) Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis menurut Brunner & Suddart (2014):

a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,


mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit Penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil)
dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan

d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau


diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat
muda atau pasien lansia.
Terapi obat menurut Markum (2018) :

a. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg

b. klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

c. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

d. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.


B. Asuhan Keperawatan Diare

1) Pengkajian

Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu nama


klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab, perkerjaan, agama.
Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat kesehatan psikososial.
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan frekuensi
dan feses menjadi cair. Keluhan lain yang menyertai muntah, demam, nyeri
abdomen, kondisi feses yang encer, lender dan darah. Pengkajian riwayat
dihubungkan dengan epidemiologi merupakan pengkajian penting dalam
menetukan penyebab, rencana intervensi, dan factor resiko yang mungkin terjadi.

Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang mungkin


terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi
enterik akan memberikan manifestasi peradangan akut gastrointestinal yang dapat
berbahaya sehingga harus di lakukan dalam kondisi rehidrasi cairan. Riwayat
alergi pengunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi makanan yang
banyak mengandung sorbitol dan fruktosa. Pada pengkajian psikososial pasien
biasanya mengalami kecemasan dan pasien memerlukan pemenuhan informasi
tentang pendidikan kesehatan. pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan
kolaboratif untuk menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan
pemeriksaan medis untuk dehidrasi. Pemeriksaan status dehidrasi esensial
merupakan pemeriksaan medis untuk menentukan kebutuhan pengganti cairan
dalam pemenuhan hidrasi, tetapi pada kondisi klinik perawat yang dapat
melakukan perhitungan skor dapat melakukan peran kolaboratif dalam
menentukan jumlah cairan yang akan di berikan (Muttaqin & Sari, 2011).
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x

c. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid


jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

e. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,


lingkungan tempat tinggal.

h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

1. Pertumbuhan
• Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
• Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua
dan seterusnya.
• Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan

gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah

• Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

2. Perkembangan

a. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

• Fase anal : Keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan
bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna
interpersonal, bermain).
b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri
anak.
c. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
• berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
• Meniru membuat garis lurus (GH)

• Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)


• Melepasa pakaian sendiri (BM)
3. Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,


lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.

b. Keadaan umum: klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c. Kepala: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih

d. Mata: cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan: mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic


meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan: dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena asidosis


metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .

h. Sistem integumen: warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan: urin produksi oliguria sampai anuria (200- 400 ml/ 24
jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j. Dampak hospitalisasi: semua anak sakit yang MRS bisa mengalami


stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi diusus ditandai dengan konsistensi
feses cair
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
turgor kulit tidak elastis
3. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan akral teraba hangat

B. Rencana Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Diare Setelah Manajemen diare
berhubungan dilakukan 1. Identifikasi 1. mempermudah
dengan proses tindakan penyebab dalam tindakan
infeksi diusus keperawatan diare terapi
ditandai 3x24 jam 2. Membantu
dengan diharapkan 2. Monitor membedakan
konsistensi eliminasi fekal warna, penyakit individu
feses cair pada pasien frekuensi, dan mengkaji
membaik, konsistensi beratnya tiap
dengan kriteria feses defekasi
hasil: 3. Untuk mengetahui
1. Konsistebsi 3. Monitor iritasi kondisi kulit pada
feses kulit di daerah perineal
membaik perineal 4. Untuk memberikan
2. Frekuensi 4. Pasang jalur hidrasi cairan tubuh
defekasi intravena dan secara parentera
membaik berikan cairan 5. Untuk menjaga
3. intravena asupan makanan
yang dibutuhkan
5. Anjurkan tubuh
makan porsi 6. Menurunkan
kecil dan motilitas atau
sering peristaltik usus dan
6. kolaborasi menunjukkan
pemberian sekresi degestif
obat untuk
menghilangkan
kram dan diare.
2. Hipovolemia Setelah Manajemen
berhubungan dilakukan Hipovolemia
dengan tindakan 1. Periksa tanda 1. Untuk mengetahui
kehilangan keperawatan dan gejala adanya tanda-
cairan aktif selama 3x24 jam hypovolemia tanda dehidrasi
ditandai diharapkan status dan mencegah
dengan turgor cairan membaik syok hipovolemik
kulit tidak dengan kriteria 2. Untuk
elastis hasil : 2. Monitor intake mengumpulkan
1. Turgor dan output dan menganalisis
kulit cairan data pasien untuk
meningkat mengatur
2. Membran keseimbangan
Mukosa cairan
bibir 3. Untuk
membaik 3. Berikan mempertahankan
asupan cairan cairan
per oral 4. Untuk
4. Kolaborasi memberikan
pemberian hidrasi cairan
cairan IV tubuh secara
parentera
3. Hipertermi Setelah Manajemen
berhubungan dilakukan hipertermia
dengan intervensi 3x24
dehidrasi jam diharapkan 1. identifikasi 1. untuk mengetahui
ditandai suhu tubuh agar penyebab proses penyakit
dengan akral tetap berada pada hipertermia
teraba hangat rentang normal 2. monitor suhu 2. Untuk memonitor
dengan kriteria tubuh keadaan umum
hasil: pasien dengan
1. Suhu tubuh demam selama
membaik proses infeksi
2. Akral 3. Sediakan 3. Memberikan
membaik lingkungan kenyamanan pada
3. Ventilasi yang dingin pasien
membaik

4. longgarkan 4. Membantu
atau lepaskan menurunkan
pakaian demam pada
pasien
5. pemberian 5. membantu pasien
kompres proses konduksi
hangat panas dari tubuh

6. kolaborasi 6. untuk menunjang


pemberian upaya-upaya
cairan perawatan dalam
intravena usaha menurunkan
panas tubuh

C. Implementasi Keperawatan

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

No Waktu Diagnosa Implementasi Hasil


1. Senin, 2 1. Memeriksa tanda dan 1. N: 79 x/menit
15/8/2022 gejala hipovolemi Turgor kulit Kembali
08.00 <2detik
Mukosa bibir Kering
08.00 1 2. Memonitor warna, , 2. BAB encer 5 kali
frekuensi dan dengan konsistensi
konsistensi feses encer kuning
kecoklatan berlendir

08.00 1 3. Monitoring iritasi 3. Adanya kemerahan


disekitar perineal disekitar perineal

08.30 1,3 4. Memberikan cairan 4. Memberikan pasien


per oral obat zink 1 x 20ml
dan Lacto B 1 x 1
sch
Pemberian PCT PO
2 5. Mengkolaborasi 1x5 mg
pemberian cairan IV 5. Pasien terpasang
infus Kaen-3B 1400
08.00 3 6. Mengidentifikasi ml/24 jam
penyebab hipertermia 6. An. S mengalami
demam karena
dehidrasi
08.10 3 7. Monitor suhu tubuh didapatkan akral
08.30 1 8. Kolaborasi hangat
pemberian obat 7. S: 37.6 °C
8. Obat injeksi
Ranitide 1x18 mg
dan cefotaxine 1x1g

15.00 3 9. Monitoring suhu 9. S: 36.8 °C


15.10 3 tubuh 10. Pemberian PCT PO
10. Kolaborasi 1x5 mg lewat oral
16.00 3 pemberian obat 11. Ayah pasein
11. Pemberian kompres bersedia dan anak
hangat tidak gelisah

21.20 3 12. Memberikan cairan 12. Lacto B 1x 1 sch


per oral
21.20 1,3 13. Kolaborasi 13. Ranitidine 1 x 18
pemberian obat mg dan cefotaxine
1x1 g, Pemberian
PCT PO 1x5 mg
21.00 3 14. Monitoring suhu 14. S: 37.5 °C
24.00 2 tubuh 15. Intake – output
15. Memonitor intake 2000cc – 1000
dan output cairan cc=1000cc/24jam

2. Selasa, 1 1. Memonitor warna, 1. Ayah pasien


16/8/2022 frekuensi dan mengatakan BAB
konsistensi feses encer 3 kali dengan
warna kuning
kecoklatan
08.00 1 2. monitor iritasi kulit di 2. Masih ada
daerah perianal kemerahan disekitar
08.00 1 3. menganjurkan anus
makanan porsi kecil 3. Ayah pasien
dan sering mengatakan
anaknya sudah mau
08.30 1,2,3 makan sedikit demi
4. Kolborasi pemberian sedikit
obat dan cairan IV 4. Obat oral Lacto B 1
x1 sch, zinx 1x20ml
Obat IV ranitidine
1x18 mg dan
cefotaxime 1x1 g,
Pemberian PCT PO
08.00 3 1x5 mg. Kaen
08.10 3 5. Monitor suhu tubuh 3B/24 Jam
6. Menyediakan 5. Suhu: 37.3 °C
lingkungan yang 6. Kamar pasien dalam
dingin keadaan dingin
15.00 3 7. Monitoring suhu 7. S: 36.5 °C
16.00 3 tubuh 8. Pemberian PCT PO
8. Kolaborasi 1x5 mg lewat oral
pemberian obat
21.20 3 9. Memberikan cairan 9. Lacto B 1x 1 sch
per oral
21.20 1 10. Kolaborasi 10. Ranitidine 1 x 18
pemberian obat mg dan cefotaxine
1x1 g, Pemberian
PCT PO 1x5 mg
21.00 3 11. Monitoring suhu 11. S: 37.5 °C
24.00 2 tubuh 12. Intake – output
12. Memonitor intake 1800cc – 750
dan output cairan cc=1050 cc/24jam

3. Rabu, 1 1. Memonitor warna, 1. Ayah pasien


15/8/2022 frekuensi dan mengatakan BAB
konsistensi feses hanya 2 kali dan
berampas
08.00 1 2. memonitor iritasi 2. kemerahan disekitar
disekitar perineal anus sudah
08.00 2,3 3. menganjurkan minum berkurang
air yang cukup 3. ayah mengatakan
anaknya minum
08.00 3 4. menganjurkan untuk dengan kuat
melonggarkan pakaain 4. ayah pasien
mengatakan bajunya
08.00 3 5. monitoring suhu sudah dilonggarkan
5. Suhu: 36,5°C
08.30 1,2,3 6. kolaborasi pemberian
obat dan cairan IV 6. Obat oral Lacto B 1
x1 sch, zinx 1x20ml
Obat IV ranitidine
1x18 mg dan
cefotaxine 1x1 g.
Kaen 3B/24 jam
15.00 1,2,3 7. Observasi TTV 7. S: 36,5°C N:
112x/menit RR:21
x/menit
21.20 1 8. Memberikan cairan per 8. Lacto B 1x 1 sch
oral
21.20 1,3 9. Kolaborasi pemberian 9. Ranitidine 1 x 18
obat mg dan cefotaxine
1x1 g, Pemberian
PCT PO 1x5 mg
21.00 2 10. Intake – output
24.00 10. Monitoring intake dan 2000cc –
output 750cc=1250
cc/24jam

D. Evaluasi Keperawatan
Menurut Mufidaturrohmah (2017) evaluasi perkembangan
kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui perawatan yang diberikan dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat berupa
evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif
adalah hasil dari umpan balik selama proses keperawatan berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah proses
keperawatan selesai dilaksanakan dan memperoleh informasi efektifitas
pengambilan keputusan.
Tgl. Diagnosis SOAP Tanda-
Keperawatan tangan
16 Agustus 1 S : ayah pasien mengatakan anaknya
2022 BAB encer 4 kali konsistensi encer
warna kuning kecoklatan berlendir
O:
1. Feses tampak encer Berwarna
kuning kecoklatan dan berlendir
2. An. S tampak lesu dan lemah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitoring feses
2. Kolaborasi pemberian obat
3. Monitor iritasi di daerah
perineal
4. Menganjurkan makan sedikit
tapi sering
2 S : ayah pasien mengatakan anaknya
BAB encer 4 kali berwarna kuning
kecoklatan dan berlendir.
O:
1. BAB encer berwarna kuning
kecoklatan dan berlendir
2. Turgor kulit tidak elastis
3. Mukosa bibir kering
4. CRT < 2 detik
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Pemberian infus Kaen 3 B/ 24
Jam
2. Monitoring intake dan output
caira/24 jam
3 S : ayah pasien mengatakan demam
anaknya naik turun
O:
1. S: 37°C
2. Akral teraba hangat
3. Turgor kulit tidak elastis
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi Dilanjutkan
1. Monitor suhu
2. Sediakan lingkungan yang
dingin
17 Agustus 1 S : anak mengalami diare BAB encer
2022 3x
O:
1. Tidak ada muntah
2. Mukosa bibir tampak kering
3. Feses tampak encer berwarna
kuning kecoklatan dan
berampas
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi
1. Monitoring feses
2. Kolaborasi pemberian obat
3. Monitor iritasi di daerah
perineal
4. Menganjurkan cairan peroral
2 S : ayah pasien mengatakan anaknya
BAB encer dari pagi sampai sekarang
jadi 3 kali berwarna kuning kecoklatan
O:
1. Mukosa bibir sudah tidak
kering
2. Turgor kulit kembali <2detik
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi
1. Pemberian infus Kaen 3 B/ 24
Jam
2. Monitoring intake dan output
caira/24 jam
3 S : ayah pasien mengatakan demam nya
masih naik turun
O:
1. S : 36.5
2. Mukosa bibir tampak sudah
tidak kering
3. Pasien tidak rewel dan gelisah
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor suhu tubuh
2. Kolaborasi pemberian obat
3. Anjurkan longgarkan baju
4. Anjurkan minum air yang
cukup
18 Agustus 1 S : ayah pasien mengatakan BAB 1 kali
2022 O:
1. An.S tampak tidak rewel
2. Mukosa bibir tampak lembab
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2 S : ayah pasien mengatakan BAB 1 kali
O:
1. N : 98 x/menit
2. S : 36.6 °C
3. RR : 22 x/menit
4. Mukosa bibir tampak lembab
5. Pasien tampak tidak rewel
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 S : ayah pasien mengatakan kemerahan
sudah berkurang
O:
1. N : 98 x/menit
2. S : 36.6 °C
3. RR : 22 x/menit
4. Akral hangat

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai