“KONSEP SPIRITUAL”
Diajukan guna memenuhi tugas akademik dalam Mata Kuliah Psikososial Dan Budaya
Disusun Oleh :
2
penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal,
fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual.
B. Manfaat Spiritual
1. Meditasi dan doa
Dalam kehidupan manusia membutuhkan waktu untuk sendiri dan sejenak
merenung dalam kesunyian. Meditasi dan berdoa, menjadi kuncinya. Inilah
waktunya untuk berkaca ke dalam hidup dan menjadi lebih sadar tentang
apa yang seharusnya dilalukan dalam kehidupan yang dijalani. Semakin
sering bermeditasi maka akan membantu dalam menetapkan tujuan untuk
diri sendiri dan dapat menentukan jalan mana yang bisa diikuti untuk
mencapai keberhasilan.
2. Jauh dari kebiasaan buruk
Spiritualitas adalah tentang menemukan hubungan dengan diri sendiri, alam
dan lingkungan di sekitar. Salah satu manfaat dari spiritualitas adalah dapat
membantu menguraikan antara salah dan benar. Dapat menarik inspirasi
untuk mampu membuang hal-hal yang buruk. Dapat berhenti melakukan
hal-hal buruk demi kebaikan diri sendiri meski harus kehilangan sesuatu hal
yang disukai.
3. Usir Stres karena Damainya Hati
Berdamai dengan diri sendiri dan menemukan kedamaian batin adalah
produk dan manfaat dari spiritualitas. Anda tidak butuh orang pintar atau
ilmuwan untuk membuat hati dan pikiran Anda sejahtera. Maka, sadarilah
damainya hati dan pikiran Anda dapat menjauhkan Anda dari serangan
stres.
4. Temukan dan Rasakan Kebahagian
Apa yang membuat saya bahagia? Apa yang harus saya lakukan untuk
menjadi lebih bahagia dalam hidup? Pertanyaan itulah yang akan
mengantarkan Anda menemukan kebahagian dari kehidupan yang Anda
jalani. Anda akan terus berusaha menemukan yang terbaik untuk diri Anda
sehingga hasilnya Anda merasa bahagia. Oleh karena itu, spiritualitas sangat
3
memungkinkan bagi Anda untuk menyalurkan energi ke setiap hal-hal yang
Anda suka. Kekuatan spiritualitas akan membawa Anda jauh dari kesedihan
dan getaran negatif dalam hidup.
5. Berbicara kepada Sang Pencipta
Salah satu manfaat terbesar dari spiritualitas adalah bahwa itu adalah jalan
menuju Tuhan. Inilah kesempatan bagi Anda untuk menyalurkan doa dan
pikiran kepada Yang Maha Kuasa dengan sebebas-bebasnya. Sadarilah
bahwa Yang Maha Kuasa telah menciptakan Anda dan bersyukurlah Anda
merasakan buah-buah kebaikan dan nilai positif dalam hidup Anda.
4
Pemisahan agama dan spiritual berawal dari berkembangnya sekularisme
di Barat sejak pertengahan abad 19, saat institusi agama mulai kehilangan
pengaruhnya (Zinnbauer, Pargament, & Scott, 1999; Ivtzan, Chan, Gardner &
Prashar, 2011). Pada saat itu, spiritual mulai dilihat lebih mencerminkan
kebebasan karena diperoleh melalui proses pencarian (eksplorasi) dan pilihan
pribadi, sementara agama dikesankan lebih mengikat karena dipandang sebagai
sesuatu yang diwariskan turun temurun, serta memiliki cara-cara tertentu
(misalnya, aturan-aturan ritual yang perlu diikuti) dalam menjalaninya
(Zinnbauer, Pargament, & Scott, 1999; Li & Chow, 2015).
Religiusitas dianggap bersifat formal dan institusional karena
merefleksikan komitmen terhadap keyakinan dan praktek praktek menurut
tradisi (keagamaan) tertentu, sementara spiritualitas diasosiasikan dengan
pengalaman personal dan bersifat fungsional, merefleksikan upaya individu
untuk memperoleh tujuan dan makna hidup (Zinnbauer & Pargament, 2005).
Spiritualitas merupakan proses transformasi melalui berbagai aspek kehidupan
yang terintegrasi meliputi fisik, emosional, pekerjaan, intelektual dan rasional.
Spiritualitas sangat berkaitan dengan kreativitas, cinta, pengampunan, kasih
sayang, kepercayaan, penghormatan, kebijaksanaan, keyakinan, dan rasa akan
kesatuan.
Sementara itu, dalam memahami agama dan spiritualitas, Canda dan
Furman (2010) menyatakan adakalanya terdapat keterkaitan agama dengan
spiritualitas. Mereka menyatakan bahwa agama (religi) adalah suatu pola nilai,
keyakinan, simbol, perilaku dan pengalaman yang terinstitusi, yang diarahkan
pada spiritualitas, diketahui bersama dalam masyarakat, dan diturunkan melalui
tradisi. Spiritualitas didefinisikannya sebagai proses pencarian makna, tujuan,
moralitas, kesejahteraan dalam hubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan
realitas yang hakiki (ultimate reality). Dengan demikian, orang mungkin saja
mengekspresikan spiritualitasnya dalam setting religius (dalam hubungannya
dengan ultimate reality ), ataupun non-religius (dalam hubungannya dengan
diri sendiri, orang lain, bahkan alam semesta). Elkins dkk (1988) berpendapat
bahwa spiritualitas semestinya terbebas dari batasan aturan formal serta ritual
5
ibadah seperti yang ada dalam religiusitas. Mereka menyepakati pendapat
Maslow (1970) bahwa sejatinya spiritualitas adalah sifat alamiah manusia
bahkan meskipun mereka mengaku tidak beragama atau tidak mengikuti jenis
agama tertentu. Elkins dkk (1988) spiritualitas adalah suatu cara untuk menjadi
(being) dan mengalami (experiencing) yang muncul karena adanya kesadaran
mengenai dimensi transenden dan dicirikan oleh nilai-nilai tertentu yang
tampak baik dalam diri sendiri, orang lain, alam, kehidupan, dan apapun yang
dianggap sebagai ‘Yang Hakiki” (the Ultimate). (Ellen, dalam Ivtzan, Chan,
Gardner & Prashar, 2011).
6
Daftar Pustaka