Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

“KONSEP SPIRITUAL”

Diajukan guna memenuhi tugas akademik dalam Mata Kuliah Psikososial Dan Budaya

Dosen Pembimbing: H.Wasludin.SKM,M.Kes

Disusun Oleh :

Program Studi Ners

Winda Sari Ramadhani

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN 2019
A. Definisi Spiritual
Spiritualitas berasal dari kata ‘spiritus’ yang artinya adalah nafas
kehidupan. Spirit merupakan kekuatan yang tidak terlihat yang memberikan
nafas bagi kehidupan kita, menghidupkan kita, dan memberikan kita energi.
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas
juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal
(hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain
dengan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu
suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi).
Menurut Oxford English Dictionary, untuk memahami makna kata
spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata berikut ini : persembahan, dimensi
supranatural, berbeda dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa,
kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual dan berkualitas,
adanya perkembanga pemikiran dan perasaan, adanya perasaan humor, ada
perubahan hidup, dan berhubungan dengan organisasi keagamaan. Sedangkan
berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting,
dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku
seseorang.
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan
dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan
(Dyson, Cobb, Forman,1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan
aspek spiritual tersebut dalam hubungan dengan seseorang dengan dirinya
sendiri, orang lain dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual
mencakup hubungan intra, inter, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan
sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya
dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta dalam hubungannya
dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan (Dossey & Guazetta, 2000).
Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan
spiritual, dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual merupakan suatu

2
penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal,
fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual.

B. Manfaat Spiritual
1. Meditasi dan doa
Dalam kehidupan manusia membutuhkan waktu untuk sendiri dan sejenak
merenung dalam kesunyian. Meditasi dan berdoa, menjadi kuncinya. Inilah
waktunya untuk berkaca ke dalam hidup dan menjadi lebih sadar tentang
apa yang seharusnya dilalukan dalam kehidupan yang dijalani. Semakin
sering bermeditasi maka akan membantu dalam menetapkan tujuan untuk
diri sendiri dan dapat menentukan jalan mana yang bisa diikuti untuk
mencapai keberhasilan.
2. Jauh dari kebiasaan buruk
Spiritualitas adalah tentang menemukan hubungan dengan diri sendiri, alam
dan lingkungan di sekitar. Salah satu manfaat dari spiritualitas adalah dapat
membantu menguraikan antara salah dan benar. Dapat menarik inspirasi
untuk mampu membuang hal-hal yang buruk. Dapat berhenti melakukan
hal-hal buruk demi kebaikan diri sendiri meski harus kehilangan sesuatu hal
yang disukai.
3. Usir Stres karena Damainya Hati
Berdamai dengan diri sendiri dan menemukan kedamaian batin adalah
produk dan manfaat dari spiritualitas. Anda tidak butuh orang pintar atau
ilmuwan untuk membuat hati dan pikiran Anda sejahtera. Maka, sadarilah
damainya hati dan pikiran Anda dapat menjauhkan Anda dari serangan
stres.
4. Temukan dan Rasakan Kebahagian
Apa yang membuat saya bahagia? Apa yang harus saya lakukan untuk
menjadi lebih bahagia dalam hidup? Pertanyaan itulah yang akan
mengantarkan Anda menemukan kebahagian dari kehidupan yang Anda
jalani. Anda akan terus berusaha menemukan yang terbaik untuk diri Anda
sehingga hasilnya Anda merasa bahagia. Oleh karena itu, spiritualitas sangat

3
memungkinkan bagi Anda untuk menyalurkan energi ke setiap hal-hal yang
Anda suka. Kekuatan spiritualitas akan membawa Anda jauh dari kesedihan
dan getaran negatif dalam hidup.
5. Berbicara kepada Sang Pencipta
Salah satu manfaat terbesar dari spiritualitas adalah bahwa itu adalah jalan
menuju Tuhan. Inilah kesempatan bagi Anda untuk menyalurkan doa dan
pikiran kepada Yang Maha Kuasa dengan sebebas-bebasnya. Sadarilah
bahwa Yang Maha Kuasa telah menciptakan Anda dan bersyukurlah Anda
merasakan buah-buah kebaikan dan nilai positif dalam hidup Anda.

C. Perbedaan Spiritual dengan Religius


Istilah spiritualitas seringkali disalahartikan dan dilihat sebagai sesuatu
yang konteksnya sama dengan agama, keyakinan tertentu, aturan moral dan
tradisi – tradisi. Spiritualitas pada dasarnya bukanlah sesuatu yang formal,
terstruktur dan terorganisir seperti agama pada umumnya. Spiritualitas berasal
dari kata ‘spiritus’ yang artinya adalah nafas kehidupan. Spirit merupakan
kekuatan yang tidak terlihat yang memberikan nafas bagi kehidupan kita,
menghidupkan kita, dan memberikan kita energi. Spirit membantu kita dalam
mendefinisikan kebenaran, keunikan diri sesungguhnya dalam diri kita dan
menegaskan individualitas kita. Sedangkan agama berasal dari bahasa latin
yaitu ‘religio’ yang artinya adalah kepercayaan atau koneksi. Agama pada
umumnya merepresentasikan jalan spiritual seseorang. Agama merupakan
suatu sistem tua untuk suatu kekuatan yang tidak terlihat.
Spiritualitas dan agama merupakan suatu konteks yang berbeda namun
selalu beriringan. Spiritualitas lebih melihat kedalam batin menuju kesadaran
akan nilai – nilai universal seseorang. Sedangkan agama melihat keluar diri
seseorang menggunakan ritus (tata cara keagamaan) formal dan kitab suci.
Agama lebih melihat kepada orientasi eksternal sedangkan spiritualitas
mencakup bagaimana seseorang memandang kedalam batinnya. Jadi,
spiritualitas dapat dijangkau oleh semua orang baik yang religius maupun yang
tidak.

4
Pemisahan agama dan spiritual berawal dari berkembangnya sekularisme
di Barat sejak pertengahan abad 19, saat institusi agama mulai kehilangan
pengaruhnya (Zinnbauer, Pargament, & Scott, 1999; Ivtzan, Chan, Gardner &
Prashar, 2011). Pada saat itu, spiritual mulai dilihat lebih mencerminkan
kebebasan karena diperoleh melalui proses pencarian (eksplorasi) dan pilihan
pribadi, sementara agama dikesankan lebih mengikat karena dipandang sebagai
sesuatu yang diwariskan turun temurun, serta memiliki cara-cara tertentu
(misalnya, aturan-aturan ritual yang perlu diikuti) dalam menjalaninya
(Zinnbauer, Pargament, & Scott, 1999; Li & Chow, 2015).
Religiusitas dianggap bersifat formal dan institusional karena
merefleksikan komitmen terhadap keyakinan dan praktek praktek menurut
tradisi (keagamaan) tertentu, sementara spiritualitas diasosiasikan dengan
pengalaman personal dan bersifat fungsional, merefleksikan upaya individu
untuk memperoleh tujuan dan makna hidup (Zinnbauer & Pargament, 2005).
Spiritualitas merupakan proses transformasi melalui berbagai aspek kehidupan
yang terintegrasi meliputi fisik, emosional, pekerjaan, intelektual dan rasional.
Spiritualitas sangat berkaitan dengan kreativitas, cinta, pengampunan, kasih
sayang, kepercayaan, penghormatan, kebijaksanaan, keyakinan, dan rasa akan
kesatuan.
Sementara itu, dalam memahami agama dan spiritualitas, Canda dan
Furman (2010) menyatakan adakalanya terdapat keterkaitan agama dengan
spiritualitas. Mereka menyatakan bahwa agama (religi) adalah suatu pola nilai,
keyakinan, simbol, perilaku dan pengalaman yang terinstitusi, yang diarahkan
pada spiritualitas, diketahui bersama dalam masyarakat, dan diturunkan melalui
tradisi. Spiritualitas didefinisikannya sebagai proses pencarian makna, tujuan,
moralitas, kesejahteraan dalam hubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan
realitas yang hakiki (ultimate reality). Dengan demikian, orang mungkin saja
mengekspresikan spiritualitasnya dalam setting religius (dalam hubungannya
dengan ultimate reality ), ataupun non-religius (dalam hubungannya dengan
diri sendiri, orang lain, bahkan alam semesta). Elkins dkk (1988) berpendapat
bahwa spiritualitas semestinya terbebas dari batasan aturan formal serta ritual

5
ibadah seperti yang ada dalam religiusitas. Mereka menyepakati pendapat
Maslow (1970) bahwa sejatinya spiritualitas adalah sifat alamiah manusia
bahkan meskipun mereka mengaku tidak beragama atau tidak mengikuti jenis
agama tertentu. Elkins dkk (1988) spiritualitas adalah suatu cara untuk menjadi
(being) dan mengalami (experiencing) yang muncul karena adanya kesadaran
mengenai dimensi transenden dan dicirikan oleh nilai-nilai tertentu yang
tampak baik dalam diri sendiri, orang lain, alam, kehidupan, dan apapun yang
dianggap sebagai ‘Yang Hakiki” (the Ultimate). (Ellen, dalam Ivtzan, Chan,
Gardner & Prashar, 2011).

6
Daftar Pustaka

Ajala, E. M. (2013). The impact of workplace spirituality and employees


wellbeing at the industrial sector: the Nigerian experience, The African
symposium, 3 (13), 3-13.
Dehaghi, M. R., Goodarzi, M., & Arazi, Z. K. (2012). The effect of spiritual
values on employees organizational commitment and its models, Social
and Behavioral Sciences, 62, 159-166
Howard, S. (2002). A spiritual perspective on learning in the workplace, Journal
of managerial psychology, 17 (3), 230-242
Diwati, Fransisca, 2016, Rasakan Manfaat Besar Spiritualitas dalam
Hidup Anda, https://www.bernas.id/20488-rasakan-manfaat-besar-
spiritualitas-dalam-hidup-anda.html, diperoleh tanggal 14 Juli 2019
Amir, Yulmaida. Lesmawati, R, D, 2016, Religiusitas dan Spiritualitas: Konsep
yang Sama atau Berbeda?,
https://jipp.uhamka.ac.id/index.php/jipp/article/download/21/19, diperoleh
tanggal 14 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai