Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 7 ipa

Agama dan spiritualitas, spiritualitas sebagai Esensi Agama-Agama;


Beragama sebagai praktek spiritual
 MARIA
 TAMARA tan
 Sylvia herla
 TISRY
 ANTONIUS
Puisi
Di kesunyian malam
ketika bintang memilih tenggelam
Ketika dingin gigil mencengkram
Dan ragu kuat membungkam

Di kesunyian malam
Kurangkai sebait harapan
Dengan bibir yang terkatup
Dengan mata yang tertutup

Di kesunyian malam
Ku tau KAU paling mengerti
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan,
Sesungguhnya, semuanya telah KAU ketahui ya Tuhan
Doa pembuka
Allah, Bapa kami, Tuhan Yesus menyiapkan diri dengan sungguh untuk menjalankan tugas
perutusan dari-Mu. Dan para murid-Nya juga belajar sebelum mereka diutus ke seluruh dunia.
Maka kami pun ingin belajar dengan baik untuk menyiapkan hari depan kami.Pertama-tama, ya
Bapa, kami bersyukur atas kesempatan belajar yang Kau berikan ini. Kami mohon, terangilah akal
budi kami, supaya kami cepat memahami bahan yang kami pelajari. Berilah kami semangat
belajar yang tinggi, supaya kami dapat belajar dengan rajin, tekun, dan teratur. Bantulah kami
selama belajar ini memusatkan perhatian hanya pada pelajaran, sehingga tidak mudah terseret
oleh godaan-godaan yang dapat melemahkan semangat belajar kami. Bapa, dampingilah kami
dalam belajar ini. Amin.
CONTENTS
01 Pengantar

Pengertian agama dan


02
spiritualitas menurut para ahli

03
Spiritualitas sebagai esensi
agama-agama

04 Kesimpulan
Pengantar
 Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti
napas. Selain itu kata spiritus dapat mengandung arti sebuah bentuk alkohol yang dimurnikan, sehingga
spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni.
 Kata spiritual bisa diartikan sebagai energi kehidupan, yang membuat kita dapat hidup, bernapas dan
bergerak termasuk pikiran, perasaan, tindakan dan karakter kita pada tataran konseptual.
 Spiritual memang bukan agama demikian juga sebaliknya, namun diantara keduanya memiliki hubungan
yang sangat erat. Dalam perspektif agama disebutkan bahwa manusia lahir telah membawa potensi spiritual
(baca fitrah) dan potensi inilah yang kerap muncul dalam jiwa manusia untuk mencari arti dan makna sebuah
kehidupan.
Pengertian agama dan spiritualitas menurut para ahli
 Stoyles
Stoyles memahami spiritualitas sebagai kapasitas dan keunikan, yang mendorong seseorang untuk
bergerak melampaui diri sendiri mencari makna dan menyatu dalam keterhubungan dengan dunia
kehidupan nyata.Dengan kata lain, spiritualitas adalah mencari dan mengenali hubungan antara diri
dan orang lain, dan menganggap hubungan ini sebagai ungkapan gerakan keluar dari batin dan diri
sendiri untuk mencari makna dalam realitas kehidupan (pengalaman transenden).

 Darmaputera
Dalam hubungan dengan belief system, Darmaputera berpendapat bahwa spiritualitas adalah suatu
komitmen religius, suatu tekad dan itikad yang berkaitan dengan hidup keagamaan. Oleh karena itu
Darmaputera mengartikan spiritualitas itu dengan pengalaman agama ( religious experience).
Pengertian agama dan spiritualitas menurut para ahli
 Swidler
Swidler (2014:374) memahami agama dari akar kata Latin “ re-ligare” yang berarti pemahaman tentang makna akhir dari
kehidupan, didasarkan pada gagasan dan pengalaman transenden seseorang. Setiap agama mengandung 4 ‘C”
Creed, Code, Cult, and Community-structure :
a) Creed mengacu pada aspek kognitif agama yang menjelaskan tentang makna akhir dari kehidupan;
b) Code adalah perilaku atau etika yang mencakup semua aturan dan kebiasaan dari tindakan manusia;
c) Cult berarti semua kegiatan ritual dan devosional yang berhubungan dengan kepercayaan yang  transenden, seperti doa,
kebiasaan ibadah, perilaku terhadap figur otoritas, perayaan, dll;
d) Community-structure mengacu pada hubungan antara orang-orang beragama; ini bisa bervariasi, dari hubungan yang
sangat egaliter, melalui sebuah ‘struktur seperti presbiterian, conggrational, monarki dan lain-lain. Karena itu, Swidler
memahami agama sebagai makna eksterior atau eksternal kemanusiaan.
Pengertian agama dan spiritualitas menurut para ahli
 Pargament (2009)
Spiritualitas adalah jantung dan jiwanya agama. Spiritualitas merupakan unsur pencarian yang sangat sacral dan paling sentral
dalam agama. Sedangkan agama adalah konstruksi dalam penelusuran spiritual untuk mencari objek tertentu yang sangat
penting. Menurutnya dalam ilmu psikologi fenomena sakral spiritual cenderung terabaikan dan lebih ke motif dan dorongan
psikologis, sosial, biologis dan evolusi lainnya. Padahal pencarian yang sakral ini tidak dapat direduksi oleh proses lainnya. la
ada dan terus bereaksi serta beraksi dalam mencari objek, makna dan nilai.

 Rossiter (2010b)
spiritualitas secara tradisional terkait erat dengan agama dan religiusitas. Religiositas adalah spiritualitas yang secara jelas
merujuk pada agama”, dan juga religiositas dapat dipahami sebagai ukuran perilaku keagamaan seperti: kehadiran di masjid,
di gereja, frekuensi doa, keterlibatan dalam komunitas iman ataupun kegiatan keagamaan lainnya (Rossiter, 2010b).
Pengertian agama dan spiritualitas menurut para ahli
 Bradford (1999)
Bradford (1999) mencoba membangun sebuah titik temu antara pemahaman sekuler dengan kaum agama dengan
menambahkan aspek ketiga dari spiritualitas yang ia namakan spiritualitas praktis (practical spirituality).
Ketiga aspek tersebut meliputi:
a) Spiritualitas manusia (human spirituality), yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
manusiawi, yaitu untuk cinta, keamanan, refleksi, pujian dan tanggungjawab.
b) Spiritualitas renungan (devotional spirituality) yaitu, kecenderungan manusia untuk respons sesuatu dengan keterlibatan
agama.
c) Spiritualitas praktis (practical spirituality) yaitu, perpaduan antara spiritualitas manusia dan renungan yang mewakili
keterlibatan spiritualitas gabungan dengan kehidupan dan keberadaan sehari-hari, termasuk kontribusi manusia pada
masyarakat dan lingkungan dimana ia hidup.
Pengertian agama dan spiritualitas menurut para ahli
 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keterkaitan agama dan spiritual tidak dapat dinafikkan, keduanya
menyatu dalam nilai-nilai moral yang menjadi inti ajaran setiap agama. Kepercayaan pada sesuatu yang lebih besar dari
dalam diri manusia adalah kekuatan yang menyatukan agama dan spiritualitas.

 Kekuatan yang lebih besar ini bisa menjadi Tuhan, Allah, dewa, atau kepercayaan pada kekuatan prima di alam semesta.
Kekuatan yang lebih besar telah menempatkan manusia di alam semesta ini. Tugas manusia adalah untuk menemukan
tujuan hidup atau untuk menjalani tujuan hidup sebagaimana yang telah didefinisikan.
Pengertian agama dan spiritualitas menurut para ahli
 Kesimpulan
 Berdasarkan pemahaman para ahli di atas, disimpulkan bahwa spiritual adalah energi kehidupan yang mengacu pada
makna interior atau internal kemanusiaan, sedangkan agama sebagai makna eksterior atau eksternal kemanusiaan.
Spiritualitas berhubungan dengan pengalaman religius sebagai pengalaman yang Transenden, sedangkan agama juga
merupakan pengalaman transenden, sehingga dalam hubungan dengan belief system, spiritualitas adalah agama. Karena
itu, baik spiritualitas maupun agama merupakan representasi dari spiritual.
Perkembangan spiritual

Spiritual merupakan suatu kebutuhan dasar manusia Secara konseptual menurut pemahaman Branden, harga diri (reputasi diri) dapat
dipahami Branden sebagai healthy self-esteem yang didefinisikan sebagai keyakinan yang menggambarkan kemampuan diri spiritual ( self-
terintegrasi dalam aspek self-efficacy sebagai kemampuan efficacy) dalam mengatasi tantangan hidup, dan perasaan nilai diri spiritual ( self-
diri dan self-respect sebagai nilai diri. respect) untuk mencapai kebahagiaan.

Apa itu self-respect? Reputasi itu dibangun dalam enam pilar harga diri spiritual sebagai suatu konsistensi
Self-respect berhubungan dengan kepercayaan nilai diri dan disiplin spiritual. Keenam pilar ini sebagai karakteristik harga diri spiritual yang
bahwa setiap orang layak bahagia yang menggambarkan sehat (healthy spiritual self-esteem) yang menurut Branden disebut pencapaian diri
tingkat integritas seseorang. spiritual, yang merupakan suatu perkembangan spiritual seseorang sebagai berikut.

Apa itu self-efficacy ?


self-efficacy berhubungan dengan kemampuan berpikir
untuk mengatasi tantangan hidup yang menggambarkan
tingkat rasionalitas seseorang. Tingkat rasionalitas dan
integritas seseorang menggambarkan reputasi dirinya
Perkembangan spiritual  Tujuan hidup
Tujuan hidup berhubungan dengan menetapkan tujuan jangka pendek-panjang,
 Kesadaran diri merumuskan action-plan dan mengembangkan disiplin spiritual diri
Kesadaran diri berhubungan dengan kemampuan berpikir
dan terbuka untuk setiap pengetahuan, informasi, nilai-nilai  Tanggungjawab diri
bahkan fakta-fakta yang mungkin tidak nyaman atau Tanggung jawab diri berhubungan dengan pengendalian diri terhadap pilihan dan
mengancam, tidak hanya realitas eksternal tetapi juga tindakan untuk suatu pencapaian tujuan hidup, kebahagiaan dan nilai-nilai yang
internal menyangkut kebutuhan, perasaan, aspirasi, dan dimilikinya.
motif.

 Integritas diri
 Penerimaan diri Integritas diri berhubungan dengan keutuhan dalam kemampuan berpikir, sikap dan
Penerimaan diri berhubungan dengan komitmen diri perasaan secara tulus, jujur dan benar.
terhadap kemampuan dan prestasi yang dicapai, serta berani
mengambil tanggung jawab terhadap suatu kegagalan,  Berdasarkan rasional teori yang telah dipaparkan, maka perkembangan spiritual
kesalahan maupun kekurangan yang dimilikinya. didefinisikan sebagai pandangan yang seimbang dan akurat tentang diri sendiri,
memiliki kemampuan tetapi mengakui kelemahan, mempunyai nilai diri spiritual
 Ketegasan diri (self-worth), merasa aman dan berharga serta memiliki hubungan positif dengan
Ketegasan diri berhubungan dengan ekspresi nilai-nilai sikap orang lain yang mengundang rasa hormat dari orang lain, tegas dalam
dan perasaan (spiritualitas yang terkait dengan keterbukaan mengekspresikan kebutuhan, pendapat, dan kemampuan dalam membuat
diri) secara konsisten, konsekuen dan autentik. keputusan.
perkembangan spiritual seseorang secara filosofis menurut Engel

 Sebagai ukuran (kadar) spiritual yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia, maka perkembangan spiritual seseorang
secara filosofis menurut Engel dapat dijabarkan dan dideskripsikan sebagai berikut.
 Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan perilaku sehat. Pemberdayaan itu
berhubungan dengan pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan untuk menciptakan idea, karya, membuat
keputusan dan kemampuan untuk mengatasi masalah. Kemampuan untuk mengatasi masalah membutuhkan
kesadaran diri sebagai proses pendidikan dalam rangka melakukan suatu perbaikan untuk meningkatkan
intelegensi diri dengan tujuan sebagai berikut.
 Meningkatkan prestasi (akademik dan non akademik) yang berhubungan dengan pilihan untuk belajar
mengendalikan diri, percaya diri, regulasi dan manajemen diri untuk sukses dan masa depan. Sejalan dengan
tujuan ini, hasil penelitian yang dipaparkan Joshi dan Srivastava terhadap 200 remaja kota dan 200 remaja desa
dari Kabupaten Varanasi usia 12 sampai 14 tahun, bahwa ada perbedaan signifikan berkaitan dengan
pencapaian akademik remaja pedesaan cenderung mengalami harga diri rendah karena permasalahan
pendidikan baik formal dan non-formal dalam keluarga.
 Mengembangkan kepercayaan diri untuk mempertahankan eksistensi diri, meningkatkan komunikasi yang
produktif, eksplorasi diri, penerimaan sosial (reputasi diri) serta pola hidup yang positif dan konstruktif. Sejalan
dengan tujuan ini, menurut Hutchinson dan Chapman pendekatan eksistensial, eksplorasi, yang berorientasi
proses, dengan fokus utama pada spiritualitas dan makna hidup, dapat memberdayakan manusia untuk
mengatasi keadaan yang paling luar biasa dalam hidup dan bertindak untuk pengalaman manusia yang unik
seperti sukacita, rasa bersalah, dan penemuan makna yang bersumber pada kepercayaan diri untuk
mengembangkan kesadaran dirinya
perkembangan spiritual seseorang secara filosofis menurut Engel

 Penerimaan Diri
 Penerimaan diri adalah pengenalan dan pengembangan diri menjadi pribadi yang utuh, berprestasi dan
mempunyai kemampuan. Pengenalan dan pengembangan diri berhubungan dengan regulasi sebagai sistem diri
yang di dalamnya ada pengelolaan dan penetapan strategi-strategi sebagai manajemen diri, dan itulah kekuatan
spiritual yang dimiliki.
 Jadi yang dimaksudkan dengan penerimaan diri adalah menerima kekurangan dan prestasi sebagai kekuatan untuk
mengatasi masalah hidup. Dengan itu, penerimaan diri berhubungan dengan komitmen diri terhadap kemampuan
dan prestasi yang dicapai, serta berani mengambil tanggung jawab terhadap suatu kegagalan, kesalahan maupun
kekurangan yang dimiliki.
 Mengenali diri sendiri memberi kemungkinan pribadi setiap individu memperbaiki kehidupan dirinya sendiri, untuk
memahami dirinya memiliki kompetensi (sistem) diri dan karakter (manajemen) diri dalam rangka meningkatkan
kontrol diri dan mengembangkan identitas dirinya. Indikatornya adalah berhenti membandingkan diri dan prestasi
dengan orang lain, mengakui kebiasaan baik dan buruk dapat meringankan perasaan ketidakpuasan, kebencian,
kemarahan, atau ketidakbahagiaan.
perkembangan spiritual seseorang secara filosofis menurut Engel

 Ketegasan Diri
 Ketegasan diri adalah standar pribadi yang mencakup standar bersikap, standar berbicara, standar dalam mengatur,
standar penampilan yang berhubungan dengan karakter seseorang yang diinginkannya, juga berhubungan dengan
tujuan, nilai, dan prestasi yang ingin dicapai.
 Ketegasan diri berhubungan dengan kemampuan memberdayakan spiritual yang ada dalam diri, terkait sejumlah
aspirasi, cita-cita, harapan, dan nilai-nilai yang ingin di capai, dan itulah kekuatan spiritual yang dimiliki.
 Dengan spiritual yang dimiliki seseorang dapat memenuhi kebutuhan penanganan yang diperlukan pada tingkat
ketegasan diri yaitu berperilaku dan bertindak berdasarkan standar, aspirasi, tujuan dan kemampuan untuk
mengambil sikap dan menjaga jarak terhadap fenomena masalah yang dialaminya (self-detachment). Hal tersebut
memungkinkan pribadi setiap individu meningkatkan pengendalian diri dan mengembangkan ideal diri, bahwa
mereka tidak identik dengan ketakutan masa lalunya, obsesi, rendah diri, rasa tidak aman, depresi, kecanduan,
cedera fisik, psikis dan seksual. Pribadi setiap individu didorong untuk melihat bahwa mereka bukanlah korban yang
tak berdaya secara biologis, psikologis, dan sosial, tetapi punya nilai-nilai hidup yang di dalamnya ada kekuatan
spiritual.
perkembangan spiritual seseorang secara filosofis menurut Engel

 Tujuan Hidup
 Tujuan hidup adalah seperangkat nilai komitmen diri (self commitment), melakukan berbagai kegiatan nyata yang
lebih terarah guna mencapai makna dan tujuan hidupnya. Tujuan hidup mencerminkan pribadi setiap individu yang
mempunyai harkat dan martabat untuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya.
 Tujuan hidup menjadi signifikan dengan cara melakukan transendensi diri. Julom dan de Guzman melakukan
penelitian terhadap 32 pasien lumpuh (16 pasien kelompok eksperimen dan 16 pasien kelompok kontrol) yang
mengalami ketidakbermaknaan hidup, membuktikan bahwa de-refleksi efektif meningkatkan kebermaknaan hidup
16 pasien lumpuh kelompok eksperimen melalui transendensi diri untuk mencapai tujuan hidupnya.
 Transendensi diri berhubungan dengan kemampuan pribadi setiap individu mengabaikan fenomena masalah yang
dialaminya dan melampauinya untuk melakukan suatu perhubungan dengan orang lain. Berhubungan dengan
orang lain, dapat dilakukan melalui sharing pengalaman, peristiwa-peristiwa yang dapat menyelamatkan dari
keterpurukan, menonton slide film tentang pengalaman orang-orang yang terpuruk, dari keluarga miskin dan
kurang beruntung, cacat tubuh, tetapi menjadi orang sukses dengan integritas dan kompetensi diri yang baik.
 Berdasarkan pemahaman di atas, tujuan hidup mencerminkan figur pribadi setiap individu yang mempunyai harkat
dan martabat unuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya. Pemaknaan hidup yang berhasil dihayati
pribadi setiap individu dengan memaknai penderitaan tersebut, merupakan suatu proses pencapaian tujuan hidup
dan penghargaan atas dirinya.
perkembangan spiritual seseorang secara filosofis menurut Engel

 Tanggung Jawab Diri


 Tanggung jawab diri adalah nilai-nilai sikap untuk mengembangkan evaluasi diri seimbang. Nilai-nilai sikap
berhubungan dengan kemampuan pribadi setiap individu melakukan instropeksi diri dalam rangka penyesuaian
terhadap perubahan-perubahan yang inovatif, sehingga terjadi modifikasi sikap dalam diri pribadi setiap individu
 Nilai-nilai sikap sebagai kekuatan spiritual yang meyakinkan pribadi setiap individu tentang kemampuan
mengembangkan evaluasi diri seimbang dengan sasaran pencapaian adalah tanggung jawab diri. Pemikiran ini
didukung oleh pendapat Coetzer dan Schulenberg bahwa dengan mewujudkan tanggung jawab dapat melahirkan
nilai-nilai sikap, yang membantu seseorang bertumbuh dalam kekuatan dan kepercayaan menghadapi rintangan.
 Tanggung jawab diri memungkinkan pribadi setiap individu untuk memperbaiki kebutuhan keluarga dan
meningkatkan peran diri, dengan indikatornya adalah memahami tugas dan tanggung jawab diri agar terhindar dari
konflik peran, bekerja tepat waktu, tanpa harus mengabaikan tanggung jawabnya dalam melayani suami/istri,
mendidik anak, demikian juga tanggungjawab dalam masyarakat. Di sisi lain, pribadi setiap individu harus berani
mengambil tanggung jawab atas kelalaian, kegagalan dan kesalahan dalam kehidupannya sendiri, mampu
berbicara dan bertindak dari keyakinan diri sebagai pengembangan kualitas hidup, dan memiliki arah serta tujuan
hidup yang jelas.
perkembangan spiritual seseorang secara filosofis menurut Engel

 Integritas Diri
 Integritas diri adalah penghargaan dan nilai diri yang berhubungan dengan kepribadian, cara pribadi setiap individu
memandang dirinya memiliki dampak terhadap perkembangan psikologisnya.
 Beyrer mengungkapkan bahwa eksploitasi seksual terhadap para perempuan korban trafficking berdampak pada
kehamilan korban, infertility sebagai akibat infeksi kronis menular seksual yang tidak diobati, gagal bahkan
melakukan aborsi telah menghancurkan integritas diri dan hilangnya kepercayaan diri. Dengan itu, integritas diri
berhubungan dengan keutuhan dalam kemampuan berpikir, bersikap dan berperasaan secara tulus, jujur dan benar.
 Kesadaran diri sebagai kekuatan spiritual yang meyakinkan pribadi setiap individu tentang kemampuan
mengembangkan kepercayaan dirinya dengan sasaran pencapaian adalah meningkatkan integritas diri. Hal tersebut
memungkinkan pribadi setiap individu untuk meningkatkan nilai diri dan mengembangkan citra dirinya, dengan
indikatornya adalah memperlihatkan kemampuannya terhadap aktualisasi diri dan makna dalam rangka
memperbaiki hubungan dengan orang lain, menghargai dan menghormati diri sendiri, sehingga lebih bebas dan
merasa aman dari kecemasan, ketakutan, stress maupun depresi.
Spiritualitas sebagai esensi agama-agama
 spiritual, memang bukan agama demikian juga sebaliknya, namun di antara keduanya memiliki hubungan yang sangat
erat, bahwa setiap manusia sadar akan adanya suatu entitas super power yang melebihi dari segala yang ada. Entitas
super power inilah yang dianggap sebagai asal segala yang ada sampai akhirnya manusia beragama (bertuhan) kepada
yang dianggap berkuasa tersebut. Di sini hakikat beragama adalah ketundukan, ikatan, kepasrahan, dan keterkaitan
kepada yang absolute.
 Agama mengajarkan dan memberikan petunjuk bagi pemeluknya dalam menjalankan prosesi atau ritual keagamaan,
khususnya berkaitan dengan mengasah jiwa dan hati manusia untuk mengenal Tuhannya dan proses tersebut sering kali
dikaitkan dengan spiritual.
 agama dan spiritualitas adalah hal yang terintegrasi dalam diri manusia dan tidak dapat terpisah diantara
keduanya.ketimbang ritual, spiritualitas adalah esensi penting agama. Spiritualitas adalah hubungan antara yang Maha
Kuasa dan hambanya, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.
 Mengapa spiritualitas adalah esensi? Itu karena dengan adanya spiritualitas dalam diri setiap orang, aspek sosial, sebagai
aspek terpenting dalam hablumminannas, akan berjalan dengan damai dan tentram; tidak akan ada perselisihan karena
sibuk mengurusi iman orang lain.
Kesimpulan
 Spiritual adalah energi hidup. Spiritualitas adalah kualitas hidup.
Agama adalah pengalaman transenden. Hubungan spiritual,
spiritualitas dan agama merupakan suatu realitas kehidupan
tentang pengalaman religius dari kapasitas pencarian makna,
nilai, dan tujuan hidup yang bersumber pada energi kehidupan.
PREMANISME
PENGERTIAN PREMANISME

 Premanisme di Indonesia sudah ada sejak jaman penjajahan kolonial Belanda. Istilah preman sendiri berasal dari bahasa
Belanda yaitu Vrijman yang berarti orang bebas atau tidak memiliki ikatan pekerjaan dengan pemerintah atau pihak
tertentu lainnya.
 Dalam ranah sipil, freeman (orang bebas) di sini dalam artian orang yang merasa tidak terikat dengan sebuah struktur
dan sistem sosial tertentu. Pada ranah militer, freeman (orang bebas) berarti orang yang baru saja selesai melaksanakan
tugas dinas (kemiliteran) atau tidak sedang dalam tugas (kemiliteran).
 Definisi lain menyebutkan bahwa preman adalah kelompok masyarakat kriminal, mereka berada dan tumbuh di dalam
masyarakat karena rasa takut yang diciptakan dari penampilan secara fisik juga dari kebiasaan-kebiasaan mereka
menggantungkan kesehariannya pada tindakan-tindakan negatif seperti percaloan, pemerasan, pemaksaan dan pencurian
yang berlangsung secara cepat dan spontan.
PREMANISME

 Secara sosiologis, munculnya premanisme dapat dilacak pada kesenjangan yang terjadi dalam struktur masyarakat.
Kesenjangan disini bisa berbentuk materi dan juga ketidak-sesuaian sebuah kelompok dalam struktur sosial masyarakat,
tidak terakomodirnya kepentingan individu atau kelompok dalam struktur masyarakat tertentu. Kesenjangan dan
ketidaksesuaian ini memunculkan protes dan ketidakpuasan individu atau kelompok tertentu di dalam sebuah struktur
masyarakat dan kemudian memicu timbulnya praktik-praktik premanisme di masyarakat.
 Setidaknya ada empat model preman yang ada di Indonesia, yaitu :
 Preman yang tidak terorganisasi. Mereka bekerja secara sendiri-sendiri, atau berkelompok, namun hanya bersifat
sementara tanpa memiliki ikatan tegas dan jelas;
 Preman yang memiliki pimpinan dan mempunyai daerah kekuasaan;
 Preman terorganisasi, namun anggotanya yang menyetorkan uang kepada pimpinan;
 Preman berkelompok, dengan menggunakan bendera organisasi.
PREMANISME

 Preman pada umumnya tidak disidangkan melalui pengadilan, kecuali perbuatan preman tersebut telah menimbulkan
tindak pidana. Preman yang disidangkan misalnya akan diputus pidana penjara, pidana kurungan, ataupun pidana denda.
Tapi pada kebanyakan kasus, preman yang tidak melakukan tindak pidana yang diancamkan dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) atau undang-undang sejenis, hanya diberi pengarahan dan pembinaan. Setelah dibina, preman-
preman tersebut dilepaskan, tanpa memikirkan apa manfaat mereka ditangkap dan apa efeknya bagi preman-preman
tersebut. Setelah dilepaskan, preman-preman itu akan mengulangi kembali perbuatannya, ditangkap lagi, kemudian
dibina, dan dilepaskan kembali
 Kepolisian dalam hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai pengayom masyarakat mempunyai peran yang sangat besar
dalam upaya penanggulangan terhadap premanisme. Pihak kepolisian yang begitu dekat dengan masyarakat diharapkan
mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menyikapi fenomena- fenomena preman di masyarakat. Tentu saja ini
tidak terlepas dari partisipasi seluruh masyarakat untuk membantu pihak kepolisian dalam mengungkap aksi-aksi preman
yang terjadi di sekeliling mereka, sehingga ke depan masyarakat dapat hidup tentram dan damai.
PREMANISME dan agama

 Saat ini mobilisasi dan aksi premanisme yang dilakukan organisasi/kelompok massa berbasis sentimen kedaerahan,
agama, politik dan kepentingan ekonomi telah mendapat perhatian masyarakat dan juga pemerintah. Korban yang
merupakan tokoh masyarakat, entertainer dan budayawan telah turut memperkuat perhatian tersebut. Namun, kaum
miskin perkotaan, kelompok perempuan, kelompok minoritas, serikat buruh dan masyarakat marginal lainnya yang sehari-
harinya menjadi korban aktivitas ormas yang didukung negara, sama sekali luput dari pemberitaan media, perhatian
pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Padahal, mereka seringkali hadir dan terlibat dalam setiap penggusuran
komunitas miskin kota, pemberangusan gerakan perempuan, mematikan gerakan buruh, melawan demonstrasi
mahasiswa dan menindas kelompok minoritas.
 Ruang Lingkup Kasus yang melibatkan kelompok-kelompok masa yang mengusung aksi premanisme telah meluas
misalnya : penyerangan kelompok minoritas, penutupan paksa tempat ibadah, intimidasi dalam sengketa hukum,
pungutan liar di ruang-ruang publik, kekerasan dan intmidasi dalam penggusuran, penyerangan kelompok minoritas,
mafia peradilan. Dalam keterlibatan itu, negara bukannya absen, tetapi justru hadir sebagai pihak yang mendesain,
sengaja membiarkan dan menjalin hubungan saling menguntungkan dengan kelompok-kelompok tersebut.
PREMANISME dan agama

 Setidaknya ada tiga hal mendasar yang perlu dipersoalkan berkaitan dengan muncul dan merebaknya tindakan
premanisme yang dilakukan kelompok-kelompok organisasi massa radikal berbasis kedaerahan, agama, politik dan
kepentingan eekonomi. diantaranya:
 Pertama, kegagalan lembaga-lembaga politik dan hukum untuk menyediakan perangkat/aturan bagi penyelesaian
konflik maupun mengatasi keluhan-keluhan,
 Kedua, ketimpangan ekonomi dan konsolidasi (penguatan) identitas-identitas komunal dimana kelompok-
kelompok bersaing mendapatkan akses untuk atau kendali atas sumber-sumber ekonomi,
 dan Ketiga, penggunaan kekerasan yang dijatuhkan oleh negara (state-sanctioned violence) untuk menghasut atau
menekan konflik.
PERAN AGAMA DALAM MENGATASI PREMANISME
 Premanisme lahir dan berkembang lalu menggurita. Muncul bukan dari ruang hampa. Dampak dari ketidakadilan,
ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik.
 sejumlah solusi untuk mengatasi premanisme antara lain optimalisasi peran para dai, ulama dan para tokoh agama.
Mereka memiliki tugas untuk melakukan pendekatan dan pencerahan. Pekerjaan itu tak mudah, membutuhkan kesabaran.
Fungsi ini harus pula dilakukan oleh agamawan dari berbagai agama.
 Syekh al-Munahi menyebut pentingnya keterlibatan media untuk edukasi dan sosial kepada masyarakat perihal bahaya
premanisme. Menurutnya, peran aktif pemerintah juga tak kalah penting.
 Pemerintah berkewajiban menciptakan keadilan sosial bagi segenap lapisan masyarakat. Salah satu contoh kecil ialah
menampung para anak jalanan.
 Tak cukup dengan pemerataan kesejahteraan, tugas tersebut mesti diperkuat dengan tindakan penegakan hukum oleh
pihak berwajib. Tanpa itu, maka sulit untuk mempersempit ruang gerak para preman.
 mendorong pentingnya peran keluarga. Komunitas terkecil masyarakat tersebut memiliki posisi vital dalam tatanan
sebuah negara.Jika sistem di keluarga berjalan dengan baik, akan tercipta atmosfir yang kondusif.
PENUTUP

“Toleransi itu dasarnya bukan semua agama sama. Tapi pemeluk


setiap agama menghormati pemeluk agama lain yang menyakini
kebenaran agamanya masing-masing”

-MAHFUD MD
Thank you very
much !

Anda mungkin juga menyukai