Anda di halaman 1dari 29

Religiosity, Spirituality & Well-Being

PSIKOLOGI
POSITIF
Pendahuluan

 Kemakmuran materi tidak selamanya membawa


kesejahteraan (well-being).
 Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat (di negara
maju maupun negara berkembang) telah kehilangan
aspek spiritual yang mrp kebutuhan dasar bagi
setiap manusia, baik yang beragama maupun yang
sekuler sekalipun.
 Kekosongan spiritual, kerohanian dan rasa
keagamaan menimbulkan permasalahan di bidang
kesehatan jiwa.
Dimana Peran Psikologi ?

 Jika kita lihat dari akar kata ,


Psyche berarti : Soul, Princple of life, Breath.
 Namun, jika kita lihat makna Psychology:
“the science of mind and behavior”. Aspek
penting dari psikologi (soul) menjadi hilang ?
 Spiritual layak menjadi bahasan penting dari
Psikologi----POSITIVE PSYCHOLOGY
• WHO (1984)
menyempurnakan
batasan sehat dengan
menambahkan satu
elemen spiritual/agama
(dalam Hawari, 1997).

• Artinya, sehat tidak


hanya dalam arti sehat
fisik, psikis, dan sosial,
tetapi juga sehat
spiritual.
• Muncullah konsep baru:
bio-psiko-sosio-spiritual.
 Spiritualitas mrp hal yg
Pengertian berhubungan dgn spirit.
Di dalamnya mungkin
terdapat kepercayaan thd
kekuatan supernatural
 Kata “spirit” berasal dari seperti dlm agama, tetapi
bahasa latin “spiritus” memiliki penekanan
(nafas). (Kamus terhadap pengalaman
Webster, dalam Hasan, pribadi.
2006)

 Melihat asal katanya:


hidup adalah untuk
bernafas & memiliki
nafas berarti memiliki
spirit.
SPIRITUALITAS DAN
AGAMA...
 Agama mengacu pada institusi,
dogmatis dan berisi aturan-aturan
 Spiritualitas bersifat personal, subjektif
dan berhubungan langsung dengan
peningkatan kualitas hidup.
 Spiritualitas merupakan fungsi yang
unik dalam agama
Spiritualitas Vs Religiusitas
• Spiritualitas:
Kesadaran ttg diri &
kesadaran individu ttg
• Spiritualitas asal, 7an, & nasib.
memberikan jawaban
• Religiusitas:
siapa & apa seseorang
itu (keberadaan dan Serangkaian praktik
perilaku tertentu yg
kesadaran)
dihubungkan dgn
• Religi memberikan kepercayaan yg dinyatakan
jawaban apa yg harus dlm institusi tertentu.
dikerjakan seseorang Memiliki kesaksian iman,
(perilaku & tindakan) komunitas & kode etik.
Definisi

 Zinbauger, Pargament, & Scott (1999)*:


 Spirituality  tendensi manusia untuk
mencari makna hidup (pemaknaan).
 Religiosity  pencarian spiritual melalui
lembaga keagamaan tertentu.
Pembedaan/Batasan
• Seseorang bisa saja mengikuti
agama tertentu, sekaligus
memiliki spiritualitas
• Ada juga yg menganut agama yg
sama, tetapi belum tentu
memiliki jalan atau tingkat
spiritualitas yang sama pula
• Ada yg berkeyakinan bahwa
terdapat banyak “jalan spiritual”
namun tidak meyakini agama ttt.
Mereka berusaha mencari
jalannya sendiri menuju
pengenalan Tuhan dlm bentuk
apa saja yg dikenalnya drpd
mengikuti pandangan orang lain.
Religi

 Religi merupakan pencarian spiritual


yang berhubungan dengan dipilihnya
sebuah agama formal. Yang diyakini
pemeluknya sebagai ekspresi kehidupan
spiritualnya.
DEFINISI SPIRITUAL
• Spiritual lebih mengarah
pada pencarian makna
hidup, transendensi diri,
kebutuhan untuk
berhubungan dengan
‘something greater’.

• Istilah ini lebih inklusif


untuk mewakili pencarian
nilai-nilai sakral dalam
kehidupan seseorang.
Lebih berpusat pada
pengalaman pribadi.
RUANG LINGKUP SPIRITUALITAS
(PENELITIAN OLEH MARTSOLF DAN MICKLEY, 1998)

 Meaning (makna) – mrp sesuatu yg signifikan dlm hidup,


merasakan situasi, memiliki & mengarah pd suatu 7-an.
 Values –adl kepercayaan, standar dan etika yg dihargai.
 Transcendence –mrp pengalaman, kesadaran &
penghargaan thd dimensi transendental kehidupan
seseorang thd dirinya.
 Connecting – meningkatkan kesadaran thd hubungan dgn
diri sendiri, orang lain, Tuhan dan alam.
 Becoming (menjadi)– adl membuka kehidupan yg
menuntut refleksi & pengalaman, tms siapa seseorang &
bgm seseorang mengetahui.
Kesimpulan
• Dalam pencarian makna dpt
saja tanpa melalui lembaga
agama tertentu. Artinya,
seseorang bisa saja memiliki
aspek spiritual meskipun
dirinya tidak menganut
agama tertentu.
• Jadi, religiosity  wahana
atau alat media seseorang
dalam pencarian spiritual
(mencari makna)
Faktor-faktor
• Harmoni, koherensi, kongruensi
identitas diri terhadap tujuan hidup
• Perkembangan skema hidup yang
konsisten
• Keselarasan situasi kekinian dengan
semua tujuan hidup
• Melayani orang lain (service to others)
• Pengabdian (dedication to worthy
cause) (kemampuan mengambil
hikmah)
• Kreatif
• Life lived as fully and deeply as possible
• Penderitaan (suffering)
• Pengalaman spiritual (spiritual
experience)
(Compton, 2005)
Aspek-aspek
Spiritualitas
• Paloutzian & Ellison (1982)*** mengkonstruksi SWB “Spiritual Well-
Being”:
Spiritualitas terdiri dari dua dimensi/aspek, yaitu:
a. vertical dimension (hablu mina Allah)
b. horizontal dimension (hablu mina An-naas).
• Pamela Reed (1987)*** mengkonstruksi SPS “Spiritual Perspective
Scale”. Spiritualitas terdiri dari 3 aspek:
a. Transpersonal (connectedness with higher being),
b. Interpersonal
c. Intrapersonal
• Daaleman & Frey (2004) mengkonstruksi SIWB:
a) Skema hidup,
b) Efikasi diri
ASPEK SPIRITUAL DARI SPIRITUAL
ASSESSMENT INVENTORY
 Kematangan spiritual: penghayatan dan
kualitas hubungan personal yang terus-
menerus antara individu dengan Tuhan.
 Memiliki dua aspek , yaitu :
1. Awareness of God (ARG)
2. Quality of Relation with God (QRG)
ASPEK SPIRITUALITAS
1. AWARENESS OF GOD
penghayatan individu ttg keterlibatan Tuhan dlm
setiap aspek kehidupannya.

2. QUALITY OF RELATION WITH GOD


kualitas relasi dalam hubungan personal dengan
Tuhan (:Unstable-Grandiose-Realistic
acceptance)
ARG meliputi :
 Penghayatan thd keterlibatan Tuhan di dalam
kehidupannya
 Pengalaman individu tentang keberadaan Tuhan
melalui orang lain
 Pengalaman individu dlm merenungkan
kehendak Tuhan
 Pengalaman individu untuk melakukan sesuatu
atas kehendak dan bimbingan Tuhan
 Penghayatan individu atas perbuatan Tuhan
dalam berbagai cara yang memberi dampak
terhadap dirinya
QRG terdiri dari level :
 Unstable : kekecewaan, rasa bersalah dan
marah serta penekanan terhadap reward dan
punishment dlm hubungan individu dgn
Tuhan.
 Grandiose : kebanggan dan penghargaan
terhadap diri yang berlebihan atas hubungan
individu dgn Tuhan
 Realistic Acceptence : keyakinan individu
untuk memperbaharui hubungannya dengan
Tuhan, toleran terhadap persaan kecewa dan
memandang hubungannya dengan Tuhan
sebagai kombinasi mutual.
Dinamika Psikologis

SPIRITUALITY
REALISTIC
ACCEPTANCE:
stressor happiness
serenity
good self-esteem
loving
relationships
AWARENESS OF GOD : menghayati keberadaan
Tuhan dalam hidupnya (semua beralasan)
QUALITY OF RELATION WITH GOD
berkualitasnya hubungan personal dengan Tuhan
Religiusitas & Spirituality (R/S)
sebagai Faktor Protektif
(Dinamika Psikologis)

 R/S merupakan aspek positif yang penting bagi kesehatan mental


manusia dan faktor protektif yang mencegah berbagai problem
individu maupun sosial.
 Dari berbagai penelitian klinis, ditemukan indikasi kuat bahwa:
komitment agama mampu mencegah dan melindungi seseorang dari
penyakit, mempertinggi kemampuan dalam mengatasi penderitaan,
serta mempercepat proses penyembuhan (Hawari, 1997).
 Daaleman & Frey (2004); Johnson (2003)***; Smith (2006)***;
Macrea (1995)***:
Spiritualitas merupakan salah satu sumber psikologis & kualitas yg
ada pada manusia sebagai kekuatan paling besar dalam
menghilangkan rasa sakit.
 Sherrill & Larson (1988)**:
Kuat menahan rasa nyeri, lebih tahan dan mampu mengatasi rasa
nyeri tsb.
Spiritualitas & Well-Being
• Sejak tahun 1980,
spiritualitas mendapat
tempat yg sangat urgen
dlm pendidikan dan
penelitian disebabkan
pengaruhnya yg besar
terhadap kesehatan dan
sangat penting dlm
kehidupan para pasien
(Smith, 2006)***
• Penyakit, penderitaan,
terminal illness, peristiwa2
hidup dan usia mrp titik
krisis eksistensial yg tdk dpt
dipecahkan oleh science.
• Banyak orang berpaling
kepada keyakinan spiritual
mereka yg justru mampu
• Pengukuran memberi makna dan
spiritualitas mrp hal memberikan harapan.
penting karena byk
pasien memandang
spiritualitas sebagai
sumber yg
mempengaruhi
kesehatan mereka
Hasil-hasil Penelitian
• Hubungan R/S dengan Kesehatan:
• Lee & Newbwerg (2005):
Spiritualitas berpengaruh terhadap kesehatan psikis.
• Cooleman (2003): meneliti African-American penderita HIV/AIDS
menemukan bahwa eksistensial well-being berhubungan secara negatif
dengan simptom-simptom HIV dan berhubungan secara positif terhadap
fungsi kognitif dan mental well-being.
• King, Speak, & Thomas (1999): meneliti African-American Kristiani
Mereka yg memiliki keyakinan spiritual yg kuat cenderung jarang sakit.
• Mars, Beard, & Adams (1999):
Spiritual well-being memperlihatkan efek negatif secara langsung thd
burnout & berpengaruh secara positif terhadap hardiness.
• Dalam hal ini, Spiritualitas merupakan alternatif strategi coping

(dalam Gray, 2007)


• Braum et al., (1997); McCullaough et al., (1999):
Resiko depresi rendah, lebih cepat recovery (pulih).
• Koenig et al., 2001:
- Tingkat kecemasan dan ketakutan yg rendah
- Kecenderungan yg rendah thd penyalahgunaan obat-
obatan terlarang.
• Presman et al., (1990); Levin et al., (1996) Kennedy et al.,
(1999); Bartlett et al., (2004):
R/S coping  memberi efek positif dlm menurunkan
depresi.
• Krause (1998):
R/S coping  membufer efek-efek peristiwa2 hidup yg
stresful, terutama pada lansia.

(dalam Mueller, 2001)


Komitmen agama &
Angka Bunuh Diri

 Comstock & Patridge (1972)**:


Mereka yang tidak mengikuti kegiatan keagamaan
memiliki resiko empat kali untuk bunuh diri daripada
mereka yang rajin menjalankan komitmen agamanya.
 Stack (1983); Stark, Doyle, & Rushing (1983)**:
Penelitian secara nasional menunjukkan bahwa
semakin menurunnya kunjungan ke tempat ibadah,
dapat merupakan petunjuk akan meningkatnya angka
bunuh diri.
R/S dan
Kepuasan Hidup

• David Myers (1992)*:


Meneliti di Amerika Selatan & Eropa: mereka
yang memiliki R/S tinggi merasa lebih
gembira dan puas dengan hidup mereka
dibandingkan orang yang tidak/kurang R/S.
• James Peacock & Margaret Poloma (1999)*:
Dekat dengan Tuhan merupakan prediktor
terbesar bagi kepuasan hidup seseorang
sepanjang rentang kehidupannya
Kasus
 R/S tidak selalu memberi nuansa positif.
 Asser & Swan (1998)*:
Banyak anak-anak yang mati dalam sebuah
keluarga yang menolak praktek medis
disebabkan oleh kepercayaan tertentu
 Klonoff & Landrine (1996)*:
African Americans yang lebih mempercayai
kekuatan doa cenderung kurang peduli
dengan kesehatan mereka
Referensi
• * Compton, W.C., 2005. An Introduction to Positive Psychology. USA:
Thomson Wadsworth Inc.
• ** Hawari, D., 1997. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Dana Bakti Prima Yasa.
• Daaleman, T.P., & Frey, B.B., 2004. The Spirituality Index of Well-Being:
A New Instrument for Health-Related Quality-of-Life Research. J.
Annal of Family Medicine. Vol. 2, No. 5, p.499-503.
• ***Gray, J., (2007). Measuring Spirituality: Conceptual and
Methodological Considerations. The Journal of Theory
Construction & Testing. Volume 10 p.58-64.
• Hasan, A.B.P., 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
• Mueller et al., 2001. Spirituality and Religiosity in Health and Healthcare.
Johns Hopkins Bloomberg: School of Public Health. Johns Hopkins
University.

Anda mungkin juga menyukai