PERILAKU SPIRITUAL
Disusun oleh :
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 KEP. 7B
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka terdapat tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi spiritualitas dan religi
2. Mengetahui aspek-aspek spiritualitas
3. Mengetahui dimensi spiritualitas
4. Mengetahui cara berfikir kritis dan spiritual
5. Mengetahui kesehatan spiritualitas
6. Mengetahui masalah spiritualitas
7. Mengetahui karakteristik spiritualitas
8. Mengetahui perkembangan aspek spiritual keperawatan
9. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual
10. Mengetahui proses keperawatan dengan spiritualitas
11. Mengetahui asuhan keperawatan spiritual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA 2003, mengakui tiga diagnosis yg berhubungan dengan
spiritual :
a. Distress spiritual adalah hambatan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui hubungan dengan diri
sendiri, orang lain, music, seni, buku, alam, ataupun dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Distress spiritual, risiko adalah beresiko terhadap hambatan kemampuan untuk
mengalami dan megintrasikan makna dan tujuan dan tujuan dalam hidup melalui
hubungan diri sendiri, orang lain, seni, musik, buku, alam, ataupun dengan Tuhan
yang Maha Esa.
c. Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual adalah kemampuan untuk
mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan
dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, buku, alam, ataupun demgam Tuhan
Yang Maha Esa dan dapat ditingkatkan.
3. Distress spiritual
a. Definisi distress spiritual
Menurut Judith M.Wilkson (2009) definisi distress spiritual adalah hambatan
kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan dalam
hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, musik, seni, buku, alam,
ataupun dengan Tuhan Yang Maha Esa.
1. Hubungan dengan diri sendiri
a. Marah
b. Rasa bersalah
c. Koping buruk
d. Mengekspresikan kurangnya: Penerimaan, semangat memaafkan diri sendiri,
harapan, cinta
e. Makna dan tujuan hidup
f. Kedamaian dan ketentraman
2. Hubungan dengan orang lain
a. Mengungkapkan pengasingan
b. Menolak interaksi dengan orang terdekat
c. Menolak interaksi dengan pembimbing spiritual
3. Hubungan dengan Seni, Musik, Buku, Alam
a. Tidak tertarik pada alam
b. Tidak tertarik membaca literature keagamaan
c. Ketidakmampuan mengekspresikan status kreativitas yang dahulu
(Bernyanyi, dan mendengarkan music serta menulis)
4. Hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa
a. Mengungkapkan di tinggalkan
b. Mengungkapkan marah terhadap Tuhan
c. Mengungkapkan keputusasaan
d. Mengungkapkan penderitaan
e. Ketidakmampuan mengintropeksi diri atau menilik diri
f. Ketidakmampuan mengalami transendensi diri
g. Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktifitas keagamaan
h. Ketidakmampuan berdoa
i. Meminta berteman dengan pembimbing spiritual
j. Perubahan mendadak pada praktik spiritual
b. Faktor yang berhubungan distress spiritual
Menurut Judith M.Wilkson (2009) distress spiritual mempunyai faktor yang
berhubungan dengan distress spiritual, sebaga berikut :
1. Menjelang ajal aktif
2. Ansietas
3. Penyakit kronik pada diri sendiri dan orang lain
4. Kematian [orang lain]
5. Perubahan hidup
6. Kesepian atau pengasingan social
7. Nyeri
8. Peniadaan diri
9. Deprivasi sosiokultural
c. Saran penggunaan distress spiritual
Menurut Judith M.Wilkson (2009) distress spiritual mempunyai saran
penggunaan distress spiritual, sebagai berikut :
1. Kesejahteraan spiritual sebaiknya di pikirkan secara luas dan tidak terbatas
pada agama. Semua orang beragama, dalam artin bahwa mereka mebutuhkan
sesuau yang dapat memberikan arti dalam hidup mereka. Untuk sebagian
Orang, hal ini berarti percaya terhadap Tuhan dalam arti tradisional, untuk yang
lainnya, hal ini merupakan perasaan keselarasan dengan alam, sementara untuk
yang lainnya lagi, hal ini dapat keluarga dan anak – anak. Ketika pasien
percaya bahwa hidup tidak memiliki arti atau tujuan, dalam arti apapu, terjadi
distres spiritual.
2. Beberapa alternative diagnosis yang di sarankan berikut dapat menimbulkan
distress spiritual.
d. Alternatif diagnosis yang di sarankan distress spiritual
Menurut Judith M.Wilkson (2009) distress spiritual mempunyai alternatif
diagnosis yang di sarankan distress spiritual, sebagai berikut :
1. Ansietas, kematian
2. Konflik pembuatan keputusan
3. Koping, ketidakefektifan
4. Kepedihan, kronis
5. Distress spiritual, risiko
e. Hasil NOC distress spiritual
Menurut Judith M.Wilkson (2009) distress spiritual mempunyai hasil NOC
distress spiritual, sebagai berikut :
1. Kematian yang bermartabat : tindakan pribadi untuk mempertahankan kendali
dan kenyamanan dalam mendekati akhir kehidupan.
2. Harapan : optimism yang secara pribdi memuaskan serta mendukung hidup.
3. Kesehatan spiritual : hubungan dengan diri sendiri, orang lain, Tuhan, seluruh
kehidupan, alam, dan semesta; yang meningkatkan trasendensi diri serta
memberdayakan diri.
f. Intervensi NIC distress spiritual
Menurut Judith M.Wilkson (2009) distress spiritual mempunyai intervensi
NIC distress spiritual, sebagai berikut :
1. Dukungan emosi: memberi ketenangan, penerimaan dan dukungan saat stress
2. Penumbuhan harapan: memfasilitasi perkembangan sikap positif pada situasi
tertentu
3. Fasilitasi pertumbuhan spiritual: memfasilitasi pertumbuhan kapasitas pasien
untuk mengidentifikasikan, berhubungan dengan dan memanggil sumber
makna, tujuan, kenyamanan, kekuatan, dan hatrapan dalam hidup mereka
4. Dukungan spiritual: membantu pasien untuk merasakan keseimbangan dan
hubungan dengan tuhan.
g. Aktivitas keperawatan distress spiritual
Menurut Judith M.Wilkson (2009) distress spiritual mempunyai aktivitas
keperawatan distress spiritual, sebagai berikut :
1. Pengkajian
Untuk pasien yang mengindikasikan adanya ketaatan beragama, kaji
adanya indikator langsung status spiritual pasien dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah anda merasa keimanan Anda dapat membantu Anda? Dengan cara
apa keimanan tersebut penting bagi Anda saat ini?
b. Bagaimana saya dapat membantu Anda menjalani keimanan Anda?
Misalnya, apakah Anda ingin saya membacakan buku doa untuk Anda?
c. Apakah Anda menginginkan kunjungan dari penasihat spiritual atau
layanan keagamaan dari rumah sakit?
d. Tolong beri tahu saya tentang aktivitas agama tertentu yang penting bagi
Anda.
Lakukan pengkajian tidak langsung terhadap statusa spiritual pasien
dengan melakukan langkah berikut:
a. Tentukan konsep ketuhanan pasien dengan mengamati buku-buku yang ada
disamping tempat tidur atau di program televisi yang dilihat pasien. Juga
catat apakah kehidupan pasien tampak memiliki arti, nilai, dan tujuan.
b. Tentukan sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien. Apakah tuhan
dalam arti tradisional, anggota keluarga, atau kekuatan “bersumber dari
dalam dirinya”? catat siapa yang paling banyak diperbincangka oleh pasien,
atau tanyakan, “siapa yang penting bagi Anda?”
c. Amati apakah pasien berdoa ketika Anda memasuki ruangan, sebelum
makan, atau saat tindakan.
d. Amati barang-barang, seperti leteratur keagamaan, rosario, kartu ucapan
semoga lekas sembuh yang bersifat keagamaan di samping tempat tidur
pasien.
e. Dengarkan pandangan-pandangan pasien tentang hubungan antara
kepercayaan spiritual dan kondisi spiritualnya, terutama untuk pertanyaan,
seperti, “mengapa tuhan membiarkan hal ini terjadi pada saya?” atau “jika
saya beriman, saya pasti akan sembuh.”
2. Aktivitas Kolaboratif
a. Komunikasi kebutuhan nutrisi (misalnya, makanan halan, diet vegetarian,
dan diet tanpa-daging babi? Dengan ahli gizi
b. Minta konsultasi spiritual untuk membantu pasien atau keluarga menentuka
kebutuhan pascahospitalisasi dan sumber-sumber dukungan di masyarakat
c. Dukungan Spiritual (NIC): Rujuk ke penasihat spiritual pilihan pasien
3. Aktivitas lain
a. Jelaskan pembatasan yang dilakukan sehubungan dengan perawat terhadap
aktivitas keagamaan
b. Buat perubahan yang diperlukan segera untuk membantu memenuhi
keutuhan pasien (misalnya, dukung keluarga pasien atau teman untuk
membawa makanan istimewa)
c. Jaga privasi dan beri waktu pada pasien untuk mengamati praktik
keagamaan
d. Dukungan Spiritual (NIC):
1. Terbuka terhadap ungkapan pasien tentang kesepian dan
ketidakberdayaan
2. Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi
kepercayaan dan nilai yang ia yakini, jika perlu ungkapkan empati
terhadap perasaan pasien
3. Dengarkan dengan cermat komunikasi pasien dan kembangkan makna
waktu berdoa atau ritual keagamaan
4. Beri jaminan kepada pasien bahwa perawat selalu ada untuk mendukung
pasien saat pasien measakan penderitaan
5. Anjurkan kunjungan pelayanan keagamaan, jika diinginkan beri artikel
keagamaan yan diinginkan, sesuai pilihan pasien
Perawatan Dirumah
a. Tindakan di atas tepat diterapkan dalam perawatan dirumah
b. Bantu pasien dan keluarga menciptakan satu ruang di dalam rumah
untuk meditasi atau beribadah
Untuk lansia
Atur seseorang (misalnya, pembantu rumah tangga) untuk
membacakan kitab suci untuk klien jika klien menginginkannya dan
tidak mampu membacanya sendiri.
BAB III
Freditya : Fasilitator
Miranda M : Lansia
Krismonita W : Lansia
Di sebuah Panti werdha sambaing lihum tepatnya di ruang jeruk tampak terlihat tim
perawat akan melaksanakan terapi aktivitas kelompok kepada kelompok pasien dengan
perilaku kekerasan dengan berbagai macam sebab, adapun latar belakang pasien-pasien itu
untuk pasien pertama Ny.T berumur 28 tahun dengan latar belakang pernah diselingkuhi
suaminya dan saat ini masih berstatus suami isteri, Ny.N berumur 34 tahun dengan berbagai
macam tuntutan dari sang suami. Ny.D berumur 27 tahun mengalami latar belakang ditinggal
pergi sang suami tanpa kejelasan sampai saat ini masih dalam tahap pengingkaran bahwa
suaminya telah pergi dan sering melampiaskan dengan mengamuk menghancurkan barang
barang yang ada pasien masih berstatus suami isteri.
Perawat sudah memilah dan memilih klien yang sesuai dengan indikasi dan membuat kontrak
dengan kien.
tim terapis sudah mempersiapkan materi yang akan disampaikan serta alat dan bahan untuk
melakukan terapi.
Kemudian perawat terapis memasuki ruangan yang sudah ditetapkan dan memulai aktifitas
kelompok pasien dengan perilaku kekerasan.
3.1 Simpulan
Spiritual adalah suatu perasaan terhadap keberadaan dan arti dari zat yang lebih
tinggi dari manusia yang menjadi faktor intrinsik alamiah dan merupakan sumber
penting dalam penyembuhan. Dimana dikatakan pula sebagai keyakinan (faith)
bersumber pada kekuatan yang lebih tinggi akan membuat hidup menjadi lebih hidup
dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Setiap interaksi dan perilaku
individu sangat dipengaruhi oleh spiritualisme yang dialami dalam kehidupan yang
sangat erat hubungannya dengan kebudayaan yang ada.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika
terjadi keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis,
kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu mendorong klien untuk
meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien mampu
menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi
pada diri individu tersebut.
Pengkajian spiritual paling baik dilaksanakan setelah perawat membina hubungan
terapeutik dengan klien. Informasi dapat diperoleh mengenai konsep klien terkait diet
atau dorongan kreatif, sumber harapan dan kekuatan klien terhadap hubungan antara
kesehatan dan keyakinan spiritual. Intervensi keperawatan yang meningkatkan
kesejahteraan spiritual mencakup menawarkan kehadiran seseorang, mendukung praktik
keagamaan klien, berdoa bersama klien, dan merujuk klien ke konselor keagamaan.
Jadi spiritualitas dan religi itu harus seimbang antara manusia dengan Tuhan , dan
antara Tuhan dan manusia. Jika tidak seimbang maka distress spiritual akan terjadi.
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan
tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung proses penyembuhan
klien yang mengalami distress spiritual selain obat yang diberikan di rumah sakit.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui/menguasai tentang kesehatan spiritual
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Cynthia M. Taylor & Sheila Sparks Ralph. 2012. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC
Hamid, A .Y.S. 2008. Bunga rampai Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Hawari, D. 2007. Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Jakarta : Penerbit FKUI
Herger, B.R. 2003. Asisten Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Ed. 6.
Jakarta : EGC
Judith M. Wilkson, Nancy R Ahern. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : Buku kedokteran EGC