MANAJEMEN KEPERAWATAN
PENYUSUNAN RUANGAN SAK DAN SOP
Dosen Pembimbing :
Adhin Alkhasanah. S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun oleh :
(Kelompok 4/7B)
1. Diyah Ayu Retno Sari (201702061)
2. Dwi Wahyuningrum (201702062)
3. Lativa Nuraini (201702076)
4. Lina Malia P. (201702078)
5. Lulut Oktavia (201702079)
6. Tsalisa Regita C. (201702097)
7. Yoqi Putra P. (201702030)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2Manfaat ................................................................................................................... 2
1.3Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
4.1Kesimpulan ............................................................................................................ 11
4.2Saran ...................................................................................................................... 11
Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan
sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya. Selama ini
masyarakat awam lebih mengenal rumah sakit sebagai tempat mengobati dengan bayangan
perlakuan medis yang akan diterima melalui peralatan kedokteran. Kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan akhir – akhir ini meningkat hingga mencapai angka 85 %. Ditambah dengan
fenomena sekarang yang menunjukkan adanya kecenderungan konsumen yang lebih memilih
untuk berobat ke luar negeri, yang memang harus diakui fasilitas dan layanannya jauh lebih baik
dari yang dimiliki di dalam negeri. Sebuah rumah sakit yang baik tentunya mengutamakan mutu
dan kualitas dari pelayanan pada konsumen. Namun disamping itu, bentuk fisik dan interior juga
berperan menentukan baik buruknya penilaian konsumen terhadap rumah sakit
tersebut.setidaknya dengan bentuk fisik dan interior dari bangunan rumah sakit yang baik akan
dapat mengurangi kesan menyeramkan sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tempat, ruang dimana seseorang yang akan beraktifitas dapat
berpengaruh terhadap perilaku psikologis orang tersebut. Setiap ruang dalam rumah sakit akan
membawa pengaruh yang cukup kuat terhadap pola tingkah laku dan sikap manusia yang
beraktivitas di dalamnya. Dengan demikian desain interior yang menunjang untuk tempat
pelayanan kesehatan semakin diperlukan dalam menghadapi teknologi yang semakin maju.
Tuntutan kenyamanan dan keselamatan menjadi prioritas utama bagi pasien. Bila perencanaan
interior rumah sakit mencapai sasaran yang mengacu pada fungsional maka akan
menguntungkan berbagai pihak.
Oleh karena besarnya tuntutan akan pelayanan keperawatan professional di era sekarang ini,
maka dibutuhkan suatu metode yang dapat mengelola agar pelaksanaan asuhan keperawatan
dapat berjalan secara optimal. Model praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu
system (struktur,proses, dan nilai-nilai profesional) yang memfasilitasi perawat professional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan.
1.2 Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian SOP
Dokumentasi berbagai prosedur, yang juga dapat disingkat Prosedur Operasi Standar atau SOP,
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tujuan memperoleh pekerjaan yang paling efisien dari
pekerja dengan biaya serendah mungkin. Harus dijalankan secara kronologis.
Perusahaan mana pun, dalam bentuk atau jenis apa pun, yang memerlukan panduan untuk
memungkinkannya melakukan tugas dan fungsi setiap elemen atau unit perusahaan.
Standard Operating Procedure (SPO) adalah sistem lain yang dikembangkan untuk
memfasilitasi, mengatur, dan mengatur pekerjaan. Sistem ini juga mencakup serangkaian proses
yang menyelesaikan pekerjaan dari awal hingga selesai.
Ini didasarkan pada berbagai indikator teknis, administratif, dan prosedural, tergantung pada
sistem kerja perutean, perutean, dan unit kerja terkait.
2.3.3 Menurut Moekijat
SOP adalah implementasi dari serangkaian langkah atau pekerjaan, di mana pekerjaan itu bisa
dilakukan, bagaimana dieksekusi, ketika dieksekusi, di mana dieksekusi, siapa yang
mengeksekusinya, dan siapa yang mengeksekusinya.
SOP adalah dokumen yang melibatkan beberapa langkah yang dapat diambil secara kronologis
untuk menyelesaikan pekerjaan yang bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan paling efektif dari
seorang pekerja dengan biaya terendah
2.2Tujuan SOP
1. SOP yang baik akan membuat pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan
pengawasan, dan dapat bekerja secara konsisten
2. Karyawan dapat percaya diri dalam pekerjaan mereka dan tahu apa yang harus mereka
capai dalam setiap pekerjaan.
3. SOP ini juga dapat digunakan sebagai alat pelatihan dan juga dapat digunakan untuk
mengukur kinerja karyawan.
Menurut Permenpan No.PER / 21 / M-PAN / 11/2008), keuntungan dari prosedur operasi standar
(SOP) adalah:
Komitmen
SOP ini juga harus dilaksanakan dengan komitmen penuh di semua tingkatan organisasi, dari
level terendah hingga level tertinggi.
Perbaikan terus-menerus
Implementasi SOP juga harus menerima berbagai perbaikan sehingga mereka bisa mendapatkan
prosedur yang benar-benar efisien dan efektif.
Mengikat
SOP juga harus mengikat penegak untuk melakukan tugasnya sesuai dengan prosedur standar
yang ditetapkan.
SOP Teknis
SOP Teknis adalah berbagai prosedur standar yang menggambarkan dengan sangat rinci
berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh satu perangkat atau pelaksana dalam suatu peran
atau posisi.
SOP manajemen
SOP manajemen pada dasarnya adalah satu prosedur standar secara umum, dengan sedikit detail
pada aktivitas yang dapat dilakukan oleh banyak perangkat atau pelaksana dengan peran atau
lokasi ganda.
SOP umum
SOP generik (umum). SOP berdasarkan sifat dan isi kegiatan yang relatif sama dari berbagai
kegiatan dalam SOP, atau dari tahap kegiatan dan implementasi.
SOP khusus
SOP spesifik adalah SOP yang didasarkan pada berbagai kegiatan SOP, tahapan kegiatan, aktor
(pelaksana), dan sifat dan isi kegiatan relatif terhadap di mana SOP berlaku.
SOP Mikro
Makro yang merupakan bagian dari SOP (SOP makro) atau SOP yang merupakan bagian dari
aktivitas SOP makro yang lebih luas.
SOP Makro
SOP Makro ini dapat berisi beberapa SOP Mikro yang dapat mencerminkan beberapa dari
berbagai kegiatan. SOP makro adalah integrasi dari beberapa SOP mikro yang dapat membentuk
serangkaian kegiatan dalam SOP.
SOP terakhir
Final SOP adalah salah satu dari serangkaian SOP berbasis aktivitas yang menghasilkan produk
utama terbaru atau final.
SOP sebagian
Kegiatan ini masih memiliki serangkaian kegiatan tindak lanjut yang dapat mencerminkan
produk utama akhir karena SOP parsial adalah SOP berdasarkan pada serangkaian kegiatan yang
belum menghasilkan produk utama akhir.
3. Graphic (grafik)
Formulir ini juga dapat digunakan jika prosedur memiliki serangkaian kegiatan yang panjang.
Proses panjang dibagi menjadi beberapa sub-proses singkat yang berisi beberapa langkah.
Format grafik ini juga digunakan ketika menyusun prosedur yang memerlukan foto atau gambar,
dan umumnya digunakan oleh pelamar atau pelaksana eksternal organisasi.
4. Diagram alir
Format diagram alir ini digunakan ketika SOP membutuhkan pengambilan keputusan yang
kompleks atau banyak.
Dan Anda menginginkan opsi jawaban alternatif, seperti Ya atau Tidak, Kelengkapan, Benar
atau Salah, yang dapat memengaruhi proses proses selanjutnya.
Penggunaan format diagram alur ini juga mencakup beberapa simbol khusus (diagram alur)
untuk menggambarkan proses. Seperti kotak simbol (proses), panah (panah), ketukan split
(keputusan), dll.
Dalam skala yang jauh lebih kecil, tim kecil atau individu dapat membuat sup dengan:
Identifikasi kebutuhan
Pengumpulan data
Lakukan analisis prosedural
Lakukan pengembangan
2. Perlu evaluasi
Pada tahap ini, produsen SOP juga dapat menentukan format penerapan SOP, jumlah SOP yang
dibuat, dan ruang lingkup standar operasi itu sendiri.
3. Pengembangan SOP
Sebagai standar yang nantinya akan digunakan sebagai referensi untuk proses pelaksanaan
kegiatan sehari-hari organisasi atau perusahaan.
Saya hanya membuat sup ini sekali. Ini perlu direvisi secara iteratif hingga akhirnya menjadi
SOP yang andal, valid, dan tepat.
4. Menerapkan SOP
Personel pelaksana juga harus diberitahu tentang produk baru atau sup pengembangan serta
alasan untuk perubahan.
Anda dapat mendistribusikan salinan sup ini dan memastikan bahwa setiap pelaksana tahu apa
fungsinya dalam SOP.
TINJAUAN TEORI
a) Pengumpulan data
Tujuan dari pengumpulan data adaalah untuk memperoleh data dan
informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis.
Jenis data antara lain data objektif yaitu data yang diperoleh melalui
pengukuran, pemeriksaan dan pengamatan misalnya suhu tubuh, tekanan darah
serta warna kulit. Data subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang
dirasakan pasien atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya kepala pusing,
nyeri dan mual.
adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi:
1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
2) Pola koping sebelumnya dan sekarang
3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
5) Resiko untuk masalah potensial
6) Hal – hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b) Analisis data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan
c) Penentu masalah
Sebelum analisa data dilakukan dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.
Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat di intervensi dengan asuhan
keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih
memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai
dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan
segera. Penting mencakup kegawat
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau
potensial klien terhadao masalah keperawatan dimana perawat yang mempunyai izin
dan berkompeten yang wjib untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien
didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan
3) Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga dan
orang – orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk
tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap diagnosis keperawatan.
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan
sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang
ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang
akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara
maksimal.
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari asuhan keperawatan adalah kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang telah dilakuakn dan
diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti
komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, dibanyak
lingkungan perawat kesehaan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah
pengkajian.
Adapun tahap – tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
a) Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan
b) Tahap 2 : Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawat adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen dan
interdependent
c) Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika
hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar
dari siklus proses keperawatan. Jika sebalikanya, klien akan masuk kembali ke dalam
siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi
ditujukan untuk:
a) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
b) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
c) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
a) SOAP
Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien.
S : Subjektif (Pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objektif (Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga)
A : Analisis ( Kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planing ( Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis)
b) SOAPIER
S : Subjektif (Pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objektif (Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga)
A : Analisis ( Kesimpulan dari objektif dan subjektif )
P : Planing (Apa yang dilakukan terhadap masalah)
I : Implementasi ( Bagaimaan tindakan dilakukan)
E : Evaluation (Respon pasien terhadap tindakan keperawatan
R : Revised (Apakah rencana keperawatan akan diubah)
c) DAR
Format dokumentasi DAR membantu perawat untuk mengatur pemikirannya dan
memberikan struktur yang dapat meningkatkan pemecahan masalah yang kreatif.
Komunikasi yang terstruktur akan mempermudah konsistensi penyelesaian masalah
diantara tim kesehatan.
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, (2002). Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta Direktorat
Pelayanan Keperawatan Depkes RI
Russel C. Swanburg .(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk
Perawat Klinis, Jakarta : EGC
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan
Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
LAMPIRAN SOP/SAK
C. IMPLEMENTASI
1. Mencuci tangan.
2. Menutup sampiran.
3. Membuka pakaian atas klien.
4. Membersihkan area ekstremitas dan dan dada yang akan dipasangi elektroda dengan
menggunakan kapas alkohol. Bila terdapat rambut yang cukup tebal cukur bila perlu.
5. Memberikan jelly pada area pemasangan dan pada elektroda.
6. Pasang kabel dan elektroda (hindari memasang elektroda pada massa otot yang terlalu tebal
atau pada struktur tulang) :
a. Kabel Merah (R) : pada lengan kanan.
b. Kabel Kuning (L) : pada lengan kiri.
c. Kabel Hijau (F) : pada kaki kiri.
d. Kabel Hitam (N) : pada kaki kanan.
e. V1 : pada interkostal ke– 4 kanan.
f. V2 : pada interkostal ke– 4 kiri.
g. V3 : pada interkostal ke 4 – 5 antara V2 dan V4.
h. V4 : pada interkostal ke-5 linea midclavicularis kiri.
i. V5 : horizontal terhadap V4, di linea aksilaris anterior.
j. V6 : horizontal terhadap V5, pada línea midaksilaris.
7. Menghubungkan kabel ground ke washlap basah yang diletakkan di nierbeken.
8. Menghubungkan kabel listrik mesin EKG ke sumber listrik.
9. Menyalakan power On mesin EKG.
10. Mengatur kecepatan gelombang pada 25 mV.
11. Mengatur ketinggian rekaman pada skala 1.
12. Melakukan kalibrasi 1 mV.
13. Melakukan rekaman 12 lead.
14. Setelah selesai, mematikan power mesin EKG dan lepaskan kabel/elektroda dari tubuh
klien, kemudaian bersihkan sisa jelly yang menempel dengan tissue.
15. Merapihkan klien dan mengembalikan alat-alat pada tempatnya.
D. DOKUMENTASI
1. Menempelkan hasil rekaman EKG pada kertas dokumentasi EKG.
2. Mencatat nama klien, umur, tanggal dan jam serta nama pemeriksa pada kertas dokumentasi
EKG.
3. Mencatat respon klien sebelum, selama dan sesudah melakukan prosedur.
4. Membersihkan jel yang menempel pada kulit pasien dengan tissue.
5. Cuci tangan.