Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN TENTANG

TIMBANG TERIMA (HANDOVER) KEPERAWATAN

OLEH:
KELOMPOK 9

1. PUTU MAS PRAMITA KANIA DEWI (209012411)


2. I KOMANG KRISNA (209012412)
3. NI LUH AYU YUSTIKARINI (209012413)
4. NI PUTU MAWI SUGIARTINI (209012499)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Atas waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
yang telah memberikan rahmat dan anugrah-Nya sehingga makalah kami yang
berjudul “Makalah Timbang Terima (Handover) Keperawatan” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas akademis dalam
menempuh profesi ners stase Manajemen Keperawatan yang diampu oleh Ibu Ns.
Ni Made Nopita Wati, S.Kep., M.Kep. pada semester genap tahun akademik
2020/2021.
Cukup banyak hambatan dan kesulitan yang kami alami dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini yang disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman dalam tulis-menulis. Namun demikian berkat kerja
keras dan adanya bantuan dari berbagai pihak, akhirnya terwujudlah makalah ini.
Oleh karena itu terima kasih yang setulus-tulusnya kami haturkan kepada:
1. Ibu Ns. Ni Made Nopita Wati, S.Kep., M.Kep. selaku clinical teacher
yang sudah membantu menjelaskan tugas yang diberikan.
2. Teman-teman kelompok yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, sehingga
perlu kritik dan saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat
diharapkan demi sempurnanya tulisan ini. Semoga ada manfaatnya.

Om Santih, Santih, Santih, Om.

Denpasar, 22 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 4
2.1 Pengertian Handover............................................................ 4
2.2 Tujuan Handover.................................................................. 5
2.3 Manfaat Handover................................................................ 5
2.4 Fungsi Handover.................................................................. 7
2.5 Langkah-langkah Handover................................................. 7
2.6 Prosedur Handover............................................................... 7
2.7 Metode Handover................................................................. 11
2.8 Hal yang perlu diperhatikan dalam Handover..................... 13
2.9 Alur Handover...................................................................... 14
2.10 Format Handover dengan SBAR......................................... 15
2.11 Faktor yang Mempengaruhi Handover................................ 16
2.12 Efek Handover..................................................................... 16
2.13 Dokumentasi Handover........................................................ 18
2.14 Evaluasi Handover............................................................... 18

BAB III PENUTUP............................................................................... 20


3.1 Simpulan................................................................................. 20
3.2 Saran....................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Conference


Conference adalah diskusi kelompok yang dilakukan untuk membahas
tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi (Manurung, 2011). Dalam
modul MPKP (2016) conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap
hari. Konferensi dilakukan sebelum dan setelah melakukan operan dinas, sore atau
malam sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Conference sebaiknya
dilakukan ditempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Menurut Sain dalam Amalia (2015) Konferensi merupakan pertemuan tim
yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan
operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan.
Menurut Swanburg (2012), conference merupakan bentuk diskusi kelompok
mengenai beberapa aspek klinik. Sedangkan menurut Sain (2010), konferensi
merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan
sebelum atau setelah melakukan operan dinas pagi, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan. Conference adalah diskusi kelompok tentang
beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi (Syah Putra, C, 2016).
Berdasarkan definisi para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
ceference adalah

2.2 Tujuan Conference


Marelli (dalam Manurung 2011) menjelaskan secara umum tujuan
conference adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan
menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai
situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi
sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan
dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilakan perubahan non kognitif.
Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi
asuhan.
2.3 Pedoman Pelaksanaan Conference
Pedoman pelaksanaan conference menurut Modul MPKP (2016) yaitu:
1. Sebelum dimulai tujuan comfrence harus dijelaskan.
2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok.
3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa
mendominasi dan memberi umpan balik.
4. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic.
5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta pendapat yang
berbeda.
6. Ruangan diskusi diatur sehingga dapat tahap muka pada saat diskusi.
7. Frekuensi pre-comfrence yaitu apakah dilakukan setiap hari sebelum
praktek klinik atau pada awal mahasiswa akan melaksanakan praktek
klinik saja.
8. Tingkat pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menentukan
seberapa sering diperlukan fase pre-conference.
9. Waktu yang diperlukan untuk setiap mahasiswa seharusnya sama atau
mungkin dapat diperpanjang. Cara lebih efektif dengan penggunaan
waktu sekitar 20 menit sampai satu jam untuk diskusi.
10. Waktu apakah dilakukan setiap hari, jam tujuh misalnya sebelum
praktek klinik.
11. Lokasi terdapat keuntungan apabila pre-confrence dilakukan pada
lokasi yang berdekatan dengan tempat praktek. Salah satu
keuntungannya adalah mengurangi jumlah waktu yang diperlukan
untuk pergi ke lahan praktek. Perlu di ingat bahwa keadaan fisik yang
nyaman atau baik dari sisi mahasiswa adalah kondisi yang baik bagi
proses belajar mengajar termasuk untuk praktek klinik.
12. Bila kemungkinan libatkan staf ruangan tempat praktek untuk
menjelaskan dan negosiasi program dalam hubungannya dengan
penggunaan fasilitas yang ada.
13. Pada saat menyimpulkan comfrence ringkasan diberikan oleh pemimpin
dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan.
2.4 Preconference
Menurut Syah Putra, C (2016) Pre conference adalah diskusi tentang aspek
klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka Pre conference ditiadakan. Isi Pre conference adalah rencana
tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul
MPKP, 2016).
Menurut Sitorus dalam Sani (2011) preconference merupakan pertemuan
tim yang dilakukan setiap hari dan merupakan langkah awal kegiatan shift
perawat. Preconference dilakukan diawal jaga setelah melakukan operan dinas,
baik dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana.
Pre conference merupakan tahapan sebelum melakukan conference yang
akan dilakukan oleh para instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan
dilakukan sebelum melakukan tindakan keperawatan.

2.5 Postconference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi Post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference adalah fase dimana dari hasil pembahasan dibuat evaluasi.
Setiap perawat harus mampu nmelakukan evaluasi dari setiap conference yang
sudah dilaksanakan sehingga tahu apa yang harus dilakukan berikutnya.
Menurut Syah Putra, C (2016) Post Conference adalah diskusi tentang aspek
klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
Menurut Modul MPKP, (2016) Post conference adalah komunikasi katim
dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan
kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ
tim.
2.6 Tujuan Pre dan Post Conference
2.6.1 Tujuan Pre Conference
Menurut Manurung (2011) menjelaskan tujuan preconference yaitu:
1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan keperawatan dan merencanakan evaluasi hasil.
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan.
3. Memberikan kesempatan bagi seluruh tenaga kesehatan yang bertugas
diruangan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien.
2.6.2 Tujuan Post Conference
Manurung (2011) menjelaskan tujuan postconference yaitu untuk
memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah, dan
membahas masalah yang dijumpai.

2.7 Syarat Pre dan Post Conference


2.7.1 Syarat Preconference
Manurung (2011) menjelaskan syarat pelaksanaan preconference yaitu:
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan
dan postconference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit.
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien, perencanaan tindakan rencana dan datadata yang perlu
ditambahkan.
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim.
2.7.2 Syarat Postcoference
Manurung (2011) menjelaskan syarat pelaksanaan postconference yaitu:
1. Postconference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit.
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien, perencanaan tindakan rencana dan datadata yang perlu
ditambahkan.
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim.

2.8 Pedoman Pelaksanaan Pre dan Post Conference


2.8.1 Pedoman Pelaksanaan Preconference
Menurut Keliat et al. (2009) pedoman pelaksanaan preconference yaitu:
1. Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara dengan salam.
2. Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana harian
masing-masing perawat pelaksana.
3. Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan tindak
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan pada saat itu.
4. Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement
(penguatan).
5. Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara dengan ucapan
selamat bekerja.
2.8.2 Pedoman Pelaksanaan Postconference
Menurut Keliat et al. (2009) pedoman pelaksanaan postconference yaitu:
1. Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara dengan salam.
2. Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan hasil asuhan
masing-masing pasien.
3. Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan kendala dalam
asuhan yang telah diberikan.
4. Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan tindak lanjut asuhan
pasien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
5. Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara dengan salam.

2.9 Keuntungan Pelaksanaan Pre dan Post Conference


Asmuji (2011) menjelaskan keuntungan pelaksanaan pre dan postconference
yaitu:
1. Perawat dapat mengetahui rencana kegiatan harian pada shift dinas.
2. Perawat dapat mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan keperawatan dan merencanakan evaluasi hasil.
3. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan.
4. Perawat dapat berdiskusi tentang keadaan pasien.
5. Perawat dapat mengetahui hasil kegiatan sepanjang shift.
6. Perawat dapat mendiskusikan penyelesaian masalah, dan membahas
masalah yang dijumpai.

2.10 Faktor yang Mempengaruhi Kepberhasilan Pre dan Post Conference


Aditama (2008) menjelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan pre dan postconference yaitu:
1. Masa kerja dan pengalaman kerja dari perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pasien. Keliat (2013) menyatakan bahwa lama
kerja biasanya berkorelasi dengan pengalaman semakin bertambah.
2. Tingkat pendidikan dari perawat.
Nursalam (2013) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan sangat
berpengaruh dalam kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin tinggi pula pengetahuannya dan semakin tinggi tuntutan
kinerja dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit
3. Supervisi, menurut Keliat (2013) supervisi adalah proses pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan
tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah
ditetapkan.
4. Rekan kerja, yaitu rekan kerja memiliki kecakapan secara teknis dan
mudah untuk bekerjasama atau mendukung secara social.

2.11 Cara Mengukur Keberhasilan Pre dan Post Conference


Menurut Sitorus (2009) cara mengukur pelaksanaan pre dan postconference
dengan menggunakan standar operasional panduan dalam melakukan conference
adalah sebagai berikut:
2.11.1 Preconference
1. Persiapan
1) Masing-masing tim menyiapkan tempat pelaksanaan pre
conference.
2) Masing-masing ketua tim sudah menjadwalkan kegiatan pre
conference.
2. Pelaksanaan
1) Melakukan konferensi setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal pelaksana.
2) Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim.
Isi conference:
(1) Rencana tiap asuhan (rencana harian).
(2) Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab
tim.
3) Konferensi dihadiri oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
4) Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi pasien yang dilaporkan oleh
dinas malam.
5) Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi: Keluhan
pasien, TTV, kesadaran pasien, hasil pemeriksaan, laboratorium
atau diagnosis terbaru, masalah keperawatan, rencana
keperawatan hari ini, perubahan keadaan terapi medis, dan
rencana medis.
6) Ketua tim mendikusikan dan mengarahkan perawat pelaksana
tentang masalah yang terkait dengan perawatan pasien yang
meliputi:
(1) Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain,
kehadiran dokter yang dikonsulkan.
(2) Ketepatan pemberian infuse.
(3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
(4) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
(5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain.
(6) Ketepatan dokumentasi.
7) Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
8) Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran
dan kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
9) Membantu perawat pelaksana menyelesaikan masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
3. Penutup
1) Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara dengan
ucapan selamat bekerja.
2.11.2 Postconference
1. Persiapan
1) Masing-masing tim menyiapkan tempat pelaksanaan post
conference.
2) Masing-masing ketua tim sudah menjadwalkan kegiatan post
conference.
2. Pelaksanaan
1) Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh ketua tim.
2) Ketua tim menanyakan hasil dan hambatan dari pemberian asuhan
pada masing-masing pasien.
3) Ketua tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan dan perawat pelaksana menyampaikan hasil asuhan
pada kasus yang ditangani.
4) Ketua tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus di
operkan kepada perawat shift berikutnya.
5) Ketua tim memberikan reinforcement.
6) Ketua tim menutup acara dengan salam.
3. Dokumentasi
1) Ketua tim mendokumentasi hasil dari post conference.
2) Kepala ruangan menilai kemampuan ketua tim dalam melakukan
post conference.
4. Evaluasi
Kepala ruang mengisi format evaluasi post conference untuk ketua
tim.
2.12 Mekanisme Kerja Pre dan Post Conference
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksanan
Persiapan 1. Ruangan 5 menit Ners PP / PJ, PA
2. Staff station
.

Pelaksa- 1. Melakukan konfrensi setiap 10 menit Ners PP / PJ, PA


naan. hari segera setelah station
dilakukan pergantian dinas
pagi, sore dan malam sesuai
dengan jadwal pelaksana
2. Dipimpin oleh ketua tim
atau penanggung jawab tim
Isi konfrence:
Rencana tiap asuhan
(Rencana Harian)
Tambahan rencana dari
ketua tim atau penanggung
jawab tim.
3. Konfrensi dihadiri oleh
PP/Katim/PJ dan
PA/perawat pelaksana
dalam timnya masing –
masing
4. Menyampaikan
perkembangan dan masalah
pasien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan
kondisi pasien yang
dilaporkan dinas
sebelumnya
5. Perawat pelaksana
menyampaikan hal – hal
meliputi:
1) Keluhan pasien Pasien
2) TTV dan Kesadaran
pasien
3) Hasil pemeriksaan
laboratorium atau
diagnosis terbaru
4) Masalah keperawatan
5) Rencana keperawatan
hari ini
6) Perubahan keadaan
terapi medis
7) Rencana medis

6. Perawat primer/Katim/PJ
mendiskusikan dan
mengarahkan perawat
pelaksana tentang masalah
yang terkait dengan
perawatan pasien yang
meliputi:
1) Pasien yang terkait
dengan pelayanan
seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian
makanan, kebrisikan
pengunjung lain,
kehadran dokter yang
dikonsulkan.
2) Ketetapan pemberian
infus
3) Ketetapan pemantauan
asupan dan pengeluaran
cairan
4) Ketetapan pemberian
obat /injeksi
5) Ketetapan pelaksanaan
tindakan lain
6) Ketetapan dokumentasi
7. Mengingatkan kembali
standar prosedur yang
ditetapkan
8. Mengingatkan kembali
tentang kedisiplinan,
ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing – masing
perawat pelaksana
9. Membantu perawat
pelaksana menyelesaikan
masalah yang tidak dapat
diselesaikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai