Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknik pembedahan saraf sebagian besar berlangsung sejak yang


lalu. Selama beberapa dekade terakhir telah terjadi kemajuan-kemajuan dalam
klasifikasi tumor, teknik pembedahan mikro, modalitas diagnostik, perawatan
trauma dan teknologi. Prosedur pembedahan baru terus berkembang, lesi yang
dahulu dianggap tidak mungkin dioperasi sekarang dapat diterapi secara
pembedahan. (Barbara J.G, 2006). Salah satu pembedahan saraf yaitu pembedahan
kraniotomi.

Menurut kamus kesehatan oleh Ending Rahayu (2014), kraniotomi adalah operasi
membuka cranium (untuk mengangkat tumor dan lain sebagainya). Kraniotomi
adalah pembukaan tengkorak dengan membuat flap tulang dengan mengangkat
potongan sirkular tulang melalui trepanasi (Patrick Zwingly, 2015).

Menurut brunner & Suddart (2001) kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak


melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intracranial.
Kraniotomi dapat dilakukan untuk mendiagnosis atau mengangkat tumor,
melakukam drainase kelebihan cairan atau darah, mengobati abses, memperbaiki
anomaly kongenital, revaskularisasi jaringan, atau mengevakuasi dan memperbaiki
cedera (Barbara J.G, 2006). Jadi dapat disimpulkan kraniotomi adalah operasi yang
mencakup pembukaan tengkorak untuk menghilangkan tumor, evakuasi bekuan
darah dan mengontrol hemoragi.

Cedera kepala merupakan kedaruratan neurologi yang memiliki akibat yang


kompleks, karena kepala merupakan pusat kehidupan seseorang. Penyebab cedera
kepala terbanyak adalah kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%), dan cedera olah
raga (10%) (sri budhi R, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2002, kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab kematian urutan kesebelas di seluruh dunia, menelan korban
jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun. Kecelakaan lalu lintas dapat
mengakibatkan berbagai cedera. Cedera yang paling banyak terjadi pada saat
kecelakaan lalu lintas adalah cedera kepala. Menurut Mendelow (2008), kurang dari
0-5% dari semua pasien dengan cedera kepala membutuhkan kraniotomi untuk
hematoma intrakranial. Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab utama disabilitas dan mortalitas di negara berkembang. Keadaan ini
umumnya terjadi pada pengemudi motor tanpa helm atau memakai helm yang tidak
memenuhi standart (Wijayanti, 2012).

Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai


500.000 kasus dan dari jumlah tersebut 10% meninggal sebelum tiba di rumah sakit
serta yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan
(CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS) dan 10% sisanya adalah cedera
kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia
produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-
53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya
disebabkan tindak kekerasan (Irwana, 2009).

Angka kejadian cedera kepala yang dirawat di rumah sakit di Indonesia merupakan
penyebab kematian urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan
kelima (2,18%) pada 10 pola penyakit terbanyak yang dirawat di Indonesia (sri
budhi R, 2017).

Berdasarkan data riset di Riskesdas menyatakan…………

penyebab cedera kecelakaan transportasi di darat, proporsi tertinggi dialami oleh


golongan umur remaja dan produktif muda. Hal ini sedikit berbeda dengan data
internasional, yaitu pada golongan usia 15-44 th penyebab cedera yang fatal adalah
terutama disebabkan oleh kecelakaan transportasi di darat. Tetapi di Provinsi
Kalimantan Selatan golongan umur 45-54 th mempunyai proporsi cedera karena
kecelakaan transportasi di darat sedikit lebih besar dari pada golongan umur 35-44
tahun.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal …. Di Rumah
Sakit Ulin Banjarmasin didapatkan data dari rekam medik tahun …. Tercatat pasien
yang rawat inap yang mengalami cedera kepala ….. dan yang dilakukan
pembedahan kraniotomi sebanyak …. Orang.

Pada pasien post operasi kraniotomi membutuhkan perawatan yang lebih intensif
untuk mengurangi komplikasi akibat pembedahan. Pengaturan posisi merupakan
salah satu bentuk intervensi keperawatan yang tidak asing dan ditetapkan dalam
mencegah decubitus khususnya pada pasien-pasien yang imobilisasi (Syifa
Zakiyyah, 2014).

Imobilisasi atau tirah baring adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
Imobilisasi secara fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terjadi komplikasi pergerakan (Wawan Rismawan, 2014)

Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, diantaranya


pengapuran tulang atau patah tulang akan menghambat pergerakan, penyakit saraf,
adanya stroke, dan gangguan saraf tepi juga menimbulkan gangguan pergerakan
dan mengakibatkan imobilisasi, masa penyembuhan, pasien yang masih lemah
setelah menjalani operasi atau penyakit berat tertentu memerlukan bantuan untuk
berjalan atau banyak istirahat, tirah baring atau immobilisasi berkepanjangan dapat
membawa akibat-akibat yang merugikan bagi fisik maupun psikologis (Wawan
Rismawan, 2014).

Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan pemberian pendidikan kesehatan terhadap
kepatuhan pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi kraniotomi di RSUD Ulin
Banjarmasin tahun 2017.
1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pemberian pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan


pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi kraniotomi di RSUD Ulin Banjarmasin
tahun 2017?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pemberian pendidikan
kesehatan terhadap kepatuhan pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi
kraniotomi di RSUD Ulin Banjarmasin 2017.
Tujuan Khusus
1.3.1. Mengidentifikasi kepatuhan pelaksanaan mobilisasi sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan.
1.3.2. Mengidentifikasi kepatuhan pelaksanaan mobilisasi setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
1.3.3. Menganalisis hubungan pemberian pendidikan kesehatan terhadap
kepatuhan pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi kraniotomi di
RSUD Ulin Banjarmasin.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat kita gunakan sebagai bahan kajian
1.5.1. Teoritis
Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan sehubungan
dengan pemberian pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan
pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi kraniotomi.
1.5.2. Bagi peneliti
Penelitian ini mampu menambah informasi dan mengembangkan
pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam bidang praktik
keperawatan sehari-hari.
1.5.3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis.

1.5. Penelitian terkait


Penelitian yag pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah yang dilakukan oleh:
1.5.1. Penelitian oleh Wira Ditya, Asril Zahari, Afriwardi (2016)
Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka pada
Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Tujuan penelitian ini adalah menentukan
hubungan antara mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka
pada pasien pasca laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian ini adalah observasional
analitik dengan desain cross-sectional study yang dilakukan di
bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
bulan September 2014 hingga Oktober 2014. Populasi penelitian
adalah semua pasien yang dilakukan tindakan laparatomi di RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Subjek yang dipilih adalah pasien pasca
laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel
penelitian jumlah sampel 31 responden.
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa p = 0,003 ( nilai p yang dianggap
bermakna adalah < 0,05), yang artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka
pasca laparatomi. Artinya, orang yang melaksanakan mobilisasi dini,
proses penyembuhan lukanya akan lebih baik dibandingkan orang
yang tidak melaksanakan mobilisasi dini. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya ialah pada judul, variabel, tempat
penelitian dan tahun penelitiannya
1.5.2. Penelitian oleh Zainudin Nurkolis dan Moh Alimansur (2013)
Hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang mobilisasi dini
dengan pelaksanaan tindakan mobilisasi dini pada pasien post operasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan perawat tentang mobilisasi dini dengan pelaksanaan
tindakan mobilisasi dini pada pasien post operasi. Desain penelitian
ini menggunakan korelasi cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh perawat ruang dahlia rumah sakit HVA
Toeloengredjo Pare yang berjumlah 13 orang. Jumlah sampel yang
digunakan penelitian adalah sebanyak 13 responden.
Hasil penelitian Berdasarkan Uji Statistik Spearman’s Rank
Correlation didapatkan hasil dengan tingkat signifikan atau
probabilitas r = 0,032 (r < 0,05) maka Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan perawat tentang
mobilisasi dini dan pelaksanaan tindakan mobilisasi dini pada pasien
post operasi. Dengan koefisien korelasi 0,595 yang artinya terdapat
hubungan yang substansial yaitu hubungan yang mendasari pada
pengetahuan dan pelaksanaan tindakan. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya ialah pada judul, variabel, tempat
penelitian dan tahun penelitiannya
1.5.3. Penelitian oleh Wawan Rismawan (2014)
Hubungan tingkat pengetahuan keluarga klien tentang pencegahan
dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada pasien bedrest total di RS
Dr. Soekardjo Tasikmalaya Kota Tasikmalaya. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga klien
tentang pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada
pasien bedrest total di RS Dr. Soekardjo Tasikmalaya Kota
Tasikmalaya. Jenis penelitian yang sedang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analitik Asosiatif dengan desain penelitian
observatif, penelitian ini mengambil populasi pada pasien bedrest total
di RSUD Kota Tasikmalaya pada penyakit typoid, stroke, trauma
abdomen, hepatitis, diabetes mellitus, osteomelitis, gastrointestinal,
trauma tulang belakang, post operasi laparatomy dan post operasi
craniotomy dengan lama bedrest total selama lebih dari 3 hari. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 31 responden. Dari hasil uji statistic
terhadap penelitian dengan menggunakan chi square diperoleh bahwa
Pvalue sebesar (0,045) lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha
(α), yaitu 0,045 < 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan keluarga
klien tentang pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada
pasien bedrest total di RSUD Kota Tasikmalaya. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada judul, variabel, tempat
penelitian dan tahun penelitiannya
DAFTAR RUJUKAN

Gruendemann, Barbara J., (2006). Buku ajar keperawatan perioperative, vol.2


praktik. Jakarta: EGC.

Rianawati, Sri Budi. (2017). Buku Ajar Neurologi. Jakarta: CV. Sagung Seto

Rahayu, Endang. (2014). Kamus Kesehatan. Jakarta: Mahkota Kita

Smeltzer, Suzannae C. (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 vol.3.
Jakarta: EGC.

Jurnal (Gambaran Kualitas Hidup Pasien Cedera Kepala Pasca Operasi Periode
Januari 2012 - Desember 2013 Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado) oleh
Patrick Zwingly, Maximillian Ch. Oley, H. P. Limpeleh (Jurnal e-Clinic (eCl),
Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015).

Jurnal (Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan :


Cedera Kepala Post Kraniotomi Hari Ke-2 Di Ruang Sofa Rumah Sakit Pku
Muhammadiyah Surakarta) oleh Wijayanti, 2012

Jurnal (Hubungan tingkat pengetahuan keluarga klien tentang pencegahan


dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada pasien bedrest total di RS Dr.
Soekardjo Tasikmalaya Kota Tasikmalaya) oleh Wawan Rismawan, S.Kep., Ns.,
M.Sc. (Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1 Agustus 2014)

Jurnal (Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien
Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang)
oleh Wira Ditya, Asril Zahari, Afriwardi http://jurnal.fk.unand.ac.id vol 5 no. 3
tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai