Anda di halaman 1dari 7

PENGETAHUAN MOBILISASI PADA PASIEN PASCA OPERASI DI RUANG

GELATIK DAN RAJAWALI DI RSAU dr. M. SALAMUN

Tuti Herawati1, Dhea Aprilla Putri Kania2, Desi Sundari Utami3


1PoltekesTNI AU Ciumbuleuit Bandung, theherawati43@gmail.com
2PoltekesTNI AU Ciumbuleuit Bandung, aprilladhea45@gmail.com
3Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung, desisundariutami@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakit di rumah sakit se-Indonesia dengan
persentase 12,8% yang diperkirakan 32%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan mobilisasi pada pasien pasca operasi. Penelitian ini dilaksanakan di ruarng Gelatik dan
Rajawali RSAU dr. M. Salamun. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien pasca operasi di ruang
Gelatik dan Rajawali RSAU dr. M. Salamun dengan jumlah sempel 64 responden. Pengetahuan
(knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa
air dan apa alam. Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriftif kuantitatif. Pengumpulan data dilakuan
menggunakan kuisioner, dengan sampel accidental sampling Analisa data dimulai dengan
mengumpulkan data, uji validitas, penelitian, mengelompokan data, kemudian melakukan pengolahan
data. Hasil penelitian didapatkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang mobilisasi pada pasien pasca
operasi sebanyak (47%) sebagian lagi menunjukan cukup sebanyak (42%) dan baik hamya (11%). Saran
kepada RSAU dr. M. Salamun diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan
pada pasien pasca operasi dalam memberikan pengetahuan pada pasien pasca operasi tentang mobilisasi.
Kata kunci : pengetahuan, mobilisasi, pasca operasi

ABSTRACT

11 of the first 50 illnesses in hospitals throughout Indonesia with a percentage of 12.8% estimated at
32%. The purpose of this study was to study the description of mobilization knowledge in postoperative
patients. This research was conducted in the area of Wren and Rajawali RSAU Dr. M. Salamun. The
population of this study was all post-operative studies in the Gelatik and Rajawali rooms of RSAU dr.
M. Salamun with a total of 64 respondents. Knowledge (knowledge) is the result of knowing from
humans, which answers the question "what", for example what is water and what is nature. Mobilization
is the ability of individuals to move freely, easily and regularly. The research method used is quantitative
descriptive. Data collection was carried out using questionnaires, with samples of accidental sampling.
Data analysis begins with data collection, validity testing, research, grouping data, then processing
data. The results of the study were obtained from knowledge of mobilization in postoperative patients
(47%) while others showed adequate (42%) and good (11%). Suggestions for RSAU Dr. M. Salamun is
expected to improve the quality of care and nursing care in postoperative patients in providing
knowledge to postoperative patients about mobilization.
Key words: knowledge, mobilization, post-operation

PENDAHULUAN mencapai tujuan pembangunan kesehatan.


Masalah kesehatan terus berkembang Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan bisa saja dalam menangani suatu penyakit tidak
teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin begitu efisien, terutama dengan pasien post
memacu tenaga kesehatan untuk terus mening- operasi harus memerlukan penanganan yang
katkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya kompetent. Pada pasien post operasi laparatomi

Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung | 83


misalnya, seorang pasien memerlukan perawatan dengan laparatomi, selain itu kurangnya mobili-
yang maksimal demi mempercepat proses kesem- sasi dini pada pasien pasca operasi laparatomi
buhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan dapat menimbulkan adanya infeksi (Jitowiyono &
fisik pasien itu sendiri. Pengembalian fungsi fisik Kristiyanasari, 2010). Berdasarkan keputusan
pasien pasca-operasi laparatomi dilakukan segera Menteri kesehatan Republik Indonesia
setelah operasi dengan latihan napas dan batuk No.343/MANKES/SK/VII/2010 mengenai
efektf serta latihan mobilisasi dini. prosedur tetap rumah sakit tentang mobilisasi dini
Mobilisasi dini dimaksudkan sebagai upaya yang harus diterapkan di rumah sakit pada pasien
untuk mempercepat penyembuhan dari suatu pasca operasi dan pasien rawat inap. Tujuan
cedera atau penyakit tertentu yang telah merubah dilakukan prosedur tetap yaitu sebagai pedoman
cara hidup yang normal. Menurut Kasdu seperti dalam melakukan tindakan keperawatan dan
yang dikutip oleh Rustianawati et al (2013), untuk mencegah kecelakaan akibat tindakan
mobilisasi dini pasca laparatomi dapat dilakukan keperawatan yang tidak benar (Yuliza, 2008).
secara bertahap setelah operasi. Pada 6 jam Tindakan yang dapat dilakukan untuk
pertama pasien harus tirah baring dahulu, namun meningkatkan pengembalian fungsi tubuh dan
pasien dapat melakukan mobilisasi dini dengan mengurangi nyeri pada pasien apendiktomi,
menggerakkan lengan atau tangan, memutar pasien dianjurkan melakukan mobilisasi dini,
pergelangan kaki, mengangkat tumit, mene- yaitu latihan gerak sendi, gaya berjalan, dan
gangkan otot betis, serta menekuk dan menggeser toleransi aktivitas sesuai kemampuan. Ambulasi
kaki. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dini dapat dilakukan secara bertahap setelah
dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah operasi, pada 6 jam pertama pasien harus tirah
trombosis dan tromboemboli. Setelah 24 jam baring terlebih dahulu. Mobilisasi dini yang
pasien dianjurkan untuk dapat belajar duduk. dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan untuk menggerakkan ujung jari kaki, dan memutar
belajar berjalan. Beberapa tujuan dari mobilisasi pergelangan kaki. Setalah 6-10 jam pasien
antara lain: mempertahankan fungsi tubuh, mem- diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke
perlancar peredaran darah, membantu pernafasan kanan untuk mencegah thromboemboli, setelah 24
menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar
memperlancar eliminasi alvi dan urin, mengem- duduk setelah pasien dapat duduk, dianjurkan
balikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat untuk belajar berjalan. Hal tersebut dapat
kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan meningkatkan sirkulasi darah yang memicu
gerak harian. penurunan nyeri dan penyembuhan luka lebih
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses cepat, serta memulihkan fungsi tubuh tidak hanya
perawatan pasien pasca-operasi adalah faktor pada bagian yang mengalami cedera tapi pada
instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik seluruh anggota tubuh (Widianto, 2014).
meliputi umur, penyakit penyerta, status nutrisi, Berdasarkan data yang diperoleh dari World
oksigenasi dan perfusi jaringan serta merokok. Health Organization (WHO) dalam Sartika
Faktor ekstrinsik terdiri dari teknik operasi/ pem- (2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi
bedahan yang buruk, mobilisasi, pemenuhan mencapai angka peningkatan yang sangat signi-
nutrisi yang tidak adekuat, obat-obatan, manaje- fikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011
men luka yang tidak tepat dan infeksi (Potter & terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di
Perry, 2006). Prevalensi tindakan operasi di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data menga-
Amerika serikat tahun 2009 dari 27 juta orang lami peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Berdasar-
yang menjalani operasi setiap pelayanan kese- kan Data Tabulasi Nasional Departemen Kese-
hatan, pasien dengan infeksi pada daerah operasi hatan Republik Indonesia tahun 2009, tindakan
abdomen akan menjalani perawatan dua kali lebih bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama
lama di rumah sakit daripada yang tidak menga- penyakit di rumah sakit se-Indonesia dengan per-
lami infeksi. Kurangnya mobilisasi dini 2 dapat sentase 12,8% yang diperkirakan 32% diantara-
menimbulkan lamanya hari perawatan dari pasien nya merupakan tindakan bedah laparatomi

84 | Volume IV – No. 2, September 2018


(Hajidah & Haskas, 2014). Rajawali RSAU dr. M. Salamun”.
Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati
dalam Hajidah & Haskas (2014), menemukan KAJIAN LITERATUR
bahwa ada pengaruh mobilisasi dini dengan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu
pemulihan peristaltik usus pada klien pasca dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan
operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam
RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dan sebagainya. Tingkatan pengetahuan Menurut
dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobi- Notoatmodjo (2018) mengemukakan penge-
lisasi dini 2 jam pasca operasi lebih efektif dari tahuan yang di cakup dalam domain kognitif
pada mobilisasi 6 jam pasca operasi terhadap mempunyai 6 tingkat yaitu : Tahu, memahami,
pemulihan peristaltik usus pasien pasca operasi aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Cara mem-
dengan anastesi subarchnoid blok di RSI peroleh Pengetahuan Menurut (Notoatmodjo,
Jemursari Surabaya. Berdasarkan penelitian Hesti 2018) Cara Memperoleh Pengetahuan dari
Marlitasari (2010) tentang gambaran penatalak- berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
sanaan mobilisasi dini oleh perawat pada pasien memperolah kebenaran pengetahuan sepanjang
appendiktomi di Rumah Sakit PKU sejarah dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :
Muhammadiyah Gombong diperoleh data bahwa Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah dan cara
mobilisasi dapat mempercepat pemulihan pasca ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Faktor
bedah, mengurangi nyeri, dapat mencegah Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut
komplikasi pasca bedah, mempercepat perawatan (Notoatmodjo, 2018) ada beberapa Faktor-Faktor
di rumah sakit, dan dapat mengurangi strees psikis yang mempengaruhi Pengalaman, pendidikan,
pada pasien. Dalam penelitian ini didapatkan hasil informasi, sosial budaya, kriteria tingkat
pasien post operasi appendiktomi dengan berge- pengetahuan, usia.
rak maka akan mencegah kekuan otot, mengu- Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang
rangi nyeri, memperlancar peredaran darah, dan dilakukan pasien post pembedahan dimulai dari
akan mempercepat penyembuhan luka. latihan ringan di atas tempat tidur (latihan
Menurut data rekam medik RSAU dr. M. pernafasan, latihan batuk efektif dan
Salamun pasien yang melakukan operasi pada menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien
Pada tahun 2018 bulan Desember tercatat 80 bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar
orang yang telah melakukan pasca operasi dalam mandi dan berjalan keluar kamar (Ibrahim, 2013).
dua ruangan. Tujuan mobilisasi adalah mempertahankan fungsi
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu
dilakukan di RSAU dr. M Salamun di ruangan pernapasan menjadi lebih baik, mempertahankan
Gelatik dan Rajawali pada tanggal 22 Januari tonus otot, memperlancar eliminasi buang air
2019 dengan melakukan observasi dan wawan- besar (BAB) dan buang air kecil (BAK),
cara pada pasien pasca operasi mendapatkan data mengembalikan aktivitas tertentu sehingga
bahwa dari 7 pasien post operasi 1 pasien pasien dapat kembali normal memenuhi kebutu-
melakukan pergerakan atau mobilisasi sedangkan han manfaat yang dapat diperoleh dari dilaku-
6 pasien tidak melakukan pergerakan atau kannya mobilisasi dini pada klien, yaitu: Sistem
mobilisasi, hal ini disebabkan karena kurangnya respiratori, Sistem kardiovaskuler, system meta-
pemahaman pasien tentang mobilisasi ketika bolik, Menurunkan insiden komplikasi, Sistem
perawat telah menyampaikan bagaimana cara musculoskeletal.
mobilisasi pasca operasi dan disebabkan juga Macam-macam Mobiliasasi Hidayat (2006)
nyeri insisi yang mengakibatkan pasien takut membagi mobilisasi menjadi dua bagian yaitu:
terjadi sesuatu terhadap luka operasinya. Mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian. Tahap-
Berdasarkan latar belakang diatas maka tahap mobilisasi dini menurut Clark et al, (2013),
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian meliputi : Level 1 – level 5 Operasi merupakan
dengan judul “Gambaran Pengetahuan Mobilisasi tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh
Pada Pasien Pasca Oprasi di Ruangan Gelatik dan (Hannock, 1999 dikutip dari Rizka Rismalia,

Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung | 85


2009). Operasi (elektif atau kedaruratan) pada yang diteliti dan menilai kategorik. Data kemu-
umumnya merupakan peristiwa kompleks yang dian ditabulasi dengan skor kemudian dimasukan
menegangkan (Smeltzer, 2001). dalam master tabel yang sudah disiapkan. Teknik
analisa data yang diperoleh setelah data terklasi-
METODE fikasi maka data dianalisa secara analis
Desain dalam penelitian ini adalah deskritif univariate, yaitu penganalisaan terhadap variable
kuantitatif untuk mengetahui gambaran berdasarkan factor risiko tinggi kurang penge-
pengetahuan mobilisasi pada pasien pasca oprasi tahuan mobilisasi sehingga diperoleh distribusi
apendiksitis di ruang gelatik dan rajawali RSAU dan persentase pada masing-masing variabel.
dr. M. Salamun. Populasi dalam penelitian ini
adalah pasien yang telah melakukan operasi HASIL
sebanyak 80 orang pada tahun 2018 dari bulan 1. Tabel 1. Distribusi frekuensi Gambaran
Desember yang melakukan operasi dalam dua Pengetahuan Pada Pasien Pasca Operasi di
ruangan Gelatik dan Rajawali di RSAU dr. M Ruangan Gelatik dan Rajawai RSAU dr. M.
Salamun. Teknik dalam pengambilan sampel Salamun
pada penelitian ini adalah accidental sampling,
yaitu pengambilan sempel secara aksidental Kategori Frekuensi Persentase
(accidental) dengan mengambil kasus atau Baik 7 11%
responden yang kebetulan ada atau tersedia Cukup 27 42%
disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian Kurang 30 47%
(Notoadmodjo, 2018). Sampel dalam penelitian Jumlah 64 100%
ini sebanyak 64 responden pasca operasi di ruang
gelatik dan rajawali di RSAU dr. M. Salamun. Pada tabel 1 diketahui mengenai mobilisasi
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pada pasien pasca operasi di ruang gelatik dan
menggunakan data primer. Peneliti memberikan rajawali RSAU dr. M. Salamun, dengan kategori
penjelasan kepada responden tentang kuesioner, terbesar kategori kurang sebanyak 30 responden
cara pengisian dan tujuan peneliti. Lalu kuesioner (47%).
dibagikan dan diisi oleh responden. Peneliti
menggunakan metode ini untuk mencari data yang 2. Tabel 2. Distribusi frekuensi Gambaran
menggambarkan pengetahuan mobilisasi pada Pengetahuan Pengertian Pada Pasien Pasca
pasien pasca operasi di RSAU dr. M. Salamun. Operasi di Ruangan Gelatik dan Rajawai
Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan RSAU dr. M. Salamun
dengan tahap sebagai berikut : Studi pendahuluan
yaitu menanyai beberapa Mulai mematangkan Kategori Frekuensi Persentase
proposal dengan Proses pengolahan data yang Baik 26 41%
dilakukan penelitian adalah sebagai berikut : Cukup 34 53%
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali Kurang 4 6%
kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Jumlah 64 100%
Editting dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data atau setelah data terkumpul. Menyusun bab I Pada tabel 2 diketahui mengenai gambaran
– bab III Setelah penyusunan proposal disidang- Gambaran pengertian mobilisasi pada pasien
kan dan disetujui, maka peneliti mengajukan pasca operasi di ruang gelatik dan rajawali RSAU
permohonan surat izin penelitian di RSAU dr. M. dr. M. Salamun, diperoleh kategori terbesar
Salamun, Data yang telah diberi kode dimasukkan kategori cukup sebanyak 34 responden (53%).
ke dalam komputer dan program yang digunakan
adalah SPSS, Pengecekan kembali data yang 3. Tabel 3. Distribusi frekuensi Gambaran
sudah dimasukkan, dilakukan bila terdapat Pengetahuan Tujuan Pada Pasien Pasca
kesalahan ketika data sudah dimasukkan yaitu Operasi di Ruangan Gelatik dan Rajawai
dengan melihat distribusi frekuensi dan variable RSAU dr. M. Salamun

86 | Volume IV – No. 2, September 2018


Kategori Frekuensi Persentase maka dalam pembahasan ini akan dibahas sebagai
Baik 8 12% berikut:
Cukup 0 0%
Kurang 56 83% 1. Gambaran Pengetahuan Mobilisasi Pada
Jumlah 64 100% Pasien Pasca Operasi di ruang Gelatik dan
Rajawali RSAU dr. M. Salamun
Pada tabel 3 diketahui mengenai gambaran Secara umum, didapatkan hasil penelitian
Gambaran tujuan mobilisasi pada pasien pasca mengenai pengetahuan pasien pasca operasi di
operasi di ruang gelatik dan rajawali RSAU dr. M. ruang gelatik dan merak RSAU dr. M Salamun
Salamun, diperoleh kategori terbesar kategori paling tinggi berada pada kategri kurang yaitu 30
kurang sebanyak 56 responden (83%) responden (47%) dari 64 responden. Hal tersebut
secara teori disebabkan oleh tiga factor yaitu
4. Tabel 4. Distribusi frekuensi Gambaran pengalaman, usia, dan sumber informasi
Pengetahuan Manfaat Pada Pasien Pasca (Budiman dan Riyanto, (2013) yang mempenga-
Operasi di Ruangan Gelatik dan Rajawai ruhi pengetahuan responden. Pengelaman
RSAU dr. M. Salamun seseorang tentang suatu permasalahan akan
membuat orang tersebut mengetahui bagaimana
Kategori Frekuensi Persentase cara menyelesaikan permasalahan dari penga-
Baik 6 9% laman sebelumnya yang telah dialami sehingga
Cukup 10 16% pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai
Kurang 48 75%
pengetahuan apabila mendapatkan masalah yang
Jumlah 64 100%
sama (Budiman dan Riyanto, 2013). Hal tersebut
sesuai dengan fakta dilapangan bahwa penge-
Pada tabel 4. diketahui mengenai gambaran tahuan mobilisasi pada pasien pasca operasi masih
Gambaran manfaat mobilisasi pada pasien pasca sedikit hasilnya sehingga ketika ditanya,
operasi di ruang gelatik dan rajawali RSAU dr. M. responden banyak yang salah menjawab. Adapun
Salamun, diperoleh kategori terbesar kategori factor lainnya adalah kurangnya sumber informasi
kurang sebanyak 48 responden (75%) yang diterima oleh responden mengenai
mobilisasi pasca operasi. Hal ini sesuai dengan
5. Tabel 5. Distribusi frekuensi Gambaran penelitian banyak responden yang belum pernah
Pengetahuan Macam-macam Pada Pasien mencari informasi tentang mobilisasi pasca
Pasca Operasi di Ruangan Gelatik dan operasi walaupun informasi mudah didapatkan
Rajawali RSAU dr. M. Salamun karena kecanggihan teknologi. Semakin berkem-
bangnya teknologi menyediakan bermacam-
Kategori Frekuensi Persentase macam media massa sehingga dapat jika sering
Baik 16 25% mendapatkan informasi tentang suatu pembe-
Cukup 18 28% lajaran maka akan menambah pengetahuan dan
Kurang 30 47% wawasan (Budiman dan Riyanto, 2013).
Jumlah 64 100%
2. Gambaran Pengetahuan Pengertian
Pada tabel 5. diketahui mengenai gambaran Mobilisasi Pada Pasien Pasca Operasi
Gambaran macam-macam mobilisasi pada pasien Berdasarkan hasil penelitian mengenai
pasca operasi di ruang gelatik dan rajawali RSAU pengertian mobilisasi pada pasien pasca operasi
dr. M. Salamun, diperoleh kategori terbesar paling tinggi berada pada kategori cukup 34
kategori kurang sebanyak 30 responden (47%). responden (53%) dari 64 responden. Hal ini
dikatakan cukup karna saat mewawancarai pasien
PEMBAHASAN dilapangan, pasien diberi penjelasan tentang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap mobilisasi terlebih dahulu sehingga rata-rata
pengetahuan mobilisasi pada pasien pasca operasi dapat menjawab pertanyaan tentang pengertian.

Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung | 87


Hal ini disebabkan oleh factor yang mempe- pasien dilapangan, pasien kurang mengetahui apa
ngaruhi pengetahuan yaitu tingkat pendidikan. yang dimaksud dengan mobilisasi pasca operasi.
Menurut Budiman dan Riyanto (2013), Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
pendidikan adalah proses perubahan sikap dan responden yaitu usia, sumber informasi,
perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan pengalaman individu dan pengalaman orang lain.
usaha mendewasakan manusia melalui upaya Usia pasien pasca operasi rata-rata >50 tahun
pengajaran dan pelatihan. (48%), sesuai teori yang dikemukakan oleh
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 31 Notoatmodjo (2014) bahwa usia seseorang yang
yang berpendidkan terakhir SMP (48%) dari 64 bertambah dapat membuat perubahan pada aspek
responden belum mengetahui dan mendapatkan fisik psikologis, dan kejiwaan. Dalam aspek
pengetahuan tentang mobilisasi pasca operasi. psikologi taraf berfikir seseorang semakin matang
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka dan dewasa.semakin bertambahnya usia maka
semakin cepat menerima dan memahami suatu akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011). diperoleh juga akan semakin membaik dan
bertambah (Budiman dan Riyanto, 2013).
3. Gambaran pengetahuan tujuan mobilisasi 5. Gambaran Pengetahuan Macam-macam
pada pasien pasca operasi Mobilisasi Pada Pasien Pasca Operasi di ruang
Beradasarkan hasil penelitian mengenai Gelatik dan Rajawali di RSAU dr. M. Salamun
tujuan mobilisasi pada pasien pasca operasi paling Beradasarkan hasil penelitian mengenai sub
tinggi berada pada ketegori kurang 70 responden variable tentang macam-macam mobilisasi pada
(87%) dari 80 responden. Hal ini dikatakan pasien pasca operasi paling tinggi berada pada
kurang karna saat mewawancarai pasien di ketegori kurang 30 responden (47%) dari 64
lapangan, pasien belum pernah melakukan responden. Hal ini dikatakan kurang karena saat
tindakan operasi sebelumnya. Adapun factor yang mewawancarai pasien dilapangan, pasien belum
mempengaruhi berdasarkan pengalaman. pernah mengetahui macam-macam mobilisasi
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 37 yang pasca operasi. Hal ini disebabkan oleh factor yang
belum pernah menjalani operasi (58%) dari 64 mempengaruhi pengetahuan yaitu tingkat
responden belum mengetahui dan mendapatkan pendidikan. Menurut Budiman dan Riyanto
pengetahuan tentang tujuan melakukan mobilisasi (2013), pendidikan adalah proses perubahan sikap
pasca operasi responden yang belum pernah dan perilaku seseorang atau kelompok dan
melakukan mobilisasi pasca operasi secara merupakan usaha mendewasakan manusia mela-
langsung, hal ini sejalan dengan teori yang lui upaya pengajaran dan pelatihan. Berdasarkan
dikemukakan Notoatmodjo (2014) bahwa hasil penelitian sebanyak 31 yang berpendidkan
pengalaman seseorang sangat mempengaruhi terakhir SMP (48%) dari 64 responden belum
pengetahuan, semakin banyak pengalaman mengetahui dan mendapatkan pengetahuan
seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin tentang mobilisasi pasca operasi. Semakin tinggi
bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal pendidikan seseorang maka semakin cepat
tersebut. menerima dan memahami suatu informasi
sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin
4. Gambaran Pengetahuan Manfaat tinggi (Sriningsih, 2011).
Mobilisasi Pada Pasien Pasca Operasi di
ruang Gelatik dan Rajawali di RSAU dr. M. 6. Gambaran pengetahuan tahap-tahap
Salamun mobilisasi pada pasien pasca operasi di
Beradasarkan hasil penelitian mengenai ruang gelatik dan rajawali di RSAU dr. M.
manfaat mobilisasi pada pasien pasca operasi Salamun
paling tinggi berada pada ketegori kurang 48 Beradasarkan hasil penelitian mengenai sub
responden (75%) dari 64 responden. Hal ini variable tentang tahap-tahap mobilisasi pada
dikatakan kurang karna saat mewawancarai pasien pasca operasi paling tinggi berada pada

88 | Volume IV – No. 2, September 2018


ketegori kurang 29 responden (46%) dari 64 (doctoral dissertation, universitas negeri gorontalo).
Indri, U. V., Karim, D., & Elita, V. (2014). Hubungan Antara
responden. Hal ini dikatakan kurang karna saat
Nyeri, Kecemasan Dan Lingkungan Dengan Kualitas
mewawancarai pasien dilapangan, pasien belum Tidur Pada Pasien Post Operasi Apendisitis. Jurnal
pernah mengetahui tiahap-tahap mobilisasi pasca Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
operasi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh Universitas Riau, 1(2), 1-8.
faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu Iswati, N. (2010). Gambaran Penatalaksanaan Mobilisasi
Dini Oleh Perawat Pada Pasien Post Appendiktomy Di
latar belakang pendidikan, dengan rata-rata 31
RS PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah
responden berpendidikan SMP (48%). Seperti Kesehatan Keperawatan, 6(2).
teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2014) Jakarta: Salemba Medika. 2012 Muflih, M. (2017).Validitas
pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin Dan Reabilitas Instrument Tipe Multiple Choice Dengan
tinggi pendidikan makin mudah orang tersebut Skala Guttman Tentang Pengetahuan Dan Sikap Siswa
Terhadap Uks. Medika Respati
menerima informasi. Pendidikan tinggi maka Notoatmodjo, S. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
seseorang cenderung untuk mendapatkan infor- Rineka Cipta. Nursalam.
masi, baik dari orang lain maupun dari media Notoatmodjo, S. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta :
massa. Rineka Cipta. 2014
Pristahayuningtyas, C. Y. (2015). Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi
DAFTAR PUSTAKA Apendektomi Di Ruang Bedah Mawar Rumah Sakit
Anggraini, M., & Widaryati, W. (2013). Pengaruh Baladhika Husada Kabupaten Jember.
Mobilisasi Dini terhadap Keberhasilan Penyembuhan Rachmadi, A. S., Maryatun, M., & Fatmawati, S. (2017).
Luka pada Pasien Pasca Operasi di RS PKU Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat
Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2013 (Doctoral Kecemasan Dalam Pelaksanaan Mobilisasi Dini Post
dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta). Operasi Di RSUD Karanganyar (Doctoral dissertation,
Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner STIKES Aisyiyah Surakarta).
Pengetahuan Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Riyanto, Agus 2011. Aplikasi metedologi penelitian
Jakarta : Salemba Medika pp 66-69. kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika
Doli, J. Metodelogi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Smeltzer, S.,C.2013. Keperawatan Medical Bedah Brunner
Pustakabarupress. 2016 & Suddarth Edisi 12. Jakarta : EGC
Fatkan, M., Yusuf, A., & Herisanti, W. (2018). Pengaruh Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kombinasi Mobilisasi Dini dan Relaksasi Spiritual R&D. Bandung :
Terhadap Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Wonogiri, M. S., & Husada, S. K. Faktor-Faktor Yang
Apendektomi (Di Rumah Sakit Islam Surabaya). Jurnal Berhubungan Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Pada Pasien Post Appendiktomi Di Bangsal Anggrek
4(2), 117-124. Health. 42(1), 1-8. 2013 RSUD Dr. Soediran.
Ibrahim, m. n. i. (2014). Gambaran Pengetahuan Pasien Zahedi, F, Sarjani, M, Aala, M, Peymani, M, Aramush, K,
Tentang Mobilisasi Post Operasi Apendisitis Di Ruang Parsapour, A, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi
Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Penelitian Ilmu Keperawatan. Alfabeta. 2016

Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung | 89

Anda mungkin juga menyukai