Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN


PASIEN DALAM MELAKSANAKAN MOBILISASI DINI POST OPERASI
APPENDIKTOMI

Prawito1), Miftahus Shomad2)


Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang, Email :
prawito.ns@gmail.com
Alamat Korespondensi : Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Husada Jombang, Jl. Veteran Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article History : Pada umumnya, pasien post appendiktomi lebih cenderung


Received: Juny, 21st, 2019 berbaring di tempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa
Revised form: July-August, 2019 cemas untuk bergerak. Kurangnya pemahaman pasien mengenai
Accepted: August, 20th, 2019 mobilisasi dini juga menyebabkan pasien enggan untuk
Published: August, 31st, 2019 melakukan pergerakan post operasi. Faktor yang menghambat
pasien untuk melakukan mobilisasi dini disebabkan oleh
Kata Kunci : kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi tertentu setelah
Pengetahuan, Kecemasan, operasi akan mempengaruhi luka operasi yang belum sembuh
Mobilisasi Dini, Post Operasi dan robekan di tempat luka. Metode penelitian yang digunakan
Apendiktomi adalah penelitian cross sectional. Sampel pada pemelitian ini
adalah pasien post appendiktomi di ruang melati. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling. Kuesioner pengetahuan menggunakan
closed ended question dengan pilihan jawaban multiple choice.
Kuesioner kecemasan dengan menggunaan DASS 42. Analisa
data menggunakan spearmen rank. Hasil penelitian didapatkan
sebagian besar pasien memiliki tingkat pengetahuan yang baik
dlam melaksanakan mobilisasi dini sebanyak 15 responden
(48%) dan sebagian besar memiliki tingkat kecemasan ringan
sebanyak 15 responden (48%). Hasil uji spearmen didapatkan
bahwa nilai r adalah -.919 (p<0.001) dengan hasil iji spearmen
tersebut dapat diketahui bahwa Ho ditolah dan H1 diterima yang
artinya bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tingkat kecemasan pasien dalam pelaksanaan mobilisasi dini
post appendiktomi di ruang Melati Rumah Sakit Delta Surya
Sidoarjo

@2019 Jurnal Keperawatan dan kebidanan


Penerbit : LPPM Dian Husada Mojokerto

Halaman | 83
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

PENDAHULUAN khawatir melakukan pergerakan dengan alasan


Appendiktomi merupakan suatu intervensi nyeri luka bekas operasi dan masih terpasang
bedah yang bertujuan untuk melakukan selang kateter dan drain.
pengangkatan bagian tubuh yang mengalami Proses keperawatan pada pasien post operasi
masalah atau mempunyai penyakit (Muttaqin& diarahkan untuk menstabilkan batas normal
Sari, 2009). Pasien post appendiktomi memerlukan (equilibrium) fisiologi pasien, menghilangkan
perawatan yang maksimal untuk mempercepat nyeri dan pencegahan komplikasi (Ajidah, 2014).
pengembalian fungsi tubuh. Pada umumnya, Pasien post appendiktomi memerlukan perawatan
pasien post appendiktomi lebih cenderung yang maksimal untuk mempercepat pengembalian
berbaring ditempat tidur karena pasien masih fungsi tubuh dan mengurangi nyeri, hal ini
mempunyai rasa cemas untuk bergerak. Disamping dilakukan segera setelah operasi dengan latihan
itu, kurangnya pemahaman pasien mengenai mobilisasi dini (Rustianawati, 2013). Menurut
mobilisasi dini juga menyebabkan pasien enggan Long (1996) mobilisasi dini dapat berpengaruh
untuk melakukan pergerakan post operasi. Masalah terhadap sistem perkemihan (buang air kecil dapat
yang ditimbulkan jika pasien post operasi tidak lebih cepat hingga akan mencegah retensi urin,
melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti: pada sistem pencernaan akan meningkatkan
pasien tidak segera flatus, tidak dapat BAK (retensi peristaltik usus sehingga akan mempermudah
urine) , perut kaku (distended abdomen) dan terjadi terjadinya flatus, mencegah terjadinya distensi
kekakuan otot (Smeltzer, 2010). abdomen, mencegah konstipasi, dan mencegah
Di Amerika Serikat, sekitar 250.000 orang ilieus paralitik, akan mempercepat proses
telah menjalani operasi apendiktomi setiap penyembuhan luka, mengurangi rasa nyeri akibat
tahunnya. Penyakit ini juga menjadi penyebab ketegangan otot yaitu dengan sirkulasi darah pada
paling umum dilakukannya bedah abdomen darurat daerah tersebut menjadi lancar, peningkatan
di Amerika Serikat. Tercatat di tahun 2011 terdapat kesadaran mental melalui peningkatan oksigen ke
140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, otak. Secara psikologis mobilisasi akan
sedangkan pada tahun 2012 data mengalami memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia
peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Tindakan mulai sembuh. Pasien yang membatasi
operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali
juta jiwa (WHO dalam Sartika, 2013). Berdasarkan tidak melakukan mobilisasi menyebabkan
Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan kontraktur, kehilangan daya tahan, penurunan
Republik Indonesia tahun 2009, tindakan bedah masa otot, dan penurunan aktifitas (Wahyuningsih,
menempati ururan ke-11 dari 50 pertama 2005 ). Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa
penanganan pola penyakit di rumah sakit se- pengetahuan merupakan domain kognitif yang
Indonesia yang diperkirakan 32% diantaranya sangat penting untuk mengubah sikap seseorang.
merupakan tindakan bedah laparatomi (DEPKES Pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai
RI, 2009). Laporan Depkes RI (2007) menyatakan mobilisasi dini dan cara-cara mobilisasi dini yang
kasus operasi laparatomi meningkat dari 162 pada tepat dapat mencegah resiko timbulnya komplikasi
tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 yang dapat terjadi setelah operasi (Nainggolan,
dan 1.281 kasus pada tahun 2007. Di Rumah Sakit 2013). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek
Delta surya jumlah operasi appendiktomi pada yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal
tahun 2017 sebanyak 147 kasus, sedangkan di itu essensial untuk mempertahankan kemandirian
ruang melati Rumah Sakit Delta Surya di dapatkan (Carpenito, 2000). Mobilisasi dini merupakan
data pada tahun 2017 terdapat 78 pasien operasi suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
appendiktomi. Berdasarkan studi pendahuluan di mungkin dengan cara membimbing pasien untuk
dapatkan data pada bulan februari 2018 terdapat 9 mempertahankan fungsi fisiologis.
pasien post operasi appendiktomi. Dari hasil Berdasarkan fenomena tersebut, maka
tersebut didapatkan sebanyak 6 pasien memiliki peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “
pengetahuan yang kurang tentang pelaksanaan Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat
mobilisasi dengan tingkat kecemasan berat, kecemasan pasien dalam melaksanakan mobilisasi
sebanyak 2 pasien memiliki tingkat pengetahuan dini post operasi appendiktomi”.
yang cukup dengan tingkat kecemasan yang
sedang dan sebanyak 1 pasien yang memiliki METODE PENELITIAN
pengetahuan yang baik dengan tingkat kecemasan Metode penelititian yang digunakan adalah
yang ringan. Hal ini disebabkan karena kurangnya penelitian cross sectional. Populasi dalam
informasi yang didapat pasien sehingga 1 hari penelitian ini adalah semua pasien post operasi
setelah operasi appendiktomi mengatakan masih appendiktomi di Ruang Melati Rumah Sakit Delta
berbaring ditempat tidur, masih belum bisa kentut, Surya Sidoarjo sebanyak 31 responden. Metode

84 | Halaman
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
menggunakan metode accidental sampling yaitu Kelamin
suatu metode pengambilan sampel yang dilakukan Diagram 2 Karakteristik Responden
berdasarkan kebetulan (Sugiyono, 2008) dalam hal berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Melati
ini pasien post operasi appendiktomi di ruang Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo
melati Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo pada
bulan april-juli 2018. Variabel independen pada
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pasien
dalam melaksanakan mobilisasi dini post operasi
appendiktomi. riabel dependen pada penelitian ini
adalah tingkat kecemasan pasien dalam
melaksanakan mobilisasi dini post operasi
appendiktomi.
Kuesioner pengetahuan menggunakan
closed ended question dengan pilihan jawaban
multiple choice yaitu memilih salah satu jawaban
yang dianggap benar (Nursalam, 2016). Apabila
jawaban salah dinilai (0) sedangkan jawaban
benar dinilai (1). Tingkatan kecemasan ini diukur Berdasarkan diagram 2 di atas diketahui
dengan menggunakan DepressionAnxiety Stress bahwa jumlah responden berdasarkan jenis
Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond kelamin didapatkan sebagian besar responden
(1995). DASS adalah seperangkat skala subyektif berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18
yang dibentuk untukmengukur status emosional responden (58%) dan sebagian kecil sebanyak
negatif dari depresi, kecemasan dan stress. Uji 13 responden (42%) berjenis kelamin
bivariate dilakukan melalui pengujian stasistik perempuan.
dengan analisis korelasi rank spearman, hal ini 3. Karakteristik Responden Berdasarkan
dikarenakan data berskala ordinal sehingga analisis Pendidikan
yang sesuai menurut Dahlan (2011) adalah analisis Diagram 3 Karakteristik Responden
Spearman rank. berdasarkan Pendidikan di Ruang Melati
Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo
HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Diagram 1 Karakteristik Responden
berdasarkan Usia di Ruang Melati Rumah
Sakit Delta Surya Sidoarjo

Berdasarkan diagram 3 di atas


diketahui bahwa jumlah responden
berdasarkan pendidikan didapatkan
sebagian besar responden berpendidikan
SMA yaitu sebanyak 12 responden (42%)
Berdasarkan diagram 1 di atas diketahui dan sebagian kecil berpendidikan SD
bahwa jumlah responden berdasarkan usia sebanyak 1 responden (3%).
didapatkan sebagian besar berusia 30-40 tahun
sebanyak 16 pasien responden (52%) dan
sebagian kecil berusia 51-60 tahun sebanyak 2
responden (6%).

Halaman | 85
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

4. Karakteristik Responden Berdasarkan 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber


Pekerjaan Informasi
Diagram 4 Karakteristik Responden Diagram 6 Karakteristik Responden
berdasarkan pekerjaan di Ruang Melati Rumah berdasarkan Sumber Informasi di Ruang
Sakit Delta Surya Sidoarjo Melati Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo

Pekerjaan
TIDAK
BEKERJA
SWASTA 10% 6%

PNS
84%

Berdasarkan diagram 4 di atas diketahui


bahwa jumlah responden berdasarkan pekerjaan Berdasarkan diagram 6 diketahui bahwa
adalah sebagian besar bekerja di swasta jumlah responden berdasarkan sumber
sebanyak 26 responden (84%) dan sebagian informasi didapatkan hampir seluruh responden
kecil responden tidak bekerja sebanyak 2 mendapatkan informasi dari media elektronik
responden (6%). sebanyak 28 responden (90%) dan hanya 2
5. Karakteristik Responden Berdasarkan responden (6 %) yang mendapatkan sumber
Pernah/Tidak Pernah Mendapatkan Informasi informasi dari penyuluhan.
Diagram 5 Karakteristik Responden 7. Tabulasi Silang antara Usia dengan Tingkat
berdasarkan Pernah / Tidak Pernah Pengetahuan
Mendapatkan Informasi di Ruang Melati Tabel 1 Tabulasi silang distribusi dan frekuensi
Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo karakteristik responden berdasarkan usia
terhadap tingkat pengetahuan di Ruang Melati
Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo
Umur
responden
Baik Cukup Kurang Total
30-40 tahun 15 1 0 16
48% 3% 0% 52%
41-50 tahun 0 12 1 13
0% 38% 3% 42%
51-60 tahun 0 1 1 2
0% 3% 3% 6%
Jumlah 15 14 2 31
Berdasarkan diagram 5 di atas diketahui
48% 44% 6% 100%
bahwa jumlah responden berdasarkan
mendapatkan informasi didapatkan hampir Berdasarkan data pada tabel 1 di atas
seluruh responden pernah mendapatkan menunjukkan bahwa responden sebagian besar
informasi sebanyak 30 responden (97%) dan berusia 30-40 tahun sebanyak 16 responden
hanya 1 responden (3%) yang tidak pernah (52%) dengan tingkat pengetahuan yang baik
mendapatkan informasi. sebanyak 15 responden (48%), sedangkan
sebagian kecil responden yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup adalah pada usia 30-40
tahun dan usia 51-60 tahun yang masing-
masing sebanyak 1 responden (3%). Selain itu,
adapula yang memiliki tingkat pengetahuan
kurang pada usia 41-50 tahun dan usia 51-60
tahun yang masing-masing sebanyak 1
responden (3%).

86 | Halaman
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

PEMBAHASAN tenyata lebih mudah mengalami gangguan akibat


Berdasarkan analisa data penelitian kecemasan dari pada seeorang yang lebih tua
menunjukkan bahwa responden sebagian besar usianya.
berusia 30-40 tahun sebanyak 16 responden (52%) Menurut Videbeck, (2008) Gangguan
dengan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 15 kecemasan tingkat berat dan sangat berat lebih
responden (48%), sedangkan sebagian kecil sering dialami wanita dari pada pria. Dampak
responden yang memiliki tingkat pengetahuan negatif dari kecemasan merupakan rasa khawatir
cukup adalah pada usia 30-40 tahun dan usia 51-60 yang berlebihan tentang masalah yang nyata
tahun yang masing-masing sebanyak 1 responden maupun potensial. Keadaan cemas akan membuat
(3%). Selain itu, adapula yang memiliki tingkat individu menghabiskan tenaganya, menimbulkan
pengetahuan kurang pada usia 41-50 tahun dan rasa gelisah, dan menghambat individu melakukan
usia 51-60 tahun yang masing-masing sebanyak 1 fungsinya. Menurut Stuart (2007) salah satu fakor
responden (3%). presipitasi yang mempengaruhi kecemasan adalah
Menurut Notoatmojo (2010) bahwa usia pendidikan. Tingkat pendidikan individu
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
seseorang sehingga semakin bertambah usia, maka Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola semakin mudah berpikir rasional dan menangkap
pikir seseorang. Dengan bertambahnya usia informasi baru. Kemampuan analisis akan
seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik mempermudah individu dalam menguraikan
dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis masalah baru. Menurut Suryani (2007) Tingkat
atau mental, taraf berfikir seseorang semakin pekerjaan dan pendidikan merupakan jenjang
matang dan dewasa. Tetapi setelah melewati usia dalam penyelesaian proses pembelajaran secara
40-60 tahun maka daya tangkap dan pola pikir formal, makin tinggi tingkat pekerjaan seseorang
seseorang akan menurun. Berdasarkan hasil diharapkan pengetahuan dan perilakunya juga
penelitian tersebut, peneliti berpendapat bahwa semakin baik, karena dengan pekerjaan dan
jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat pedidikan yang tinggi, maka informasi dan
pengetahuan seseorang. Jenis kelamin laki-laki dan pengetahuan yang diperoleh juga semakin banyak,
perempuan memiliki kedududkan yang sama tanpa sehingga perubahan perilaku kearah yang baik
ada perbedaan bahwa jenis kelamin laki-laki diharapkan dapat terjadi.
memiliki intelektual yang lebih baik daripada Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti
perempuan, begitu pula sebaliknya, sehingga jenis berpendapat bahwa responden yang pernah
kelamin hanya dijadikan sebagai data karakteristik mendapatkan informasi tentang pelaksanaan
responden. Menurut Notoatmojo (2010), tingkat mobilisasi dini post operasi appendiktomi memiliki
pendidikan dapat menentukan kemampuan wawasan yang lebih baik sehingga kemampuan
seseorang dalam memahami dan menyerap pemahaman dalam merespon lebih adaptif
pengetahuan yang telah diperoleh. Pada umumnya Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
pendidikan mempengaruhi suatu proses atau informasi merupakan fungsi penting untuk
pembelajaran. Semakin tinggi tingkat pendidikan membantu mengurangi rasa cemas. Pengetahuan
seseorang, maka semakin baik pula tingkat adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri melakukan pengindraan terhadap subyek tertentu.
dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki,
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan seseorang akan mengetahui mekanisme yang akan
pendidikan,dimana diharapkan bahwa dengan digunakan untuk mengatasi kecemasannya.
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan Informasi dapat di peroleh dari berbagai media
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi, baik cetak maupun elektronik sebagai informasi
perlu ditekankan bukan seseorang yang yang dapat diterima masyarakat sehingga
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan seseorang yang lebih sering terpapar media dapat
rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu menambah tingkat pengetahuan. Menurut Azwar
objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif (2007), dalam penyampaian informasi sebagai
dan negatif. Kedua aspek ini yang akan tugas pokoknya, media massa membawa pesan –
menentukan sikap seseorang semakin banyak pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
aspek positif dan objek yang diketahui,maka akan opini seseorang. Pesan – pesan sugestif yang
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat
tertentu (Dewi & Wawan, 2010). akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.
Menurut Stuart (2007), salah satu fakor Setelah dilakukan uji spearmen didapatkan
presipitasi yang mempengaruhi kecemasan adalah bahwa nilai r adalah -.919 (p < 0.001) dengan hasil
usia. Seseorang yang mempunyai usia lebih muda uji spearmen tersebut dapat diketahui bahwa Ho

Halaman | 87
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

ditolak dan H1 diterima yang artinya bahwa ada (3%). Selain itu, adapula yang memiliki tingkat
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengetahuan kurang pada usia 41-50 tahun dan
tingkat kecemasan pasien dalam pelaksanaan usia 51-60 tahun yang masing-masing sebanyak 1
mobilisasi dini post operasi appendiktomi di responden (3%).
Ruang Melati Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo
dengan tingkat pengetahuan berbanding terbalik DAFTAR PUSTAKA
dengan tingkat kecemasan, dimana dengan tingkat
penetahuan yang baik maka memiliki tingkat Anderson, L.W, 2014, Anatomi Saluran
kecemasan yang ringan sedangkan dengan tingkat Pernafasan. Jakarta : EGC
pengetahuan yang kurang maka tingkat Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik
kecemasannya berat. Penuliasan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Pengetahuan yang baik mengenai mobilisasi Medika.
dini akan mengubah sudut pandang dan sikap Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
seseorang dalam pelaksanaan mobilisasi dini Suatu Pendekatan Praktek. Edisi VI. Jakarta
(Grace, 2012). Dengan pengetahuan, manusia : Rineka Cipta.
dapat mengembangkan apa yang diketahuinya dan Brunner & Suddart. 2002. Buku ajar Keperawatan
dapat mengatasi kebutuhan untuk kelangsungan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
hidupnya sehingga akan mempengaruhi sikap Carpenito& Lynda Jual. 2000. Rencana Asuhan
seseorang tersebut (Noprianto, 2010). Pengetahuan dan Pendokumentasian Keperawatan.
yang kurang akan mengakibatkan kurang dapat Jakarta: EGC
menerapkan suatu keterampilan (Notoatmodjo, Depkes RI. 2008. Kasus Appendicitis di Indonesia.
2007). Seseorang yang mempunyai pengetahuan Diakses dari
luas akan lebih sadar untuk melakukan mobilisasi http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kas
dini dari pada orang dengan pengetahuan yang us-appendicitis-diIndonesia-pada-tahun-
sempit. Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa 2008.htm
pengetahuan merupakan domain kognitif yang Grace, PierceA & Borley, NR. 2012. At a glance
sangat penting untuk mengubah sikap seseorang. ilmu bedah. Jakarta: Erlangga.
Kurangnya pemahaman pasien mengenai Gruendemann, B.J. 2006. Buku Ajar Keperawatan
mobilisasi dini menyebabkan pasien enggan untuk Perioperatif volume 1.Jakarta : EGC
melakukan pergerakan post operasi. Hawari, D. 2008. Manajemen Cemas dan Depresi.
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
aman dan kekawatiran yang timbul karena Kedokteran Universitas Indonesia.
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan Jitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan
tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta:
dan berasal dari dalam (Asmadi, 2008). Fitzpatrick Nuha Medika
dan Wallace (2006) melaporkan bahwa waktu Mansjoer, Arief. 2003. Kapita Selekta Kedokteran.
mobilisasi dini post operasi dapat menimbulkan Jakarta. Media Aesculapius
kecemasan bagi pasien dan keluarga pasien. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
Namun dengan pemberian program pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC
preprocedural pada pasien pre operasi tentang Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
mobilisasi dini dan ketika pasien melakukan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta:
mobilisasi dini post operasi sesuai standar Salemba Medika
menunjukkan penurunan morbiditas dan mortalitas Nursalam. 2016. Konsep dan Penerapan
akibat post operasi apendiktomi Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
KESIMPULAN Sjamsuhidajat, R. & de Jong. 2004. Buku Ajar
Berdasarkan analisa data penelitian Ilmu Bedah. Jakarta: Media Aesculapus.
menunjukkan bahwa responden sebagian besar Smeltzer, S.C. 2010. Buku Ajar Keperawatan
berusia 30-40 tahun sebanyak 16 responden (52%) Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
dengan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 15 Jakarta: EGC.
responden (48%), sedangkan sebagian kecil Smeltzer& Bare. 2002. Keperawatan Medikal
responden yang memiliki tingkat pengetahuan Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC
cukup adalah pada usia 30-40 tahun dan usia 51-60
tahun yang masing-masing sebanyak 1 responden

88 | Halaman

Anda mungkin juga menyukai