Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No.

1, April 2017 ISSN 1907 -


0357

PENELITIAN
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MOBILISASI DINI
PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI
Aulia Arief Darmawan*, Tori Rihiantoro**
*Alumnus Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
**Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolik yang dihasilkan dari kekurangan insulin.
Diabetes mellitus atau diabetes adalah salah satu dari tujuh penyakit kronis yang ada di dunia. Indonesia
merupakan negara peringkat ke-4 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah India, Cina, dan
Amerika Serikat. Berdasarkan presurvey yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2016 di
Puskesmas gem Sukarame, dari wawancara yang dilakukan pada 15 pasien menderita diabetes, 13 orang,
termasuk pasien dengan diabetes melitus bebas-ulkus dan 2 pasien memiliki bisul, 13 pasien tidak tahu
berapa lama telah terdiagnosis DM dan belum pernah diperiksa ABI. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara kadar gula darah dengan nilai ABI pada pasien DM. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analitik survei dengan pendekatan cross sectional, dan jenis penelitian yang
digunakan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 44 responden. Kesimpulan penelitian ini
menunjukan ada hubungan kadar gula darah dengan nilai ABI pada penderita DM, dengan nilai p: 0.033;
dan nilai OR: 4,879. Saran untuk memberikan informasi dan masukan kepada masyarakat untuk menjaga
kesehatan, terutama untuk mencegah komplikasi diabetes mellitus.

Kata kunci: kadar GDS, Nilai ABI, Diabetes mellitus.

LATAR BELAKANG appendiktomi, 253 operasi ekscisi, 62


operasi eksterpasi, 53 operasi struma, 94
World Health Organization operasi cimino, dan 331 operasi lain-lain.
(WHO) mengungkapkan bahwa jumlah Sedangkan berdasarkan data Kamar
pasien yang manjalani pembedahan dari Operasi Sentral RSUD dr. H. Abdul
tahun ke tahun mengalami peningkatan Moeloek pada 6 bulan terakhir dari bulan
yang sangat signifikan. Tercatat pada Juli sampai dengan bulan Desember tahun
tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di 2016 jumlah operasi laparatomi sebanyak
seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan 139 pasien.
pada tahun 2012 mengalami peningkatan Komplikasi tindakan pembedahan
sebesar 148 juta jiwa (Sartika, 2013 dalam diperkirakan berjumlah 3-16% dengan
Hartoyo, 2015). Menurut Departemen kematian 0,4-0,8% di negara-negara maju.
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) Hampir tujuh juta pasien mengalami
pada tahun 2009, tindakan pembedahan komplikasi mayor termasuk satu juta orang
menempati urutan yang kesebelas dari 50 yang meninggal selama atau setelah
penyakit di rumah sakit se-Indonesia tindakan pembedahan per tahun. Angka
dengan persentase 12,8% yang komplikasi tindakan pembedahan di negara
diperkirakan 32% merupakan bedah berkembang diperkirakan jauh lebih tinggi.
laparatomi (Kusumayanti, 2014). Data Angka kematian pasien akibat pembedahan
laparatomi Indonesia meningkat setiap di negara-negara berkembang berkisar 5-
tahun dari 162 pada tahun 2005 menjadi 10% dan angka komplikasi sekitar 3-16%.
983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281
kasus pada tahun 2007 (Hartoyo, 2015). Menurut Haryanti, dkk (2013)
Penelitian Affandi (2013) di RSUD jumlah pasien dengan tindakan operasi
Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2011 jumlah yang semakin meningkat dari tahun ke
operasi bedah umum berdasarkan golongan tahun dapat mempengaruhi peningkatan
penyakit tercatat 203 operasi laparatomi, komplikasi pasca operasi seperti resiko
197 operasi herniatomi, 85 operasi terjadinya infeksi luka operasi dan infeksi
nosokomial. Pasien post operasi laparatomi

[1]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 -
0357
yang tidak mendapatkan perawatan Instrumen pengumpulan data dalam
maksimal setelah pasca bedah dapat penelitian ini dilakukan dengan
memperlambat penyembuhan dan menggunakan instrument test untuk
menimbulkan komplikasi (Depkes, 2010). variabel pengetahuan dan kuesioner atau
Mobilisasi merupakan faktor yang angket untuk variabel sikap dan perilaku.
utama dalam mempercepat pemulihan dan Data hasil penelitian oleh peneliti
dapat mencegah komplikasi pasca operasi dilakukan pengolahan data yang
laparatomi. Banyak keuntungan yang bisa selanjutnya dilakuan analisis dengan uji
diraih dari latihan di tempat tidur dan statistik secara univariat dan bivariat.
berjalan pada periode dini pasca operasi. Analisis univariat bertujuan untuk
Mobilisasi segera secara bertahap sangat memperoleh gambaran distribusi frekuensi
berguna untuk proses penyembuhan luka dari tiap variabel yang diteliti. Selanjutnya
dan mencegah terjadinya infeksi serta analisis bivariat dilakukan dengan uji
trombosis vena. Bila terlalu dini statatistik menggunakan uji Chi-Square
melakukan mobilisasi dapat dengan bantuan software komputer. Uji
mempengaruhi penyembuhan luka. Jadi Chi-Square yang digunakan untuk
mobilisasi secara teratur dan bertahap mengetahui hubungan diantara variabel
yang diikuti dengan latihan adalah hal variabel yang diteliti.
yang paling dianjurkan (Roper, 2003).
Menurut Rustam Muchtar dalam
Gusty (2011) mobilisasi secara bertahap HASIL
berguna untuk membantu jalannya
penyembuhan pasien pasca operasi. Analisa Univariat
Berdasarkan penelitian Raditya (2012) di
Rumah Sakit Dr. Hi. Abdul Moeloek Tabel 1: Distribusi frekuensi pengetahuan
Provinsi Lampung terhadap 21 responden pasien tentang mobilisasi dini
bahwa dari 12 responden yang melakukan
mobilisasi dini mengalami hari rawat yang Pengetahuan f %
cepat (<5hari). Sedangkan dari 9 Baik 4 14,3
responden yang tidak melakukan Cukup 2 7,1
mobilisasi dini mengalami hari rawat yang Kurang 22 78,6
lama (>5hari). Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas dapat


METODE diketahui bahwa responden yang
berpengetahuan kurang tentang perilaku
Penelitian ini menggunakan metode mobilisasi dini lebih besar yaitu sebanyak
penelitian survey dengan desain korelasi. 22 responden (78,6%). Responden yang
Pendekatan hubungan yang digunakan berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 2
adalah cross sectional dimana observasi responden (7,1%), sedangkan responden
atau pengumpulan data sekaligus dalam yang berpengetahuan baik sebanyak 4
waktu yang bersamaan (point time responden (14,3%).
approach)
Populasi pada penelitian ini adalah Tabel 2: Distribusi frekuensi sikap pasien
pasien post operasi laparatomi dengan tentang mobilisasi dini
jumlah sampel sebanyak 28 pasien. Sampel
ditentukan dengan teknik purposive Sikap f %
samping dengan kriteria antara lain: pasien Baik 12 42,9
post operasi bedah abdomen/laparatomi Kurang 16 57,1
lebih dari 6 jam, dapat membaca, menulis, Jumlah 28 100
dan berkomunikasi dengan baik dan
berusia lebih dari 18 tahun.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang bersikap
[2]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 -
0357
kurang tentang perilaku mobilisasi dini
yaitu sebanyak 16 responden (57,1%), Hasil uji Chi-Square untuk hubungan
sedangkan responden yang bersikap baik sikap dengan perilaku mobilisasi dini
sejumlah 12 orang (42,9%). didapatkan p value = 0,003 < 0,05, berarti
ada hubungan yang bermakna antara
Tabel 3: Distribusi frekuensi perilaku variabel independen dengan dependen atau
pasien tentang mobilisasi dini Ho ditolak yang dapat disimpulkan adanya
hubungan sikap dengan perilaku mobilisasi
Perilaku f % dini pada pasien post operasi laparatomi.
Baik 12 42,9
Kurang 16 57,1
Jumlah 28 100 PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel di atas dapat Pengetahuan


diketahui bahwa responden yang Berdasarkan hasil penelitian
berperilaku baik tentang perilaku diketahui bahwa responden yang paling
mobilisasi dini sebanyak 12 responden banyak adalah yang berpengetahuan
(42,9%), sedangkan yang berperilaku kurang (78,6%). Hal ini berarti bahwa
kurang sebanyak 16 responden (57,1%). sebagian besar pasien yang menjalani
pembedahan laparotomi di rumah sakit di
Analisis Bivariat Provinsi Lampung memiliki pengetahuan
yang kurang tentang mobilisasi dini paska
Tabel 4: Hubungan pengetahuan dengan operasi. Hal ini sejalan sebelumnya yang
perilaku mobilisasi dini dilakukan Affandi (2011) di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Provinsi Lampung yang
Perilaku menunjukkan bahwa dari 20 responden,
terdapat 18 responden (90%) yang
berpengetahuan kurang tentang mobilisasi
Pengetahuan Baik Kurang p value dini dan 2 responden (10%)
Total
f % f % f % berpengetahuan baik tentang mobilisasi
Baik 4 100 0 0 4 100 dini.
Cukup 2 100 0 0 2 100 0,006 Menurut peneliti pengetahuan
Kurang 6 27,3 16 72,7 22 100
responden yang kurang salah satunya
Total 12 42,9 16 57,1 28 100
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
responden. Data menunjukkan sebagian
Hasil uji Chi-square untuk hubungan besar responden adalah lulusan sekolah
pengetahuan dengan perilaku mobilisasi dasar (11 responden (39,3%) dan yang
dini didapatkan p value = 0,006 < 0,05, tidak sekolah sebanyak 5 responden
berarti ada hubungan yang bermakna (17,9%). Hal ini sesuai dengan teori
antara variabel independen dengan Mubarak (2007) yang menyatakan bahwa
dependen atau Ho ditolak yang dapat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat
disimpulkan adanya hubungan pendidikan seseorang. Pendidikan berarti
pengetahuan dengan perilaku mobilisasi bimbingan yang diberikan seseorang pada
dini pada pasien post operasi laparatomi. orang lain terhadap sesuatu hal agar
mereka dapat memahami. Tidak dapat
Tabel 5: Hubungan sikap dengan perilaku dipungkiri bahwa semakin rendah
mobilisasi dini pendidikan seseorang semakin sulit pula
Perilaku
Total
p menerima informasi, dan pada akhirnya
makin sedikit pula pengetahuan yang
Sikap Baik Kurang value
f % f % f % dimilikinya.
Baik 9 75 3 25 12 100 Hal ini juga sejalan dengan
Kurang 3 18,75 13 81,25 16 100 0.003
penelitian Rismalia (2012) yang
Total 12 42,9 16 57,1 28 100
[3]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 -
0357
menyimpulkan bahwa bahwa pengetahuan
responden yang kurang akan manfaat Sikap
mobilisasi dini menjadi sebab keengganan
melakukan mobilisasi dini. Kurangnya
pengetahuan responden dikarenakan
informan belum pernah mendapatkan
informasi mengenai mobilisasi dini.
Umumnya, perilaku responden untuk
melakukan mobilisasi dini karena
mengikuti anjuran perawat atau dokter,
jika dokter atau perawat telah
menganjurkan untuk melakukan mobilisasi
dini maka informan itu mau untuk
melakukan mobilisasi dini. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar
responden kurang mengetahui tentang
mobilisasi dini sehingga mengakibatkan
informan malas untuk mobilisasi dini.
Pengetahuan juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah
terpaparnya seseorang terhadap informasi.
Hal ini juga sesuai dengan teori Mubarak
(2007) yang menyatakan bahwa
kemudahan untuk memperoleh informasi
akan membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan baru. Jadi
semakin banyak sesorang terpapar dengan
informasi kesehatan maka pengetahuannya
akan bertambah dan menjadi lebih baik,
dibandingkan dengan orang yang jarang
dan tidak pernah terpapar dengan
informasi kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas maka
dapat dinyatakan bahwa pendidikan dan
paparan informasi merupakan faktor
penting dalam membentuk pengetahuan
seseorang. Selain itu juga ada keterkaitan
antara tingkat pendidikan dengan paparan
informasi. Dengan demikian responden
akan lebih mudah untuk berpikir atau
mendapatkan informasi tentang mobilisasi
dini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
seorang yang cukup baik pula. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka
semakin mudah pula mereka menerima
informasi. Selain ditunjang dari tingkat
pendidikan formal, pengetahuan juga dapat
dipengaruhi dari pendidikan non formal
seperti informasi yang didapatkan dari
penyuluhan oleh tenaga medis maupun
paramedis serta informasi dari media
elektronik.

[4]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 -
0357
Berdasarkan hasil penelitian hal yang terkait dengan faktor resiko
sebagian besar responden bersikap kurang kesehatan.
baik atau kurang positif (57,1%). Ini Sikap terdiri dari berbagai tingkatan
berarti sebagian besar pasien dengan seperti menerima, merespon, menghargai,
pembedahan laparotomi bersikap kurang dan bertanggung jawab. Mengacu pada
positif terhadap mobilisasi dini paska tingkatan sikap yang disebutkan di atas,
operasi. dapat dijelaskan bahwa tingkatan sikap
Hasil tersebut sesuai dengan responden mengenai mobilisasi dini
penelitian Yunani (2013) dimana persentase terbesar dalam kategor kurang
sebagian besar pasien AMI diruang ICU baik dapat dikelompokkan pada tingkatan
RSUD Ungaran bersikap sangat kurang kurang menerima dan kurang mampu
setuju terhadap mobilisasi dini (45,0%). merespon, kurang menghargai dan kurang
Hasil penelitian ini juga sesuai bertanggung jawab. Namun demikian hasil
dengan teori menurut Wawan dan Dewi penelitian juga mendapakan ada responden
(2010), yang mengatakan sikap (attitude) yang bersikap baik dan menerima, mampu
merupakan konsep paling penting dalam menghargai ataupun bertanggung jawab
psikologi sosial yang membahas unsur dalam perilaku mobilisasi dini.
sikap baik sebagai individu maupun Upaya peningkatan sikap seseorang
kelompok. Melalui sikap, kita memahami dapat dilakukan dengan dasar belajar yang
proses kesadaran yang menentukan diperoleh dari pengalaman seseorang hasil
tindakan nyata dan tindakan yang mengamati, mendengar dan membaca.
mungkin dilakukan dalam kehidupan Peningkatan sikap responden dapat
sosialnya. Dan sesuai dengan teori dilakukan dengan memberi informasi
Notoadtmodjo (2010) yang mengatakan kesehatan melalui penyuluhan, dengan
bahwa sikap merupakan pendapat atau melakukan model, pengalaman dan diskusi
penilaian orang atau responden terhadap kelompok serta bermain peran.
Perilaku perilaku masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian Notoatmodjo (2012) mengatakan
diketahui sebagian besar responden bahwa, tindakan adalah realisasi dari
berperilaku kurang baik (57,1%). Ini pengtahuan dan sikap menjadi suatu
berarti bahwa perilaku atau pelaksanaan perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan
tindakan mobilisasi dini pada pasien paska respon seseorang terhadap stimulus dalam
operasi bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap
Beberarapa teori yang telah dicoba stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
untuk mengungkapkan determinan tindakan atau praktek, yang dengan mudah
perilaku dari analisis faktor-faktor yang dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
memengaruhi perilaku yang berhubungan Suatu sikap belum tentu terwujud dalam
dengan kesehatan, salah satunya adalah tindakan, untuk terwujudnya suatu tindakan
dari teori Lawrence Green. Menurut (perbuatan yang nyata) dibutuhkan suatu
Lawrence Green (1965) dalam pendukung atau suatu kondisi yang
Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
perilaku itu ditentukan dan terbentuk dari 3 dan dukungan dari berbagai pihak. Adanya
faktor, yaitu faktor predisposisi berupa hubungan erat antara sikap dan
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, tindakandidukung oleh pengertian sikap
keyakinan, dan nilai-nilai. Yang kedua yang menyatakan bahwa sikap merupakan
yaitu faktor pendukung beerupa kecendrungan untuk bertindak.
lingkungan fisik, tersedia atau tidak Hal ini sesuai dengan penelitian
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana- Yunani (2013) responden berdasarkan
sarana kesehatan, misalnya puskesmas, dan perilaku mobilisasi dini pada pasien AMI di
obat-obatan. Serta ketiga adalah faktor ruang ICU RSUD Ungaran, dari tabel
pendorong berupa sikap dan perilaku
petugas kesehatan, atau petugas yang lain,
yang merupakan kelompok referensi dari
[5]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 -
0357
dapat diketahui bahwa perilaku mobilisasi proses penyakit degenerative dan untuk
dini sebagian besar tidak melakukan aktualisasi diri. Mobilisasi sangat penting
sebanyak 32 responden (53,3%). Hal ini untuk percepatan hari rawat dan
ditunjukkan dengan responden tidak mengurangi resiko-resiko akibat tirah
melakukan latihan menggerakkan secara baring lama seperti terjadinya dekubitus,
aktif gerakan memutar pada pergelangan kekakuan/penegangan otot-otot- seluruh
tangan dan kaki pada hari pertama setelah tubuh dan sirkulasi daran dan pernapasan
terbebas dari serangan nyeri dada, hal ini terganggu, juga adanya gangguan
disebabkan responden umumnya takut peristaltic maupun berkemih. Sering kali
untuk melakukan gerakan tangan dan dengan keluhan nyeri di daerah operasi
kaki pada hri pertama karena responden klien tidak mau melakukan mobilisasi
takut serangan nyeri dada akan terjadi ataupun dengan alasan takut jahitan luka
lagi setelah adanya serangan. operasi lepas sehingga klien tidak berani
Menurut Ernawati (2012) merubah posisi.
mobilisasi adalah kemampuan seseorang Hal ini sesuai dengan teori yang
untuk bergerak secara bebas, mudah dan telahh disampaikan oleh Notoatmodjo
teratur yang bertujuan untuk memenuhi (2012) diatas bahwa tindakan menjadi
kebutuhan hidup sehat. Setiap orang pasti relisasi dari pengetahuan dan sikap
membutuhkan untuk bergerak. Seseorang seseorang untuk melakukan tindakan.
yang kehilangan kemampuan untuk Menurut peneliti tidak baiknya tindakan
bergerak akan seseorang dapat disebabkan karena
menyebabkan pengetahuan dan sikap responden yng
ketergantungan pada orang lain sehingga kurang baik, sehingga sangat diperlukan
dibutuhkan tindakan keperawatan. sekali penyuluhan/pendidikan kesehatan
Mobilisasi dini dibutuhkan untuk mengenai mobilisasi dini. Perilaku
meningkatkan kemandirian diri, merupakan respon suatu reaksi seorang
meningkatkan kesehatan, memperlambat
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). mampu melakukan mobilisasi dini. Lain
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui halnya dengan responden yang mempunyai
proses adanya stimulus terhadap individu pengetahuan kurang baik maka perilaku
dan kemudian individutersebut merespon mobilisasi dini juga kurang baik. Hal ini
(Notoatmodjo, 2012). sesuai dengan teori Lawrence Green
(Notoatmodjo, 2003), perilaku dipengaruhi
Hubungan pengetahuan dengan faktor pendukung (predisposisi). Faktor ini
perilaku mencakup pengetahuan dan sikap
Berdasarkan dari hasil data masyarakat terhadap kesehatan, nilai- nilai
menunjukkan bahwa responden dengan dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
tingkat pengetahuan kurang sebagian besar hal yang berkaitan dengan kesehatan. Hasil
tidak melakukan mobilisasi dini sebanyak penelitian juga ditemukan responden dengan
22 responden (78,6%). Hasil uji Chi- tingkat pengetahuan baik tetapi tidak
Square dengan nilai statistik Chi Square melakukan mobilisasi dini. Hal ini terjadi
sebesar 10,182 dengan P value = 0,006 karena responden merasa tubuhnya lemah.
(nilai probabilitas P Value < 0,05), berarti Walaupun responden mempunyai
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan baik, dokter menyarankan
variabel independen dengan dependen atau untuk tirah baring sehingga responden tidak
Ho ditolak yang dapat disimpulkan adanya melakukan mobilisasi dini.
hubungan pengetahuan dengan perilaku Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
mobilisasi dini pada pasien post operasi pendapat Notoatmodjo (2012), yang
laparatomi di ruang kutilang, mawar, dan menyatakan bahwa pengetahuanatau
delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek kognitif merupakan domain (kawasan) yang
Provinsi Lampung tahun 2017. sangat penting untuk terbentuknya tindakan
Pengetahuan responden yang baik tentang seseorang, meliputi proses adopsi yang
mobilisasi dini menyebabkan responden diperoleh dari pengalaman dan
[6]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 -
0357
penelitian terbukti bahwa perilaku yang meraka luka bekas jahitannya akan
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik terlepas. Selain itu ada pula responden
daripada perilaku yang tidak didasari oleh yang beralasan karena kemampuan mereka
pengetahuan. yang tidak mendukung, serta ada pula yang
Peneliti berasumsi bahwa beranggapan nyeri yang hebat pada bekas
responden telah memiliki pengetahuan luka post operasinya.
yang baik terhadap sesuatu objek atau
stimulasi tentang mobilisasi dini pada Hubungan sikap dengan perilaku
pasien post operasi laparatomitetapi Berdasarkan dari hasil data
belum mampu melakukan hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang
dalam tindakan yang nyata, dimana bersikap kurang tentang perilaku
bertentangan dengan pernyataan mobilisasi dini yaitu sebanyak 16
Notoatmodjo (2012) yang mengatakan responden (57,1%). Hasil uji Chi-Square
bahwa dengan meningkatnya dengan nilai statistik Chi Square sebesar
pengetahuan seseorang akan meimbulkan 8,859 dengan P value = 0,003 (nilai
kesadaran dan akhirnya akan probabilitas P Value < 0,05), berarti ada
menyebabkan orang beperilaku sesuai hubungan yang bermakna antara variabel
dengan pengetahuan yang dimiliki. independen dengan dependen atau Ho
Pengetahuan baik bukanlah satu-satunya ditolak yang dapat disimpulkan adanya
faktor yang mempengaruhi melakukan hubungan pengetahuan dengan perilaku
mobilisasi dini tetapi dipengaruh juga mobilisasi dini pada pasien post operasi
oleh hal lain seperti tidak ada pengalaman laparatomi di ruang kutilang, mawar, dan
operasi laparatomi sebelumnya dan setiap delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
responden memiliki alasan yang berbeda- Provinsi Lampung tahun 2017.
beda terhadap mobilisasi dini diantaranya Sikap responden yang menganggap
kecemasan dan ketakutan responden akan mobilisai dini perlu dilakukan pada pasien
luka operasi laparatomi yang menurut
post operasi laparatomi maka responden Walaupun responden menganggap bahwa
akan melakukan mobilisasi dini dengan mobilisasi perlu segera dilakukan,
baik. Lain halnya dengan responden yang responden tidak mau melakukan mobilisasi
tidak mendukung untuk melakukan dini. Hal ini terjadi karena kondisi fisik
mobilisasi dini maka responden tidak responden yang lemah. Responden merasa
melakukan mobilisasi dini. Responden tubuhnya sakit semua sehingga responden
tidak melakukan mobilisasi dini dengan tidak mau melakukan mobilisasi dini.
alasan responden takut jahitannya terlepas Kondisi ini sejalan dengan teori
dan nyeri muncul kembali setelah (Notoatmodjo, 2003) yang menyebutkan
beraktivitas. bahwa perilaku dibentuk berdasarkan
Hasil penelitian ditemukan melalui suatu proses dan berlangsung dalam
responden dengan sikap kurang baik tetapi interaksi manusia dengan
melakukan mobilisasi dini. Walaupun lingkungannya, serta untuk berperilaku
responden menganggap mobilisasi dini hendaknya didasarkan pada sikap yang
menyebabkan nyeri, perawat di ruang positif sehingga akan bersifat
perawatan bedah selalu menganjurkan langgeng/lama. Perilaku yang tidak
pasien untuk melakukan mobilisasi dini. didasarkan pada sikap yang baik dan
Perawat menganjurkan pasien untuk kesadaran diri akan berlangsung tidak lama.
duduk dihari pertama agar pasien
cepat sembuh. Perawat yang memberikan
pengarahan tentang tujuan mobilisasi dini KESIMPULAN
ini menyebabkan responden mau
menjalankan mobilisasi dini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
Hasil penelitian juga ditemukan sebagian besar pasien yang menjalani
responden dengan sikap yang baik tetapi pembedahan laparotomi memiliki
tidak melakukan mobilisasi dini. pengetahuan, sikap dan perilaku yang
[7]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN 1907 -
0357
kurang baik. Hasil analisis statistik diharapkan meningkatkan
terhadap variabel-variabel tersebut patisipasi mandiri pasien dalam melakukan
menunjukan adanya hubungan antara mobilisasi dini paska operasi.
pengetahuan dan sikap dengan perilaku
mobilisasi dini pada pasien post operasi
laparotomi. Ini berarti bahwa pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA
tindakan mobilisasi dini secara mandiri
oleh pasien post operasi laparotomi Afandi, A. (2013). Gambaran
berhubungan dengan tingkat pengetahuan Pengetahuan Pasien Post Operasi
dan sikap pasien tersebut terhadap Laparotomi tentang Mobilisasi Dini
mobilisasi dini. di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul
Upaya untuk meningkatkan Moeloek. Bandar Lampung: Jurusan
partisipasi pasien post operasi laparotomi Keperawatan Poltekkes
secara mandiri dalam mobilisasi dini Tanjungkarang.
dimulai dengan meningkatkan Anggraini, Mega. 2013. Pengaruh
pengetahuan dan sikap pasien tersebut Mobilisasi Dini Terhadap
terhadap mobilisasi dini. Pemberian Keberhasilan Penyembuhan Luka
edukasi dan informasi yang benar tentang Pada Pasien Pasca Operasi di RS.
mobilisasi dini pada pasien post operasi MuhammadiyahYogyakarta.http://o
laparotomi dan keluarganya menjadi hal pac.unisayogya.ac.id/385/1/NASK
paling penting untuk dilakukan. AH%20PUBLIKASI%20MEGA.p
Peningkatan kualitas edukasi dam df. Diakses pada tanggal 28
dukungan (support system) dari petugas Desember 2016.
kesehatan dan keluarga dalam mobilisasi Gusti, & R.P. (2011). Pengaruh Mobilisasi
dini paska operasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen.
laparotomi Ners Jurnal Keperawatan, 106-113.
Hartoyo, Eko Puji (2015). Hubungan Instalasi Rawat Inap BRSU Tabanan.
antara Karakteristik Demografi Repository Universitas Udayana.
dengan Pengetahuan Mobilisasi Denpasar:PSIK-FK Universitas
Dini pada Pasien Post Operasi Udayana.
Laparatomi di RS PKU Notoatmodjo, S. (2003). Promosi dan
Muhammadiyah Bantul. Repository Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Universitas Muhamadiyah Cipta.
Yogyakarta. Jogjakarta: PSIK Notoatmodjo, S. (2012). Promosi
UMY Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Haryanti L, Hegar B, Pudjiadi AH, Irfan Jakarta: Rineka Cipta.
EKB, Thayeb A, Idham A (2013). Rismalia, R. (2012). Gambaran
Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi pengetahuan dan perilaku pasien
Luka Pasien Pasca Bedah. Sari pasca operasi appendectiomy
Pediatri; 15: 207-212. tentang mobilisasi dini di RSUP
Kusumayanti, Ni Luh Putu Devi (2014). Fatmawati. Jakarta: Fakultas
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Terhadap Lamanya Perawatan pada UIN.
Pasien Pasca Operasi Laparatomi di

[8]

Anda mungkin juga menyukai