Anda di halaman 1dari 5

Volume XI No.

1 Januari 2018

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN


LUKA POST OPERASI LAPARATOMI DI RSUD
BUNDA THAMRIN MEDAN

Yuni Ramadhani
(S1 Keperawatan STIKes Flora Medan)

Abstrak
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar yang diberikan kepada individu, baik sehat maupun sakit yang mengalami
gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada
pada individu, mencegah, memperbaiki dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan
yang dipersepsikan sakit oleh individu.
Penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses
penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang
berpengaruh dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Desain penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan crossectional untuk mengidentifikasi lama hari rawat pasien
laparatomi.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Ada hubungan frekuensi perawatan luka
dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Bunda Thamrin Medan pada pasien yang perawatan lukanya 2 X 1
sehari sebanyak 6 (31,6%) dan pada pasien perawatan lukanya 1 X 1 sehari sebanyak 9
(81,8%) dengan nilai p = 0,010.
Kata kunci : Keperawatan, gangguan fisik, rehabilitasi

PENDAHULUAN
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar
yang diberikan kepada individu, baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik,
psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah,
memperbaiki dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh
individu (Nursalam, 2003).
Salah satu tempat yang memberikan pelayanan keperawatan adalah rumah sakit. Oleh
karena itu, rumah sakit menjadi tempat bagi pasien dan keluarganya menaruh harapan
kesembuhan. Akan tetapi, selain keberhasilan dalam pengobatan dan perawatan kepada pasien
yang dirawat di rumah sakit, banyak pula laporan tentang kegagalan pengobatan dan perawatan
pasien tersebut sehingga menyebabkan waktu perawatan di rumah sakit menjadi lebih lama dan
biaya perawatan meningkat (Widianti, 2011).
Salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan tindakan
pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, prosedur tindakan
pembedahan pun mengalami kemajuan pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk
dilakukannya tindakan pembedahan. Salah satu tindakan operasi atau pembedahan adalah
laparatomi. Laparatomi adalah tindakan operasi yang dilakukan pada daerah abdomen (Spencer,

Jurnal Keperawatan Flora 24


Volume XI No. 1 Januari 2018

1994). Tindakan operasi atau laparatomi merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman
potensial atau aktual kepada integritas seorang baik bio, psiko, maupun sosial, dan spiritual
(Razid, 2010).
Laparotomi merupakan tindakan operasi yang dilakukan pada daerah abdomen (Spencer,
1994). Menurut Sjamsuhidrajat dan Jong, 2005, laparatomi merupakan teknik sayatan yang
dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan
dengan arah sayatan yang meliputi, Median untuk operasi perut luas, Paramedian (kanan) untuk
massa apendik, Pararektal, Mc Burney untuk apendektomi, Pfannenstiel untuk operasi kandung
kemih atau uterus, Transfersal, Subkostal kanan untuk kolesistektomi.
Adapun tindakan bedah digestive dan bedah kebidanan yang sering dilakukan dengan
teknik sayatan arah laparatomi adalah herniotomi, fistulotomi atau fistulektomi,
kolesistoduodenostomi, hepatektomi, splenorafi/splenektomi, apendektomi, kolostomi,
histerektomi, gastrektomi. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka :
frekuensi perawatan luka, mobilisasi, teknik perawatan luka, lama hari rawat, pengobatan, usia,
nutrisi.
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi diantaranya oleh Asadul
Islam dan M. R. Limpo (2001) menyebutkan bila mana perawatan pasien pasca operasi
bervariasi yaitu sekitar 7 sampai 30 hari dengan rata-rata hari rawat 7 sampai 14 hari, sedangkan
pada pasien pasca operasi laparatomi terdapat perbedaan lama hari rawat antara pasien
frekuensi perawatan luka, teknik perawatan luka. Citra Dewi (2006) juga menyebutkan bahwa
ada pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka pasca operasi laparatomy
dimana proses penyembuhan dapat berlangsung cepat 5 sampai 10 hari sehingga dapat
memperpendek lama hari rawat.
Berdasarkan data yang di ambil dari Ruangan Operasi Rumah Sakit Umum Bunda
Thamrin Medan menunjukkan 30 pasien laparatomi dengan lama hari rawat yang bervariasi
dengan rata-rata hari rawat antara 5 sampai 14 hari sedangkan pasien yang mengalami
komplikasi mempuyai hari rawat yang panjang antara 20 sampai 30 hari bahkan lebih. Pada
tahun 2013 menunjukkan 50 pasien laparatomi dengan lama hari rawat antara 5 sampai 14 hari,
sedangkan yang mengalami komplikasi mempunyai hari rawat yang panjang antara 20 sampai
30 hari. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi” di RSUD Bunda Thamrin Medan.

METODE
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses
penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data

Jurnal Keperawatan Flora 25


Volume XI No. 1 Januari 2018

yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian
(Sugiyono, 2010). Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan crossectional
untuk mengidentifikasi lama hari rawat pasien laparatomi di RSUD Bunda Thamrin Medan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 30 orang responden di peroleh karakteristik
meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin di RSUD Bunda Thamrin Medan di peroleh data
sebagian besar responden berumur diantara ≥ 35 tahun (56,7%) dan sebagian responden
pendidikannya SMA (33,3%) dari segi jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar
responden adalah perempuan (66,7%) sedangkan distribusi responden berdasarkan frekuensi
perawatan luka pada pasien post operasi laparatomi, frekuensi perawatan lukanya 2 X 1 sehari
sebanyak 19 (63,3%) dan frekuensi perawatan luka 1 X 1 sehari sebanyak 11 (36,7%) distrribusi
responden berdasarkan teknik perawatan luka menunjukkan bahwa pasien yang teknik
perawatan luka steril sebanyak 23 (76,7%) dan tidak steril sebanyak 7 (23,3%).
Pada Penelitian ini di dapatkan ada hubungan antara frekuensi perawatan luka dengan
lama hari rawat pada pasien post operasi laparatomi di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Bunda Thamrin Medan pada pasien yang perawatan lukanya 2 X 1 sehari sebanyak 6 (31,6%)
dan pada pasien yang perawatan lukanya 1 X 1 sehari sebanyak 9 (81,8%) dengan nilai p =
0,010.
Data mengenai lama hari rawat yang panjang walaupun telah dilakukan perawatan luka
dua kali sehari dan hari rawat yang singkat pada perawatan luka yang hanya satu kali sehari,
disebabkan karena faktor nutrisi. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Ary Wibowo dan
Agung (2006) yang mengatakan bahwa penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi
yang tepat. Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya protein, vitamin,
mineral dan tembaga. Adapun asupan gizi yang baik dapat membantu terapi farmakologis
sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka pasca operasi dan dapat mempengaruhi
lama perawatan.
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga untuk
mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya luka
yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi
lainnya.Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre
nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan
adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh ProfessorG.D Winter pada tahun 1962 yang
dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk

Jurnal Keperawatan Flora 26


Volume XI No. 1 Januari 2018

penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suriadi (2004) bahwa setelah
tindakan pembedahan dilakukan penggantian balutan untuk luka kering dan bersih balutan
diganti 2 atau 3 hari sekali setelah operasi dan juga tergantung pada jenis balutan yang
digunakan, misalnya jika luka pasien pasca operasi dibalut dengan menggunakan kasa steril
yang diberi NaCl 0,9%, salep antibiotik atau kasa kering.
Dasar dalam mempertahankan lingkungan yang hangat dan lembab pada luka adalah
untuk menjaga agar luka tetap tertutup. Sebagian besar balutan luka diangkat setelah 24 jam,
dan penelitian membuktikan bahwa pada kasus luka pembedahan, pengangkatan balutan setelah
24 jam tidak menimbulkan peningkatan angka infeksi. Namun, penelitian lanjutan perlu
dilakukan karena saat ini terdapat perhatian terhadap hygiene rumah sakit dan Staphylococcus
aureus yang resisten terhadap metisilin serta organisme lain yang resisten terhadap berbagai
antibiotic (Boyle M, 2009).

SIMPULAN
Dari hasil pengolahan data penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
Ada hubungan frekuensi perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi
laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Bunda Thamrin Medan pada pasien
yang perawatan lukanya 2 X 1 sehari sebanyak 6 (31,6%) dan pada pasien perawatan lukanya 1
X 1 sehari sebanyak 9 (81,8%) dengan nilai p = 0,010. Faktor yang paling berpengaruh terhadap
lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Bunda Thamrin Medan. Umur, pendidikan, jenis kelamin, Frekuensi perawatan luka,
teknik perawatan luka

DAFTAR PUSTAKA

Manreen,Boyle. (2009). Pemulihan Luka. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth, (2002), Buku Akar Keperawatan Medikal Bedah,

Budiarto Eko, (2004), Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar Buku Kedokteran,

Citra Dewi (2006), Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Pada Klien Pasca

Corwin & Elizabeth J, (2001), Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.

Effendi, Ferry, (2007), Faktor-Faktor Dalam Penyembuhan Luka, (Online),

Guyton & Hall, (1997), Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC, Jakarta.

Henderson, MA (1997), Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

Michael & Seymour, (1997), Abdominal Operations, Volume 1, 10 edition, Appleton &
Lange,USA.

Jurnal Keperawatan Flora 27


Volume XI No. 1 Januari 2018

Morison, Moya J (2004), Manajemen Luka, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo Soekidjo, (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, PT Rineka


Cipta, Jakarta

Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Nugroho, Wahjudi, (2008), Keperawatan Gerontik, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Perry & Potter, (2005), Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur dasar, Edisi 3 EGC, Jakarta.

Perry & Potter, (2006), Fundamental Keperawatan, Volume 2, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Rab, Tabrani, (1998), Agenda Gawat Darurat (Critical Care), Jilid 1 : Pasien Kritis, PT.

Syamsinar Sani (2007), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pada Klien
Pasca Operasi Laparotomi.

Sjamsuhidajat & Jong, (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta.

Sugiono, 2008, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung:
Alfabeta, 2008).85.

Koentjaraningrat, 1991, Defenisi Operasional.

Jurnal Keperawatan Flora 28

Anda mungkin juga menyukai