MEDIKAL BEDAH
Bismillahirrohmanirrohim, berikut ini, Saya akan memposting contoh sebuah
Proposal Skripsi Keperawatan Medikal Bedah secara ringkas. Semoga postingan ini
bermanfaat.
Abstrak
Salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan
tindakan pembedahan. Berdasarkan data dari medical record RS ..., diketahui
bahwa angka pembedahan abdomen (laparatomi) meningkat setiap tahunnya, yaitu
pada tahun 2010 sebanyak 831 kasus pembedahan, kemudian pada tahun 2011
sebanyak 706 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
status nutrisi dan intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pascaoperasi
laparatomi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kualitas tidur, sedangkan variabel independen, yaitu status
nutrisi dan intensitas nyeri. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
melalui wawancara secara langsung kepada responden melalui kuesioner, dengan
jumlah sampel sebanyak 30 orang di Instalasi Rawat Inap Bedah RS... pada
tanggal ... 20... Hasil analisis univariat menunjukkan responden yang kualitas
tidurnya terganggu sebanyak 17 orang (56,7%); responden yang status nutrisinya
tidak normal sebanyak 18 orang (60%); sebagian besar responden mengalami nyeri
berat, yaitu 18 orang (60%). Hasil analisis bivariat dengan uji Chi Square
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara antara status nutrisi (p value =
0,013) dan intensitas nyeri (p value = 0,016) dengan kualitas tidur pada pasien
pascaoperasi laparatomi. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan atau penataran bagi perawat untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya, khususnya mengenai tindakan
keperawatan pada klien pascaoperasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dasar yang diberikan kepada individu, baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada
individu, mencegah, memperbaiki dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang
Salah satu tempat yang memberikan pelayanan keperawatan adalah rumah sakit. Oleh
karena itu, rumah sakit menjadi tempat bagi pasien dan keluarganya menaruh harapan
kesembuhan. Akan tetapi, selain keberhasilan dalam pengobatan dan perawatan kepada
pasien yang dirawat di rumah sakit, banyak pula laporan tentang kegagalan pengobatan dan
perawatan pasien tersebut sehingga menyebabkan waktu perawatan di rumah sakit menjadi
Salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan
tindakan pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, prosedur
indikasi untuk dilakukannya tindakan pembedahan. Salah satu tindakan operasi atau
kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seorang baik bio, psiko,
Hasil penelitian Razid (2010) di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan menunjukkan
semakin tingginya angka terapi pembedahan abdomen (laparatomi) tiap tahunnya, pada tahun
2008 terdapat 172 kasus pembedahan laparatomi, lalu pada tahun 2009 terdapat 182 kasus
pembedahan laparatomi. Selanjutnya pada bulan Januari-April tahun 2010 terdapat 32 kasus
pembedahan laparatomi.
Rumah Sakit ... merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki Instalasi Bedah
Sentral. Berdasarkan data dari medical record RS..., diketahui bahwa angka pembedahan
abdomen (laparatomi) meningkat setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 638 kasus
pembedahan, lalu meningkat pada tahun 2010 menjadi 831 kasus pembedahan, kemudian
pada tahun 2011 sebanyak 706 kasus, pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun
Masalah yang sering terjadi pada pasien yang mengalami operasi laparatomi adalah
gangguan tidur, padahal tidur memberikan waktu perbaikan dan penyembuhan bagi sistem
tubuh yang sangat dibutuhkan oleh pasien, khususnya bagi pasien pascaoperasi. Gangguan
tidur yang dialami pasien pascaoperasi laparatomi biasanya disebabkan oleh faktor nutrisi
Nutrisi merupakan elemen penting dalam proses dan fungsi tubuh. Nutrien mencakup
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, meneral dan air. Pasien pascaoperasi laparatomi rentan
terhadap kekurangan nutrisi, karena pasien tersebut mengalami pendarahan eksternal akibat
Gangguan tidur yang dialami oleh pasien pascaoperasi laparatomi, selain disebabkan faktor
nutrisi, juga disebabkan oleh rasa nyeri pada luka operasi. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan
peranan perawat, karena perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien
lebih banyak untuk membantu meningkatkan kualitas tidur pasien pascaoperasi laparatomi
dengan meningkatkan status nutrisi dan menghilangkan rasa nyeri pada pasien pascaoperasi
laparatomi. Dalam hal ini, perawat dapat berkolaborasi dengan tenaga profesional lain,
seperti ahli gizi rumah sakit, dalam pemenuhan nutrisi pasien dan dokter, dalam hal intervensi
pereda rasa nyeri pascaoperasi. Manajemen perawatan pada pasien pascaoperasi laparatomi
yang baik akan membantu penyembuhan pascaoperasi secara lebih signifikan sehingga pasien
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit ...
pada bulan ... 20.., mendapatkan 8 orang (80%) dari 10 pasien pascaoperasi laparatomi yang
mengalami gangguan tidur.Hasil penelitian Menzeis dalam Razid (2010) di Rumah Sakit ...,
menunjukkan bahwa 748 orang (90%) dari 831 pasien pascaoperasi laparatomi mengalami
gangguan tidur akibat faktor nutrisi dan rasa nyeri pada luka operasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul Hubungan antara Status Nutrisi dan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Tidur pada
Pasien Pascaoperasi Laparatomi di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit ...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Laparatomi
1. Pengertian Laparatomi
laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
2. Indikasi Laparatomi
Kasuskasus yang terdapat pada kasus laparatomi, yaitu : hernotorni, gasterektomi,
fistulktomi atau fistulektomi. Adapun cara operasi laparatomi, yaitu : midline incision,
paramedian : panjang (12,5 cm) lebih kurang sedikit ke tepi dari garis tengah; transverse
upper abdomen incision : sisi di bagian atas, seperti pembedahan colesistotomy dan
splenektomy; transverse lower abdomen incision : 4 cm di atas anterior spinal iliaka, lebih
kurang insisi melintang di bagian bawah, misalnya : pada operasi apendiktomy (Ester, 2002).
Masalah yang sering terjadi pada pasien yang mengalami operasi laparatomi adalah
gangguan tidur, padahal tidur memberikan waktu perbaikan dan penyembuhan bagi sistem
tubuh yang sangat dibutuhkan oleh pasien, khususnya bagi pasien pascaoperasi. Gangguan
tidur yang dialami pasien pascaoperasi laparatomi biasanya disebabkan oleh faktor nutrisi dan rasa
nyeri pada luka operasi. Dalam hal ini, perawat dapat berkolaborasi dengan ahli gizi dan dokter untuk
intervensi pemenuhan nutrisi dan pereda rasa nyeri pascaoperasi (Potter & Perry, 2005).
4. Komplikasi Pascaoperasi
a. Perdarahan eksternal
operasi.perdarahan eksternal yang sering tampak adalah daerah drainase. Pipa drainase
biasanya keluar dari lubang insisi yang terpisah dan mungkin terjadi perembesan darah yang
terus menerus dari pembuluh darah kulit atau tepat di bawah kulit.
b. Perdarahan internal
Perdarahan internal sulit terdeteksi karena manifestasi kliniknya lambat. Tandatanda klasik
dari perdarahan adalah pucat, menurunnya tekanan darah, nadi yang cepat dan lemah,
B. Perawatan Pascaoperasi
1. Persiapan pasien
a. Memberi tahu pasien tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberitahukan bahwa
balutan akan diganti dan penggantian balutan tersebut adalah hanya prosedur sederhana yang
b. Menyiapkan lingkungan pasien. Jika pasien dirawat di unit terbuka, gorden harus dipasang
2. Persiapan alat-alat
a. Alat-alat steril
(6) 1 klem
b. Alat-alat nonsteril
(2) Bengkok
(3) Plester
3. Pelaksanaan
b. Memakai masker;
c. Memakai gown;
e. Ambil kantong sekali pakai dan buat lipatan di atasnya, letakkan kantong dalam jangkauan
f. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan tutup bagian tubuh yang tidak diberikan tindakan
dengan selimut;
j. Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester atau kasa yang menutup luka
tersebut, lepaskan plester dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan sejajar
dengan kulit ke arah balutan dengan menggunakan pinset anatomis. Jika plester terlalu kuat
merekat ke kulit, maka oleskan alkohol dengan menggunakan cotton buds pada sisi plester
untuk mengurangi rasa sakit karena tarikan kulit dengan tangan. Dengan tangan yang telah
menggunakan sarung tangan bersih angkat balutan dengan pinset. Buang ke kantong plastik
kantong tersebut. Lepaskan sarung tangan bersih sekali pakai dan buang pada tempat yang
disediakan;
l. Siapkan peralatan balutan steril. Tuangkan cairan yang diresepkan (NaCl 0,9%) pada kom
s. Kemudian pasang plester. Cara yang tepat untuk memasang plester adalah dengan meletakkan
plester di tengah balutan dan kemudian menekan plester ke bawah pada ke dua sisinya,
v. Mencuci tangan;
4. Evaluasi
tentang cara merawat insisi dan mengganti balutan di rumah. Perawat mengamati isyarat dari
kesiapan pasien untuk belajar, seperti melihat pada insisi, menunjukkan minat atau membantu
6. Pengobatan
Pengobatan luka dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik profilaktik yang diberikan
ketika diduga terjadi kontaminasi, atau ketika alat prostetik dimasukkan ke dalam luka yang
bersih. Luka yang terinfeksi tidak ditutup sampai segala upaya telah dilakukan untuk
membuang semua jaringan devitalis dan terinfeksi, prosedurnya disebut debridemen. Sering
kali drain kecil dipasang sebelum luka dijahit untuk mencegah penggumpalan limfe dan
C. Konsep Tidur
1. Pengertian Tidur
Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang
secara fisik. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, namun dapat berupa membaca
buku, melihat televisi. Seusai istirahat, mental dan fisik menjadi segar. Tidur merupakan
perubahan status kesadaran berulangulang pada periode tertentu. Tidur memberikan waktu
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan dan upaya
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniyah yang berbeda (Wartonah, 2011).
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
sesuatu atau sensoris yang sesuai atau juga dapat di katakan sebagai keadaan tidak sadarkan
diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih
merupakan suatu urutan siklus berulang, dengan ciri adanya dengan aktivitas yang minim,
memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi
2. Fisiologi Tidur
a. Irama Sirkardian
Irama siklus 24 jam siang malam disebut irama sirkadian. Irama sirkardian mempengaruhi
perilaku dan pola fungsi biologis utama seperti suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,
sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati. Irama sirkardian dipengaruhi cahaya,
suhu, dan faktor internal (aktivitas sosial dan dan rutinitas pekerjaan).
b. Tahapan Tidur
Dua fase normal : NREM (pergerakan mata yang tidak cepat) dan REM (pergerakan mata
yang cepat).
Tahap 1 : NREM
Merupakan tingkatan paling dangkal dari tidur. Tahap ini berakhir beberapa menit sehingga
Tahap 2 : NREM
Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun sulit. Tahap ini
Tahap : 3 NREM
Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot otot menjadi relaks penuh sehingga sulit untuk
dibangunkan dan jarang bergerak. Tanda tanda vital menurun namun teratur. Berakhir 15
3 menit.
Tahap 4 : NREM
Menjadi tahap tidur terdalam. Individu menjadi sulit dibangunkan. Jika kurang tidur, individu
Tanda tanda vital menurun secara bermakna. Pada tahap ini terjadi tidur sambil berjalan dan
Tidur REM
Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon pergerakan mata yang cepat, fluktasi
jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan darah. Terjadi tonus otot skelet
penurunan. Sekresi lambung meningkat. Berakhir dalam waktu 90 menit. Terjadi peningkatan
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekankan pada pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem mengaktivasi
retikularis yang merupakan system yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan syaraf
pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dari tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, Reticular Activating
System (RAS) dapat rangsangan visual, pendengaran, nyeri, perabaaan juga dapat menerima
stimulasi dari kortek serebri termasuk rangsangan emosi dan proses fikir dalam keadaan
Demikian juga pada saat tidur kemungkinan adanya pelepasan serum serotinin dari sel khusus
yang berada di pons di batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR).
Bangun tergantung dari keseimbangan implus yang diterima di pusat otak dan system limbic,
dengan demikian sistem dengan batang otak yang mengatur atau perubahan dalam tidur
menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang
lambat karena gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga tidur Non Rapid
Eye Movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari
isyarat isyarat dalam otak, meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti,
disebut dengan jenis tidur paradoks atau disebut juga dengan tidur Rapid Eye Movement
Jenis tidur ini kenal dengan tidur yang dalam, istirahat yang penuh, atau juga dikenal dengan
tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga
menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang lambat bias juga disebut dengan tidur
gelombang delta, dengan ciri ciri : betulbetul istirahat, tekanan darah menurun, frekuensi
nafas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan metabolisme
menurun.
dengan memperlihatkan gelombang otak berada setiap tahap tidur, yaitu : pertama,
kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan voltase rendah: ke
dua, istirahat tenang yang diperlihatkan pada gelombang alpa : ke tiga, tidur ringan karena
terjadi perlambatan gelombang alpa sejenis teta atau delta yang bervoltase rendah : dan ke
empat tidur nyenyak karena gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan cirri sebagai berikut : rileks,
masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke
samping, frekuensi nafas dan nadi sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai
berikut : mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun,
menit.
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses
tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi simpatis syaraf parasimpatis dan
Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan turun,
jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun dan
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat
pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga
dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat efek
fisiologis dari tidur : pertama, efek pada system syaraf yang diperkirakan dapat memulihkan
kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan syaraf, dan ke dua, efek pada
struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama
Menurut Widianti (2011), kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor
kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat
mempengaruhinya :
a. Penyakit
Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan
oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga
keseimbangan energi yang telah dikeluarkan hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah
melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan, maka orang tersebut akan lebih cepat untuk
c. Stres psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seeorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat
ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit
untuk tidur.
d. Obat
Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat
diuretik menyebabkan seseorang insomnia, antidepresan dapat menekan ren, kafein dapat
meningkatkan syaraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker
dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan rem sehingga
mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang
tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan
asam amino dari protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur.
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya
proses tidur. Sebaliknya, lingkungan yang tidak nyaman dan nyaman bagi seseorang dapat
g. Motivasi
Merupakan suatu dorongan atau keingan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi
proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan
h. Nyeri
Sensasi tidak menyenangkan dan sangat individual dan tidak bisa berbagi dengan orang lain.
a. Insomnia
Merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas
maupun kuantitas dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur insomnia
terbagi menjadi tiga jenis yaitu : initial insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur
karena selalu terbangun pada malam hari dan terminal insomnia merupakan ketidakmampuan
b. Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan pada umumnya lebih dari
sembilan jam pada malam hari, disebabkan kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi,
c. Parasomnia
Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat menggagu pola tidur seperti
somnambulisme (berjalanjalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anakanak, yaitu pada
tahap III dan IV dari tidur NREM. Sonnambulisme dapat menyebabkan cidera.
d. Enuresa
Merupakan BAK yang tidak sengaja pada waktu tidur atau biasa di sebut dengan mengompol.
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur tetapi mendengkur yang
disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Terjadinya apnea dapat mengacaunya
f. Narcolepsi
Merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam
keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau di saat membicarakan sesuatu. Hal ini
merupakan neurologis.
g. Mengigau
Dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan di luar kebiasaan dari hasil
pengamatan ditemukan bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum
tidur REM.
Selama kita tidur, maka kita mengalami beberapa siklus tidur. Satu siklus terdiri dari
beberapa REM dan non REM, dan bagi suatu usia tertentu maka setiap tahap akan berbeda
dalam lama berlangsungnya. Golongan remaja amat cepat terlelap sejak mulai membaringkan
badannya. Setelah 60 sampai 90 menit, ia memasuki tahap ke dua pada non REM dan segera
diikuti oleh tahap REM yang pertama pada malam itu. Siklus pertama biasanya hanya
Semakin larut malam, maka waktu siklus menjadi lebih lama dan akhirnya mencapai
100 menit. Tahap ke tiga dan ke empat merupakan bagian yang menonjol pada siklus
pertama. Bagian ini seringkali dianggap sebagai tidur yang paling nyenyak, sebab pada saat
ini orang yang paling sulit untuk dibangunkan dan sangat kebal terhadap setiap gangguan
suara. Dengan bertambah larutnya malam, maka periode REM semakin panjang, sedangkan
tahap ke tiga dan ke empat menghilang. Menjelang dini hari, maka sedikit suara saja dapat
membangunkan kita. Haruslah diingat bahwa semua ini merupakan satu kali tidur dalam
suatu malam, jadi sebenarnya dapat dianggap satu rata-rata saja. Mungkin sekali tidur anda
malam ini berbeda dengan kemarin atau dengan esok hari, dan mungkin pula tidur yang anda
D. Status Nutrisi
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, meneral dan air (Widianti, 2011). Nutrisi merupakan
proses pemasukan dan pengelolaan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup
dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses
tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,
2. MacamMacam Nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada umumnya dalam bentuk
amilum pembentukan amilum terjadi dalam mulut melalui enzim ptialin yang ada dalam
ludah.
b. Lemak
Pencernaan lemak dimulai dalam lambung (walaupun hanya sedikit) karena dalam mulut
tidak ada enzim pemecah lemak lambung mengeluarkan enzim lifase untuk mengubah
sebagian kecil lemak dan gliserin, kemudian diangkut melalui getah bening dan selanjutnya
c. Protein
Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim preatase baru terdapat
d. Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Meneral hadir dalam bentuk tertentu sehingga
tubuh mudah untuk memprosesnya. Umumnya, meneral diserap dengan mudah melalui
e. Vitamin
Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul molekul yang lebih kecil
sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan vitamin dilakukan dengan difusi
sederhana, tetapi sistem transfortasi aktif sangat penting untuk memastikan pemasukan yang
cukup.
f. Air
Air merupakan zat makanan yang paling mendasar dibutuhkan oleh tubuh manusia. Terdiri
atas 50 % - 70% air. Asupan air secara teratur sangat penting bagi makhluk hidup untuk
3. Keseimbangan Energi
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas, dapat diukur melalui
pembentuakan panas. Energi pada manusia dapat diperoleh dari berbagai masuakan zat gizi
diantaranya protein, karbohidrat, lemak, maupun bahan makanan yang disimpan di dalam
tubuh.
Metabolisme basal merupakan energi yang dibutuhkan seseorang dalam keadaan istirahat dan
nilainya disebut dengan Basal Metabolisme Rate (BMR). Nilai metabolisme basal setiap
orang berbedabeda, dipengaruhi oleh faktor usia, kehamilan, mal nutrisi, komposisi, jenis
4. JenisJenis Metabolisme
a. Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakarida diserap melalui
mokasa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam pembuluh darah) semua berbentuk
b. Metabolisme lemak
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam lemak. Gliserol larut dalam air sehingga dapat
diserap secara pasif, langsung memasuki pembuluh darah dan dibawa ke hati. Melalui proses
kimiawi, gliserol diubah menjadi glikogen, selanjutnya mengikuti metobolisme arang sampai
menghasilkan tenaga. Jadi, gliserol diubah menjadi tenaga melewati proses yang dilakukan
oleh karbohidrat.
5. Metabolisme protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan darah
dibawa ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses masuknya asam amino dapat
dikatakan tidak dinamis dan selalu diperbaharuhi. Asam amino yang masuk tidak sebanding
dengan jumlah asam amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai
oleh tubuh.
Ibu hamil lebih banyak membutuhkan kalori, kalsium, folat, zat besi, dan ASI pada ibu hamil.
b. Bayi
Mengalami tumbuh kembang pesat pada 1 tahun pertama. Usia 6 bulan diberikan susu dan
nutrisi yang penting untuk tumbuh kembang anak (menu gizi seimbang).
Pertumbuhan meningkat pada usia ini. Gigi permanen sudah tumbuh dan sistem pencernaan
sudah matur.
e. Lansia
Pertumbuhan dan metabolisme berhenti sehingga butuh kalori sedikit. Defesiensi kalsium dan
E. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon terhadap nyeri yang dialaminya
dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat
subyektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien. Untuk itu,
diperlukan kemampuan perawat dalam mengidentifikasi dan mengatasi rasa nyeri (Asmadi,
2004). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
Dua kategori dasar nyeri yang secara umum diketahui nyeri akut dan nyeri umum.
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya tibatiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, nyeri akut
mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Hal ini menarik perhaatian pada
kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari
situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi
dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan ; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari
satu bulan. Untuk tujuan definisi nyeri, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang
berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan. Cidera atau penyakit yang menyebabkan
nyeri akut dapat sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan. Sebagai contoh,
jari yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, barangkali dalam beberapa detik atau
beberapa menit. Pada kasus yang lebih berat, seperti fraktur ekstrimitas, pengobatan
b. Nyeri kronis
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang sesuatu periode
waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak
dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai
awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini
tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski
nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan
sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya. Nyeri
kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih,
meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan
antara nyeri akut dan nyeri kronis. Suatu episode nyeri dapat mempunyai karakteristik nyeri
kronis sebelum enam bulan telah berlalu, atau beberapa jenis nyeri dapat tetap bersifat akut
Meskipun tidak diketahui mengapa banyak orang mengalami nyeri kronis setelah suatu cidera
atau proses penyakit, hal ini juga duga bahwa ujungujung syaraf yang normalnya tidak
yang mengalami nyeri kronis saat mereka masuk rumah sakit untuk berobat atau saat
mengunjungi mereka dirumah untuk perawatan rumah. Seringkali perawat diperlukan dalam
Tabel 2.2
Membandingkan Karakteristik antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
2. Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri dapat meliputi resepsi, persepsi dan reaksi. Impuls syaraf yang
dihasilkan stimulus nyeri menyebar di sepanjang serabut syaraf aferen. Syaraf ini
menonduksi 2 stimulus nyeri : serabut A-delta bermielinasi dan cepat dan serabut C lambat.
Saat individu sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi kompleks. Menurut
McCaffery, 3 sistem interaksi persepsi nyeri, yaitu efektif, kognitif, evaluatif. Bentuk reaksi
fisiologis, stimulasi cabang simpatis menghasilkan respon fisiologis. Jika nyeri terus
menerus, maka saraf parasimpatis akan menghasilkan aksi. Fase pengalaman nyeri sebagai
b. Sensasi : ketika merasakan nyeri, gerakan khas, ekspresi wajah mengindikasikan nyeri seperti
. Akibat : nyeri atau berhenti. Namun masih tetap butuh perhatian perawat mesti sumber nyeri dapat
Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara
berikut :
Intensitas nyeri adanya skala verbal, misalnya : 0 = tidak nyeri; 1-3 nyeri ringan; 4-6 nyeri
Kekhawatiran individu tentang nyeri dapat diliputi berbagai masalah yang luas, seperti beban
ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri (Suzanne, 2002).
BAB III
Kerangka konsep dalam penelitian ini merujuk pada teori kualitas tidur yang
kualitas tidur antara lain adalah status nutrisi dan intensitas nyeri, sehingga kerangka konsep
Skema 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
. Ukur
1. Variabel
Dependen
Kualitas Mutu kemampuan Kuesioner Wawancara1.Terganggu, bila Nomina
tidur responden untuk tidur nilai 5 l
dan memperoleh 2.Tidak terganggu,
jumlah istirahat bila nilai <
sesuai dengan 5
kebutuhannya
2. Variabel
Independe
n Keadaan gizi Timbanga Menimban 1. Tidak normal, Nomina
Status responden yang n dan g berat bila IMT l
nutrisi diukur dengan Meteran badan dan 18,4 atau > 25
menghitung Indeks serta mengukur 2. Normal, bila
Massa Tubuh (IMT) kuesioner tinggi IMT 18,5
responden badan dan 25,0
wawancara
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara status nutrisi dengan kualitas tidur pada pasien pascaoperasi
2. Ada hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pascaoperasi
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode survei analitik
melalui pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian cross sectional adalah suatu
penelitian yang semua variabelnya, baik variabel independen (Status Nutrisi dan Intensitas
Nyeri) maupun variabel dependen (Kualitas Tidur) diobservasi atau dikumpulkan sekaligus
1. Lokasi Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien pascaoperasi laparatomi di Instalasi Rawat Inap Bedah
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau keseluruhan subjek yang akan diteliti dan dianggap
mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara
accidental sampling, yaitu mengambil sampel sesuai dengan jumlah sampel yang ada pada
D. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada responden
melalui kuesioner untuk mengetahui status nutrisi dan intensitas nyeri serta kualitas tidur
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari profil RS... dan buku status pasien.
2. Instrumen Penelitian
merupakan alat ukur berupa angket atau daftar pertanyaan. Pembuatan kuesioner ini mengacu
pada parameter yang sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan
a) Kualitas tidur dinilai dari jawaban responden pada kuesioner, dengan penilaian jawaban :
- Ya = 1
- Tidak = 0
b) Status nutrisi
c) Intensitas nyeri dinilai dari persepsi pasien terhadap rasa nyeri akibat luka pascaoperasi
E. Pengolahan Data
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner
tersebut.
2. Coding
Proses mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Entry data
4. Cleaning
F. Analisis Data
Setelah melalui tahapan pengolahan data, data kemudian dianalisis secara univariat
dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan
persentase dari semua variabel penelitian yang meliputi status nutrisi dan intensitas nyeri
(variabel independen) serta kualitas tidur pada pasien pascaoperasi laparatomi (variabel
dependen).
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas
tidur pada pasien pascaoperasi laparatomi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji Chi Square, karena baik variabel independen maupun variabel dependen
merupakan variabel kategorik. Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. Pengambilan
keputusan statistik dilakukan dengan membandingkan nilai p (p value) dengan nilai (0,05),
dengan ketentuan :
a. Bila p value nilai (0,05), maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen
b. Bila p value > nilai (0,05), maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
G. Jadwal Pelaksanaan
Untuk menunjang keberhasilan dalam penulisan proposal ini, penulis menyusun jadwal
seminar dan melakukan perbaikan, uji coba melakukan pengumpulan informasi. Untuk lebih
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan
proposal
2. Pengajuan
seminar dan
perbaikan
proposal
3. Pengumpulan
data
4. Analisa dan
interprestasi
data
5. Pengajuan usul
ujian skripsi
H. Etika Penelitian
oleh peneliti tentang maksud dan tujuan penelitian serta cara mengisi instrumen, dan peneliti
juga menjelaskan kerahasiaan mengenai nama responden untuk disimpan oleh peneliti dan
tidak dipublikasikan.
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent ini diberikan sebelum
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan nama inisial pada lembar
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan.