Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA KLIEN DENGAN DIMENSIA

Disusun oleh :

Harry Noperto Tarigan Evi Ikrima

Elda Suziarty Rovi Setiana

Nauli M Ari ambarsina

PROGRAM S 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fakta di masa lalu, merawat klien lanjut usia (lansia) dianggap sebagai
area berteknologi rendah, dijelaskan sebagai area yang bukan salah satu
area praktik keperawatan bergengsi (Basford, 2006). Terdapat keraguan
bahwa klien lansia dengan demensia merupakan kekhawatiran utama
dalam penyediaan pelayanan asuhan keperawatan lanjut (home care).
Bahwa seiring dengan semakin lanjutnya usia, mental serta kecakapan fisik
melambat sampai beberapa tingkat, sehingga lansia distigmatisasi sebagai
bagian bawah dalam kelompok sosial dan kebutuhan khusus mereka
kurang dikenali, sehingga perawatan home care tidak maksimal (Larsson,
2007).

Sensus penduduk tahun 1901, menemukan kurang dari dua juta masyarakat
Inggris berusia lebih dari 65 tahun. Pada 1989, diperkirakan jumlah
penduduk lansia sekitar sembilan juta. Walaupun lansia yang lebih muda
(65-75 tahun) secara statistik menunjukkan sikap yang tetap mandiri,
terdapat peningkatan signifikan pada lansia yang lebih tua (75 tahun ke
atas) yang menyebabkan kesulitan tertentu bagi penyedia perencana
kesehatan dan perawatan sosial. Pada 1991, bahwa 44% penduduk lansia
berusia lebih dari 75 tahun. Diperkirakan pada 2041 proporsi penduduk
lansia yang lebih tua akan melebihi 50%. Dalam istilah lain, diprediksi
bahwa antara 1991 dan 2011 jumlah lansia akan meningkat sampai sekitar
700.000 dan sekitar 75% terdiri dari lansia yang berusia lebih dari 75
tahun (OPCS, 1991). Antara 60% dan 75% lansia penghuni panti jompo
menderita beberapa bentuk demensia (Stockslager, 2007).
Bahwa tingkat kerusakan jaringan otak meningkat melalui kombinasi dari
pengurangan sejumlah darah teroksigenasi yang mencapai daerah otak,
dan efek proses penuaan pada organ lain dan pada sistem tubuh. Efek
kondisi yang dapat dipantau ini adalah kehilangan keterampilan sehari-hari
seperti mandi, makan dan minum, berpakaian, dan eliminasi, serta rasa
frustasi akibat kehilangan kepercayaan diri dan harga diri yang dapat
digabungkan dengan cara perawat memperlakukan klien lansia (Kitson,
1990).

Salah satu upaya perawatan terhadap lansia berupa home care untuk
mempertahankan individualitas dan pemberdayaan karena perawatan
tersebut adalah tentang pemberian asuhan spesial untuk memenuhi
kebutuhan spesial. Sehingga ketergantungan permanen pada lansia
dapat dikurangi. Pengkajian keperawatan untuk kelompok klien ini perlu
dikonsentrasikan pada mengukur efek kerusakan dalam kemampuan untuk
berkomunikasi, mobilisasi, dan terlibat dalam aktivitas sosial. Intervensi
keperawatan selanjutnya harus berfokus pada memfasilitasi adaptasi
individu guna mengembalikan kesejahteraan dan kemandirian (Basford,
2006).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Dimensia
1. Definisi
Demensia adalah sekumpulan gejala yang memengaruhi
kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat (memori),
berpikir, bertingkah laku, dan berbicara (berbahasa). Demensia
bukanlah sebuah penyakit sungguhan, melainkan istilah untuk
menggambarkan sekelompok gejala yang mengganggu fungsi otak,
atau biasa disebut juga sebagai gangguan neurokognitif mayor.
Gangguan ini bukanlah sebuah penyakit yang berdiri sendiri,
melainkan sekelompok gejala yang disebabkan oleh kondisi
lainnya.

Singkatnya, kondisi ini kerap ditandai dengan sifat yang mudah


lupa atau pikun karena memang mengganggu kemampuan otak
untuk mengingat. Akan tetapi, mengalami penurunan daya ingat
tidak lantas membuat orang pasti terkena demensia. Sebab kondisi
ini didasarkan oleh berbagai hal yang berbeda.

Tingkat keparahan kondisi ini bisa beragam, mulai berkisar dari


yang ringan hingga berat sekali pun. Bahkan bukan tidak mungkin,
kondisi yang memengaruhi fungsi otak ini bisa mengubah
kepribadian seseorang. Demensia juga bisa bersifat progresif, yang
artinya dapat berkembang semakin memburuk dari waktu ke
waktu.

Beberapa kasus yang mengakibatkan demensia cenderung sulit


untuk pulih. Meski begitu, tidak perlu khawatir karena beberapa
lainnya masih bisa diobati dan disembuhkan. Risiko mengalami
demensia memang biasanya semakin meningkat seiring
bertambahnya usia. Namun penting untuk dipahami, bahwa kondisi
ini sebenarnya bukan merupakan bagian dari penuaan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, demensia adalah gejala


dari suatu penyakit tertentu. Tidak hanya satu, melainkan ada
berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan demensia. Berikut
beberapa jenis demensia sesuai penyakitnya, yakni:
1. Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum.
Terbukti dengan sekitar 60-80 persen dari semua kasus
demensia ditempati oleh penyakit Alzheimer. Alzeimer
merupakan kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami
kematian sehingga membeuat signal dari otak tidak dapat
ditarnsmisikan sebagaimana mestinya. (Grayson, 2013). Pada
pasien alzaimer, maka akan mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
pikir.
2. Demensia vascular
Jenis gangguan fungsi otak ini disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah pada otak. Kondisi tersebut bisa disebabkan oleh
adanya penumpukan plak di dalam pembuluh darah arteri.
Padahal normalnya, pembuluh darah tersebut seharusnya
bertugas sebagai pemasok darah untuk otak. Stroke atau
gangguan lainnya bisa menjadi penyebab masalah pada
pembuluh darah ini.
3. Lewy body dementia
Lewy body dementia adalah kondisi yang ditandai dengan
munculnya endapan protein di dalam sel saraf pada otak.
Akibatnya, fungsi otak untuk menghantarkan sinyal kimia ke
seluruh tubuh pun terhambat. Itulah mengapa orang yang
mengalami hal ini biasanya memiliki penurunan daya ingat,
dan respon yang cenderung lambat. Lewy body dementia
merupakan salah satu jenis demensia progresif yang cukup
umum.
4. Demensia frontotemporal
Demensia frontotemporal adalah sekelompok penyakit yang
ditandai dengan rusaknya sel-sel saraf di lobus frontal
temporal otak, yang teletak di bagian depan. Bagian otak ini
umumnya bertugas untuk mengatur kepribadian, perilaku, dan
kemampuan berbicara (bahasa).

2. Etiologi
a. Penyakit alzaimer
b. Serangan stroke berturut-turut
c. Sindroma dimensia dengan penyakit yang etiologinya tidak
diketahui.
d. Sindroma dimensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum
dapat diobati,misalnya penyakit degenerasi spino serebral.
e. Neurotransmitter
f. Penyakit jisim lewy ( lewy body disease)

3. Manifestasi klinis
a. Dimensia adalah kondisi yang lama-kelamaan makin
memburuk. Penurunan fungsi daopat terjadi dalam kurun
waktu yang lama sebelum dimensia muncul dan ditemukan,
yang ditandai dengan penurunan daya ingat yang terjadi atau
lupa yang menjadi bagian dari keseharian yang tidak bisa
lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat. Misalnya lupa hari,
minggu, bulan, tahun, tempat dimana saatini berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi
kalaimat, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah
kondisi, mengulan kata atau cerita yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis saat melihat
drama televise, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan oleh orang lain, rasa takut dan gugup yang tidak
beralasan.
e. Adanaya perubahan tingkah laku seperti acuh tak acuh,
menarik diri, dan gelisah sampai susah mengatur pola tidur.

4. Patofisiologi
Dimensia sering terjadi pada usia >65 tahun, gejala yang mungkin
muncul yaitu perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita tidak menunjukkan
gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka tampak seperti
lansia pada umumnya, mengalami proses penuaan dan
degenerative. Kejanggalan awal dirasakan penderita yaitu sulit
mengingat dan sering lupa meletakkan barang, mereka sering
menutupi hal tersebut dan menganggap hal biasa pada usia
mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakanoleh orang-orang
terdekat yang tinggal bersama mereka. Mereka merasa khawatir
terhadap penurunan daya ingat yang terjadi, namun keluarga
merasa mungkin lansia kelelahan dan perlu istirahat. Mereka tidak
menyadari adanya masalah besar terkait penurunan berikutnya.

Gejala dimensia yang berikutnya yang muncul yaitu berupa


depresi pada lansia, yaitu perilaku menjaga jarak pada lingkungan
dan lebih sensitive, yang diikuti oleh munculnya penyakit lain dan
biasanya akan mempengaruhi kondisi lansia. Pada kondisi ini,
biasanya lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Disinilah keluarga baru membawalansia kerumah
sakit, sementara dimensia bukanlah menjadi focus utama
pemeriksaan. Seringkali dimensia tidak terkaji oleh tim kesehatan
karena tidak semua tenaga kesehatan dapat mengkaji dan
mengenali gejala dimensia.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : dilakukan saat klien sudah
didiagnosis dimensia untuk membantu mencari etiologi
dimensia khususnya pada dimensia reversible. Adapun
pemeriksaan yang likaukan adalah pemeriksaan darah
lengkap, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati,
hormone tiroid, dan kadar asam folat.
b. Imaging : CT-Scan dan MRI
c. Pemeriksaan EEG (elektroencepalogram) : dapat memberi
gambaran perlamabatan difus dan kompleks periodic.
d. Pemeriksaan cairanotak :pungsi lumbal diindikasikan bila
klinis dijumpai awitan dimensia akut, penyandang dengan
imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas.
e. Pemeriksaan neuropsikologis : meliputi pemeriksaaan status
mental, aktivitas sehari-hari, Bahasa,kalkulasi dan problem
solving.

6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi : diberikan berdasarkan penyebab dimensia pada
lansia.
2. Dukungan dan peran keluarga
3. Terapi simtomatik misalnya latihan fisik yang sesuai,
penanganan terhadap masalah-masalah.
4. Pencegahan dan perawatan dimensia misalnya mencegah
masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alcohol dan zat aditif, membaca buku untuk merangsang otak
umtuk berfikir.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian, meliputi Identitas Pasien : Hal -hal yang perlu dikaji
pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi

2. Pengkajian dasar
a. Temperatur
b. Pulse ( denyut nadi ) : Kecepatan, irama, volume Apikal, radial, pedal
c. Respirasi ( pernapasan ) : Kecepatan, irama, dan kedalaman. Tidak
teraturnya pernapasan
d. Tekanan darah: Saat baring, duduk, berdiri. Hipertensi akibat posisi
tubuh
e. Berat badan perlahan-lahan hilang dalam tahun-tahun terakhir
f. Tingkat orientasi
g. Memory ( ingatan )
h. Pola tidur
i. Penyesuaian psikososial
Sistem Persarafan
− Kesimetrisan raut wajah
− Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
 Tidak semua orang menjadi snile
 Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
− Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
− Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
 Jangan ditest diluar jendela
 Pergunakan tangan atau gambar
 Cek kondisi kaca mata
− Pupil : kesamaan, dilatasi
− Sensor deprivation ( gangguan sensorik )
− Ketajaman pendengaran
 Apakah menggunakan alat bantu dengar
 Tinutis
 Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
− Adanya rasa sakit atau nyeri
Sistem Kardiovaskuler
 Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
 Auskultasi denyut nadi apikal
 Periksa adanya pembekakan vena jugularis
 Pusing
 Sakit
 Edema

Sistem Gastrointestinal

 Status gizi
 Pemasukan diet
 Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
 Mengunyah dan menelan
 Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
 Auskultasi bising usus
 Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
 Apakah ada konstipasi ( sembelit ), diare dan inkontinesia alvi

Sistem Genitourinarius

 Warna dan bau urine


 Distensi kandung kemih, inkontinensia ( tidak dapat menahan
untuk buang air kecil )
 Frekuensi, tekanan atau desakan
 Pemasukan dan pengeluaran cairan
 Disuria
 Seksualitas : Kurang minat untuk melaksanakan hubungan
seks, adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas
seksual.

Sistem integument

1. Kulit
Temperatur, tingkat kelembaban, Keutuhan luka, luka terbuka,
robekan,Turgor ( kekenyalan kulit ) Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal

1. Kontraktor :Atroofi otot, Mengecilkan tendon, Ketidak adekuatannya


gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi ; Ambulasi dengan/tanpa bantuan peralatan,
Keterbatasan gerak, Kekuatan otot, Kemampuan melangkah atau
berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis

Psikososial

1. Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan


2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

Perubahan- perubahan mental :

1. Memory
o Kenangan jangka panjang : berjam – jam sampai berhari hari yang
lalu
o Jangka pendek : 0-10 menit
2. I.Q (Intelegentia Quantion)
o Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
o Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan
o
Pengkajian Fungsional Klien

1. Katz index
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan
Sebagian Penuh
1. Bathing
2. Dressing
3. Toiletting
4. Transfering
5. Continence
6. Feeding

2. Barthel index

Kriteria Penilaian
1. Makan (frekuensi, jumlah, jenis) 1. Denganbantuan(5)
2. Minum (frekuensi, jumlah, jenis) 2. Mandiri(10)
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat
tidur/sebaliknya Keterangan:
4. Personal toilet, cuci muka, menyisir 120 : mandiri
rambut, gosok gigi) 65 –115 : Ketergantungan Sebagian
5. Keluar masuk toilet (mencuci <60 : Ketergantungan total
pakaian, menyekat tubuh menyiram)
… (frekuensi).
6. Mandi
7. Jalan dipermukaan datar
8. Naik turun tangga
9. Mengenakan pakaian
10. Kontrol bowel (BAB)...(frekuensi,
konsistensi)
11. Kontrol Bladder (BAK) …
(frekuensi, warna)
12. Olahraga/ latihan… (frekuensi,
jenis)
13. Rekreasi/ pemanfaatan waktu…
(frekuensi, jenis)

PEMERIKSAAN PORTABEL UNTUK STATUS MENTAL (PPSM =


MMSE = MINI MENTAL STATEEXA MINATION)

DAFTAR PERTANYAAN PENILAIAN


1. Tanggal berapakah hari ini ? (bulan, tahun) 0 –2 kesalahan = baik
2. Hari apakah hari ini ? 3 –4 kesalahan = gangguan
3. Apakah nama tempat ini ? intelek ringan
4. Berapakah nomor telepon Bapak / Ibu ? Di 5 –7 kesalahan =gangguan
jalan apakah intelek sedang
rumah Bapak / Ibu ? 8 –10 kesalahan = gangguan
5. Berapakah umur Bapak / Ibu ? (tanggal, bulan, intelek berat
tahun) Bila penderita tak pernah
6. Kapan Bapak / Ibu lahir ? (tanggal, bulan, sekolah, nilai kesalahan
tahun) diperbolehkan + 1 dari nilai
7. Siapakah nama Gubernur kita ? (walikota / diatas.
camat / lurah) Bila penderita sekolah lebih
8. Siapakah nama Gubernur sebelum ini ? dari SMA, kesalahan yang
(walikota / camat / lurah) diperbolehkan –1 dari nilai
9. Siapakah nama gadis Ibu anda ? diatas
10. Hitung mundur 3 –3 , mulai 20 !

PENGKAJIAN STATUS MENTAL

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER(SPSMQ)

DAFTAR PERTANYAAN PENILAIAN(Benar/ Salah)


1. Tanggal berapa hari ini? Interpretasi hasil:
2. Hari apa sekarang? Salah 0 –3 : fungsi intelektual utuh
3. Apa nama tempat ini? Salah 4 –5 :
4. Dimana alamat anda? Kerusakan intelektual ringan
5. Berapa umur anda? Salah 6 –8 :
6. Kapan anda lahir? (minimal tahun Kerusakan intelektual sedang
lahir) Salah 9 –10:
7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Kerusakan intelektual berat
8.Siapa presiden Indonesia
sebelumnya?
9. Siapa nama ibu anda?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari Setiap angka baru,
semua secara menurun.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan: risiko terhadap trauma/cedera.
Tujuan khusus 1: klien dan anggota keluarga akan mengamankan segala bentuk
bahaya yang mungkin terjadi di dalam lingkungan rumah.

Kriteria hasil (nursing out come):

1. Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko


trauma/cedera.
2. Tidak mengalami trauma/cedera.

Intervensi:

1. Ciptakan agar lingkungan aman dengan cara menyimpan semua benda yang
berpotensi berbahaya.
Rasional: penatalaksanaan lingkungan merupakan prioritas utama jika klien
berada di lingkungan komunitas dalam waktu yang lama.
2. Identifikasi tempat yang aman bagi klien di dalam rumah, dan pertahankan
supaya tempat tersebut tetap aman bebas dari bahaya.
Rasional: keamanan ditingkatkan dengan cara menyimpan benda-benda yang
dapat menimbulkan bahaya yang ada di lingkungan rumah.
3. Simpan semua benda yang berbahaya ke dalam tempat yang aman, terkunci
dan diberi label.
Rasional: tindakan ini mencegah klien supaya tidak menggunakan atau kontak
dengan benda berbahaya tersebut, misalnya zat toksik.

Simpan semua obat-obatan yang tidak diresepkan, seperti aspirin, obat batuk,
dan semua obat yang sudah kadaluarsa atau potensial berbahaya, misalnya
obat tidur dan narkotik.

Rasional: tindakan ini mencegah klien supaya tidak memiliki akses dengan obat-
obatan yang berpotensi berbahaya, mengkonsumsinya secara sembarangan dan
tidak benar, serta menggunakannya untuk bunuh diri.
4. Beri label pada ruangan dan pintu, dengan menggunakan nama atau sebuah
gambar benda.
Rasional: hal ini memberikan suatu panduan ke lingkungan untuk klien yang
mengalami gangguan kognitif.
5. Pasang pagar pengaman, dan perlengkapan pengaman lain, di tempat tidur,
kursi dan pintu.
Rasional: perlengkapan pengaman dapat mencegah terjatuh, dan memungkinkan
intervensi yang sesuai.

Tujuan khusus 2: klien berpartisipasi dalam aktivitas kegiatan sehari-hari (ADL)


yang menyenangkan dengan pengawasan yang ketat.

Kriteria hasil (nursing out come):

1. Meningkatkan tingkat aktivitas.

2. Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-


tahap untuk memperbaikinya.

Intervensi:
1. Dampingi klien selama ambulasi, dan bawa klien ke luar ruangan untuk
olah raga jika memungkinkan.
Rasional: ambulasi dan olah raga meningkatkan sirkulasi dan kesejateraan
seluruh kondisi fisik.
2. Beritahu tempat lain (kantor polisi, rumah sakit, lingkungan rumah sekitar)
yang tepat yang mungkin akan klien datangi ketika berjalan-jalan.
Rasional: terbentuknya kesadaran masyarakat mengenai kecenderungan klien
untuk berjalan-jalan akan membantu meningkatkan keamanan klien untuk
kembali.
3. Minta klien untuk mengenakan tanda pengenal medis, jika memungkinkan.

Rasional: identifikasi yang mudah dikenal sangat penting untuk keamanan klien.
4. Jika klien merokok, awasi secara ketat dan larang klien untuk memiliki korek
api.
Rasional: hal ini menghilangkan kemungkinan timbulnya luka bakar atau kebakaran.
5. Minimalkan dan awasi secara ketat setiap pengolahan makanan atau
minuman.

Rasional: karena terdapat gangguan daya nilai, klien dapat melukai dirinya
sendiri jika diijinkan untuk menggunakan benda-benda tajam dan perlengkapan
memasak.

Diagnosa keperawatan: defisit perawatan diri.

Tujuan khusus 1: klien memaksimalkan partisipasi dalam aktivitas personal


hygiene, ke toilet, dan aktivitas perawatan diri.

Kriteria hasil (nursing out come):

1. Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat


kemampuan.
2. Mampu melakukan aktivitas personal hygiene sesuai dengan tingkat
kemampuan.
3. Mampu melakukan aktivitas ke toilet sesuai dengan tingkat kemampuan.

Intervensi:

1. Identifikasi kesulitan dalam melakukan aktivitas perawatan diri (perawatan


rambut/kuku/kulit, berpakaian, berdandan), personal hygiene (mandi dan
menggosok gigi), dan toileting (eliminasi urin dan alvi), seperti keterbatasan
gerak fisik, apatis/ depresi, dan penurunan kognitif.
Rasional: memahami penyebab yang memengaruhi intervensi. Masalah dapat
diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.
2. Identifikasi kebutuhan perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit,
berpakaian, berdandan), per- sonal hygiene (mandi dan menggosok gigi), dan
toileting (eliminasi urin dan alvi), dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional: Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan perawatan diri, personal
hygiene, dan toileting dilupakan. Panas (misal infeksi, penyakit gusi, dan
penampilan kusut) terjadi saat klien/perawat terintimidasi dengan memelihara
masalah yang ada.
3. Dorong klien untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri (perawatan
rambut/kuku/kulit, berpakaian, berdandan) dan personal hygiene (mandi dan
menggosok gigi), dan toileting (eliminasi urin dan alvi) yang dapat
dilakukan dengan aman, mandiri dan tanpa mengeluarkan banyak energi.
Rasional: partisipasi dalam aktivitas perawatan diri dan personal hygiene akan
meningkatkan harga diri dan mempertahankan tonus kelompok-kelompok otot.

4. Miliki perlengkapan khusus, seperti tempat duduk toilet yang dapat ditinggikan
atau pagar pengaman.
Rasional: ketersediaan perlengkapan khusus meningkatkan performansi aktivitas
mandi dan ke toilet.
5. Dorong klien untuk mengenakan pakaian yang rapi dan nyaman.

Rasional: klien perlu mempertahankan sensasi diri yang positif.


6. Bantu klien mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
Rasional: meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
7. Sediakan pakaian yang mudah digunakan, misalnya pakaian dengan karet
pinggang dan perekat (velkro).
Rasional: pakaian yang mudah digunakan memfasilitasi kemandirian dalam
berpakaian.
8. Gabungkan kegiatan harian ke dalam jadual aktivitas. Ubah waktu untuk
berpakaian atau kebersihan klien jika masalah meningkat.
Rasional: mempertahankan kebutuhan rutin, mencegah kebingungan yang
semakin memburuk dan meningkatkan partisipasi klien.

Tujuan khusus 2: klien mempertahankan jadual tidur, istirahat dan aktivitas yang
cukup.

Kriteria hasil (nursing out come):

1. Memahami faktor penyebab gangguan tidur.

2. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat.

3. Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

Intervensi:

1. Buat jadual aktivitas yang mencakup periode istirahat setelah melaksanakan


aktivitas.
Rasional: hal ini penting untuk mencegah klien dari keletihan.
2. Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek negative
terhadap tidur pada malam hari.
Rasional: irama sirkadian (siklus tidur-bangun) yang tersinkronisasi disebabkan
oleh tidur siang yang singkat.
3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien
(misalnya dengan memberi susu hangat).

Rasional: mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada
malam hari terbukti mengganggu tidur.
4. Memberikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur, seperti
mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai, dan
menghindari kebisingan.
Rasional: hambatan kortikal pada formasi retikular akan berkurang selama tidur,
meningkatkan respon otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara
meningkat selama tidur.
5. Pantau toleransi aktivitas klien dengan memberikan kegiatan sesuai
kemampuan, jika mungkin buat program olahraga harian.
Rasional: olahraga mempunyai efek kardiovaskular yang positif dan
meningkatkan kesehatan emosi.
6. Beri kesempatan pada klien untuk ikut serta dalam aktivitas sosial yang
sederhana dan sudah dikenal serta aktivitas yang berorientasi pada tugas,
seperti saling membantu dalam melakukan tugas dalam keluarga.
Rasional: partisipasi dalam aktivitas meningkatkan sosialisasi, orientasi, dan
kesenangan.
7. Tentukan bagaimana pengaruh olahraga, jam istirahat, dan aktivitas terhadap
kemampuan tidur klien.
Rasional: dengan memantau pola istirahat tidur, perawat dapat menentukan
kondisi terbaik untuk meningkatkan tidur.
8. Anjurkan klien tidur menggunakan kaos kaki atau pakain tertentu.

Rasional: memberikan keamanan, mengubah, mengurangi pemberontakan


dan memudahkan beristirahat.
9. Buat jadual tidur secara teratur.

Rasional: penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan


lingkungan.

Diagnosa keperawatan: ketegangan pemberi asuhan.

Tujuan khusus 1: anggota keluarga mendiskusikan perasaan konflik dan


perasaan ambivalen tentang klien.
Kriteria hasil (nursing out come):

1. Mampu mengungkapkan perasaan konflik tentang klien.

2. Mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif.

Intervensi:

1. Bantu anggota keluarga untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaan


mereka mengenai situasi.
Rasional: hal ini wajar bagi orang untuk merasa bingung, takut, merasa bersalah,
dan berduka cita jika salah satu anggota keluarga didiagnosis menderita penyakit
Alzheimer.
2. Diskusikan situasi yang secara khusus membuat stres orang yang merawat
klien, misalnya mengatasi sikap kecurigaan, kecemasan, dan perilaku
bermusuhan dari klien.
Rasional: mengajarkan pada keluarga cara menangani perilaku yang membuat
stres ini akan meningkatkan pengendalian situasi.
3. Didik anggota keluarga tentang cara mengatasi penurunan kemampuan pada
klien.
Rasional: pengetahuan dan kemampuan mengatasi situasi, mengurangi rasa
kecemasan dan perasaan tidak berdaya.
4. Atur pelaksanaan terapi keluarga untuk menghindari situasi stres yang akan
berkembang menjadi sebuah krisis.
Rasional: sebuah keluarga yang berada dalam krisis atau sedang di ambang
krisis memerlukan bantuan yang akan memprakarsai perilaku koping.
5. Diskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan untuk memperoleh konsultasi
pelayanan kesehatan jika kondisi klien semakin menurun.
Rasional: perencanaan akan memberi waktu bagi keluarga untuk mendiskusikan
serangkaian tindakan terbaik yang harus dilaksanakan karena kebutuhan klien
akan perawatan semakin meningkat.

Tujuan khusus 2: keluarga mengembangkan jaringan sumber dan mengetahui


cara mengakses sumber- sumber komunitas untuk memperoleh dukungan dan
bimbingan.

Kriteria hasil (nursing out come):

1. Keluarga mendapatkan sumber-sumber pendukung dan bimbingan pelayanan


kesehatan.

Intervensi:

1. Diskusikan sumber-sumber yang diperlukan untuk menyediakan perawatan


yang aman dan cukup.
Rasional: sumber daya manusia dan dana harus dianggarkan dan disediakan
sebelum perawatan yang efektif dapat dimulai

2. Rumuskan suatu rencana untuk memperoleh bantuan dari anggota keluarga


yang lain, tetangga, dan teman-teman jika diperlukan.
Rasional: pendelegasian tugas dan tanggung jawab mengurangi energi yang
dikeluarkan oleh perawat klien serta mengurangi tingkat ansietas.
3. Bicarakan dengan pemberi perawatan klien mengenai kebutuhan untuk
membuat sebuah rencana guna mempertahankan kesejahteraan klien,
termasuk waktu istirahat, olahraga, dan rekreasi.
Rasional: pemberi perawatan perlu mengetahui bahwa stresor dan tekanan-
tekanan yang terjadi setiap hari meningkatkan kerentanan mereka terhadap
penyakit.
4. Ajarkan pemberi perawatan tentang cara menghindari stres dan
demontrasikan keterampilan menangani stres.
Rasional: pemberi perawatan harus tahu cara mengelola stresor dan mencegah
agar mereka tidak mengalami keletihan akibat pekerjaan dan tanggung jawab
yang berlebihan.
5. Buat rencana perawatan alternatif untuk klien.

Rasional: rencana pendukung darurat harus tersedia di tempat sehingga mereka


dapat dimobilisasi jika kebutuhan terjadi.
6. Dapatkan sebuah daftar referensi pelayanan medis yang tersedia, khususnya
perawatan kesehatan di rumah dan respite care.
Rasional: kemampuan keluarga untuk mengakses pelayanan yang penting akan
memampukan klien tetap berada dalam komunitas dan menunda kebutuhan akan
pelembagaan.

Terapi:

Penangan medis untuk demensia bersifat paliatif dan suportif. Pengobatan


diberikan untuk membantu mengatasi kecemasan, depresi, perilaku agresif, dan
perilaku paranoid, juga untuk menggantikan neurokimia di otak. Terapi kelompok
didasarkan bahwa perawatan harus meningkatkan tingkat fungsi tertinggi yang
mungkin dapat dicapai klien. Tujuan utama terapi adalah perawatan diri dan
hubungan dengan lingkungan sosial dan keluarga.

Terapi medis:
1. Lakukan pemeriksaan fisik dan uji diagnostik untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab demensia.
2. Tangani semua masalah fisiologis secara medis.

Berdasarkan gejalanya, tangani depresi, ansietas, dan insomnia.

3. Pertahankan kesehatan fisik dan dukung tingkat fungsi yang optimal.

4. Antidepresan trisiklik dapat digunakan untuk mengobati depresi.

5. Antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan risperidon (Resperdal), dapat


digunakan dalam dosis rendah untuk mengobati ansietas dan agitasi.
6. Vasodilator sering digunakan untuk meningkatkan sirkulasi otak dan
meningkatkan kognisi.
7. Takrin (Cognex) dan donepezil (Aricept) menghalangi penguraian
asetilkolin dan berguna dalam memperlambat progresi gejala pada klien yang
memiliki penyakit Alzheimer tahap awal atau sedang.
8. Pengobatan yang merangsang kerja neurotrans- mitter sedang diteliti.

Terapi kelompok:
1. Tingkatkan orientasi ke lingkungan, dan diskusikan secara singkat peristiwa-
peristiwa terkait yang baru saja terjadi.
2. Diskusikan keadaan di sini dan saat ini untuk periode waktu yang singkat.

3. Dorong terapi mengenang, yang berfokus pada berbagai pengalaman tentang


memori masa lalu.
4. Batasi pembicaraan pada hal-hal yang sudah dikenal dan bermakna untuk
meberi penguatan pada realita dan mendorong klien untuk berpartisipasi.
5. Bantu para partisipan untuk berbicara mengenai masa lalu mereka sebagai cara
untuk meningkatkan harga diri.
6. Dorong klien untuk berbicara dengan orang lain.

Terapi di keluarga:

1. Sediakan informasi dan dukungan emosional untuk keluarga selama tiga fase
demensia.
2. Bantu keluarga untuk membentuk jaringan pendukung sosial.

3. Ajarkan kepada keluarga cara menangani atau memperjuangkan kebutuhan


perawatan diri klien.
4. Identifikasikan sumber-sumber komunitas, layanan keperawatan dan layanan
pembantu rumah tangga yang terampil, serta kelompok pendukung untuk
pemberi perawatan dan anggota keluarga yang lain.

Evaluasi lingkungan rumah, dan bantu keluarga untuk menciptakan perubahan


yang penting bagi keamanan.

5. Dorong anggota keluarga untuk menyatakan secara verbal perasaan,


kekhawatiran, dan rasa frustasi mereka berkenaan dengan situasi yang mereka
hadapi.
6. Bantu anggota keluarga untuk mengantisipasi rasa berduka karena kehilangan
orang yang mereka cintai.
BAB III

KASUS

A. Kasus

Klien ny.L usia 72 tahun, sudah menikah, suku jawa, keluhan utama yaitu
sering lupa adan sering terbangun dimalam hari, lebih kurang 2x / malam.
Riwayat penyakit sekarang tidak ada, klien diantar oleh keluarga, dan lien
tidak mempunyai riwayatpenyakit terdahulu. Klien tidur 3 jam / hari, denagn
tidur siang 1 jam dantidur malam 2 jam, tidur tidak nyaman dansering
terbangun. Aktivitas klien masih dapat dilakukansecara mandiri.

B. Analisa data

Data Etiologi Masalah

Data subjektif : Proses menua Kerusakan

Klien mengatakan sering lupa memori

Data objektif :

 Klien tampak bingung dan


mengerutkan alis saat diberikan
pertanyan tanggal dan hari
 Klien ingat terhadap informasi
yang diberikan pada pertemuan
terakhir
 Hasil pengajian MSSE =19
(Sedang)

Data subjektif : Proses menua Gangguan pola

Klien mengatakan sering terbangun tidur

dimalam hari karena ingin kekamar


mandi
Data objektif :

 Klien tampak terbangun 1-2 kali


 Klien tampak susah mengawali
tidur kembali
 Gelisah
 Ada kantung mata
 Klien tampak sering menguap
 Hasil pengkajian PSQI = 21
(kualitas tidur buruk)

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola tidur

2. Kerusakan memori

D. INTERVENSI
1. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x kunjungan daalam 14
hari, gangguan pola tidur klien teratasi. Dengan kriteria hasil :
a. Mengawali tidur mlam lebih awal
b. Terbangun dimalam hari berkurang 1 xdari sebelumnya
c. Kualitas toidur membaik

INTERVENSI :

a.memperkenalkan diri

b.monitoring TTV

c. kaji pola tidurdengancara observasi

d. monitoring kenyamanan setelah tidur

e. ciptakan lingkungan yang aman

f. observasi sering terbangun dimalam hari

g. berikan lingkungan yang bersih dan nyaman


h. berikan posisi tidur agar nyaman

i. berikan terapi musik

2. tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x


kunjungan selama 14 hari, kesadaran klien terhadap identitas personal,
waktu dan tempat lebih baik dengan kriteria hasil :

a. gangguan kognitif menurun 1 angka dari sebelumnya

b. focus kepada lawan bicara

Intervensi :

a. Perkenalkan diri saat melakukan kontak dengan klien


b. Monitor daya ingat
c. Panggil klien dengan jelas, dengan nama ketika berinteraksi dan berbicara
secara perlahan
d. Berikan alat untuk mengingat suatu informasi
e. Ingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien
f. Berikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress
g. Pilih aktivitas sesuai kemampuan
h. Beri latihan orientasi misalnya berlatih mengenai informasi pribadi dan
tanggal secara tepat
i. Berikan kegiatan yang mengasah otak

Impementasi dan evaluasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yangtelah direncanakan.


Adapun evaluasinya :

1. S : klien mengatakan tidak bisa tidur saat mendengarkan musik


O : klienmasih sering terbangun, terdapat kantung mata, masih sering
menguap saat siang hari, skor PSQI masih 21.
A :masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-8

2. S : klien mengatakan ingat hari ini tanggal berapa tetapi lupa harinya
O : klien tampak bingung dan mengerutkan alias saatditanya tanggal dan
hari ini, klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan perawata
pada pertemauan terakhir, skor MSE masih 19, klien focus [ada lawan
bicara, masih kesulitan menerima informasi, klien mau melakukan TTS.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-7
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada lansia berupa home care
untuk mempertahankan individualitas dan pemberdayaan dengan
menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana, tindakan, dan evaluasi) yang dikonsentrasikan
untuk mengukur efek kerusakan dalam kemampuan untuk
berkomunikasi, mobilisasi, dan terlibat dalam aktivitas sosial.
Tindakan keperawatan selanjutnya berfokus pada memfasilitasi
adaptasi individu guna mengembalikan kesejahteraan dan kemandirian

B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah menyiapkan dan mendukung


kebutuhan yang diperlukan untuk para lansia dengan demensia.
Kemungkinan strategi untuk dukungan yang lebih efektif meliputi
asuhan keperawatan dalam merawat lansia dengan demensia, dan
meningkatkan kerja sama antar perawat lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Basford, L. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan: Pendekatan Integral pada


Asuhan Pasien. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 1997. Diagnosa Keperawatan. Buku Saku. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Copel, L.C. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Kim, M.J. 1994. Diagnosa Keperawatan. Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Kitson, A. 1990. The Dialetics of Dementia, With Particular Reference
toAlzheimer's Dis- ease. Ageing and Society. 10

Anda mungkin juga menyukai