Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembedahan adalah penyembuhan penyakit dengan jalan memotong,mengiris anggota


tubuh yang sakit. Pembedahan dilakukan dengan anestesi.individu dengan masalah kesehatan
yang memerlukan intervensi pembedahan mencangkup pula pemberian anestesi atau pembiusan
yang meliputi anestesilokal,regional atau umum (Smeltzer & Bare, 2007). Proses pembedahan
memerlukan perawatan perioperatif yang terdiri dari pra-operasi, intra operasi, pasca operasi
sehingga dapat member kenyaman pada pasien setelah operasi dan tidak terjadi infeksi
nosokomial (Hidayat, 2008).

Tindakan pembedahan merupakan acaman pontensial maupun aktual padaintegeritas


seseorang yang dapatmembangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psiklogis dan merupakan
pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien (Majid &Istianah, 2011).

Operasi atau pembedahan tentu memerlukan anestesi, baik anestesi umum, regional,
maupun lokal. Pembedahan dan anestesi dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
Pembedahan dapat menyebabkan trauma dan nyeri bagi penderita, sedangkan anestesi dapat
menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan gejala. Keluhan dan gejala
yang sering dikemukakan adalah nyeri, demam, takikardi, batuk atausesak nafas, kolaps,
semakinmemburuknya keadaan umum,mual atau muntah, sertapenyembuhan luka operasi(Jong
2002 dalam Nurhayati dkk, 2011).

Appendiksitis adalah peradangan dari apendik vermiformis dan


merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang sering terjadi di Negara
berkembang,penyakit ini dapat mengenai semua umur hak laki laki maupun
perempuan. Tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai
30 tahun.salah satu kelainan atau penyakit yang terjadi dalam system
pencernaan yang membutuhkan pembedahan secara khusus adalah
Appendiksitis (Primariawan, 2010).
Prevalensi tindakan operasi di amerika serikat tahun 2009 dari 27
juta orang yang menjalani operasi setiap pelayanan kesehatan, pasien
dengan infeksi pada daerah operasi abdomen akan menjalani perawatan dua
kali lebih lama di rumah sakit dari pada yang tidak mengalami infeksi.
Kurangnya mobilisasi dini dapat menimbulkan lamanya hari perawat dari
pasien dengan laparatomi, selain itu kurangnya mobilisasi dini pada pasien
pasca operasi laparatomi dapat menimbulkan adanya infeksi (Jitowiyono &
Kristiyanana, 2010).

Penyakit appendiksitis merupakan penyakit dengan urutan ke empat


terbanyak pada tahun 2006 indonesia data yang di rilis oleh Departemen
Kesehatan RI pada tahun 2008 jumlah penderita appendiksitis di Indonesia
mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 terbesar 596.132
orang. Kelompok usia yang umumnya mengalami appendiksitis yaitu pada
usia antara 10-30 tahun. Insiden laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan ( Eylin, 2009). Laporan departemen Kesehatn (Depkes )mengenai
kejadian laparatomi atau indikasi appendiksitis meningkat dari 162 pada
tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun
2007.

Berdasarkan data Tabulasi Nasional Departeman Kesehatan Republik


Indonesia tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50
pertama penyakit di rumah sakit se-Indonesia dengan persentase 12.8%
yang di perkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi
(Hajidah & Haskas, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati dalam Hajidah &


Haskas(2014), menemukan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini dengan
pemulihan peristaltik usus pada kalien pasca operasi laparatomi di ruang
perawatan bedah RSU Dr. soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh
Isrofi menemukan bahwa mobilisasi dini 2 jam pasca operasi lebih efektif dari
pada mobilisasi 6 jam pasca operasi terhadap pemulihan peristaltic usus
pasien pasca operasi appendiktomi dengan anastesi subarchnoid blok di RSI
jemursari Surabaya.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mencoba merumuskan


permasalahan yaitu faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post appendiksitis di bangsal bedah
RS.

1.3 Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui factor yang berhubungan dengan pelaksanaan mobilisasi


dini pada pasien post appendiksitis di rung bedah RS.

2. Tujuan khusus

a. untuk mengidentifikasi hubungan faktor kondisi kesehtan pasien


( suhu,tekanan darah,pernafasan,hemoglobin dan nyeri) demgan
pelaksanaan mobilisasi dinipasien post appendiktomi.

b. untuk mengidentifikasi hubungan emosi terhadap pelaksanaan mobilisasi


dini pada pasien post appendiktomi.

c. untuk mengidentifikasi hubungan faktor gaya hidup terhadap pelaksanaan


mobilisasi dini pada pasien appendiktomi.

d. untuk mengidentifikasi hubungan faktor dukungan social dengan


pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post appendiktomi.
e. untuk mengidentifikasi hubungan faktor pengetahuan dengan
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post appendiktomi.

f. untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan


mobilisasi dini pada pasien post appendiktomi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk memberikan informasi dan


masukan bagi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pasien post
appendiktomi di rumah sakit.

2. Institusi Pendidikan

Diharapakan dapat menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan dalam


keperawatan terutama dalam mobilisasi pasien pasca operasi.sebagai
sumber pusaka tentang mobilisasi dini pada pasien post operasi.

3.Penelitian lain

Memberikan pengalaman serta sebagai amplikasi praktek dari teori yang


sudah di dapatkan serta menambah pengetahuan tentang appendiktomi.

4. Manfaat bagi peneliti

Sebagai data bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup mobilisasi dini
pada pasien post appendiktomi.
BAB 2

TINJAUAN PUSAKA

2.1. Konsep Teori

2.1.1. Appendiktomi

1. Pengertian

Apendiksitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur
baik laik- laki maupun prempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10
sampai 30 tahun (Mansjoer,2000). Menurut Smeltzer C. Suzanne (2001),
Appendiksitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan dari rongga abdomen dan menrupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat. Appendiksitis adalah kondisi dimana ada infeksi pada umbai
apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi.
Klasifikasi apendiksitis terbagi menjadi dua yaitu, apendiksitis akut dan apendiksitis
kronik ( Sjamsuhidayat, 2005).

a. Apendiksitis akut

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang di dasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, di sertai maupun tidak
di sertai rangsang peritoniem local. Gejala apendisitis adalah nyeri samar samar
dan tumpul yang merukan nyeri visceral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus,
Keluhan ini sering di sertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik mcburney. Di sini nyeri
di rasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merukan nyeri somatiK
setempat.

B. Apendisitis Kronik

Diagnosa Apendisitis Kronis baru dapat di tegakka jika di tentukan adanya riwayat
nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total rumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden
apendiksitis

Anda mungkin juga menyukai