Disusun Oleh:
ANIQA NADHIMA
201902040048
2. Tujuan
Menjelaskan pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap
intensitas nyeri pada pasien post Appendiktomi.
B. Konsep Dasar
Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks
pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendiksitis telah ditegakkan. Hal
ini dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Pilihan
appendiktomi dapat Cito (segera) untuk apendiksitis akut, abses, dan
perforasi. Pilihan appendiktomi elektif untuk appendicitis kronik (Suratun
dkk 2010, p.99 ).
Hampir semua pembedahan mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri yang paling
lazim adalah nyeri insisi. Nyeri terjadi akibat luka, penarikan, manipulasi
jaringan serta organ. Nyeri pasca operasi hebat dirasakan pada pembedahan
intratoraks,intra-abdomen, dan pembedahan ortopedik mayor. Nyeri juga
dapat terjadi akibat stimulasi ujung serabut saraf oleh zat-zat kimia yang
dikeluarkan saat pembedahan atau iskemia jaringan karena terganggunya
suplai darah. Suplai darah terganggu karena ada penekanan, spasme otot,
atau edema. Trauma pada serabut kulit mengakibatkan nyeri yang tajam dan
terlokalisasi (Bradero dkk, 2008, P.103).
Beberapa penelitian, telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam
menurunkan nyeri pascaoperasi.Ini mungkin karena relatif kecilnya peran
otot-otot skeletal dalam nyeri pasca-operatif atau kebutuhan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi tersebut agar efektif. Periode relaksasi yang
teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang
terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri (Smeltzer and
Bare 2001, p. 233).
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress, karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif
pasien.Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter &
Perry 2005, p.1528).
Menurut Chanif, Petpichetchian & Chongchaeron, (2013) salah satu jenis
relaksasi yang digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri setelah operasi
adalah dengan relaksasi genggam jari yang mudah dilakukan oleh siapapun
yang berhubungan dengan jari tangan dan aliran energi di dalam tubuh kita.
Teknik genggam jari disebut juga finger hold (Liana 2008 ; Andika 2006).
Menggenggam jari sambil mengatur napas (relaksasi) dilakukan selama
kurang lebih 3-5 menit dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi,
karena genggaman jari akan menghangatkan titiktitik keluar dan masuknya
energi meridian (energy channel) yang terletak pada jari tangan kita. Titik-
titik refleksi pada tangan akan memberikan rangsangan secara refleks
(spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan
gelombang listrik menuju otak yang akan diterima dan diproses dengan
cepat, lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami
gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi menjadi lancar (Puwahang,
2011 ; Andika 2006).
b. Tindakan
Sebelum dilakukan relaksasi genggam
jari (Pretest)
1. Peneliti sebelumnya menetapkan pasien post appendiktomi
berdasarkan kriteria dengan diagnosa appendiksitis dan
direncanakan untuk dilakukan tindakan appendiktomi
2. Sebelum peneliti mendapatkan siapa yang akan menjadi
responden, peneliti meminta daftar nama pasien post
appendiktomi di Ruangan bedah RSUD Dr. Achmad mochtar.
3. Peneliti menemui langsung responden dengan post appendiktomi
keruang rawat bedah.
4. Peneliti memperkenalkan diri dan menjalin hubungan saling
percaya dengan responden yang menjadi responden yang telah
ditentukan penelitian.
5. Peneliti menjelaskan secara singkat tentang penelitian.
6. Peneliti meminta persetujuan kepada pasien untuk kesediaannya
menjadi responden untuk mendatangani lembar persetujuan
menjadi responden yang telah peneliti siapkan.
7. Pasien yang telah ditetapkan dijadikan kelompok eksperimen
setelah menyetujui lembar persetujuan (informed concent) yang
telah diajukan peneliti.
8. Penelitian melakukan tes awal (pretest) dengan memberikan
pertanyaan memilih skala nyeri yang dirasakan dan memilih skala
nyeri menggunakan lembaran checklist yang telah ditetapkan
mewakili sensasi nyeri yang dirasakan serta hasil tersebut dicatat
dalam lembaran hasil pengukuran.
c. Cara Uji
Cara uji tidak tercantum
Cara Melakukan/ Intervensi (EBN)
1. Posisikan pasien dengan berbaring lurus ditempat tidur, minta
pasien untuk mengatur nafas dan merileksasikan otot.
2. Peneliti duduk berada disamping pasien, relaksasi dimulai dengan
menggenggam ibu jari pasien dengan tekanan lembut, genggam
hingga nadi pasien terasa berdenyut.
3. Pasien diminta unuk mengatur nafas dengan hitungan mundur
4. Genggam ibu jari selama kurang lebih 3-5 menit dengan napas
secara teratur dan kemudian seterusnya satu persatu beralih kejari
selanjutnya dengan rentang waktu yang sama.
2. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini penulis melakukan intervensi pada 10
responden post appendiktomi dengan melakukan beberapa langkah
intervensi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien. Dengan
teknik genggam jari.
Rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi genggam
jari terhadap pasien post appendiktomi adalah 4,80 dengan standar deviasi
0,689, intensitas nyeri minimal-maksimal adalah 4-6. Kebanyakan pasien
dengan post appendiktomi masih merasakan nyeri. Nyeri merupakan suatu
mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri
(Andarmoyo 2013, p.16).
Rata-rata intensitas nyeri sesudah dilakukan intervensi genggam
jari terhadap pasien post appendiktomi adalah 3,87 dengan standar deviasi
0,652 ,intensitas nyeri minimal-maksimal adalah 3-5. Penelitian ini juga
diperkuat oleh Yuliastuti C (2015) yang meneliti tentang Pengaruh
Relaksasi Genggam Jari Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri Pada
Penderita Post Appendiktomi di Ruangan Inap RSUD Sidoarjo didapatkan
bahwa pasien post appendiktomi yang mengalami nyeri berat dan setelah
menggenggam jari selama 30-50 menit, mayoritas pasien appendiktomi
mengalami nyeri sedang, dimana didapatkan (.= 0,001).
Rata-rata dan standar deviasi intensitas nyeri sebelum dan sesudah
perlakuan. Rata-rata intensitas nyeri sebelum perlakuan adalah 4,80
dengan standar deviasi 0,689. Pada pengukuran intensitas nyeri sesudah
pelakuan didapatkan rata-rata intensitas nyeri sesudah adalah 3,87 dengan
standar deviasi 0,652.
b. Saran
1. Bagi profesi kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai bahan
masukan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD Tugurejo
Semarang