Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN RETENSI URIN PADA

TN. B DI RUANGAN AL-KAUTSAR DI RS HAJI

MAKASSAR

OLEH
NAMA: NURRAHMAH
NIM: 142067

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIKPER


GUNUNG SARI MAKASSAR
2017
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Retensi urin adalah adalah ketidakmampuan untuk melakukan
urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut.
(Brunner & Suddarth).
Retensi urin adalah suatu keadaan penumpukan urin di kandung
kemih dan tidak mempunyi kemampuan untuk mengosongkan secara
sempurna . retensi urin adalah kesulitan miksi karena karena kegagalan
urin dari fesika urinaria(kapita selekta kedokteran). Retensi urin adalah

tertahannya urine di dalam kandung kemih,dapat terjadi secara akut


maupun kronis (depkes RI Pusdiknakes 1995).

B. Etiologi
Penyebab dari retensi urin antara lain diabetes, pembesaran
kelenjar prostat, kelainan uretra(tumor,infeksi,kalkulus),melahirkan atau
gangguan persyarafan(stroke, cidera tulang belakang,multiple sklerosis
dan parkinson). Beberapa pengobatan dapat menyebabkan retensi urin
baik dengan menghambat kontraksi kandung kemih atau peningkatan
resistensi kandung kemih.(karch 2008)

C. Patofisiologi
Patofisiologi penyebab retensi urn dapat di bedakan berdasarkan
sumber penyebabnya antara lain :
1. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik
dan sensorik. Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang
mengakibatkan otot tidak mau berkontraksi.

2. Gangguan vesikaladalah kondisi lokal seperti batu di kandung


kemih,obat antimuskarinik/antikolinergik(tekanan kandung kemih
yang rendah) menyebab kelemahan pada otot detrusor.
3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat
(kanker,prostatitis),,tumor pada leher vesika ,fimosis,stenosis
meatu uretra,tumor penis,striktur uretra, trauma uretra, batu uretra,
sklerosis leher kandung kemih (bladder neck sclerosis)
D. Tanda dan gejalah
1. Diawali dengan urin mengalir lambat
2. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena
pengosongan kandung kemih tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
4. Terasa ada tekanan ,kadang terasa nyeri dan merasa ingi BAK
5. Pada retensi berat bisa maencapai 200-300 cc.

E. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada retensio
urine adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan specimen urine
2. Pengambilan: steril,random,midstream
3. Pengambilan umum: pH , BJ,kultrul, protein,glukosa,Hb,keton dan
nitrit
4. Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
5. IVP ( intravenapielogram)/ rontgen dengan bahan kontras.

F. Komplikasi
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis
2. Pielonefritis
3. Hydroneferosis
4. Pendarahan
5. Ekstravasasi urine

G. Penatalaksanaan medis
1. Kateterisasi urethra
2. Dilatasi urethra dengan boudy
3. Drainase suprapubik

H. Prognosis retensi urin


Bila penatalaksanaan pada keaadaan akut baik dapat menyebabkan retensi
urin kronis
 Mekanik
1. Dalam lumen uretra
a. Katup kongenital (jarang) : neonates,pria,ISK
berulang
b. Benda asing (jarang)

c. Batu( jarang): nyeri akut pada penis dan glans


d. Tumor (jarang): karsinoma sel transisinal (TCC)
atau karsinoma sel skuamosa, riwayat hematuria,
bekerja pada industri cat atau karet.
2. Pada dinding uretra
a. BPH: frekuensi , nokturia,hesistensi,pencaran
lemah,menetes, urgensi
b. Tumor: seperti diatas
c. Striktur : riwayat trauma atau infeksi berat,pencaran
lemah dengan onset gradual.
d. Trauma: darah pada meatus
3. Di luar dinding uretra
a. Kehamilan
b. Fibroid: teraba uterus yang sangat besar ,
menoragia, dismenorea.
c. Kista ovarium massa di fossa illiaka yang mobil
d. Impaksi feses : diare palsu

4. Neurologis
a. Pasca operasi : nyeri, obat-obatan , gangguan saraf
pelvis
b. Trauma medulla spinalis: fase akut merupakan tipe
neuron motorik bawah,
c. Obat-obatan: narkotik,antikolinergik,antihistamin,
antipsikotik.
d. Diabetes: pola neuron motorik bawah yang
progresif
e. Idiopatik: disinergia spingter detrusor, degenerasi
neuron , kandung kemih.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan,

pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.

2. Keluhan utama

Biasnaya klien merasakanrasan, Disuria,Poliuria, Nyeri, Terdesak


kencing yang berwarna terjadi bersamaan.

3. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa

nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala

nyeri, dan kapan keluhan dirasakan.

4. Riwayat penyakit dulu

Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit ISK sebelumnya

5. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang

sama dengan klien

6. Data fisik Inpeksi : seluruh tubuh dan daerah genital

 Palpasi : pada daerah abdomen

 Auskultasi : kuadran atas abdomen dilakukan untuk

mendeteksi bruit
 Tingkat kesadaran

 TB, BB

 TTV

7. Data psikologis

 Keluhan dan reaksi pasien terhadap penyakit

 Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit

 Persepsi pasien terhadap penyakit

8. Data social, budaya, spiritual

Umum : hubungan dengan orang lain, kepercayaan yang dianut dan

keaktifanya dalam kegiatan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi

dengan adekuat.

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri

3. Intoleransi aktivitas

4. Ansietas b.d krisis situasi

C. Intervensi

1. Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung kemih untuk

berkontraksi dengan adekuat.

 Kriteria evaluasi :

- Berkemih dengan jumlah yang cukup


- Tidak teraba distensi kandung kemih

Intervensi Rasional

1. Dorong pasien utnuk berkemih tiap 2- 1. Meminimalkan retensi urin distensi

4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan. berlebihan pada kandung kemih.

2. Tanyakan pasien tentang 2. Tekanan ureteral tinggi

inkontinensia stres. menghambat pengosongan kandung

3. Observasi aliran urin, perhatikan kemih.

ukuran dan ketakutan. 3. Berguna untuk mengevaluasi

4. Awasi dan catat waktu dan jumlah obsrtuksi dan pilihan intervensi.
tiap berkemih.. 4. Retensi urin meningkatkan tekanan

5. Perkusi/palpasi area suprapubik dalam saluran perkemihan atas.

5. Distensi kandung kemih dapat

dirasakan diarea suprapubik.

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri

Kriteria evaluasi :

- Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol

-Menunjukkan rileks, istirahat dan peningkatan aktivitas dengan

tepat

Intervensi Rasional

1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, 1. Memberikan informasi untuk

intensitas nyeri. membantu dalam menetukan

2. Plester selang drainase pada paha intervensi.


dan kateter pada abdomen. 2. Mencegah penarikan kandung kemih

3. Pertahankan tirah baring bila dan erosi pertemuan penis-skrotal.

diindikasikan. 3. Tirah baring mungkin diperlukan

4. Berikan tindakan kenyamanan pada awal selama fase retensi akut.

5. Dorong menggunakan rendam 4. Meningktakan relaksasi dan

duduk, sabun hangat untuk mekanisme koping.

perineum. 5. Meningkatkan relaksasi otot.

3. Intoleransi aktivitas
 Kriteria evaluasi:

- Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang

dapat diukur dengan tidak adanya dispnea, kelemahan, tanda

vital dalam rentang normal.

Intervensi Rasional

1. Evaluasi respon klien terhadap 1. Menetapkan kemampuan/kebutuhan

aktivitas. pasien dan memudahkan pilihan

intervensi

2. Berikan lingkungan tenang dan 2. Menurunkan stres dan rangsangan

batasi pengunjung selama fase berlebihan, meningkatkan istirahat.

akut sesuai indikasi.

3. Jelaskna pentingnya istirahat 3. Tirah baring dapat menurunkan

dalam rencana pengobatan dan kebutuhan metabolik, menghemat energi

perlunya keseimbangan aktivitas untuk penyembuhan. Pembatasan


dan istirahat. aktivitas ditentukan dengan respons

individual pasien terhadap aktivitas dan

perbaikan kegagalan pernapasan.

4. Meminimalkan kelelahan dan membantu


4. Bantu aktivitas perawatan diri
keseimbangan suplai dan kebutuhan
yang diperlukan. Berikan
oksigen.
kemajuan peningkatan aktivitas

selama fase penyembuhan.

4. Ansietas b.d krisis situasi

 Kriteria evaluasi :

- Mengakui dan mendiskusikan takut/masalah

- Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan

wajah tampak rileks/istirahat.

Intervensi Rasional

1. Identifikasi persepsi pasien tentang 1. Mendefinisikan lingkup masalah

ancaman yang ada dari situasi. individu dan mempengaruhi pilihan

intervensi.

2. Observasi respon fisik,seperti 2. Berguna dalam evaluasi derajat

gelisah, tanda vital, gerakan masalah khususnya bila

berulang. dibandingkan dengan pernyataan

verbal.
3. Dorong pasien/orang terdekat untuk 3. Memberikan kesempatan untuk

mengakui dan menyatakan rasa menerima masalah, memperjelas

takut. kenyataan takut dan menurunkan

ansietas.

4. Memberikan kayakinan untuk

4. Identifikasi pencegahan keamanan membantu ansietas yang tak perlu.

yang diambil, seperti marah dan

suplai oksigen. Diskusikan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan


dan Penyakit Urogenital. Jakarta: Depkes RI.
2. Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
3. Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga.
Jakarta: Media Aesculapius.
4. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner &
Suddarth Edisi 8 Jakarta: EGC.

5. www. Google.com
Penyimpangan KDM Retensi Urin

Trauma langsung infeksi Trauma tidak

langsung(tekanan
pembesarn

Kerusakan
Tekanan dari
jaringan(lesi/luk
luar lumen

Pembentukan
arin an

Jaringan fibrotik

Pembentukan
jaringan

Obstruksi urin Penyempitan Perubahan status


uretrha

Urin tidak bisa informasi


Retensi urin
keluar

ansietas
Bedah
diversi c stostom Urin keluar
melewatiselang
kateter
Tidak
Gangguan rasa
invasif(pemasangan
nyaman nyeri
kateter

Inteleransi aktifitas

Anda mungkin juga menyukai