Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Program Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Puskesmas Tirto
II Kabupaten Pekalongan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Puskesmas
Tirto II Kabupaten Pekalongan.
b. Mengetahui kesesuain Program Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Puskesmas
Tirto II Kabupaten Pekalongan.
c. Mengetahui unsur kekuatan (Strengt) dalam pelaksanaan program.
d. Mengetahui unsur kelemahan (Weaknees) dalam pelaksanaan program.
e. Mengetahui unsur peluang (Opportunity) dalam pelaksanaan program.
f. Mengatahui unsur Ancaman (Threat) dalam pelaksanaan program.
g. Memberikan solusi dari masalah yang muncul dalam pelaksanaan Program
Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Puskesmas Tirto II Kabupaten Pekalongan.
BAB II
TINJAUAN PROGRAM
b. Sasaran
c. Indikator
Indikator
Proses 50% Puskesmas melakukan tatalaksana
standar melalui pendekatan MTBS
Output Cakupan penemuan ISPA
RPJMN Prosentase kabupaten dengan cakupan
penemuan ISPA minimal 80%
A. Pelaksanaan Program
1. Program yang sudah terlaksana
Berdasarkan hasil pengkajian dengan penanggung jawab program, Bapak Eni
S.Kep.,Ns pada tanggal 24 Juni 2019 didapatkan data bahwa program P2-ISPA di
Puskesmas Tirto II selalu berjalan rutin setiap tahunnya, program ini dibentuk dalam
upaya peningkatan kesehatan pada saluran pernapasan khususnya di Wilayah kerja
Puskesmas Tirto II. Program P2 ISPA di Puskesmas Tirto II berjalan melalui kegiatan
di dalam gedung dan di luar gedung.
B. Analisa SWOT
Analisa SWOT S (STRENGHTS) W (WEAKNESS)
O (OPPORTUNITY) SO WO
T (TREATHS) ST WT
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Strengths (S)
Terdapat beberapa kekuatan dari program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Wiradesa,
meliputi:
1. Pemegang program merupakan lulusan S1 Profesi Ners yang telah memahami
program tersebut.
Pemegang program telah memahami semua program yang bersangkutan dengan ISPA
sehingga program terlaksana dengan baik. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 bahwa tenaga pemegang dan
pelaksana P2-ISPA adalah setiap orang yang lulus pendidikan minimal diploma tiga di
bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Program telah melakukan kerja sama.
Program ini juga telah menjalin kerjasama lintas sektor di Wilayah Kerja Puskesmas
Tirto II, sehingga implementasi program akan menjadi semakin mudah
B. Weaknesses (W)
1. Pelaksana kegiatan program hanya 1 orang yang juga memegang dan melaksanakan
program lain
Ketidakseimbangan jumlah SDM dan sasaran yang banyak menurunkan angka
keefektifitasan program P2 ISPA. Sehingga perlu adanya penambahan jumlah anggota
pelaksana kegiatan program P2 ISPA.
2. Kurangnya ketersediaan data dan hasil riset terkait P2-ISPA
Pelaksanaan system suveilans penyakit belum dapat mendukung penyediaan data
secara optimal, karena kelengkapan dan ketepatan waktu laporan belum sepenuhnya
dipenuhi. Demikian pula, pelaksanaan pencatatan dan pelaporan di fasilitas pelayanan
kesehatan belum optimal. Hal ini mengkibatkan sulitnya mendapatkan informasi
akurat dan lengkap yang diperlukan untuk pengembangan strategi dan kebijakan
pencegahan dan pengendalian ISPA. Kondisi ini diperberat dengan masih kurangnya
riset dan kajian dalam negeri tentang pengendalian ISPA, khususnya keterkaitan
antara factor resiko dengan kejadian ISPA. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius
untuk memastikan ketersediaan data dan informasi terkait P2-ISPA.
3. Masih lemahnya dukungan manajemen program
Beberapa provinsi dan kabupaten masih belum sepenuhnya dapat menerapkan
kebijakan dan strategi nasional karena keterbatasan dalam aspek sumber daya,
kebijakan daerah dan peran serta masyarakat.
C. Oportunity (O)
1. Adanya program puskesmas tentang promosi kesehatan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah promosi kesehatan, promosi kesehatan
dapat membantu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.
2. Adanya Kegiatan pemeriksaan dan pembinaan dengan inspeksi dan pembinaan
dengan cara ceramah dan tanya jawab.
Pemeriksaan dan pembinaan dapat memberikan implementasi yang tepat untuk
menanggulangi masala-masalah kesehatan lingkungan yang ada.
D. Treaths (T)
1. Kesadaran masyarakat akan upaya pencegahan universal masih kurang.
Kesadaran dari masyarakat yang masih kurang terhadap P2 ISPA menjadi ancaman
terhadap program, sehingga perlu adanya tindak lanjut berupa pengarahan atau
penyuluhan agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut.
2. Belum efektifnya upaya-upaya penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia balita
Hal ini dapat menjadi penghambat upaya pemerintah dan masyarakat dalam
percepatan penurunan angka kematian balita dan mengindikasikan bahwa upaya-
upaya intensifikasi penemuan kasus perlu dilakukan serta upaya inovatif perlu terus
dikembangkan.
3. Belum optimalnya upaya penanganan ISPA di Wilayah kabut asap
Upaya penanganan ISPA sebagai dampak gangguan kesehatan pada wilayah kabut
asap dinilai belum terintegrasi secara optimal. Pada kementerian kesehatan, masih
diperlukan mekanisme kerja lintas program terkait. Oleh karena itu, penanganan ISPA
perlu mendapat perhatian bagi seluruh pelaku program kesehatan yang terkait.,
4. Masih rendahnya jumlah daerah dengan kesiapsiagaan pandemic influenza
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya penguatan kesiapsiagaan dan
respon (core capacity) untuk mengatasi terjadinya pandemic. Upaya-upaya telah
dilakukan melalui penyusunan rencana kontjensi, table top exercise dan simulasi
lapangan. Namun demikian, skala yang dilakukan dinilai masih terlalu kecil, belum
banyak kabupaten/kota yang menyelenggarakan hal tersebut. Di samping itu, rencana
kontijensi belum mengindikasikan kegiatan yang terstruktur dan terkoordinasi. Oleh
karena itu, masih perlu dilakukan penguatan kapasitan dan mekanisme kerja secara
lintas program maupun lintas sector.
BAB V
KESIMPULAN