BBLR
Aniqa Nadhima
(201902040048)
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang
berhubungan, yaitu:
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Abortus spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
e. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b. Infeksi congenital (missal : rubella)
c. Faktor yang masih belum diketahui
D. Manifestasi Klinik
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah
adalah:
E. Pathofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya, bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebailknya, ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderitaanemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan,
hal ini dapat mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
G. Penatalaksanaan Medik
Menurut Hidayat (2008) penatalaksanaan medik bayi baru lahir rendah, yaitu:
1. Pengaturan suhu bayi dan lingkungan:
a. Bayi dimasukan ke dalam inkubator dengan suhu datar
b. Bayi berat badan < 2 kg suhu C
c. Bayi berat 2 kg sampai 2,5 kg suhu C
d. Suhu inkubator diturunkan C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada
suhu lingkungan sekitar C
2. Makanan BBLR
a. Umumnya prematur belum sempurna refleks menghisap dan daya enzim
pencernaan terutama upase, masih kurang, maka makanan diberikan dengan
sonde sedikit-sedikit namun lebih sering (10 cc) sedangkan pada bayi small for
date sebaiknya minum yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan
terjadi preumonia aspirasi.
BBL <1500 gram = 20 cc / 2 jam dan BBL >1500 gram = 30 cc / 2 jam
3. Pencegahan Infeksi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
b. Gunakan masker ketika kontak dengan bayi
c. Cegah dengan orang yang terinfeksi
d. Isolasi bayi terinfeksi dengan bayi lain
e. Pastikan peralatan yang diberikan digunakan untuk perawatan dalam keadaan
bersih dan steril
f. Beri antibiotik sesuai dengan jadwal serta kolaborasi dengan dokter
4. Penimbangan Ketat
Lakukan penimbangan berat badan minimal 2 kali per hari
H. Pengkajian Fokus
Pengkajian
1. Riwayat Maternal
a. Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
b. Kehamilan ganda ( gemeli)
c. Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
d. Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
e. Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
f. Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
g. Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
2. Riwayat Kelahiran
a. Gestasi : 24- 37 minggu
b. BB : < 2500 gram
c. APGAR SKORE
3. Sistem kardiovaskuler
a. HR : 120-160 x/menit
b. Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan tekanan
paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis
4. Sistem gastrointestinal
a. Abdomen menonjol
b. Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
c. Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
d. Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
e. Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
5. Sistem integumen
a. Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
b. Kulit tipis, transparan, halus dan licin
c. Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
d. Terdapat edema umum atau lokal
e. Kuku pendek
f. Rambut sedikit dan halus
g. Garis tangan sedikit dan halus
6. Sistem muskuloskeletal
a. Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan lunak
b. Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
c. Reflek kurang dan letargi
7. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel
mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata
mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya
terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi
lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke
28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak
pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara
minggu 24 dan 37.
8. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat
sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya
sindrom distress pernafasan (RDS).
9. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis
telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
10. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak
ada pada skrotum.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas neurologis, kelelahan otot – otot
pernafasan.
2. Hipotermi b.d ketidakmatangan sistem pengaturan suhu tubuh.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d refleks menghisap pada bayi
tidak adekuat.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
dalam darah.
J. Intervensi Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Pemantauan pernafasan 1. Pucat dan sianosis
keperawatan selama 3x8 jam, pola 1. Pantau adanya pucat dan menunjukkan hipoksia
nafas efektif, dibuktikan dengan sianosis. 2. Mengetahui
indikator (1-5: gangguan ekstrem, 2. Pantau kecepatan, irama, ketidaknormalan.
berat, sedang, ringan / tidak ada kedalaman dan upaya 3. Mengetahui
gangguan) dengan kriteria hasil: ketidaknormalan pola
a. Status pernafasan tidak pernafasan nafas.
terganggu, kepatenan jalan 3. Pantau pola nafas. 4. Mengetahui area
nafas dan TTV dalam rentang 4. Auskultasi suara nafas. penurunan/tidak adanya
normal. 5. Pantau peningkatan ventilasi dan adanya suara
b. Menunjukkan status kegelisahan, ansietas dan nafas tambahan.
pernafasan: ventilasi tidak lapar udara. 5. Kegelisahan, ansietas,
terganggu yang dibuktikan 6. Catat perubahan gas darah lapar udara menunjukkan
kedalaman inspirasi, arteri (GDA). ketidaknyamanan
kemudahan bernafas dan 7. Berikan obat (misalnya pernafasan.
ekspansi dada simetris bronkodilator) 6. Analisa gas darah
c. Menunjukkan tidak adanya mengetahui perburukan
gangguan status pernafasan: pernafasan.
ventilasi (penggunaan otot 7. Bronkodilator membantu
aksesorius, suara nafas mengurangi sesak.
tambahan, nafas pendek.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Jilid I.Yogyakarta: Media Action.
Monita, dkk. 2015. Hubungan Usia, Jarak Kelahiran, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
dengan Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau. Dilihat 10 November 2019.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai
Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes
Denpasar Jurusan Keperawatan.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri
Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Alih bahasa Widyawati. Jakarta : EGC.
WHO. 2012
Depkes RI. 2012