Anda di halaman 1dari 16

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST

OPERASI APENDEIKTOMI DENGAN NYERI AKUT DI RUANG BEDAH


RSUD DR DRAJAT PRAWIRANEGARA

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia

OLEH:

ATIKA PURNA

8801190008

KELAS 1.A DIII KEPERAWATAN 2019

Dosen Pengampu : Ade Anggrani Kartika Devi, M.Pd.

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

D111 KEPERAWATAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operasi merupakan semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara


invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindak perbaikan yang akan
diakhiri dengan pentupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2008)

Operasi atau pembedahan banyak macam dan jenis nya salah satunya
pembedahan abdomen yang di dalamnya meliputi berbagai organ abdomen di
antaranya: kandung empedu, duodenum, usus halus, usus besar, dinding abdomen
untuk memperbaiki hernia umbilikalis, femoralis dan inguinalis, pankrean serta
appendiks. Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat
pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri
dengan tidak efisien, dan lumennya kecil, maka apendiks mudah mengalami
obstruksi dan rentan terjadi infeksi (appendicitis). Appendicitis merupakan
penyebab yang paling umum dari inflamasi akut, kuadran kanan rongga abdomen
dan penyebab yang paling umum dari pembedahan abdomen darurat. Menurut
Jitowoyono dan Kristiyansari, (2012). Appendiksitis merupakan peradangan
akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (appendiks), infeksi ini
mengakibatkan pernanahan apabila infeksi bertambah parah maka usus bisa
pecah.

Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321 juta kasus tiap tahun.
Statistic di Amerika mencatat setiap tahun terdapat 20 sampai dengan 35 juta
kasus apendisitis (Departemen Republik Indonesia, 2008). Tujuh persen penduduk
di Amerika menjalani apendiktomy (pembedahan untuk mengangkat appendiks)
Menurut Lubis. A (2008), saat ini morbiditas angka apendisitis di
Indonesia mencapai 95 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan tertinggi di
antara Negara-negara di Assosiotion soutli Eust Asiu Nation (ASEAN). Survey di
12 provinsi tahun 2008 menunjukan jumlah apendisitis yang dirawat di rumah
sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.236 orang. Dan masih banyak kasus
apendisitis yang tidak terlaporkan, (Depkes RI, 2008). Sampai saat ini belum ada
survey terbaru yang menerangkan jumlah kasus appendiksitis atau appendiktomy
di Indonesia namun departemen Kesehatan menganggap apendisitis merupakan
isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena mempunyai dampak
besar pada kesehatan masyarakat. Di provinsi Banten khususnya di wilayah
kabupaten serang angka kejadian apendiks dilihat dari data RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara bahwa angka kejadian appendiksitis yang melakukan tindakan
operasi baik itu appendiktomy ataupun laparotomy dari bulan Januari sampai
dengan bulan Desember 2015 menunjukan angka 240 kasus, 109 merupakan
kasus apendiksitis kronis dan 131 merupakan kasus appendiksitis akut. Ini
menunjukan bahwa angka kejadian appendiks di banten cukup tinggi.

Menurut Potter & Perry, 2012, prosedur pembedahan yang dilakukan


dalam penatalaksanaan pengobatan appendiksitis tentu menimbulkan
permasalahan yang akan timbul setelah dilakukan tindakan pembedahaan antara
lain : nyeri, keterbatasan aktifitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
kecemasan dan potensial terjadinya infeksi. Menurut Andormoyo (2013), nyeri
merupakan bentuk ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh banyak hal.
Nyeri dapat timbul karena efek dari penyakit penyakit tertentu atau akibat dari
cidera. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan bagi sebagian orang
nyeri seringkali dikaitkan dengan kerusakan pada tubuh yang merupakan
peringatan yang bersifat aktual atau potensial. Nyeri merupakam salah satu
manifestasi post operasi appendictomy, nyeri post operasi adalah nyeri yang
dirasakan akibat dari hasil pembedahan. Rasa nyeri tersebut merupakan efek
samping yang umum dirasakan pada setiap prosedur bedah, namun tingkat
keparahan nyeri dari setiap individu berbeda.

Menurut Potter dan Perry (2006), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi individu terhadap nyeri yang acapkali menyulitkan dalam
penatalaksaan nyeri, antara lain : usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri,
perhatian, ansietas, pengalaman terdahulu, gaya koping, dan keluarga dan
dukungan social. Terdapat dua cara penanganan nyeri antara lain penanganan
secara famakologi yaitu penanganan nyeri dengan metode pemberian analgesic
atau obat-obatan pereda nyeri sedangkan penanganan dengan nonfarmakologi
yaitu tindakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmokologi
beberapa teknik nonfarmakologi yang sering digunakan masyarakat dalam
menurunkan tingkat nyeri yaitu dengan relaksasi tarik nafas dalam (Andarmoyo,
2013).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusann masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana


Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasiem Post Operasi Apendiktomi Dengan
Nyeri Akut Di Ruang Bedah RSUD dr Dradjatt Prwawiranegara

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post


Operasi Apendiktomi Dengan Nyeri Akut Di Ruang Bedah RSUD dr
Dradjat Prawiranegara

b. Tujuan Khusus

Diketahuinya Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post


Operasi Apendiktomi Dengan Nyeri Akut Di Ruang Bedah RSUD dr
Dradjat Prwawiranegara

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah dan sebagai


bahan penerapan ilmu yang didapat selama belajar mengenai asuhan keperawatan
pada pasien apendiktomi dengan nyeri akut

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi akademik


keperawatan pemerintah kabupaten serang, khususnya mengenai gambaran
asuhan keperawatan pada pasien post operasi apendiktomi dengan nyeri akut di
ruang Bedah RSUD dr Dradjat Prawiranegara

c. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang gambaran


asuhan keperawatan pada pasien post operasi apendiktomi dengan nyeri akut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Appeudiksitis
2. 1. 1 Definisi

Appendiksitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks yaitu


Kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh
tanpa perawatan tapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur ·
(Koes Irianto. 2015).

2. 1. 2 Klasifikasi

Menurut koes irianto (2015), klasifikasi appendiksitis terbagi menjadi dua


yaitu appendiksitis akut dan appendiksitis kronis

1. Appendiksitis Akut

Appendiksitis akut terjadi secara mendadak gejala appendiksitis akut


adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri sekitar pusar yang
kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah unluk berjalan,
namun tidak semua orang akan menunjukan gejala seperti ini bisa juga hanya
bersifat meriang atau mual-muntah saja.

2. Appendiksitis Kronis

Appendiksitis kronis adalah yang proses terjadi nya memakan waktu yang
lama gejala appendiksitis Kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana
terjadi nyeri samar (Tumpul) didaerah sekitar pusat dan terkadang demam yang
hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual bahkan kadang muntah.

2. 1. 3 Etiologi

Appendiksitis umumnya terj adi karena infeksi bakteri. Berbagai hal


berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi
pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan
tinja yang keras (fekalit), hiperflasia jaringan limfoid tumor appendiks, strikur,
benda asing dalam tubuh, cacing ascaris askaris dapat pula menyebabkan
terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah
disebutkan diatas fekalit dan hyperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab
yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendiksitis
adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica. penelitian
epidemologi menunjukan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit appendiksitis. Tinja yang
keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi kemudian konstipasi akan
menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibal timbulnya
sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbukanl kuman flora
kolon biasa semua ini akan mempemudah timbulnya appendiksitis,

2.1.4 Patogenesis

patologi appendiksitis berawal dijarinagan mukosa kemudian menyebar ke


seluruh lapisan dinding appendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan
mukus (lender) setiap harinya Terjadinnya obstruksi menyebakan pengaliran
mukus dan lumen appendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus
makin bertambah banyak dan kemudian terbentukalah bendungan mukus dalam
lumen. Namun, karena keterbatasa elaslisitas dinding appendiks, sehingga hal
tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga
mengakibatkan timbulnya edema diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi appendiksitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri didaerah
epigastrium disekitar umbilicus. Jika sekresi mukus berlanjut, tekana intralumen
akan terus meningkat.

Hal ini akiur menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah,


dan bakteri akan menembus dinding appendiks peradangan yang timbul akan
semakin meluas dan mengenai peritoneium setempat, sehingga menimbulkan
nyeri didaerah perut bagian kanan bawah, keadaan ini disebut appendiks supuratif
akut

2. 2 Konsep Post Operasi


2. 2. 1 Definisi Post Operasi

Menurut Potter & Perry (2012), Post operasi merupakan suatu keadaan
yang timbul setelah dilakukannya proses pembedahan, setelah pembedahan
perawatan klien dapat menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis yang
mungkin terjadi. Klien yang dapat anastesi umum cenderung menghadapi
komplikasi yang lebih besar dari pada klien yang hanya mendapat anastesi lokal,
Sedangkan pada klien appendiks yang akan melakukan operasi rata-rata
mengunakan anastesi spinal yang juga mempunyai komplikasi yang cukup besar,
komplikasi dini yang mungkin terjadi adalah hipotensi, blok spinal tinggi/total,
mual muntah dan penurunan panas tubuh. Sedangkan komplikasi lanjut nya klien
akan mengalami Post Dural Punstrure Headache (PDPH), Nyeri Punggung
(Backache), Cauda Equina Sindrom, Meningitis, Retensi Urine dan Spinal
hematoma.

Tindakan post operasi dilakukan dalam dua tahap yaitu periode pemulihan
segera yang biasanya terjadi hanya dalam sampai 2 jam dan periode penyembuhan
dilakukan di ruang perawatan atau ruang bedah.

2. 2. 2 Nyeri Post Operasi

Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil
pembedahan. Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post operasi berbeda-beda dari
pasien ke pasien, dari operasi ke operasi, dan dari rumah sakit ke rumah sakit
yang lain. Lokasi pembedahan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya
dapat dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri post operasi. Nyeri pos operasi
biasanya ditemukan dalam pengkajian klinikal, nyeri post operasi merupakan
topik yang menarik untuk dibahas dalam lingkup keperawatan. Dengan menggali
nyeri post operasi akan membantu orang lain untuk mengerti dan dapat
mengaplikasikan nyeri post operasi kepada pasien yang mengalami pembedahan.
Aspek dari nyeri, post operasi adalah untuk menyelidiki adanya pengalaman nyeri
yang mencakup persepsi dan perilaku tentang nyeri (Suza, 2007).
nyeri post operasi sebagai sensori yang tidak menyenangkan dan
pengalaman emosi yang berhubugan dengan kerusakan jaringan potensial atau
nyata atau menggambarkan terminology suatu kerusakan. Pada post operasi nyeri
biasanya adalah hasil dari tindakan operasi tapi dapat disebabkan oleh hal lain
penyebab-penyebab yang berhubungan atau tidak berhubungan, yaitu : kandung
kemih yang penuh, iskemia, pemasangan infuse dan lain-lain. Dan diagnosa
terhadap penyebab nyeri harus dapat diobati jika memungkinkan. Sisa nyeri dapat
dibebaskan dengan pembatasan keamanan pasien terhadap lingkungan post
operasi.

Nyeri post operasi adalah suatu reaksi yang kompleks pada jaringan yang
terluka pada proses pembedahan yang dapat menstimulasi hypersensitivitas pada
system syaraf pusat, nyeri ini hanya dapat dirasakan setelah adanya prosedur
operasi. Nyeri post operasi dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi
persepsi pasien tentang perkembangan dan kesembuhanya Lebih tinggi nyeri yang
dirasakan pasien. Maka makin rendah harapan sembuh menurut pasien
berdasarkan sifat subjektif nyeri. sulit mendapatkan hubungan langsung antara
intensitas nyeri dengan tingkat komplikasi post operast secara fisik dan psikologis

2. 3 Konsep Nyeri

2. 3. 1 Definisi Nyeri

Melzack dan Wall (1988) dalam Judha dkk (2012), mengatakan bahwa
nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif yang dipengaruhi oleh budaya,
persepsi seseorang, perhatian, dan variable variable Psikologis lain, yang
mengganggu 3 prilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap orang untuk
menghentikan rasa tersebut. Torrnaire & Thea-Yonneau (2007) dalam Judha Dkk
(2012), mengartikan nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, baik
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya
kerusakan jaringan tubuh

2. 3. 2 Respon Nyeri
Beberapa respon yang di manifestasikan oleh tubuh dengan adanya
stimulasi nyeri adalah sebagai berikut

a, Respon Psikologis

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahamanan klien terhadap


nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi setiap individu
berbeda-beda antara lain: Bahaya atau merusak, komplikasi seperti infeksi,
penyakit yang berulang, penyakit baru, penyakit yang fatal, peningkatan
ketidakmampuan dan kehilangan mobilitas

b. Respon Fisiologis

prasetyo (2010), menyatakan bahwa pada saat impuls nyeri naik ke


medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom
menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon sterss. stimulasi tersebut
menghasilkan respon fisiologis tubuh

2. 3. 3 Klasitikasi Nyeri

1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intersitas yang
bervariasi (ringan, sedang sampai berat) dan berlangsung untuk waktu yang
singkat (meinhart dan Mecaffery, 1986 dalam Andarmoyo, (2013). Nyeri akut
juga dapat diartikan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam
bulan. Fungsi nyeri akut ialah memberikan peringatan akan suatu cedera atau
penyakit yang akan dating.

Nyeri akut akan berhenti dengan sendirinya dan akhimya menghilang


dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan membaik atau pulih pada area yang
terjadi kerusakan. Nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan) memiliki
omset yang tiba-tiba, dan terlokalisasi. Nyeri ini biasanya disebabkan trauma
bedah atau inflamasi kebanyakan orang pemah mengalami nyeri jenis ini, seperti
pada saat sakit kepala, sakit gigi, terbakar tertusuk duri, pasca persalinan, pasca
pembedahan, dan lain sebagainya.

Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivasi system saraf simpatis yang
akan memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan tekanan darah peningkatan
denyut jantung, diaphoresis, dan dilatasi pupil.

b. Nyeri Kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung lama biasanya lebih dari
6 bulan dengan intensitas yang bervariasi. Nyeri kronik dapat tidak mempunyai
awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya.

Nyeri kronis dibagi menjadi dua, yaitu nyeri kronis nonmalignan dan
malignan (potter & perry 2006). Nyeri kronik nonmalignan merupakan nyeri yang
timbul akibat cedera jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh
(shceman, 2009) bias timbul tanpa penyebab yang jetas misalnya nyeri pinggang
bawah, dan nyeri yang didasari atas kondisi kronis misalnya osteoatrhitis dan
nyeri kronik malignan yang disebut juga sakit kanker memiliki penyebab rryeri
yang dapat di identifikasi, yaitu terjadi akibat perubahan pada saraf. Perubahan ini
tedadi bisa karena penekanan saraf. Akibat metastase sel-sel kanker maupun
pengaruh zat-zat kimia yang dihasilkan oleh kanker itu sendiri (Portenoy, 2007
dalam potter & PerTy, 2006).

2. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal

Nyeri diklasifikasikan berdasarkan asalnya menjadi nyeri nosiseptik dan


nyeri neuropatik (Andarmoyo, 2013)
a. Nyeri nosiseptif

Nyeri nosiseptif (nociceptive pain) mernpakan nyeri yang diakibatkan oleh


aktivasi atau sensitisasi nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang
mengantarkan stimulus noxius. Nyeri nosiseptif perifer dapat terjadi karena
adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot jaringan ikat dan lain-
lain, hal ini dapat terjadi pada nyeri post operatif dan nyeri kanker.

Dilihat dari sifat nyerinya maka nyeri nosiseptif merupakan nyeri akut.
Nyeri akut merupakan nyeri nosiseptif yang mengenai daerah perifer dan letaknya
lebih terlokalisasi (Andarmoyo, 2013).

b, Nyeri Neuropatik

Nyeri neuropatik mernpakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang


didapat pada struktur saraf perifer maupum sentral. Berbeda dengan nyeri
nosiseptif, nyeri neuropatik bertahan lebih lama dan merupakan proses input saraf
sensorik yang abnormal oleh sistemsaraf perifer, Nyeri ini lebih sulit diobati.
pasien akan mengalami nyeri seperti terbakar, tingling, shooting, shok like,
hypergesia atau allodynia, nyeri neuropatik dari sifat nyerinya merupakan nyeri
kronis.

3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasinya menurut potter dan perry (2006),


dibedakan sebagai berikut:

a. Superficial atau Kutaneus

Nyeri superficial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.


Karakteristik dan nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya
terasa sebagai sensasi yang tajam Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka
potong yang kecil.

b. Viserai Datam
Nyeri visceral merupakan nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ- organ
internal. Karakteristik nyeri bersifat difus dan menyebar ke beberapa arah.
Durasinya bervariasi tetapi biasanya berlangsttng lebih lama dari pada nyeri
superficial. Pada nyeri ini juga menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan
berkaitan dengan mual dan gejalagejala otonom. Nyeri dapat terasa tajam, tumpu,
atau unik tergantung organ yang terlibat contoh sensasi pukul (crushing) seperti
angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.

c. Nyeri Alih

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak
organ yang terkena kedalam segmen medulla spinalis sebagai neuron dari tempat
asal nyeri dirasakan, persepsi nyeri pada daerah yang terkena. Karakteristik nyeri
dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
dengan berbagai karakteristik contohnya nyeri pada infark miokard yang
menyebabkan nyeri alih ke rahang.

d. Radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat awal
cedera ke bagian tubuh lain. Karakteristiknya nyeri terasa seakan menyebar ke
bagian tubuh bawah sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau
konstan. Contohnya nyeri punggung bagian

bawah akibat diskus intravetebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi
sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggnakan jenis penelitian deskriptif, penelitian deskriptif


aalah suatu yang terjadi di masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat
penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah
kesehatan yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang
tinggal dalam komunitas tertntu (Notoatmodjo, 2010)

3.2 Metode Pengumpuln Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah kuesioner.


Sebelum data dkumpulkan, terlebih dahulu daftar pertanyaan atau kuesioner yang
disesuaikan dengan penelitian. Dari tiap- tiap variable dapat diwakili oleh
beberapa pertanyaan. Pengumpulan data dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada responden untuk di isi.

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Bedah (Melati 1, Anggrek 1, dan


Dahlia) RSUD dr Dradjat Prawiranegara

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan januari sampai sampai dengan
bulan februari 2020

3.4 Analisis Data dan Penyajian Data

3.4.1 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua kegiatan pengumpulan data


pengolahan data sesudah dilakukan. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan analisis univariat. Analisis univariat yan dilakukan terhadap setiap
vaiabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variable

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo Sulistyo, 2013. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta:


Arruzzmedia

Depkes RI, 2008. Kasus Appendicitis Di Indonesia. Diakses dari:


http://www.artikelkedokteran.com /arsip/kasus-apendisitis-diindonesia-pada-
tahun-2008.htm. Pada tanggal 7 Januari 2016

Irianto Koes, 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta.

Jitowiyono Sugeng, Weni Kristiyanasari, 2012. Asuhan Keperawatan Post


Operasi.Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo Soekidjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.
Potter & Perry, 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai