OLEH:
ATIKA PURNA
8801190008
D111 KEPERAWATAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Operasi atau pembedahan banyak macam dan jenis nya salah satunya
pembedahan abdomen yang di dalamnya meliputi berbagai organ abdomen di
antaranya: kandung empedu, duodenum, usus halus, usus besar, dinding abdomen
untuk memperbaiki hernia umbilikalis, femoralis dan inguinalis, pankrean serta
appendiks. Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat
pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri
dengan tidak efisien, dan lumennya kecil, maka apendiks mudah mengalami
obstruksi dan rentan terjadi infeksi (appendicitis). Appendicitis merupakan
penyebab yang paling umum dari inflamasi akut, kuadran kanan rongga abdomen
dan penyebab yang paling umum dari pembedahan abdomen darurat. Menurut
Jitowoyono dan Kristiyansari, (2012). Appendiksitis merupakan peradangan
akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (appendiks), infeksi ini
mengakibatkan pernanahan apabila infeksi bertambah parah maka usus bisa
pecah.
Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321 juta kasus tiap tahun.
Statistic di Amerika mencatat setiap tahun terdapat 20 sampai dengan 35 juta
kasus apendisitis (Departemen Republik Indonesia, 2008). Tujuh persen penduduk
di Amerika menjalani apendiktomy (pembedahan untuk mengangkat appendiks)
Menurut Lubis. A (2008), saat ini morbiditas angka apendisitis di
Indonesia mencapai 95 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan tertinggi di
antara Negara-negara di Assosiotion soutli Eust Asiu Nation (ASEAN). Survey di
12 provinsi tahun 2008 menunjukan jumlah apendisitis yang dirawat di rumah
sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.236 orang. Dan masih banyak kasus
apendisitis yang tidak terlaporkan, (Depkes RI, 2008). Sampai saat ini belum ada
survey terbaru yang menerangkan jumlah kasus appendiksitis atau appendiktomy
di Indonesia namun departemen Kesehatan menganggap apendisitis merupakan
isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena mempunyai dampak
besar pada kesehatan masyarakat. Di provinsi Banten khususnya di wilayah
kabupaten serang angka kejadian apendiks dilihat dari data RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara bahwa angka kejadian appendiksitis yang melakukan tindakan
operasi baik itu appendiktomy ataupun laparotomy dari bulan Januari sampai
dengan bulan Desember 2015 menunjukan angka 240 kasus, 109 merupakan
kasus apendiksitis kronis dan 131 merupakan kasus appendiksitis akut. Ini
menunjukan bahwa angka kejadian appendiks di banten cukup tinggi.
Menurut Potter dan Perry (2006), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi individu terhadap nyeri yang acapkali menyulitkan dalam
penatalaksaan nyeri, antara lain : usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri,
perhatian, ansietas, pengalaman terdahulu, gaya koping, dan keluarga dan
dukungan social. Terdapat dua cara penanganan nyeri antara lain penanganan
secara famakologi yaitu penanganan nyeri dengan metode pemberian analgesic
atau obat-obatan pereda nyeri sedangkan penanganan dengan nonfarmakologi
yaitu tindakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmokologi
beberapa teknik nonfarmakologi yang sering digunakan masyarakat dalam
menurunkan tingkat nyeri yaitu dengan relaksasi tarik nafas dalam (Andarmoyo,
2013).
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Konsep Appeudiksitis
2. 1. 1 Definisi
2. 1. 2 Klasifikasi
1. Appendiksitis Akut
2. Appendiksitis Kronis
Appendiksitis kronis adalah yang proses terjadi nya memakan waktu yang
lama gejala appendiksitis Kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana
terjadi nyeri samar (Tumpul) didaerah sekitar pusat dan terkadang demam yang
hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual bahkan kadang muntah.
2. 1. 3 Etiologi
2.1.4 Patogenesis
Menurut Potter & Perry (2012), Post operasi merupakan suatu keadaan
yang timbul setelah dilakukannya proses pembedahan, setelah pembedahan
perawatan klien dapat menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis yang
mungkin terjadi. Klien yang dapat anastesi umum cenderung menghadapi
komplikasi yang lebih besar dari pada klien yang hanya mendapat anastesi lokal,
Sedangkan pada klien appendiks yang akan melakukan operasi rata-rata
mengunakan anastesi spinal yang juga mempunyai komplikasi yang cukup besar,
komplikasi dini yang mungkin terjadi adalah hipotensi, blok spinal tinggi/total,
mual muntah dan penurunan panas tubuh. Sedangkan komplikasi lanjut nya klien
akan mengalami Post Dural Punstrure Headache (PDPH), Nyeri Punggung
(Backache), Cauda Equina Sindrom, Meningitis, Retensi Urine dan Spinal
hematoma.
Tindakan post operasi dilakukan dalam dua tahap yaitu periode pemulihan
segera yang biasanya terjadi hanya dalam sampai 2 jam dan periode penyembuhan
dilakukan di ruang perawatan atau ruang bedah.
Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil
pembedahan. Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post operasi berbeda-beda dari
pasien ke pasien, dari operasi ke operasi, dan dari rumah sakit ke rumah sakit
yang lain. Lokasi pembedahan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya
dapat dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri post operasi. Nyeri pos operasi
biasanya ditemukan dalam pengkajian klinikal, nyeri post operasi merupakan
topik yang menarik untuk dibahas dalam lingkup keperawatan. Dengan menggali
nyeri post operasi akan membantu orang lain untuk mengerti dan dapat
mengaplikasikan nyeri post operasi kepada pasien yang mengalami pembedahan.
Aspek dari nyeri, post operasi adalah untuk menyelidiki adanya pengalaman nyeri
yang mencakup persepsi dan perilaku tentang nyeri (Suza, 2007).
nyeri post operasi sebagai sensori yang tidak menyenangkan dan
pengalaman emosi yang berhubugan dengan kerusakan jaringan potensial atau
nyata atau menggambarkan terminology suatu kerusakan. Pada post operasi nyeri
biasanya adalah hasil dari tindakan operasi tapi dapat disebabkan oleh hal lain
penyebab-penyebab yang berhubungan atau tidak berhubungan, yaitu : kandung
kemih yang penuh, iskemia, pemasangan infuse dan lain-lain. Dan diagnosa
terhadap penyebab nyeri harus dapat diobati jika memungkinkan. Sisa nyeri dapat
dibebaskan dengan pembatasan keamanan pasien terhadap lingkungan post
operasi.
Nyeri post operasi adalah suatu reaksi yang kompleks pada jaringan yang
terluka pada proses pembedahan yang dapat menstimulasi hypersensitivitas pada
system syaraf pusat, nyeri ini hanya dapat dirasakan setelah adanya prosedur
operasi. Nyeri post operasi dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi
persepsi pasien tentang perkembangan dan kesembuhanya Lebih tinggi nyeri yang
dirasakan pasien. Maka makin rendah harapan sembuh menurut pasien
berdasarkan sifat subjektif nyeri. sulit mendapatkan hubungan langsung antara
intensitas nyeri dengan tingkat komplikasi post operast secara fisik dan psikologis
2. 3 Konsep Nyeri
2. 3. 1 Definisi Nyeri
Melzack dan Wall (1988) dalam Judha dkk (2012), mengatakan bahwa
nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif yang dipengaruhi oleh budaya,
persepsi seseorang, perhatian, dan variable variable Psikologis lain, yang
mengganggu 3 prilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap orang untuk
menghentikan rasa tersebut. Torrnaire & Thea-Yonneau (2007) dalam Judha Dkk
(2012), mengartikan nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, baik
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya
kerusakan jaringan tubuh
2. 3. 2 Respon Nyeri
Beberapa respon yang di manifestasikan oleh tubuh dengan adanya
stimulasi nyeri adalah sebagai berikut
a, Respon Psikologis
b. Respon Fisiologis
2. 3. 3 Klasitikasi Nyeri
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intersitas yang
bervariasi (ringan, sedang sampai berat) dan berlangsung untuk waktu yang
singkat (meinhart dan Mecaffery, 1986 dalam Andarmoyo, (2013). Nyeri akut
juga dapat diartikan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam
bulan. Fungsi nyeri akut ialah memberikan peringatan akan suatu cedera atau
penyakit yang akan dating.
Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivasi system saraf simpatis yang
akan memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan tekanan darah peningkatan
denyut jantung, diaphoresis, dan dilatasi pupil.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung lama biasanya lebih dari
6 bulan dengan intensitas yang bervariasi. Nyeri kronik dapat tidak mempunyai
awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya.
Nyeri kronis dibagi menjadi dua, yaitu nyeri kronis nonmalignan dan
malignan (potter & perry 2006). Nyeri kronik nonmalignan merupakan nyeri yang
timbul akibat cedera jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh
(shceman, 2009) bias timbul tanpa penyebab yang jetas misalnya nyeri pinggang
bawah, dan nyeri yang didasari atas kondisi kronis misalnya osteoatrhitis dan
nyeri kronik malignan yang disebut juga sakit kanker memiliki penyebab rryeri
yang dapat di identifikasi, yaitu terjadi akibat perubahan pada saraf. Perubahan ini
tedadi bisa karena penekanan saraf. Akibat metastase sel-sel kanker maupun
pengaruh zat-zat kimia yang dihasilkan oleh kanker itu sendiri (Portenoy, 2007
dalam potter & PerTy, 2006).
Dilihat dari sifat nyerinya maka nyeri nosiseptif merupakan nyeri akut.
Nyeri akut merupakan nyeri nosiseptif yang mengenai daerah perifer dan letaknya
lebih terlokalisasi (Andarmoyo, 2013).
b, Nyeri Neuropatik
b. Viserai Datam
Nyeri visceral merupakan nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ- organ
internal. Karakteristik nyeri bersifat difus dan menyebar ke beberapa arah.
Durasinya bervariasi tetapi biasanya berlangsttng lebih lama dari pada nyeri
superficial. Pada nyeri ini juga menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan
berkaitan dengan mual dan gejalagejala otonom. Nyeri dapat terasa tajam, tumpu,
atau unik tergantung organ yang terlibat contoh sensasi pukul (crushing) seperti
angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.
c. Nyeri Alih
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak
organ yang terkena kedalam segmen medulla spinalis sebagai neuron dari tempat
asal nyeri dirasakan, persepsi nyeri pada daerah yang terkena. Karakteristik nyeri
dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
dengan berbagai karakteristik contohnya nyeri pada infark miokard yang
menyebabkan nyeri alih ke rahang.
d. Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat awal
cedera ke bagian tubuh lain. Karakteristiknya nyeri terasa seakan menyebar ke
bagian tubuh bawah sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau
konstan. Contohnya nyeri punggung bagian
bawah akibat diskus intravetebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi
sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan januari sampai sampai dengan
bulan februari 2020
DAFTAR PUSTAKA