Mengetahui,
Clinical Teaching
A. LATAR BELAKANG
Apendisitis merupakan infeksi bakteria yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor pencetusnya, namun sumbatan Lumen apendiks merupakan
faktor yang diajukan sebagai pencetus disamping Hyperplasia jaringan
limfoid, tumor Apendiks, dan cacing askaris dapat menyebabkan sumbatan.
Apendisitis adalah erosi mukosa apendisitis karena parasit seperti
E.histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat mempengaruhi terjadinya konstipasi yang
mengakibatkan timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan
Intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendisitis dan
meningkatnya pertumbuhan kuman Flora kolon biasa (Adhar,dkk 2018).
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) menyakatan klien yang menderita apendisitis didunia
sebanyak 1,1 juta kasus setiap 1.000 orang pertahun, angka mortalitas
akibat apendiksitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan. Angka mortalitas apendiksitis sekitar 12.000
jiwa pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan (WHO, 2017).
Insidensi apendiktomi di Indonesia menempati urutan ke 2 dari 193
negara diantara kasus kegawatan abdomen lainnya dan apendiksitis akut
menempati urutan ke 4 penyakit terbanyak di Indonesia setelah dispepsia,
gastritis dan duodenitis, dan penyakit sistim cerna lain dengan jumlah
pasien rawat inap sebanyak 28.040 (Depkes RI, 2018). Kasus apendisitis
pada tahun 2016 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 sebanyak
75.601 orang (Dinkes Jatim, 2017 dalam Ressa A., 2017).
Apendisitis menjadi salah satu kegawatdaruratan abdominal yang
paling umum terjadi. Apabila proses peradangan yang timbul secara
mendadak pada daerah apendiks maka disebut apendisitis akut (Permenkes,
2014). Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks
oleh hyperplasia folikel limfosit, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma (Shodikin, 2014).
Apendisitis merupakan penyebab yang paling umum dari inflamasi
akut kuadran kanan bawah abdomen dan penyebab yang paling umum dari
pembedahan abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita,
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
remaja lebih banyak dari orang dewasa; insiden tertinggi adalah mereka yang
berusia 10 sampai 30 tahun. Apendisitis yang tidak segera ditangani dapat
menyebabkan beberapa komplikasi seperti perforasi atau sepsis, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Apendisitis akut merupakan kasus abdomen
akut paling sering yang membutuhkan pembedahan darurat (Baughman dan
Hackley, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil
kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.Ia Dengan Diagnosa
Medis Appendiksitis Akut Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD
Wonosari” sebagai Laporan Tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
B. TUJUAN
1. TujuanUmum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan
komprehensif pada Tn.Ia dengan diagnosis keperawatan yang sesuai.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengkajian terhadap Tn.Ia diharapkan mahasiswa
dapat :
a) Melakukan pengkajian data.
b) Melakukan analisa data dan merumuskan masalah
c) Merencanakan intervensi yang tepat
d) Melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai perencanaan.
e) Mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan keperawatan.
C. METODE
1. Wawancara
Pengumupulan data dengan tanya jawab langsung pada pasien dan
keluarga pasien.
2. Observasi
Pengambilan data dengan cara menilai dan memantau perkembangan
pasien secara langsung.
3. Pemeriksaan fisik
Pengambilan data pasien dengan cara melakukan pemeriksaan fisik
berupa palpasi, auskultasi, perkusi, dan inspeksi.
4. Studi pustaka
Teori asuhan keperawatan dari buku, jurnal, maupun ebook
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi
Menurut Wedjo (2019), klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua
yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik.
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala
apendisitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering
disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatik setempat. Apendisitis akut dibagi menjadi :
(a) Apendisitis Akut Sederhana
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa
disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen
appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang
mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks menebal, edema, dan
kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus,
mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan
(b) Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema
menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks
dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia
dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar
berinvasi ke dalam dinding apendiks menimbulkan infeksi serosa
sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.
Apendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di
dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan
rangsangan peritoneum local seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik
Mc. Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut
disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum
(c) Apendisitis Akut Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri
mulai terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Selain
didapatkan tanda-tanda supuratif, apendiks mengalami gangren
pada bagian tertentu. Dinding apendiks berwarna ungu, hijau
keabuan atau merah kehitaman. Pada apendisitis akut gangrenosa
terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang
purulen
(d) Apendisitis Infiltrat
Apendisitis Infiltrat adalah proses radang apendiks yang
penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum,
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa
flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya
(e) Apendisitis Abses
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi
nnanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum,
retrosekal, subsekal dan pelvikal
(f) Apendisitis Perforasi
Apendisitis Perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah
gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut
sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding apendiks tampak
daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik
b. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan
adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria
mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding.Apendisitis kronik memiliki semua gejala riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan
parsial atau luemen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan keseluruhan
menghilang setelah apendiktomi.
3. Etiologi
Menurut Jay dan Marks (2016), etiologi apendisitis yaitu sebagai berikut :
a. Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan
keras (biji-bijian) yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa
keluar lagi. Setelah isi usus tercemar dan usus meradang timbullah
kuman-kuman yang dapat memperparah keadaan tadi.
b. Mucus maupun feses kemudian mengeras seperti batu (fekalit) lalu
menutup lubang penghubung antara apendiks dengan caeceum.
c. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks
dan cacing askaris.
d. Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan
makanan yang rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan menarik bagian intrasekal,
yang berakibat timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi
penyumbatan sehingga meningkatnya pertumbuhan kuman flora
kolon
e. Apendisitis disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga
karena gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi
makanan tinggi serat.
4. Manifestasi Klinis
Keluhan apendektomi dimulai dari nyeri diperiumbilikus dan
muntah dan rangsangan peritonium viseral. Dalam waktu 2-12 jam
seiring dengan iritasi peritoneal, kerusakan integritas kulit, nyeri perut
akan berpindah kekuadran kanan bawah yang menetap 7 dan diperberat
dengan batuk dan berjalan. Nyeri akan semakin progeresif dan dengan
pemeriksaan akan menunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal.
Gejala lain yang dapat ditemukan adalah anoreksia, malaise demam tek
terlalu tinggi konstipasi diare, mual, dan muntah (Hanifah, 2019).
Menurut Baughman dan Hackley (2016), manifestasi klinis
apendisitis meliputi :
a) Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual dan seringkali muntah.
b) Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan
spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan
sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan.
c) Nyeri alih mungkin saja ada, letak apendiks mengakibatkan sejumah
nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare kambuhan.
d) Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan
bawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah).
e) Jika terjadi rupture apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih melebar,
terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
5. Patofisiologi
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan piningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri,
dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus berlanjut,
tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di darah kanan bawah. Keadaan ini disebut
appendicitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan
terjadi infark dinding appendiks yang dan apendiks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada
gangguan pembuluh darah. Diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut
dengan appendicitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah,
akan terjadi appendicitis perforasi (Wedjo, 2019).
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat
terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari
faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan
bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus
(Munir, 2011).
Apendektomi biasanya disebabkan adanya penyumbatan lumen
apendiks yang dapat diakibatkan oleh fekalit/atau apendikolit,
hiperplasia limfoid, benda asing, parasit, mioplasma atau striktur karena
fibrosir akibat peradangan sebelumnya. Obstruksi lumen yang terjadi
mendukung perkembangan bakteri dan sekresi mukus sehingga
menyebabkan distensi lumen dan peningkatan tekanan dinding lumen.
Setelah apendiktomy dilakukan mengakibatkan kerusakan jaringan dan
terjadinya ujung saraf terputus menimbulkan masalah keperawatan
kerusakan integritas kulit (Hanifah, 2019).
8. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan
appendisitis.Adapun jenis komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah :
a. Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini
mula- mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang
mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis gangren atau
mikroperforasi ditutupi oleh omentum. Operasi appendektomi untuk
kondisi abses apendiks dapat dilakukan secara dini (appendektomi
dini) maupun tertunda (appendektomi interval). Appendektomi dini
merupakan appendektomi yang dilakukan segera atau beberapa hari
setelah kedatangan klien di rumah sakit. Sedangkan appendektomi
interval merupakan appendektomi yang dilakukan setelah terapi
konservatif awal, berupa pemberian antibiotika intravena selama
beberapa minggu.
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga
bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12
jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24
jam.Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan
gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,5° C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan
leukositosis terutama Polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan
terjadinya peritonitis. Perforasi memerlukan pertolongan medis segera
untuk membatasi pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi
lambung ke rongga perut. Mengatasi peritonitis dapat dilakukan
oprasi untuk memperbaiki perforasi, mengatasi sumber infeksi, atau
dalam beberapa kasus mengangkat bagian dari organ yang
terpengaruh .
c. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum dapat menyebabkan
timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai
timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah,
nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. Penderita peritonitis akan
disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit. Beberapa
penanganan bagi penderita peritonitis adalah :
1) Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan antibiotik suntik
atau obat antijamur bila dicurigai penyebabnya adalah infeksi
jamur, untuk mengobati serta mencegah infeksi menyebar ke
seluruh tubuh. Jangka waktu pengobatan akan disesuaikan
dengan tingkat keparahan yang dialami klien.
2) Pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang
jaringan yang terinfeksi atau menutup robekan yang terjadi pada
organ dalam.
Invasi/multiplikasi
Appendiksitis
(agen pencedera fisiologis)
Sekresi mucus lebih pada Peradangan pada jaringan Peradangan pada dinding
lumen apendik appendik
Kerusakan control suhu
Appendik teregang terhadap inflamasi (proses Distensi abdomen
penyakit)
Tekanan intraluminal Menekan gaster
Suhu tubuh di atas rentang
Nyeri Akut normal Peningkatan produksi HCL
Hipertermia Mual
Nausea
OPERASI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Tn.IA
2) Tempat Tgl Lahir :Gunungkidul, 21 Desember 2001
3) Umur :20 Tahun
4) Jenis Kelamin :Laki-Laki
5) Agama :Islam
6) Pendidikan :SMA
7) Pekerjaan :Pelajar
8) Suku / Bangsa :Jawa
9) Alamat :Banyusoko Playen Gunung Kidul
10) Diagnosa Medis :Appendiksitis akut
11) No. RM :00683262
12) Tanggal Masuk RS :03 September 2021
Keterangan :
Laki-laki Tinggalserumah Pasien
Perempuan
Meninggal Pisah
Keterangan :
0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total
4) Istirahat – tidur
Klien mengatakan sebelum sakit ia tidur malam pada pukul 21.00 –
06.00 dan tidur siang kadang tidak menentu. Saat di rumah sakit
klien mengatakan masih bisa tidur, tapi sesekali terbangun karena
nyeri perut kanan bawah. Klien bersikap protektif terhadap nyeri.
5) Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Klien mengatakan bahwa pada saat muncul gejala demam dan nyeri
perut, klien hanya mengira itu pengaruh cuaca dan karena ia
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
memiliki penyakit maag yang akan sembuh dalam hitungan hari,
klien hanya mengkonsumsi jamu dan hanya dibiarkan begitu saja,
ia tidak mengetahui bahwa penyakitnya akan menjadi seperti
sekarang, klien mengatakan bahwa ia merasa penyakitnya akan
sembuh tetapi pada dasarnya malah semakin bertambah parah
6) Pola Toleransi terhadap stress-koping
Klien mengatakan jika muncul stress klien sering mencari sesuatu
kegiatan sehingga ia dapat melupakan stressnya, seperti bermain
game online.
7) Pola hubungan peran
Klien mengatakan didalam keluarganya ia berperan sebagai seorang
anak. Klien berhubungan baik dengan anggota keluarga yang lain.
8) Kognitif dan persepsi
Klien mengatakan mengetahui apa yang harus ia lakukan ketika
nanti diizinkan pulang oleh dokter.
9) Persepsi diri-Konsep diri
a) Gambaran Diri
Klien mengatakan bahwa ia sangat menyukai bagian matanya
b) Harga Diri
Klien dihargai oleh teman-teman dan orang sekitarnya
c) Peran Diri
Dikeluarga klien berperan sebagai seorang anak. klien saat ini
mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas (SMA)
d) Ideal Diri
Jika sembuh klien berjanji akan menjaga kesehatan ususnya dan
mengkonsumsi makanan yang sehat
e) Identitas Diri
Klien dikeluarga dia sebagai anak, klien mengatakan sangat
senang dan puas berada disekeliling keluarganya. Klien
mengatakan puas dengan jenis kelaminnya.
10) Reproduksi dan kesehatan
Klien belum menikah dan klien tidak ada keluhan terkait reproduksi
11) Keyakinan dan Nilai
Klien mengatakan beragama islam, untuk nilai-nilai kegamaan klien
mengatakan kadang mengikutinya.
Mon = 2% 3-7%
HCT/HMT 44% 44 %
Erik
Erik
Erik
Erik
Hari/ Diagnose
Jam Pelaksanaan Paraf Evaluasi
tanggal keperawatan
EVALUASI
HR/TGL/JAM Dx.Kep
(S O A P)
03/09/2021 (D.0077) S:
14:00 Nyeri akut b.d agen • Klien mengeluh nyeri pada perut
pencedera fisiologis kanan bawah menurun dari 6 ke 4
O:
• Sesekali meringis
• Bersikap protektif
• Gelisah
• Tidak ada diaphoresis
• Tanda-tanda Vital :
TD = 110/80 mmHg
Nadi = 92 x/mnt
Suhu = 36,3 °C
RR = 20 x/mnt
A:
Masalah nyeri akut belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi (klien pindah ke
bangsal bedah)
Erik
03/09/2021 (D.0130) S:
14:00 Hiprtermia b.d proses • Klien mengatakan tidak demam lagi
penyakit (infeksi) O:
• Suhu tubuh 36,3°C
• Kulit teraba dingin
• Frekuensi nadi normal (92x/menit)
• Frekuensi nafas 20x/menit
• Klien tidak pucat lagi
A:
Masalah hipertermi teratasi
P:
Lanjutkan intervensi (klien pindah ke
bangsal bedah)
Erik
Erik
keluhan nyeri abdomen kuadran kanan bawah pada pasien Tn.Ia adalah dengan
teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi adalah terapi yang menggunakan
ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah,
teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien
masalah keperawatan nyeri akut pada klien appendicitis. Desain penelitian ini
adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah
relaksasi nafas dalam skala nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan skala
nyeri sedang menjadi skala nyeri ringan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
relaksasi nafas dalam dapat menurunan tingkat kecemasan pada pasien pre
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
operasi bedah abdomen. Penelitiannya menggunakan pendekatan pre
experimental design dengan rancangan one group pretest posttest. Penelitian ini
dilakukan pada bulan April 2017 di Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani
kecemasan pada pasien pre operasi bedah abdomen setelah diberikan terapi
(kecemasan ringan) dan terjadi penurunan sebesar 5,03. Saran penelitian ini
tubuh berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau
Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau
relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang
Adhar, Lusia & Andi. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hanifah, Evi. (2019). ‘Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendiktomi
Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang Melati RSUD Bungil Pasuruan’. Karya
Tulis Ilmiah, Program Studi D-III Keperawatan. Jombang : Sekolah Tinggi Ilmi
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Jay & Marks.(2016). Karakteristik lokasi perforasi apendiks dan usia pada pasien yang
didiagnosis apendisitis akut perforasi di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Skripsi,
Fakultas Kedokteran, UPN Veteran Jakarta.
Nurarif, A.H & Kusuma.H (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnose Nanda, NIC, NOC, Dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta: Mediaction
Rokawi, Dkk (2017), Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi
Bedah Abdomen. Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Saputro, Novi Eko. (2018). ‘Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendisitis
Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan Di Ruang Mawar
Rumah Sakit Umum Daerah Jombang’. Karya Tulis Ilmiah, Prodi D-III
Keperawatan. Jombang : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Cetakan III.
Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Cetakan II.
Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Cetakan II.
Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Wedjo, Musa Aditio. (2019). ‘Asuhan Keperawatan Pada An. R.L Dengan Apendisitis
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Di Wilayah RSUD Prof. Dr. W Z
Johannes Kupang’. Karya Tulis Ilmiah, Prodi D-III Keperawatan. Kupang :
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
ABSTRAK
Latar Belakang : Appendicitis adalah suatu kondisi di mana terjadi infeksi diumbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
menyingkirkan umbai cacing yang terinfeksi (Kowalak, 2011). Tujuan : untuk mengetahui pengaruh
relaksasi nafas untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada klien appendicitis. Metode :
Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah
dua orang klien yang mengalami appendicitis. Penelitian dilakukan pada Februari– Maret 2019. Hasil :
Sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan skala
nyeri menjadi 3 dan 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skala nyeri sedang menjadi
skala nyeri ringan. Kesimpulan : Teknik relaksasi nafas dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
appendicitis sehingga teknik nonfarmakologis ini sangat direkomendasikan.
ABSTRACT
Background : Appendicitis is a condition in which an infection occur in the appendix. In mild cases it
can be cured without treatment, but many cases require a laparotomy by removing the tufts of infected
worms (Kowalak, 2011). Objective : to determine the effect of deep breathing relaxation with acute pain
nursing problems in appendicitis clients. Method : The design of this research is descriptive, in the form of
case studies.The subjects in this study were two clients who had appendicitis. The study was conducted
in February - March 2019. Results : before taking breath relaxation measures on the scale of pain 6 and
5, after the pain scale measures were carried out to 3 and 2. The results showed a decrease in the scale
of moderate pain to a mild pain scale. Conclusion : Breath relaxation techniques can reduce pain
intensity in appendicitis patients so this nonpharmacological technique is highly recommended.
25
Latar Belakang peningkatan temperatur pada ekstremitas.
Appendicitis akut memerlukan Teknik nafas dalam sangat efektif dilakukan
pembedahan. Pada umumnya klien dengan pada klien post op appendiktomy.
post appendiktomy akan mengalami masalah Dari hasil penelitian yang dilakukan
keperawatan nyeri akut akibat pembedahan. oleh Virgianti (2015) dengan melakukan teknik
Menurut Maslow (dikutip dalam Virgianti nafas ritmik/dalam dengan 30 pasien yang
2015), bahwa kebutuhan rasa nyaman mengalami frekuensi skala nyeri sedang (100%)
merupakan kebutuhan fisiologis yang harus post appendiktomy mengalami penurunan
terpenuhi. menjadi 19 pasien dengan frekuensi skala nyeri
Menurut Virgianti (2015) yang ringan (63.3%).
mengemukakan penelitian Gannong Menurut data Dinkes Jateng
(2008) mengatakan bahwa seorang dengan menyebutkan bahwa pada tahun 2009 jumlah
masalah keperawatan nyeri pasti akan kasus appendicitis di Jawa Tengah sebanyak
berdampak pada aktivitas sehari-harinya. 5.980 penderita, dan 117 klien dengan kasus
Aktivitas yang terganggu diantaranya adalah appendicitis mengalami kematian. Berdasarkan
kebutuhan istirahat tidur, pemenuhan individu, paparan di atas, penulis tertarik membahas
juga aspek interaksi sosialnya yang mana dapat mengenai penerapan teknik relaksasi nafas
berupa menghindari percakapan, menarik diri dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien
dan menghindari kontak. Selain itu, jika appendicitis di RSUD Wates.
seorang yang mengalami nyeri hebat dan tidak
segera dilakukan tindakan, seseorang tersebut Metode
akan mengalami syok neurogenik. Desain penelitian ini adalah deskriptif,
Adapun pengelolaan intensitas nyeri dalam bentuk studi kasus. Subyek dala
klien dengan post appendiktomy yaitu dengan penelitian ini adalah dua orang klien 2 orang
farmakologi dan nonfarmakologi. Pengelolaan dan keluarganya yang mengalami appendicitis
intensitas nyeri dengan nonfarmakologi antara dengan masalah nyeri akut. Pelaksanaan
lain adalah nafas dalam, kompres hangat, pengumpulan data dilakukan di RSUD Wates,
terapi masase, dan pemberian analgesik. dilakukan sejak tanggal 18 – 20 Februari 2019
Teknik nafas dalam ini dipercaya dapat pada klien 1 dan pada klien 2 pada tanggal 27
menurunkan intensitas nyeri. Tamsuri, 2007 Februari 2019 – 01 Maret 2019.
(dikutip dalam Rini 2012). Pengumpulan data yang dilakuan
Menurut Rahmayati (2010) dikutip dalam peneltiian, yaitu:
dalam Chandra (2013) secara fisiologis, 1. Observasi
keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan Dalam penelitian ini, penulis
kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, mengobservasi atau melihat keadaan
menyebabkan penurunan ketegangan otot, umum partisipan dengan pemeriksaan fisik
metabolisme menurun, vasodilatasi dan (dengan pendekatan IPPA : inspeksi,
26
palpasi, perkusi, dan auskultasi). dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pengukuran nyeri berkurang menjadi skala 2.
Dalam penelitian ini, penulis mengukur Pada post operasi pada Tn S sebelum
menggunakan alat ukur pemeriksaan, dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala
seperti melakukan pengukuran TTV dan nyeri yang dirasakan yaitu 6 dengan rasa seperti
skala nyeri dengan numerical rating scale. tersengat dan waktu hilang atau timbul. Setelah
3. Wawancara dilakukan relaksasi nafas dalam skala nyeri
Dalam penelitian wawancara jenis ini yang dirasakan yaitu menjadi 3 terasa masih
merupakan kombinasi dari wawancara cenut-cenut dan waktu hilang atau timbul.
tidak terpimpin dan wawancara Sedangkan pada Tn W sebelum
terpimpin. dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala
4. Dokumentasi nyeri yang dirasakan yaitu 5 terasa cenut-cenut
Dokumentasi yang dilakukan oleh penulis dan waktu hilang atau timbul. Setelah dilakukan
yaitu pendokumentasi hasil pengkajian, relaksasi nafas dalam skala nyeri yang
sampai dengan evaluasi dari tindakan. dirasakan yaitu menjadi 2 terasa masih
Instrumen pengumpulan data yang cenutcenut dan waktu hilang atau timbul.
meliputi: memberikan teknik relaksasi nafas
dalam dengan menggunakan SOP Rumah Pembahasan
Sakit dan skala Numerical Rating Scale untuk 1. Gambaran intensitas nyeri sebelum
mengukur skala nyeri diberikan terapi relaksasi nafas dalam
Uji keabsahan menggunakan Pada Tn S sebelum dilakukan
triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini tindakan keperawatan skala nyeri yang
menggunakan triangulasi observasi, yaitu hasil dirasakan yaitu 4. Sedangkan pada Tn W
pengukuran post test dan triangulasi waktu, skala nyeri awal yang terasa skala 3. Tn S
yaitu dilakukan dengan mengukur skala nyeri dan Tn W didapatkan klien mengeluh nyeri
setelah diberikan teknik relaksasi nafas pada abdomen karena appendicitis.
dalam). Appendicitis terjadi karena adanya infeksi
pada umbilicus. Appendicitis adalah suatu
Hasil proses obstruksi (hiperplasi limpo nadi
Hasil penelitian pada pre operatif submokosa, fecalith, benda asing, tumor),
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas kemudian diikuti proses infeksi dan disusul
dalam. Pada Tn S sebelum dilakukan tindakan oleh peradangan dari appendiks veriformis.
keperawatan skala nyeri yang dirasakan yaitu Penelitian oleh Nugroho 2011 (dikutip
4 dan setelah diberikan relaksasi nafas dalam dalam Silvia 2015).
nyeri berkurang menjadi skala 3. Sedangkan Nyeri yang dirasakan akibat adanya
pada Tn W sebelum dilakukan tindakan proses inflamasi yang mengakibatkan
relaksasi nafas dalam nyeri yang terasa yaitu 3 peningkatan traluminal tekanan akan terus
27
meningkat dan menyebabkan peradangan dikutip dalam Chandra (2013) secara
yang timbul meluas sehingga fisiologis, keadaan relaksasi ditandai
menimbulkan nyeri pada perut kanan dengan penurunan kadar epinefrin dan non
bawah. Tn S dan Tn W merasa kurang epinefrin dalam darah, menyebabkan
nyaman dengan kondisinya. Klien dengan penurunan ketegangan otot, metabolisme
diagnosa Appendicitis memerlukan menurun, vasodilatasi dan peningkatan
pembedahan. temperatur pada ekstremitas.
Pada pengkajian post operatif Teknik nafas dalam sangat efektif
didapatkan data dari kedua klien dilakukan pada klien post op
mengatakan nyeri pada luka operasi. Pada appendiktomy. Dari hasil penelitian yang
Tn S nyeri dirasakan dengan skala 6 dilakukan oleh Virgianti (2015) dengan
dengan waktu hilang timbul dan skala 5 melakukan teknik nafas ritmik/dalam
dengan waktu hilang timbul pada Tn W. dengan 30 pasien yang mengalami
Nyeri yang dirasakan karena frekuensi skala nyeri sedang (100%) post
adanya kerusakan pada jaringan appendiktomy mengalami penurunan
akibat adanya kontinuitas jaringan yang menjadi 19 pasien dengan frekuensi skala
terputus. Menurut Eli kosasih (2015) nyeri ringan (63.3%)
apabila ada kerusakan jaringan maka Kesimpulan
histamin, bradikinin, serotonin, dan Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
prostaglandin akan di produksi oleh disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas
tubuh. Zat-zat kimia ini akan efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini pasien appendicitis.
diteruskan ke Central Nerve System Daftar Pustaka
(CNS) untuk kemudian ditransmisikan Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan
Medikal- Bedah. Jakarta : EGC
pada serabut tipe C yang menghasilkan
Cahyani, Oktavia P. 2017. Upaya Penurunan
nyeri seperti tertusuk (dikutip dalam Nyeri Pada Pasien Dengan Post
Appendiktomi.
Evarica 2015).
Faridah, Virgianti N. 2015. Penurunan Tingkat
2. Gambaran Intensitas nyeri setelah diberikan Nyeri Pasien Post Op Apendicitis
relaksasi nafas dalam Dengan Tehnik Diktraksi Nafas Ritmik.
Surya. Vol 07 No 02.
Sebelum dilakukan tindakan Jamaludin, Ulya Nur K. 2017. Pengaruh
relaksasi nafas pada kedua klien skala Terapi Guided Imagery Dan Iringan
Musik Terhadap Penurunan Nyeri
nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan Pada Pasien Dengan Post
skala nyeri berkurang menjadi 3 dan 2. Apendiktomi. Jurnal profesi
keperawatan. Vol 4 No. 2.
Setelah dilakukan nafas dalam Kowalak, Jennifer P, Welsh,William, &
klien lebih menjadi rileks dan Mayer, Brenna. 2011. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta : EGC
menyebabkan nyeri berkurang. Sejalan Maranatha. 2019. Hamilton Rating Scale For
dengan pendapat Rahmayati (2010) Anxiety.
28
Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi
Bedah Abdomen
Abstract: Deep Breath Relaxation Therapy on Decreasing Anxiety Level in Patients With
Pre Operative Abdominal Surgery. Anxiety is a subjective experience of a person and an
emotion like an uncertain sense of concern. One of the anxiety stressors is surgery. The objective
of the study was to know the effect of deep breath relaxation therapy on decreasing anxiety level in
patients with pre operative abdominal surgery. This research uses pre experimental design
approach with one group pretest posttest design. This research was held on April 2017 at Surgery
Room of Jendral Ahmad Yani Metro City. Sampling technique using non-probability sampling by
purposive sampling, obtained as many as 32 respondents based on the calculation using the
formula of the sample proportion estimation. Bivariate analysis using paired t test (paired sample t
test). The results of this study showed anxiety level in patients with pre operative abdominal
surgery before being given deep breath relaxation therapy has an average anxiety index score of
54.59 (moderate anxiety) and anxiety level in patients with preoperative abdominal surgery after
being given deep breath relaxation therapy has an anxiety index score of 49.56 (mild anxiety) and
a decrease of 5.03. The results of this study are expected to be a reference to the use of deep breath
relaxation therapy in accordance Standard Operational Procedures to decrease anxiety levels in pre
operative patients using Leaflet.
Abstrak: Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah
Abdomen. Kecemasan adalah pengalaman subjektif dari seseorang dan merupakan sebuah emosi
seperti rasa kekhawatiran yang tidak jelas. Salah satu stressor kecemasan adalah tindakan operasi
atau pembedahan. Tujuan penelitian diketahuinya pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah abdomen. Penelitian ini
menggunakan pendekatan pre experimental design dengan rancangan one group pretest
posttest. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2017 di Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad
Yani Metro. Teknik sampling menggunakan non probability sampling secara purposive
sampling, didapatkan sebanyak 32 responden berdasarkan perhitungan menggunakan rumus
besar sampel estimasi proporsi. Analisa bivariate menggunakan uji t berpasangan (paired
sample t test). Hasil penelitian diperoleh tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah
abdomen sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam mempunyai rata-rata skor indeks
kecemasan 54,59 (kecemasan sedang) dan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah
abdomen setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam mempunyai rata-rata skor indeks
kecemasan 49,56 (kecemasan ringan) dan terjadi penurunan sebesar 5,03. Saran penelitian ini
diharapkan dapat menjadi rujukan penggunaan terapi relaksasi nafas dalam sesuai Standar
Operasional Prosedur untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi dengan
menggunakan media Leaflet.
Kata kunci: Terapi relaksasi, Tingkat kecemasan, Pre operasi bedah abdomen
257
Rokawie, Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen 258
dalam proses persiapan operasi karena mental Kecemasan yang tinggi dapat memberikan efek
pasien yang tidak siap dapat mempengaruhi dalam mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh
kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa yang ditandai dengan adanya peningkatan
muncul pada pasien pre operasi adalah tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi,
kecemasan. peningkatan frekuensi napas (Muttaqin & Sari,
Kecemasan adalah kekhawatiran yang 2009). Karena dengan adanya tanda-tanda tersebut
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan maka biasanya operasi akan ditunda oleh dokter
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. sehingga menghambat penyembuhan penyakit pada
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang klien. Disini peran perawat sangatlah diperlukan
spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif untuk melakukan intervensi kepada pasien dari
dan didokumentasikan secara interpersonal. pre hingga post operasi. Perawat dapat
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang melakukan terapi-terapi seperti terapi relaksasi,
merupakan penilaian intelektual terhadap distraksi, meditasi, imajinasi. Dalam penelitian
bahaya. Kecemasan adalah respons emosional ini peneliti memilih melakukan terapi relaksasi.
terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk Terapi relaksasi adalah tehnik yang
menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup. didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh
Gangguan kecemasan merupakan masalah berespon pada ansietas yang merangsang
psikiatri yang paling sering terjadi di Amerika pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya.
Serikat (Stuart, 2006). Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan
Kecemasan adalah sebuah emosi dan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan
pengalaman subjektif dari seseorang. kepala ditopang dalam posisi berbaring atau
Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan duduk di kursi. Hal utama yang dibutuhkan
yang membuat seseorang tidak nyaman dan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien
terbagi dalam tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan posisi yang nyaman, klien dengan
dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang
berdaya (Kusumawati & Hartono, 2011). tenang (Asmadi, 2009).
Kecemasan adalah diagnosa keperawatan Terapi relaksasi memiliki berbagai
utama yang dialami pasien pre operasi. macam yaitu latihan nafas dalam, masase,
Kekhawatiran mengenai kehilangan waktu kerja, relaksasi progresif, imajinasi, biofeedback, yoga,
kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung meditasi, sentuhan terapeutik, terapi musik,
jawab mendukung keluarga, dan ancaman serta humor dan tawa (Kozier, Erb, Berman, &
ketidakmampuan permanen yang lebih jauh, Snyder, 2010). Teknik relaksasi yang lebih
memperberat ketegangan emosional yang dipilih untuk menurunkan kecemasan pada
sangat berat yang diciptakan oleh prospek pasien pre operasi yaitu teknik relaksasi nafas
pembedahan. Kekhawatiran nyata yang lebih dalam. Dalam terapannya terapi relaksasi nafas
ringan dapat terjadi karena pengalaman dalam lebih mudah dipelajari dan diterapkan
sebelumnya dengan sistem perawatan kesehatan oleh para pasien nantinya, serta keuntungannya
dan orang-orang yang dikenal pasien dengan menggunakan terapi nafas dalam ini adalah
kondisi yang sama. Akibatnya, perawat harus waktu dan dana yang dikeluarkan tidak terlalu
memberikan dorongan untuk mengungkapkan, banyak dibandingkan terapi relaksasi yang lain.
dan harus mendengarkan, harus memahami, dan Penelitian Rafsanjani (2015) Pasien di Ruang
memberikan informasi yang membantu Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
menyingkirkan kekhawatiran tersebut. Keluasan Lampung yang akan menjalani operasi sebagian
reaksi pasien pada banyak faktor, meliputi besar mengalami kecemasan dan menunjukkan
ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan bahwa dari 26 orang responden terdapat 3 orang
yang diantisipasi-baik fisik, finansial, yang memiliki kecemasan dalam kategori ringan, 10
psikologis, spiritual, atau sosial-dan hasil akhir orang dalam kategori sedang, dan 7 orang dalam
pembedahan yang diharapkan. Akankah kategori berat.
pembedahan tersebut memperbaiki keadaan. Hasil pre survey yang dilakukan oleh
Akankah pembedahan tersebut mengakibatkan peneliti di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
ketidakmampuan. Apakah ini hanya merupakan Provinsi Lampung didapatkan jumlah pasien
tindakan sementara dalam kondisi kronik pre operasi pada bulan Desember 2016 di ruang
(Smeltzer & Bare, 2002). Kutilang terdapat 58 pasien, 18 diantaranya
Kecemasan perlu mendapat perhatian dan merupakan pasien pembedahan laparatomi, dan
intervensi keperawatan karena keadaan di ruang Mawar terdapat 60 pasien pre operasi,
emosional pasien yang akan berpengaruh 6 diantaranya merupakan pasien pembedahan
kepada fungsi tubuh pasien menjelang operasi. laparatomi.
259 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 257-262
kecemasan sebelum dan sesudah diberikan 18-25 tahun (Dewasa muda) sebanyak 10
tindakan relaksasi nafas dalam adalah 5,03. Hasil responden (31,3%.). Masa dewasa adalah masa
uji statistik dengan uji t-dependent didapatkan yang penuh dengan ketegangan emosional.
perhitungan p-value (0,000)<α (0.05) yang Ketegangan emosional seringkali ditampakkan
berarti ha diterima sehingga dapat disimpulkan dalam kekhawatiran. Kekhawatiran yang timbul
bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor indeks pada umumnya bergantung pada tercapainya
kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan terapi penyesuaian terhadap persoalan yang dihadapi
relaksasi nafas dalam pada pasien pre operasi pada saat tertentu. Ketidakmampuan dalam
bedah abdomen. mengatasi masalah akan menyebabkan gangguan
Hal ini diperkuat dengan teori Smeltzer & emosional (Puspita, Armiyati, & Arif, 2014).
Bare (2002) yang menyatakan bahwa tujuan Penelitian ini diketahui bahwa kecemasan
teknik relaksasi napas dalam adalah untuk terbanyak dialami oleh responden dengan tingkat
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara Pendidikan Dasar sebanyak 17 responden
pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, (53,1%). Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress, semakin tinggi pendidikan, makan ia akan mudah
baik stress fisik maupun emosional yaitu menerima hal baru dan akan mudah
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan menyesuaikan dengan hal baru tersebut.
kecemasan. Responden yang berpendidikan tinggi lebih
Hasil ini sesuai dengan penelitian mampu menggunakan pemahaman dalam
Rafsanjani (2015) Kecemasan pasien pre operasi merespon kejadian secara adaptif dibandingkan
kelompok eksperimen, dari 26 responden kelompok responden yang berpendidikan rendah.
diperoleh hasil kecemasan berat; dari 27% Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
menjadi 15,3%, kecemasan sedang; dari 38,4% semakin rasional keputusan yang diambil.
menjadi 30,7%, kecemasan ringan; dari 11,5% Kondisi ini menunjukkan respon cemas
menjadi 27%, tidak ada kecemasan; dari 23,1% cenderung pada responden yang berpendidikan
menjadi 27%. Maka dapat disimpulkan ada rendah karena rendahnya pemahaman terhadap
perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum dan kejadian sehingga membentuk persepsi yang
sesudah dilakukan terapi relaksasi. menakutkan dalam merespon kejadian. Semakin
Penelitian ini juga terkait dengan tinggi tingkat pendidikan seseorang akan lebih
penelitian Sudarsih (2012) Diperoleh tingkat mudah dalam menerima informasi tentang
kecemasan pada pasien pre operasi appendisitis keadaannya. Sehingga seseorang akan lebih
di Ruang Perawatan Rumah Sakit Imanuel mengerti tentang cara penatalaksanaan terhadap
sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam tindakan dalam mengendalikan kecemasan
mempunyai nilai rata-rata 33,6 (ringan sampai dengan mekanisme koping yang efektif.
sedang) dan tingkat kecemasan pada pasien pre Sebaliknya jika pendidikan rendah maka sulit
operasi sesudah diberikan teknik relaksasi nafas menerima atau merespon kecemasan yang sedang
dalam mempunyai nilai rata-rata 21,4 (tidak dialami.
cemas) dan terjadi penurunan sebesar 12,2. Hal Penelitian ini diketahui bahwa perbedaan
ini dapat disimpulkan bahwa pemberian teknik rata-rata skor indeks kecemasan pre operasi
relaksasi nafas dalam mempengaruhi penurunan sebelum dan setelah diberikan tindakan relaksasi
tingkat kecemasan. nafas dalam pada responden yang dilakukan
Penelitian ini semua responden mengalami pengukuran 1 hari mengalami penurunan rata-
tindakan pembedahan untuk pertama kalinya, hal rata indeks kecemasan sebanyak 4,00, pada
ini mungkin yang menyebabkan responden responden yang dilakukan pengukuran 2 hari
mengalami kecemasan karena ketidaktahuan mengalami penurunan rata-rata indeks
akan pengalaman pembedahan. Hal ini diperkuat kecemasan sebanyak 6,18, dan pada responden
dengan teori Muttaqin & Sari (2009) yang yang dilakukan pengukuran >2 hari mengalami
menyatakan bahwa pasien yang akan menjalani penurunan rata-rata indeks kecemasan sebanyak
operasi akan mengalami dampak psikologis. 7,00. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa
Berbagai dampak psikologis yang dapat muncul semakin lama tindakan relaksasi nafas dalam
adalah kecemasan yang terekspresikan dalam dilakukan, akan semakin menurunkan indeks
berbagai bentuk seperti marah, menolak, atau kecemasan.
apatis terhadap kegiatan keperawatan. Semua itu Hasil penelitian disimpulkan bahwa terapi
akibat dari adanya ketidaktahuan akan relaksasi nafas dalam berpengaruh terhadap
pengalaman pembedahan. penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre
Penelitian ini diketahui bahwa kecemasan operasi bedah abdomen di Ruang Bedah RSUD
terbanyak dialami oleh responden yang berumur Jendral Ahmad Yani Metro Tahun 2017.
Rokawie, Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen 262
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2009. Tehnik Prosedural Keperawatan: Penurunan Kecemasan pada Pasien Pre
Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Operasi Bedah Mayor Abdomen di RSUD
Klien. Jakarta: Salemba Medika. Tugurejo Semarang. Karya Ilmiah S. 1
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. Ilmu Keperawatan.
2010. Buku Ajar Fundamental Rafsanjani, H. 2015. Pengaruh Terapi Relaksasi
Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik, terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Ed.7, Vol.1&2. Jakarta: EGC. Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. 2011. Buku Ajar Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar
Medika. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Muttaqin, A., & Sari, K. 2009. Asuhan Suddarth. Edisi 8. Vol. 1. Jakarta: EGC.
Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan
dan Aplikasi. Jakarta: EGC. Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori Sudarsih, W. 2012. Perbedaan Tingkat
& Aplikasi Edisi Revisi 2010. Jakarta: Kecemasan Pasien Pre Operasi
Rineka Cipta. Appendisitis Sebelum dan Sesudah
Puspita, N. A., Armiyati, Y., & Arif, S. 2014. Diberikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Efektifitas Waktu Penerapan Teknik di Ruang Perawatan Rumah Sakit Imanuel
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Bandar Lampung.