DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10
cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks
cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth,
2015).
tanda
b. Appendisitis rekurens
c. Appendisitis kronis
APENDISITIS
2. ETIOLOGI
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi
menghasilkan lender 1-2 Ml/hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen
dan selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks
tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks (NANDA, 2015)
Menurut Klasifikasi :
a. Appendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan
faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu
hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing
askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasit
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan
bawah yang mendorong dilakukkannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi
bila ada serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun
apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut.
c. Apendisitis kronik memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh dinding apendiks,
sumbatan persial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus
lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik) dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi.
3. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
4. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal yang khas pada pasien dengan diagnose medis apendisitis
ada nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus
atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan
terkadang muntah dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah ke titik Mc
Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya. Sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang tidak dirasakan adanya
nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar. Terkadang apendisitis juga disertai
dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-38,5 0C.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tatalaksanan apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.
Teknik laparoskopik, apendektomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan
nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka
kejadian infeksi luka yang lebih renda. Akan tetapi terdapat peningkatan
kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi
itu dikerjakan untuk diagnose dan terapi pada pasien dengan akut abdomen
terutama pada wanita (NANDA, 2015).
6. KONSEP APENDISITIS
a. Pengkajian
1) Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
2) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama.
6) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Kesadaran Composmetis, wajah nampak meringis,
konjugtifa anemis
b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema,
TD>110/70mmHg; hipertermi.
c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan
cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing,
stridor.
d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan.
e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena
proses perjalanan penyakit.
g) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis,
pucat.
h) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen.
8) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
b) Pola nutrisi dan metabolism.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
c) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi
akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
d) Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa
waktu lamanya setelah pembedahan.
e) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f) Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
g) Pola Persepsi dan konsep diri.
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak
segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
h) Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
b. Pathway
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi
appendicitis).(D.0077)
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada
appendicitis). (D.0130)
3) Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif (muntah). (D.0034)
4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi
keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., &
Kusuma, 2016).
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi
appendicitis).(D.0077)
Manajemen Nyeri (I. 08238)
a) Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c) Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 07 Juni 2021 jam 10.30 diruangan
Anggrek RSUD Tuguredjo Semarang
A. IDENTITAS
1.Identitas Pasien
Nama : Tn. M
No. RM : 614719
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & Tgl lahir : Manyar, 06 Januari 1957
Pendidikan Terakhir : SLTA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Serabutan
Alamat
: Manyar RT 03/06 Sekaran Lamongan
Diagnosa medic : Colic Abdomen suspek Appendisitis
1). Kebiasaan diit yang ade kuat, diit yang tidak sehat?
Pasien mengatakan makan dan minum sesuka hatinya.
Sehingga tidak ada diit khusus untuk mempertahankan kondisi
kesehatan pasien .
2). Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri,
imunisasi: pasien mengatakan sering kontrol ke fasilitas
kesehatan jika obat minum untuk Diabetes melitusnya habis.
3). Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan:
a) Yang dilakukan bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke fasilitas kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pengobatan
b). Kemana pasien biasa berobat bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke fasilitas kesehatan
terdekat.
c). Kebiasaan hidup
Merokok: pasien mengatakan tidak pernah merokok
Alkohol: pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
alkohol
Kebiasaan olahraga: pasien mengatakan olahraga kecil-kecil
seperti jalan-jalan di lingkungan rumah.
a) Gejala (Subyektif):
1) Dispnea : Tidak ada
2) Ortopnea : Tidak ada
3) Yang meningkatkan / mengurangi sesak : Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu : Tidak ada
b) Tanda (Obyektif):
1) Pernafasan : Frekuensi 18X/menit
2) perkembangan dada : Simetris antara dada kanan
& kiri.
3) Penggunaan otot bantu nafas : Tidak menggunakan otot bantu
4) Batuk : Tidak ada
5) Fremitus : Tidak ada
6) Sianosis : Tidak ada
7) Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri
b) Tanda (Obyektif):
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati :
Masien nampak melakukan aktifitas secara mandiri.
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi) :
Pasien tampak kooperatif
3) Penampilan umum:
a) Tampak lemah : Pasien tampak lemah
b) Kerapian berpakaian : Pasien tampak rapi dan bersih
4) Pengkajian neuromuskuler:
Kekuatan otot : 555 555
555 555
5.ISTIRAHAT
a) Gejala (Subyektif):
1) Kebisaaan tidur : Pasien mengatakan tidak bisa tertidur jika
nyeri muncul
2) Masalah berhubugan dengan tidur
a) Insomnia : Pasien mengatakan tidak bisa tidur karna nyeri
b) Kurang puas / segar setelah bangun tidur :
Tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Tampak mengantuk / mata sayu: tidak ada
2) Mata merah : tidak ada
3) Sering menguap : tidak ada
4) Kurang konsentrasi : Tidak ada
6.SIRKULASI
a) Gejala (Subyektif):
1) Riwayat Hipertensi atau masalah jantung : Pasien mengatakan
tidak ada
2) Riwayat edema kaki : tidak ada
3) Penyembuhan lambat : tidak ada
4) Rasa kesemutan : tidak ada
5) Palpitasi : tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Tekanan Darah (TD) : 140/87 mmHg
2) Nadi / Pulsasi : 82 X/menit
3) Bunyi jantung :lup dup
4) Ekstremitas
Suhu : 36,2 C
Warna : Saumatang
5) Pengisian Kapiler : 2 detik
6) Membran mukosa : nampak lembab dan tidak ada pecah-pecah
7) Bibir : Tidak ada tanda sianosis
7.ELIMINASI
a) Gejala (subyektif):
1. Pola BAB : Pasien mengatakan BAB ±
1 kali dalam 2 hari
2. Perubahan dalam kebiasaan BAB : pasien mengatakan sudah 3
hari belum BAB sebelum
masuk rumah sakit
3. Kesulitan BAB : Pasien mengatakan tidak
mengalami kesulitan
4. Waktu BAB terakhir : sabtu, 05 juni 2021
5. Riwayat perdarahan : Tidak ada
6. Hemoroid : Tidak ada
7. Riwayat inkontinensia : Tidak ada
8. Penggunaan alat-alat bantu : Tidak ada
9. Riwayat penggunaan diuretic : tidak ada
10. Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : Pasien mengatakan tidak
merasa nyeri
11. Kesulitan BAK : pasien mengatakan tidak ada
12. Keluhan BAK lain : Tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1). Abdomen:
a) Inspeksi : Perut pasien tampak buncit
b) Auskultasi : Bising usus 25X/Menit
c) Perkusi : Timpani
d) Palpasi : nyeri tekan pada bagian kuadran dextra
b) Tanda (Objyektif)
1). Status mental
Kesadaran : Composmetis
2).Skala Koma Glasgow (GCS) : E=4, V=5, M=6
3).Terorientasi/disorientasi : Tidak ada
4).Persepsi sensori : Tidak ada
5).Delusi : Tidak ada
6).Memori : Tidak ada gangguan
7).Penggunaan alat bantu penglihatan/pendengaran : Tidak ada
8).Reaksi pupil terhadap cahaya : Mengecil dengan ukuran 3
Milimeter
9.KEAMANAN
a) Gejala (Subyektif)
1).Alergi
Obat-obatan : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
3).Makanan : Pasien mengatakan tidak ada alergi makan
6).Riwayat cidera :Tidak ada riwayat cidera
7).Riwayat kejang :Tidak ada riwayat kejang
b) Tanda(Obyektif)
1).Suhu tubuh : 36,2 C
2).Kemerahan/pucat : Tidak ada
3).Adanya luka : Tidak ada
4).Ekimosis/tanda perdarahan lain : Tidak ada
5).Gangguan keseimbangan : Tidak ada
b) Tanda (Obyektif)
1).Status emosional : pasien tampak tegang
2).Respon fisologis yang terobservasi:
TD : 140/87 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 19 x/menit
S : 36,2 C
SpO2 : 95%
b) Tanda (Obyektif)
1).Kemampuan bicara : tampak jelas
2).Tidak dapat dimengerti: dapat di mengerti
3).Pola bicara tidak biasa/kerusakan : tidak ada
4).Penggunaan alat bantu bicara : tidak ada
5).Adanya laringaktomi/trakesostomy :tidak ada
7).Perilaku menarik diri : tidak ada
b) Tanda (Obyektif)
1).Perubahan perilaku:
a).Menarik diri : Tidak ada
b).Marah/sarkasme : Tidak ada
c).Mudah tersinggung : Tidak ada
d).Mudah menangis : Tidak ada
2). Menolak pengobatan : Tidak ada
3). Berhenti menjalankan aktifitas agama : Tidak ada
4). Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan:
Tidak ada, pasien nampak koperatif
D. Data penunjang
Pemeriksaan Radiologi
(Tanggal 07 Juni 2021)
X Foto BNO 3 Posisi : Tak tampak ileus maupun pneumoperitoneum
E. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Nyeri - Wajah pasien nampak meringis
kesakitan
P : Pasien mengatakan nyeri nya - Tekanan Darah meningkat :
muncul saat beraktifitas 140/78 mmHg
- Pasien nampak gelisah
Q : Rasa nyeri seperti di tusuk- - Pasien mengatakan sulit tidur jika
tusuk. nyerinya datang
R :Nyeri pada daerah kuadran - Pasien mengatakan sering terjaga
bawah dekstra dari tidur jika nyerinya muncul.
- Pasien mengatakan pola tidurnya
S : Dengan skala nyeri 4
beruba
T:Nyeri muncul secara mendadak
- Pasien mengatakan nyerinya
sudah di alami sejak 4 bulan yang
lalu tetapi pasien menanggap itu
nyeri yang biasa saja
- Pasien mengatakan jika nyeri nya
muncul maka ia akan
membiarkannya sampai nyerinya
hilang
- Pasien mengatakan sulit tidur jika
nyerinya muncul
- Pasien mengatakan makan dan
minum sesuka hatinya. Sehingga
tidak ada diit khusus untuk
mempertahankan kondisi
kesehatan pasien
- Pasien mengatakan takut dan
cemas jika harus menjalani proses
operasi nanti
F. Analisa Data
Data Objektif :
- Wajah pasien nampak meringis
kesakitan
- Tekanan Darah meningkat :
140/78 mmHg
Data Objektif :
- Pasien nampak gelisah
- Tekanan Darah meningkat :
140/87 mmHg.
- Kolaborasi pemberian
analgetik
Defisit Tingkat 1. Edukasi keseatan (1.12383)
pengetahuan
Pengetahuan Observasi
(L.12111)
(D.0111) Setelah dilakukan - Identifikasi kesiapan dan
tindakan keperawatan kemampuan menerima
Defisit informasi
selama 3X24 Jam di
pengetahuan harapkan tingkat
tentang Terapeutik
pengetahuan membaik
- Sediakan materi dan media
penyakitnya dengan Kriteria hasil :
pendidikan kesehatan
berhubungan - Persepsi yang
dengan keliru terhadap - Jadwalkan pendidikan
kurangnya masalah menurun kesehatan sesuai kesepakatan
(5)
terpapar - Berikan kesempatan untuk
informasi bertanya
ditandai dengan
Pasien Edukasi
- Jelaskan faktor-faktor resiko
mengatakan
yang dapat mempengaruhi
nyerinya sudah di kesehatan
alami sejak 4
bulan yang lalu
tetapi pasien
menanggap itu
nyeri yang biasa
saja dan pasien
mengatakan jika
nyeri nya muncul
maka ia akan
membiarkannya
sampai nyerinya
hilang
3.4 Implementasi
Diagnosa Tanggal/ Tindakan Respon Paraf
Jam
Nyeri Akut Tanggal 2. Manajemen nyeri
(D.0077) (1.08238)
07 Juni
2021 - Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, S:
frekuensi, kualitas dan
- P: Pasien
Jam : intensitas nyeri.
mengatakan
08.00 nyeri saat
melakukan
aktifitas
- Q : Rasa nyeri
seperti di tusuk-
tusuk
- R: Nyeri pada
bagian
abdomen
kuadran
bawah dekstra
- S :Dengan skala
nyeri 4
- T :Nyeri
muncul secara
mendadak
- Berikan teknik
non farmakologiuntuk
O:-
mengurangi rasa nyeri
yakni teknik relaksasi
S: - pasien
nafas dalam
nampak lebih
- Kontrol
tenang dan
lingkungan yang
rileks
memperberat rasa nyeri
S:-
Kolaborasi pemberian
O: Injeksi IV
analgetik
ketorolac 30 Mg
S: -
- Berikan kesempatan untuk
O: pasien
bertanya
nampak kurang
koperatif dalam
berdiskusi
S:-
- Jelaskan faktor-faktor O: pasien
resiko yang dapat nampak
mempengaruhi kesehatan menerima apa
yang dijelaskan
untuk
dipertimbangkan
kembali terkait
rencana operasi
nya.
- Monitor tanda-tanda
ansietas S: - Pasien
mengatakan
takut jika harus
membayangkan
peralatan
operasi dan
proses
operasinya
nanti.
O:-
- Ciptakan S:-
suasana terapeutik untuk O: pasien
menumbuhkan nampak masih
kepercayaan mengelak dan
tidak menjawab
jujur beberapa
pertanyaan
- Gunakan S:-
dengan pendekatan yang O: Pasien masih
tenang dan meyakinkan. nampak
- Diskusikan menutup diri
perencanaan realistis dengan
tentang peristiwa yang menjawab
akan dating. pertanyaan saya
seadanya saja.
- Berikan teknik
non farmakologiuntuk
O:-
mengurangi rasa nyeri
yakni teknik relaksasi
S: - pasien
nafas dalam
nampak lebih
- Kontrol
tenang dan
lingkungan yang
rileks
memperberat rasa nyeri
S:-
Kolaborasi pemberian
O: Injeksi IV
analgetik
ketorolac 30 Mg
- Jelaskan faktor-faktor
resiko yang dapat S:-
mempengaruhi kesehatan O: pasien
mengatakan
bersedia untuk
dioperasi.
- Monitor tanda-tanda
ansietas
S: -
O:Pasien
mengatkan
bersedia untuk
dioperasi
- Ciptakan
suasana terapeutik untuk
menumbuhkan S:-
kepercayaan O: pasien
nampak mulai
koperatif ketika
diajak
berdiskusi
- Gunakan S:-
dengan pendekatan yang O: pasien
tenang dan meyakinkan. nampak
membuka diri
ketika di ajak
berdiskusi.
- Diskusikan
perencanaan realistis S:-
tentang peristiwa yang O: Pasien
akan dating. nampak
memahami
- Informasi secara factual terkait proses
mengenai diagnosis, pengobatan
pengobatan dan prognosis yang harus
dilakukannya
- Berikan teknik
O:-
non farmakologiuntuk
mengurangi rasa nyeri
S: - pasien
yakni teknik relaksasi
nampak lebih
nafas dalam
tenang dan
- Kontrol
rileks
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
S:-
O: Injeksi IV
Kolaborasi pemberian
ketorolac 30 Mg
analgetik
S: -
- Berikan kesempatan untuk
O: pasien
bertanya
nampak lebih
koperatif ketika
diajak diskusi
O: pasien
nampak
memahami apa
yang telah
dijelaskan
Ansietas Tanggal Reduksi Ansietas
(1.09314)
(D.0080) 09 Juni
- Identifikasi kemampuan
2021 mengambil keputusan S: pasien
mengatakan
dalam
Jam : mengambil
keputusan selalu
15.00
berdiskusi
bersama keluarg
O:-
- Monitor tanda-tanda
ansietas
S: pasien
mengatakan
tidak takut lagi
untuk
melakukan
operasi
O: pasien
nampak tidak
gelisah.
- Ciptakan
suasana terapeutik untuk
menumbuhkan S:-
kepercayaan O: pasien
nampak lebi
koperatif ketika
diajak
berdiskusi
- Gunakan
dengan pendekatan yang S:-
tenang dan meyakinkan. O: pasien
nampak
membuka diri
ketika di ajak
- Diskusikan berdiskusi.
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang S:-
akan dating. O: Pasien
nampak
- Informasi secara factual memahami
mengenai diagnosis, terkait proses
pengobatan dan prognosis pengobatan
yang harus
dilakukannya
1.5 Evaluasi
No Hari/Tgl Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Kamis, Nyeri akut S: -pasien mengatakan nyeri sudah
10 Juni berkurang dengan skala 1
berhubungan
2021 - Pasien mengatakan sudah bisa tidur
dengan agen pada malam dan siang hari dengan
waktu yang cukup
pencedera fisik
O: - Nampak wajah pasien sudah
tidak meringis kesakitan
- Tekanan darah menurun
120/65 Mmhg
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjut Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Andra F.S & Yessie M.P. 2018. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Burnner and suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Lukman & Ningsih Nurna. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association). Jogjakarta : Media Action.
Oswari, E. 2017. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit FKUI
Price S.A & Wilson L.M. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Jakarta : EGC
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan III. 2018
Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II. 2018
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan II. 2018