Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN APPENDISITIS

PADA Tn.M DI RUANGAN ANGGREK


RSUD TUGUREDJO SEMARANG

DISUSUN OLEH :

NURUL SAFIRA LAHATI


G3A020186

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apendisitis adalah peradangan dari apendik vermiformis, dan


merupakan penyebab masalah abdomen yang paling sering insidens
apendisitis di dunia tahun 2007 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah
penduduk dunia. Angka kejadian apendisitis di negara maju lebih besar
daripada di negara berkembang. Satu dari 15 orang pernah menderita
apendisitis dalam hidupnya.
Apendiks disebut juga umbai cacing organ berbentuk tabung,
panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum.
Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal
(Sjamsuhidajat, 2015). Appendisitis atau radang apendiks merupakan kasus
infeksi intraabdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju,
sedangkan pada negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini
mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern
(perkotaan) bila dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak
mengkonsumsi serat.
Appendisitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya
menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya 8 sampai 14
tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah dua tahun. Apabila
peradangan pada appediks tidak segera mendapatkan pengobatan atau
tindakan maka usus buntu akan pecah, dan usus yang pecah dapat
menyebabkan masuknya kuman kedalam usus, menyebabkan peritonitis
yang bisa berakibat fatal serta dapat terbentuknya abses di usus (Mansjoer,
2000).
Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 3442 juta kasus tiap
tahun (Stacroce, 2013). Statistik di Amerika mencatat setiap tahun terdapat 30
– 35 juta kasus apendisitis (Departemen Republik Indonesia, 2013). Penduduk di
Amerika 10% menjalani apendektomy (pembedahan untuk mengangkat
apendiks). Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi
cenderung meningkat oleh karena pola diitnya yang mengikuti orang barat.
Survey di 15 provinsi di Indonesia tahun 2014 menunjukan jumlah
apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini
meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak
3.236 orang. Awal tahun 2014, tercatat 1.889 orang di Jakarta yang dirawat
di rumah sakit akibat apendisitis (Depkes RI, 2013).
Kementrian Kesehatan menganggap apendisitis merupakan isu prioritas
kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena mempunyai dampak besar
pada kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2013).
Dinas kesehatan Jawa tengah menyebutkan pada tahun 2014 jumlah
kasus apendisitis sebanyak 1.355 penderita, dan 190 penderita diantaranya
menyebabkan kematian Bila apendiksitis dibiarkan maka akan
menyebabkan komplikiasi yang sangat serius seperti perforasi apendiks
yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi
adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi adalah anak kecil dan lansia.
Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri (Smeltzer, 2001,
h. 1099)
Oleh karena itu berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merasa
tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Dengan Appendisitis pada Tn.M Di Ruang Anggrek RSUD
Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Appendisitis di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.

C. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan


Appendisitis di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
b. Tujuan Khusus
a) Melakukan Pengkajian pada pasien dengan Appendisitis di Ruang
Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
b) Merumuskan Masalah keperawatan pada pasien dengan Appendisitis
di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
c) Menyusun Rencana keperawatan pada pasien dengan Appendisitis di
Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
d) Melaksanakan Tindakan keperawatan pada pasien dengan
Appendisitis di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa
Tengah.
e) Melakukan Evaluasi keperawatan pada pasien dengan Appendisitis di
Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10

cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks

berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum.

Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks

cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth,
2015).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau

umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum).

Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan

tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya


(NANDA, 2015)

Klasifikasi Appendisitis terbagi atas tiga yakni :

a. Appendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan

tanda

setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local.

b. Appendisitis rekurens

c. Appendisitis kronis
APENDISITIS
2. ETIOLOGI
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi
menghasilkan lender 1-2 Ml/hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen
dan selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks
tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks (NANDA, 2015)
Menurut Klasifikasi :
a. Appendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan
faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu
hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing
askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasit
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan
bawah yang mendorong dilakukkannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi
bila ada serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun
apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut.
c. Apendisitis kronik memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh dinding apendiks,
sumbatan persial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus
lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik) dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi.

3. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
4. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal yang khas pada pasien dengan diagnose medis apendisitis
ada nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus
atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan
terkadang muntah dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah ke titik Mc
Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya. Sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang tidak dirasakan adanya
nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar. Terkadang apendisitis juga disertai
dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-38,5 0C.

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tatalaksanan apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.
Teknik laparoskopik, apendektomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan
nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka
kejadian infeksi luka yang lebih renda. Akan tetapi terdapat peningkatan
kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi
itu dikerjakan untuk diagnose dan terapi pada pasien dengan akut abdomen
terutama pada wanita (NANDA, 2015).
6. KONSEP APENDISITIS
a. Pengkajian
1) Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
2) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama.
6) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Kesadaran Composmetis, wajah nampak meringis,
konjugtifa anemis
b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema,
TD>110/70mmHg; hipertermi.
c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan
cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing,
stridor.
d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan.
e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena
proses perjalanan penyakit.
g) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis,
pucat.
h) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen.
8) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
b) Pola nutrisi dan metabolism.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
c) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi
akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
d) Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa
waktu lamanya setelah pembedahan.
e) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f) Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
g) Pola Persepsi dan konsep diri.
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak
segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
h) Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
b. Pathway
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi
appendicitis).(D.0077)
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada
appendicitis). (D.0130)
3) Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif (muntah). (D.0034)
4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)

d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi
keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., &
Kusuma, 2016).
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi
appendicitis).(D.0077)
Manajemen Nyeri (I. 08238)
a) Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c) Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada


appendicitis). (D.0130)
Manajemen hipertermia (i.15506)
a) Observasi
 Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
lingkungan panas penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
b) Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
c) Edukasi
 Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

3) Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara


aktif (muntah). (D.0034)
Manajemen hipertermia (i.15506)
a) Observasi
 Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
lingkungan panas penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
e) Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
f) Edukasi
 Anjurkan tirah baring
g) Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)


Reduksi anxietas (I.09314)
a)  Observasi
 Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
b) Terapeutik
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan
datang
c) Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 07 Juni 2021 jam 10.30 diruangan
Anggrek RSUD Tuguredjo Semarang

A. IDENTITAS
1.Identitas Pasien
Nama : Tn. M
No. RM : 614719
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & Tgl lahir : Manyar, 06 Januari 1957
Pendidikan Terakhir : SLTA

Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Serabutan
Alamat
: Manyar RT 03/06 Sekaran Lamongan
Diagnosa medic : Colic Abdomen suspek Appendisitis

2.Identitas Penanggung jawab


Nama : Tn. M.F
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hub dengan pasien : Anak kandung
Pekerjaan : Montir
Alamat : Manyar RT 03/06 Sekaran Lamongan
B. STATUS KESEHATAN
1.Status Kesehatan Saat ini.
a) Alasan masuk Rumah Sakit/ Keluhan utama :
Pasien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri abdomen bagian
dekstra sejak 1 hari yang lalu.
b) Lamanya Keluhan :
Pasien mengatakan nyerinya sudah di alami sejak 4 bulan yang lalu
c) Timbulnya keluhan
Pasien mengatakan nyerinya datang secara mendadak.
d) Faktor yang memperberat :
Pasien mengatakan nyeri saat ditekan pada bagian abdomen
kuadran bawah bagian dekstra.
2.Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):
Pasien mengatakan memiliki penyakit Diabetes melitus
b) Kecelakaan:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
1) Dirawat :Pasien mengatakan pernah di rawat di rumah
sakit
2) Waktu : terakhir di rawat pada bulan November 2020
c) Riwayat Operasi : pasien mengatakan tidak pernah melakukan
operasi

C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1.PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
a) Persepsi pasien tentang kesehatan diri :
Pasien mengatakan bahwa ia menganggap remeh terkait nyeri yang
muncul sejak 4 bulan yang lalu.
b) Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan
perawatannya :
Pasien mengatakan tidak tau jika nyeri yang muncul merupakan
tanda bahwa patologis Apendisitis
c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan

Pasien mengatakan hanya membiarkan nyeri itu dengan


sendirinya sampai hilang.

1). Kebiasaan diit yang ade kuat, diit yang tidak sehat?
Pasien mengatakan makan dan minum sesuka hatinya.
Sehingga tidak ada diit khusus untuk mempertahankan kondisi
kesehatan pasien .
2). Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri,
imunisasi: pasien mengatakan sering kontrol ke fasilitas
kesehatan jika obat minum untuk Diabetes melitusnya habis.
3). Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan:
a) Yang dilakukan bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke fasilitas kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pengobatan
b). Kemana pasien biasa berobat bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke fasilitas kesehatan
terdekat.
c). Kebiasaan hidup
Merokok: pasien mengatakan tidak pernah merokok
Alkohol: pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
alkohol
Kebiasaan olahraga: pasien mengatakan olahraga kecil-kecil
seperti jalan-jalan di lingkungan rumah.

d) Faktor sosio ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan:


1) Penghasilan : Pasien mengatakan penghasilan tidak menetap
tergantung pekerjaan yang ia lakukan. Dan sebulan kisaran
Rp.2.500.000/Bulan
2) Asuransi/jaminan kesehatan : BPJS Umum
3) Keadaan lingkungan tempat tinggal : Pasien mengatakan
memiliki rumah di daerah Manyar RT 03/06 Sekaran Lamongan.
Pasien tinggal bersama satu kaka kandungnya, istri dan dua
orang anak, dengan kondisi rumah yang sederhana dimana
memiliki 5 kamar tidur , dapur, ruang tamu, dan satu kamar
mandi dan wc dengan lantai keramik dan tembok beton. Dengan
ventilasi dan jendela yang seimbang disetiap ruangan.
2.NUTRISI, CAIRAN DAN METABOLIK
a) Gejala (Subyektif):
1) Diit biasa (tipe) : Diet lunak BTS
2) Nafsu/selera makan : Pasien mengatakan nafsu makan baik
3) Mual/muntah : pasien mengatakan mual tetapi tidak bisa
muntah
4) Nyeri uluhati : Tidak ada
5) Alergi makanan : Pasien mengatakan tidak ada alergi
terhadap makanan
6) Masalah mengunyah/menelan : Tidak ada
7) Keluhan demam : Pasien tidak demam
8) Pola minum/cairan : Pasien mengatakan minum sekitar 1500
ml/hari
9) Penurunan berat badan : Tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Suhu tubuh : 36,70 C ,
2) Diaforesis : Tidak ada
3) Berat badan : 62 kg,
4) Tinggi Badan : 170 cm
5) Turgor kulit : Elastis
6) Edema : Tidak ada
7) Ascites : Tidak ada
8) Distensi Vena jugularis : Tidak ada
9) Hernia/Masa : Tidak ada
10) Bau mulut/Halitosis : Tidak ada
11) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah :
Dalam kondisi bersih
3.PERNAPASAN, AKTIFITAS DAN LATIHAN PERNAPASAN

a) Gejala (Subyektif):
1) Dispnea : Tidak ada
2) Ortopnea : Tidak ada
3) Yang meningkatkan / mengurangi sesak : Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu : Tidak ada
b) Tanda (Obyektif):
1) Pernafasan : Frekuensi 18X/menit
2) perkembangan dada : Simetris antara dada kanan
& kiri.
3) Penggunaan otot bantu nafas : Tidak menggunakan otot bantu
4) Batuk : Tidak ada
5) Fremitus : Tidak ada
6) Sianosis : Tidak ada
7) Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri

4.AKTIFITAS (TERMASUK KEBERSIHAN DIRI) DAN LATIHAN


a) Gejala (Subyektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan :
Pasien mengatakan masih beraktifitas seperti biasanya sebelum
masuk rumah sakit.
a) Pergerakan tubuh :
Pasien mengatakan tidak ada masalah.
b) Perawatan diri :
pasien mengatakan aktifitas mandi dan berpakaian
dilakukan secara mandiri.
2) Toileting (BAB/BAK) :

Pasien mengatakan aktifitas BAB/BAK dilakukan secara


mandiri.

3) Keluhan sesak napas setelah aktifitas : Tidak ada


4) Mudah merasa kelelahan : Tidak ada

b) Tanda (Obyektif):
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati :
Masien nampak melakukan aktifitas secara mandiri.
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi) :
Pasien tampak kooperatif
3) Penampilan umum:
a) Tampak lemah : Pasien tampak lemah
b) Kerapian berpakaian : Pasien tampak rapi dan bersih
4) Pengkajian neuromuskuler:
Kekuatan otot : 555 555
555 555

Rentang gerak : Pasien dapat menggerakan ekstermitas


sesuai arahan
Deformitas : Tidak ada
5) Bau badan : Pasien tidak tercium bau badan
Bau mulut : Pasien tidak bau mulut
Kondisi kulit kepala : kulit kepala pasien tampak bersih
Kebersihan kuku : kuku pasien tampak bersih

5.ISTIRAHAT
a) Gejala (Subyektif):
1) Kebisaaan tidur : Pasien mengatakan tidak bisa tertidur jika
nyeri muncul
2) Masalah berhubugan dengan tidur
a) Insomnia : Pasien mengatakan tidak bisa tidur karna nyeri
b) Kurang puas / segar setelah bangun tidur :
Tidak ada

b) Tanda (obyektif):
1) Tampak mengantuk / mata sayu: tidak ada
2) Mata merah : tidak ada
3) Sering menguap : tidak ada
4) Kurang konsentrasi : Tidak ada

6.SIRKULASI
a) Gejala (Subyektif):
1) Riwayat Hipertensi atau masalah jantung : Pasien mengatakan
tidak ada
2) Riwayat edema kaki : tidak ada
3) Penyembuhan lambat : tidak ada
4) Rasa kesemutan : tidak ada
5) Palpitasi : tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Tekanan Darah (TD) : 140/87 mmHg
2) Nadi / Pulsasi : 82 X/menit
3) Bunyi jantung :lup dup
4) Ekstremitas
Suhu : 36,2 C
Warna : Saumatang
5) Pengisian Kapiler : 2 detik
6) Membran mukosa : nampak lembab dan tidak ada pecah-pecah
7) Bibir : Tidak ada tanda sianosis

7.ELIMINASI
a) Gejala (subyektif):
1. Pola BAB : Pasien mengatakan BAB ±
1 kali dalam 2 hari
2. Perubahan dalam kebiasaan BAB : pasien mengatakan sudah 3
hari belum BAB sebelum
masuk rumah sakit
3. Kesulitan BAB : Pasien mengatakan tidak
mengalami kesulitan
4. Waktu BAB terakhir : sabtu, 05 juni 2021
5. Riwayat perdarahan : Tidak ada
6. Hemoroid : Tidak ada
7. Riwayat inkontinensia : Tidak ada
8. Penggunaan alat-alat bantu : Tidak ada
9. Riwayat penggunaan diuretic : tidak ada
10. Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : Pasien mengatakan tidak
merasa nyeri
11. Kesulitan BAK : pasien mengatakan tidak ada
12. Keluhan BAK lain : Tidak ada

b) Tanda (obyektif):
1). Abdomen:
a) Inspeksi : Perut pasien tampak buncit
b) Auskultasi : Bising usus 25X/Menit
c) Perkusi : Timpani
d) Palpasi : nyeri tekan pada bagian kuadran dextra

2). Pola eliminasi


a). Konsistensi Lunak/keras : Feses pasien lunak
b). Pola BAB : 1X/2 Hari
c). Konsistensi : Lunak
d). Pola BAK : 1 X/shift dinas

e). Karakteristik urine : Berwarna kuning keruh

8.NEURO SENSORI DAN KOGNITIF


a) Gejala (subyektif)
1) Adanya nyeri:
P : Pasien mengatakan nyeri nya muncul saat beraktifitas
Q : Rasa nyeri seperti tusuk-tusuk.
R :Nyeri pada daerah kuadran dekstra
S : Dengan skala nyeri 4
T : Nyeri muncul secara mendadak
2). Rasa ingin pingsan / pusing : tidak ada
3). Sakit kepala : tidak ada
5). Kejang : Pasien mengatakan tidak pernah
6). Mata : tidak ada keluhan dari pasien
7). Pendengaran : tidak ada keluhan dari pasien

b) Tanda (Objyektif)
1). Status mental
Kesadaran : Composmetis
2).Skala Koma Glasgow (GCS) : E=4, V=5, M=6
3).Terorientasi/disorientasi : Tidak ada
4).Persepsi sensori : Tidak ada
5).Delusi : Tidak ada
6).Memori : Tidak ada gangguan
7).Penggunaan alat bantu penglihatan/pendengaran : Tidak ada
8).Reaksi pupil terhadap cahaya : Mengecil dengan ukuran 3
Milimeter

9.KEAMANAN
a) Gejala (Subyektif)
1).Alergi
Obat-obatan : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
3).Makanan : Pasien mengatakan tidak ada alergi makan
6).Riwayat cidera :Tidak ada riwayat cidera
7).Riwayat kejang :Tidak ada riwayat kejang
b) Tanda(Obyektif)
1).Suhu tubuh : 36,2 C
2).Kemerahan/pucat : Tidak ada
3).Adanya luka : Tidak ada
4).Ekimosis/tanda perdarahan lain : Tidak ada
5).Gangguan keseimbangan : Tidak ada

10. SEKSUAL DAN REPRODUKSI


a) Gejala (Subyektif)
1). Pemahaman terhadap fungsi seksual :
pasien mengatakan cukup memahami
2).Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
3).Permasalahan selama aktifitas seksual : Tidak ada
4).Pengkajian pada laki-laki
Rabas pada penis : Tidak ada
Gangguan prostat : Tidak ada
b) Tanda (Obyektif)
1).Pemeriksaan penis/tetis : Tidak ada
2).Kutil genital/lesi : Tidak ada

11. PERSEPSI DIRI, KONSEP DIRI DAN MEKANISME KOPING


a) Gejala (Subyektif)
1).Faktor stress : pasien mengatakan sangat cemas untuk dilakukan
operasi.
2).Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan :
Pasien mengatakan sering berdiskusi dengan istrinya.
3). Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah :
Pasien mengatakan mencari jalan keluar / memecahkan masalah
4). Upaya pasien dalam menghadapi masalahnya sekarang :
Pasien mengatakan bahwa ia ber-Ikhtiar dan bertawakal kepada
Allah terkait kondisi penyakitnya
5).Perasaan cemas / takut :
Pasien mengatakan cemas dan takut jika harus menjalani operasi
nantinya
6).Prasangka tidak berdayaan :
Tidak ada
7).Perasaan keputus asaan:
Pasien mengatakan tetap optimis dalam menjalani proses
pengobatan.
8).Konsep diri
a).Citra diri : pasien mengatakan menerima keadaan nya yang
sekarang
b).Ideal diri : pasien berharap dapat sembuh dari sakitnya dan
dapat kembali seperti dulu lagi
c).Harga diri : pasien mengatakan menghargai dirinya dan
selalu mempunyai harapan
e).Konflik dalam peran : Tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1).Status emosional : pasien tampak tegang
2).Respon fisologis yang terobservasi:
TD : 140/87 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 19 x/menit
S : 36,2 C
SpO2 : 95%

12. INTERAKSI SOSIAL


a) Gejala (Subyektif)
1).Orang yang terdekat dan lebih berpengaruh :
pasien mengatakan keluarga (Istri, anak dan kaka kandungnya)
2).Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah :
pasien mengatakan kepada keluarga
3).Adakah kesulitan dalam keluarga :pasien mengatakan tidak ada
4).Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan/pasien lain :
pasien mengatakan tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1).Kemampuan bicara : tampak jelas
2).Tidak dapat dimengerti: dapat di mengerti
3).Pola bicara tidak biasa/kerusakan : tidak ada
4).Penggunaan alat bantu bicara : tidak ada
5).Adanya laringaktomi/trakesostomy :tidak ada
7).Perilaku menarik diri : tidak ada

13. POLA NILAI KEPERCAYAAN DAN SPIRITUAL


a) Gejala(Subyektif)
1).Sumber kekuatan bagi pasien :
Pasien mengatakan Tuhan dan keluarganya
2).Perasaan menyalahkan Tuhan :
Pasien tidak pernah menyalahkan Tuhan dan mengatakan pasrah
dan berserah diri kepada Allah.
3).Bagaimana pasien menjalankan kegiatan agama :
Pasien mengatakan tetap melakukan aktifitas spiritual seperti
sholat dan selalu berdoa berharap agar kiranya proses
pengobatan yakni operasi nanti akan berjalan dengan lancer.
4).Adakah keyakinan / kebudayaan yang dianut pasien yang
bertentangan dengan kesehatan : pasien mengatakan tidak ada
5).Pertentangan nilai /keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan
yang dijalani : pasien mengatakan tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1).Perubahan perilaku:
a).Menarik diri : Tidak ada
b).Marah/sarkasme : Tidak ada
c).Mudah tersinggung : Tidak ada
d).Mudah menangis : Tidak ada
2). Menolak pengobatan : Tidak ada
3). Berhenti menjalankan aktifitas agama : Tidak ada
4). Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan:
Tidak ada, pasien nampak koperatif

D. Data penunjang

1. Pemeriksaan LAB (Tanggal 07 Juni 2021)


Leukosit 15.44 10 ^3 IU/mL
Hemoglobin 15.10 g/dl
Hematokrit 45.80 ɞ
Trombosit 299 10 ^3 IU/mL
Calsium 9.6 mg/Dl
Kalsium 4,49 mmol/L
Natrium 132.6 mmol/L
Chlorida 99.4 mmol/L
Glukosa sewktu 100 mg/Dl
SGOT 19 U/L
SGPT 37 U/L
Ureum 35,0 mg/dL
Creatinin 0,95 mg/dL

Pemeriksaan Radiologi
(Tanggal 07 Juni 2021)
X Foto BNO 3 Posisi : Tak tampak ileus maupun pneumoperitoneum

(Tanggal 07 Juni 2021)


USG Abdomen :
- Tak tampak pelebaran struktur buntu pada region Mc.
Burney
- Pembesaran kelenjar prostat (ringan)
- DD/ Nephrocalcinosis/Nephrolithiasis kiri
- Sonografi hepar, lien, vesika felea , pancreas, kelenjar para Aorta, ginjal,
vesika urinaria dalam batas normal.

E. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Nyeri - Wajah pasien nampak meringis
kesakitan
P : Pasien mengatakan nyeri nya - Tekanan Darah meningkat :
muncul saat beraktifitas 140/78 mmHg
- Pasien nampak gelisah
Q : Rasa nyeri seperti di tusuk- - Pasien mengatakan sulit tidur jika
tusuk. nyerinya datang
R :Nyeri pada daerah kuadran - Pasien mengatakan sering terjaga
bawah dekstra dari tidur jika nyerinya muncul.
- Pasien mengatakan pola tidurnya
S : Dengan skala nyeri 4
beruba
T:Nyeri muncul secara mendadak
- Pasien mengatakan nyerinya
sudah di alami sejak 4 bulan yang
lalu tetapi pasien menanggap itu
nyeri yang biasa saja
- Pasien mengatakan jika nyeri nya
muncul maka ia akan
membiarkannya sampai nyerinya
hilang
- Pasien mengatakan sulit tidur jika
nyerinya muncul
- Pasien mengatakan makan dan
minum sesuka hatinya. Sehingga
tidak ada diit khusus untuk
mempertahankan kondisi
kesehatan pasien
- Pasien mengatakan takut dan
cemas jika harus menjalani proses
operasi nanti
F. Analisa Data

Data Subjektif & Data Objektif Problem Etiologi


Data Subjektif : Defisit Kurang
- Pasien mengatakan nyerinya Pengetahuan terpapar
sudah di alami sejak 4 bulan yang informasi
lalu tetapi pasien menanggap itu
nyeri yang biasa saja
- Pasien mengatakan jika nyeri nya
muncul maka ia akan
membiarkannya sampai nyerinya
hilang
- Pasien mengatakan makan dan
minum sesuka hatinya. Sehingga
tidak ada diit khusus untuk
mempertahankan kondisi
kesehatan pasien.

Data Subjektif : Nyeri Akut Agen


- Nyeri pencedera fisik

P : Pasien mengatakan nyeri nya


muncul saat beraktifitas
Q : Rasa nyeri seperti di tusuk-
tusuk.
R :Nyeri pada daerah kuadran
bawah dekstra
S : Dengan skala nyeri 4
T:Nyeri muncul secara mendadak

Data Objektif :
- Wajah pasien nampak meringis
kesakitan
- Tekanan Darah meningkat :
140/78 mmHg

Data Subjektif : Ansietas Kurang


- Pasien mengatakan sulit tidur jika terpapar
nyerinya muncul informasi
- Pasien mengatakan takut dan
cemas jika harus menjalani proses
operasi nanti

Data Objektif :
- Pasien nampak gelisah
- Tekanan Darah meningkat :
140/87 mmHg.

Data Subjektif : Gangguan pola Hambatan


- Pasien mengatakan sulit tidur jika tidur Lingkungan
nyerinya datang
- Pasien mengatakan sering terjaga
dari tidur jika nyerinya muncul.
- Pasien mengatakan pola tidurnya
berubah

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri saat beraktifitas, nyeri muncul secara mendadak
seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 4 pada daerah kuadran bawah
dekstra nampak wajah pasien meringgis kesakitan dan nampak tekanan
darah meningkat 140/87 mmHg.
b. Defisit pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi ditandai dengan Pasien mengatakan nyerinya sudah di
alami sejak 4 bulan yang lalu tetapi pasien menanggap itu nyeri yang biasa
saja dan pasien mengatakan jika nyeri nya muncul maka ia akan
membiarkannya sampai nyerinya hilang
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
Pasien mengatakan sulit tidur jika nyerinya muncul, pasien mengatakan
takut dan cemas jika harus menjalani proses operasi nanti, pasien nampak
gelisah, tekanan darah meningkat 140/87 mmHg.
3.3 Intervensi

SDKI SLKI SIKI


Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (1.08238)
(D.0077) (L.08066)
Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan
dengan agen selama 3X24 Jam di - Identifikasi lokasi,
pencedera fisik harapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
ditandai dengan menurun dengan frekuensi, kualitas dan
pasien Kriteria hasil : intensitas nyeri.
- Keluhan nyeri - Identifikasi factor yang
mengatakan nyeri
menurun (5) memperberat nyeri
saat beraktifitas,
nyeri muncul - meringis menurun Terapeutik
secara mendadak (5)
seperti ditusuk- - kesulitan tidur - Berikan teknik
tusuk dengan menurun (5) non farmakologiuntuk
skala nyeri 4 mengurangi rasa nyeri
- tekanan darah - Kontrol
pada daerah
membaik lingkungan yang
kuadran bawah memperberat rasa nyeri
dekstra nampak
wajah pasien Edukasi
meringgis
kesakitan dan - Ajarkan teknik
nampak tekanan nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
darah meningkat
140/87 mmHg. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik
Defisit Tingkat 1. Edukasi keseatan (1.12383)
pengetahuan
Pengetahuan Observasi
(L.12111)
(D.0111) Setelah dilakukan - Identifikasi kesiapan dan
tindakan keperawatan kemampuan menerima
Defisit informasi
selama 3X24 Jam di
pengetahuan harapkan tingkat
tentang Terapeutik
pengetahuan membaik
- Sediakan materi dan media
penyakitnya dengan Kriteria hasil :
pendidikan kesehatan
berhubungan - Persepsi yang
dengan keliru terhadap - Jadwalkan pendidikan
kurangnya masalah menurun kesehatan sesuai kesepakatan
(5)
terpapar - Berikan kesempatan untuk
informasi bertanya
ditandai dengan
Pasien Edukasi
- Jelaskan faktor-faktor resiko
mengatakan
yang dapat mempengaruhi
nyerinya sudah di kesehatan
alami sejak 4
bulan yang lalu
tetapi pasien
menanggap itu
nyeri yang biasa
saja dan pasien
mengatakan jika
nyeri nya muncul
maka ia akan
membiarkannya
sampai nyerinya
hilang

Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas (1.09314)


(D.0080) (L.09093)
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan agen tindakan keperawatan
pencedera fisik selama 3X24 Jam di - Identifikasi kemampuan
ditandai dengan harapkan tingkat mengambil keputusan
pasien ansietas menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
mengatakan nyeri dengan Kriteria hasil :
saat - Verbalisasi Terapeutik
menggerakkan khawatir akibat
tangan kanan dan kondisi yang di - Ciptakan suasana
kiri, pasien hadapi menurun terapeutik untuk
mengatakan sulit (5) menumbuhkan kepercayaan
tidur, wajah - Pahami situasi
pasien nampak - Perilaku gelisah yang membuat ansietas
meringis menurun (5) dengarkan dengan penuh
kesakitan, perhatian
- Tekanan darah
tekanan Darah - Gunakan dengan
menurun (5)
meningkat : pendekatan yang tenang dan
164/70 mmHg, - Pola tidur meyakinkan.
gangguan pola membaik (5) - Diskusikan
tidur perencanaan realistis tentang
berhubungan peristiwa yang akan dating.
dengan hambatan
lingkungan Edukasi

- Informasi secara factual


mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan

3.4 Implementasi
Diagnosa Tanggal/ Tindakan Respon Paraf
Jam
Nyeri Akut Tanggal 2. Manajemen nyeri
(D.0077) (1.08238)
07 Juni
2021 - Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, S:
frekuensi, kualitas dan
- P: Pasien
Jam : intensitas nyeri.
mengatakan
08.00 nyeri saat
melakukan
aktifitas
- Q : Rasa nyeri
seperti di tusuk-
tusuk
- R: Nyeri pada
bagian
abdomen
kuadran
bawah dekstra
- S :Dengan skala
nyeri 4
- T :Nyeri
muncul secara
mendadak

- Berikan teknik
non farmakologiuntuk
O:-
mengurangi rasa nyeri
yakni teknik relaksasi
S: - pasien
nafas dalam
nampak lebih
- Kontrol
tenang dan
lingkungan yang
rileks
memperberat rasa nyeri

S:-
Kolaborasi pemberian
O: Injeksi IV
analgetik
ketorolac 30 Mg

Defisit Tanggal 1. Edukasi kesehatan


(1.12383)
pengetahua 07 Juni
- Identifikasi kesiapan dan S:-
n (D.0111) 2021 kemampuan menerima O: pasien
informasi nampak
membuka diri
Jam : untuk berdiskusi
08.00
.
S: -
- Jadwalkan pendidikan O: pasien
kesehatan sesuai menyetejui
kesepakatan untuk di ajak
berdiskusi
bersama.

S: -
- Berikan kesempatan untuk
O: pasien
bertanya
nampak kurang
koperatif dalam
berdiskusi

S:-
- Jelaskan faktor-faktor O: pasien
resiko yang dapat nampak
mempengaruhi kesehatan menerima apa
yang dijelaskan
untuk
dipertimbangkan
kembali terkait
rencana operasi
nya.

Ansietas Tanggal Reduksi Ansietas


(1.09314)
(D.0080) 07 Juni
- Identifikasi kemampuan
2021 mengambil keputusan S: pasien
mengatakan
dalam
Jam : mengambil
keputusan selalu
08.00
berdiskusi
bersama
keluarga
O:-

- Monitor tanda-tanda
ansietas S: - Pasien
mengatakan
takut jika harus
membayangkan
peralatan
operasi dan
proses
operasinya
nanti.
O:-

- Ciptakan S:-
suasana terapeutik untuk O: pasien
menumbuhkan nampak masih
kepercayaan mengelak dan
tidak menjawab
jujur beberapa
pertanyaan

- Gunakan S:-
dengan pendekatan yang O: Pasien masih
tenang dan meyakinkan. nampak
- Diskusikan menutup diri
perencanaan realistis dengan
tentang peristiwa yang menjawab
akan dating. pertanyaan saya
seadanya saja.

- Informasi secara factual S:-


mengenai diagnosis, O: Pasien tidak
pengobatan dan prognosis koperatif dengan
respon yang
hanya diam saja.

- Anjurkan keluarga untuk S:-


tetap bersama pasien O: Nampak
keluarga pasien
selalu
mendampingi
pasien.
S: -
- Latih kegiatan pengalihan O: Pasien
untuk mengurangi nampak tegang.
ketegangan

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Respon Paraf


Jam
Nyeri Akut Tanggal 3. Manajemen nyeri
(D.0077) (1.08238)
08 Juni
- Identifikasi lokasi,
2021 karakteristik, durasi, S:
frekuensi, kualitas dan
- P: Pasien
intensitas nyeri.
mengatakan
Jam :
nyeri saat
15.00 melakukan
aktifitas
- Q : Rasa nyeri
seperti di tusuk-
tusuk
- R: Nyeri pada
bagian
abdomen
kuadran
bawah dekstra
- S :Dengan skala
nyeri 2
- T :Nyeri
muncul secara
mendadak

- Berikan teknik
non farmakologiuntuk
O:-
mengurangi rasa nyeri
yakni teknik relaksasi
S: - pasien
nafas dalam
nampak lebih
- Kontrol
tenang dan
lingkungan yang
rileks
memperberat rasa nyeri

S:-
Kolaborasi pemberian
O: Injeksi IV
analgetik
ketorolac 30 Mg

Defisit Tanggal 2. Edukasi kesehatan


(1.12383)
pengetahua 08 Juni
- Identifikasi kesiapan dan S:-
n (D.0111) 2021 kemampuan menerima O: pasien
informasi nampak
membuka diri
Jam : untuk berdiskusi
15.00
.
- Jadwalkan pendidikan S: -
kesehatan sesuai O: pasien
kesepakatan menyetejui
untuk di ajak
berdiskusi
bersama.

- Berikan kesempatan untuk


bertanya S: -
O: pasien mulai
koperatif ketika
diajak diskusi

- Jelaskan faktor-faktor
resiko yang dapat S:-
mempengaruhi kesehatan O: pasien
mengatakan
bersedia untuk
dioperasi.

Ansietas Tanggal Reduksi Ansietas


(1.09314)
(D.0080) 08 Juni
- Identifikasi kemampuan
2021 mengambil keputusan S: pasien
mengatakan
dalam
Jam : mengambil
keputusan selalu
15.00
berdiskusi
bersama
keluarga
O:-

- Monitor tanda-tanda
ansietas
S: -
O:Pasien
mengatkan
bersedia untuk
dioperasi
- Ciptakan
suasana terapeutik untuk
menumbuhkan S:-
kepercayaan O: pasien
nampak mulai
koperatif ketika
diajak
berdiskusi

- Gunakan S:-
dengan pendekatan yang O: pasien
tenang dan meyakinkan. nampak
membuka diri
ketika di ajak
berdiskusi.
- Diskusikan
perencanaan realistis S:-
tentang peristiwa yang O: Pasien
akan dating. nampak
memahami
- Informasi secara factual terkait proses
mengenai diagnosis, pengobatan
pengobatan dan prognosis yang harus
dilakukannya

- Anjurkan keluarga untuk S:-


tetap bersama pasien O: Nampak
keluarga pasien
selalu
mendampingi
pasien.

- Latih kegiatan pengalihan S: -


untuk mengurangi O: Pasien
keteganga. nampak lebih
rileks

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Respon Paraf


Jam
Nyeri Akut Tanggal 4. Manajemen nyeri
(D.0077) (1.08238)
09 Juni
- Identifikasi lokasi,
2021 karakteristik, durasi, S:
frekuensi, kualitas dan
- P: Pasien
intensitas nyeri.
Jam : mengatakan
nyeri saat
15.00
melakukan
aktifitas
- Q : Rasa nyeri
seperti di tusuk-
tusuk
- R: Nyeri pada
bagian
abdomen
kuadran
bawah dekstra
- S :Dengan skala
nyeri 1
- T :Nyeri
muncul secara
mendadak

- Berikan teknik
O:-
non farmakologiuntuk
mengurangi rasa nyeri
S: - pasien
yakni teknik relaksasi
nampak lebih
nafas dalam
tenang dan
- Kontrol
rileks
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

S:-
O: Injeksi IV
Kolaborasi pemberian
ketorolac 30 Mg
analgetik

Defisit Tanggal 3. Edukasi kesehatan


(1.12383)
pengetahua 09 Juni
- Identifikasi kesiapan dan S:-
n (D.0111) 2021 kemampuan menerima O: pasien
informasi nampak
membuka diri
Jam : untuk berdiskusi
15.00
.
- Jadwalkan pendidikan S: -
kesehatan sesuai O: pasien
kesepakatan menyetejui
untuk di ajak
berdiskusi
bersama.

S: -
- Berikan kesempatan untuk
O: pasien
bertanya
nampak lebih
koperatif ketika
diajak diskusi

- Jelaskan faktor-faktor S: pasien


resiko yang dapat mengatakan
mempengaruhi kesehatan bersedia untuk
dioperasi.

O: pasien
nampak
memahami apa
yang telah
dijelaskan
Ansietas Tanggal Reduksi Ansietas
(1.09314)
(D.0080) 09 Juni
- Identifikasi kemampuan
2021 mengambil keputusan S: pasien
mengatakan
dalam
Jam : mengambil
keputusan selalu
15.00
berdiskusi
bersama keluarg
O:-
- Monitor tanda-tanda
ansietas
S: pasien
mengatakan
tidak takut lagi
untuk
melakukan
operasi
O: pasien
nampak tidak
gelisah.
- Ciptakan
suasana terapeutik untuk
menumbuhkan S:-
kepercayaan O: pasien
nampak lebi
koperatif ketika
diajak
berdiskusi

- Gunakan
dengan pendekatan yang S:-
tenang dan meyakinkan. O: pasien
nampak
membuka diri
ketika di ajak
- Diskusikan berdiskusi.
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang S:-
akan dating. O: Pasien
nampak
- Informasi secara factual memahami
mengenai diagnosis, terkait proses
pengobatan dan prognosis pengobatan
yang harus
dilakukannya

- Anjurkan keluarga untuk S:-


tetap bersama pasien O: Nampak
keluarga pasien
selalu
mendampingi
pasien.

- Latih kegiatan pengalihan S: -


untuk mengurangi O: Pasien
keteganga. nampak lebih
rileks

1.5 Evaluasi
No Hari/Tgl Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Kamis, Nyeri akut S: -pasien mengatakan nyeri sudah
10 Juni berkurang dengan skala 1
berhubungan
2021 - Pasien mengatakan sudah bisa tidur
dengan agen pada malam dan siang hari dengan
waktu yang cukup
pencedera fisik
O: - Nampak wajah pasien sudah
tidak meringis kesakitan
- Tekanan darah menurun
120/65 Mmhg
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjut Intervensi

2 Kamis, Defisit S: - pasien mengatakan bersedia untuk


10 Juni menjalani operasi sebagai proses
pengetahuan
2021 pengobatannya.
tentang O: - Pasien nampak tidak khatir dan
gelisah jika harus menjalani
penyakitnya
operasi
berhubungan A : Masalah teratasi
P: Stop intervensi
dengan
kurangnya
terpapar
informasi
3 Kamis Ansietas S: - pasien mengatakan bersedia untuk
10 juni berhubungan menjalani operasi sebagai proses
2021 dengan kurang pengobatannya.
terpapar - Pasien mengatakan pola tidurnya
informasi membaik
O: - pasien nampak sudah tidak khatir
dan gelisah jika harus dioperasi
- Tekanan darah menurun
120/65 Mmhg
A : Masalah teratasi
P: Stop intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Andra F.S & Yessie M.P. 2018. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Burnner and suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Lukman & Ningsih Nurna. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association). Jogjakarta : Media Action.
Oswari, E. 2017. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit FKUI
Price S.A & Wilson L.M. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Jakarta : EGC
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan III. 2018
Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II. 2018
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan II. 2018

Anda mungkin juga menyukai