DISUSUN OLEH :
VINNY ISMAWATI
G3A020189
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Appendisitis di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
b. Tujuan Khusus
a) Melakukan Pengkajian pada pasien dengan Appendisitis di Ruang
Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
b) Merumuskan Masalah keperawatan pada pasien dengan Appendisitis
di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
c) Menyusun Rencana keperawatan pada pasien dengan Appendisitis di
Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
d) Melaksanakan Tindakan keperawatan pada pasien dengan
Appendisitis di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa
Tengah.
e) Melakukan Evaluasi keperawatan pada pasien dengan Appendisitis di
Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10
cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks
2015)
.
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
local.
b. Appendisitis rekurens
c. Appendisitis kronis
APENDISITIS
2. ETIOLOGI
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi
menghasilkan lender 1-2 Ml/hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen
dan selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks
tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks (NANDA, 2015)
Menurut Klasifikasi :
a. Appendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan
faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu
hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing
askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasit
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan
bawah yang mendorong dilakukkannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi
bila ada serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun
apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut.
c. Apendisitis kronik memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik (fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan persial
atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan
infiltasi sel inflamasi kronik) dan keluhan menghilang setelah
apendiktomi.
3. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut denganapendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
4. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal yang khas pada pasien dengan diagnose medis apendisitis
ada nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus
atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan
terkadang muntah dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah ke titik Mc
Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya. Sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang tidak dirasakan adanya
nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar. Terkadang apendisitis juga disertai
dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-38,5 0C.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tatalaksanan apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.
Teknik laparoskopik, apendektomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan
nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka
kejadian infeksi luka yang lebih renda. Akan tetapi terdapat peningkatan
kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi
itu dikerjakan untuk diagnose dan terapi pada pasien dengan akut abdomen
terutama pada wanita (NANDA, 2015).
6. KONSEP APENDISITIS
a. Pengkajian
1) Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
2) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama.
6) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Kesadaran Composmetis, wajah nampak meringis,
konjugtifa anemis
b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema,
TD>110/70mmHg; hipertermi.
c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris,ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping
hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan
tandaadanya infeksi dan pendarahan.
e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena
prosesperjalanan penyakit.
g) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis,
pucat.
h) A
bdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen.
8) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
b) Pola nutrisi dan metabolism.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
c) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi
akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
d) Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa
waktu lamanya setelah pembedahan.
e) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua,waktu dan tempat.
f) Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapatmengganggu kenyamanan pola tidur klien.
g) Pola Persepsi dan konsep diri.
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak
segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
h) Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
b. Pathway
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(inflamasiappendicitis).(D.0077)
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada
appendicitis). (D.0130)
3) Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif(muntah). (D.0034)
4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0080)
d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi
keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., &
Kusuma, 2016).
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(inflamasiappendicitis).(D.0077)
Manajemen Nyeri (I. 08238)
a) Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c) Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 09 Agustus 2021 jam 10.30
diruangan Anggrek RSUD Tuguredjo Semarang.
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
No. RM : 87112
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & Tgl lahir :Semarang, 08 februari
1998
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat
: Unggaran, Semarang
Diagnosa medic : Appendisitis akut
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Unggaran, Semarang
B. STATUS KESEHATAN
1. Status Kesehatan Saat ini.
a) Alasan masuk Rumah Sakit/ Keluhan utama :
Pasien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri perut bagian kanan
sejak 1 hari yang lalu.
b) Lamanya Keluhan :
Pasien mengatakan nyerinya sudah di alami sejak 4 bulan yang lalu
c) Timbulnya keluhan
Pasien mengatakan nyerinya datang secara mendadak.
d) Faktor yang memperberat :
Pasien mengatakan nyeri saat ditekan pada bagian perut kanan
bawah.
2. Riwayat penyakit sekarang :
sdr. Santosa 22 tahun dirawat diruang anggrek (ruang bedah) dengan keluhan
nyeri pada perut kanan bawah sejak kemarin, muntah dan demam. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan nyeri tekan pada titik Mc. Burney dan tanda rovsing
(+). Dokter mendiagnosa appendicitis akut dan harus segera dilakukan
pembedahan.
Pada assesment awal diruang anggrek pada tanggal 9 agustus 2021 pasien
mengatakan nyeri perut sejak 1 hari yang lalu (kemarin), pasien mengatakan
nyeri sudah dialami sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mengatakan nyeri datang
secara mendadak, nyeri dirasakan terus menerus dan pasien mnegatakan
nyeri saat ditekan dibagian perut kanan bawah. Dengan kondisi tampak sakit
sedang, composmetis yaitu E:4, M:6, V:5. BB: 65 kg TB : 170 cm, TD :
140/87 mmHg, N: 102 x/menit, RR : 20 x/menit, dengan Spo2: 95%.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil leukosit 15.44 IU/ml, dan
hemoglobin 15.10 g/dl. Hasil pemeriksaan usg yaitu tampak pelebaran
struktur buntu pada region Mc.Burney, nyeri tekan probe +/-, tampak
edematous pada appendiks dengan gambaran doughnut sign dengan tebal
kurang lebih14,9 mm. Kesan : suggestif appendisitis akut, organ intra-
abdominal lainnya normal. Nilai pemeriksaan alvarado score yaitu total
score 9, yang menandakan mengalami pasti mengalami appendisitis akut.
3. Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):
Pasien mengatakan memiliki tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
b) Kecelakaan:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
1) Dirawat :Pasien mengatakan belum pernah di rawat di rumah
sakit
2) Waktu :-
c) Riwayat Operasi : pasien mengatakan tidak pernah melakukan operasi
1). Kebiasaan diit yang ade kuat, diit yang tidak sehat?
Pasien mengatakan makan dan minum sesuka hatinya.
Sehingga tidak ada diit khusus untuk mempertahankan kondisi
kesehatan pasien .
2). Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri,
imunisasi: pasien mengatakan tidak sering kontrol ke fasilitas
kesehatan.
3). Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan:
a) Yang dilakukan bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke fasilitas kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pengobatan
b). Kemana pasien biasa berobat bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke fasilitas kesehatan
terdekat.
c). Kebiasaan hidup
Merokok: pasien mengatakan tidak pernah merokok
Alkohol: pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
alkohol
Kebiasaan olahraga: pasien mengatakan olahraga kecil-kecil
seperti jalan-jalan di lingkungan rumah.
a) Gejala (Subyektif):
1) Dispnea : Pasien mengatakan tidak sesak nafas
2) Ortopnea : tidak ada
3) Yang meningkatkan / mengurangi sesak : tidak ada
4) Penggunaan alat bantu : tidak ada
b) Tanda (Obyektif):
1) Pernafasan : Frekuensi 20 x/menit
2) perkembangan dada : Simetris antara dada kanan
& kiri.
3) Penggunaan otot bantu nafas : pasien nampak tidak menggunakan
otot bantu nafas ketika bernafas.
4) Batuk : Tidak ada
5) Fremitus : Vocal fremitus kanan kiri
seimbang
6) Sianosis : Tidak ada
7) Perkusi : paru kanan dan kiri sonor
b) Tanda (Obyektif):
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati :
Masien nampak melakukan aktifitas secara mandiri.
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi)
: Pasien tampak kooperatif
3) Penampilan umum:
a) Tampak lemah : Pasien tampak lemah
b) Kerapian berpakaian : Pasien tampak rapi dan bersih
4) Pengkajian
555555
neuromuskuler: Kekuatan
555555
otot :
5. ISTIRAHAT
a) Gejala (Subyektif):
1) Kebisaaan tidur : Pasien mengatakan tidak bisa tertidur jika
nyeri muncul
2) Masalah berhubugan dengan tidur
a) Insomnia : Pasien mengatakan tidak bisa tidur karna nyeri
b) Kurang puas / segar setelah bangun tidur :pasien mengatakan tidak
puas dengan tidurnya.
b) Tanda (obyektif):
1) Tampak mengantuk / mata sayu: tidak ada
2) Mata merah : tidak ada
3) Sering menguap : tidak ada
4) Kurang konsentrasi : Tidak ada
6. SIRKULASI
a) Gejala (Subyektif):
1) Riwayat Hipertensi atau masalah jantung : Pasien mengatakan
tidak ada
2) Riwayat edema kaki : tidak ada
3) Penyembuhan lambat : tidak ada
4) Rasa kesemutan : tidak ada
5) Palpitasi : tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Tekanan Darah (TD) : 140/87 mmHg
2) Nadi / Pulsasi : 102 x/menit
3) Bunyi jantung :lup dup
4) Ekstremitas
Suhu : 38,7 C
Warna : Saumatang.
5) Pengisian Kapiler : >3 detik
6) Membran mukosa : nampak pucat
7) Bibir : Tidak ada tanda sianosis
7. ELIMINASI
a) Gejala (subyektif):
1. Pola BAB : Pasien mengatakan BAB ± 1 kali sehari
2. Perubahan dalam kebiasaan BAB: pasien mengatakan sudah 3 hari belum
BAB sebelum masuk rumah sakit
3. Kesulitan BAB :Pasien mengatakan tidak mengalami
kesulitan
4. Waktu BAB terakhir : sabtu, 6 agustus 2021
5. Riwayat perdarahan : Tidak ada
6. Hemoroid : Tidak ada
7. Riwayat inkontinensia : Tidak ada
8. Penggunaan alat-alat bantu : Tidak ada
9. Riwayat penggunaan diuretic : tidak ada
10. Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : Pasien mengatakan tidak merasa
nyeri
11. Kesulitan BAK : pasien mengatakan tidak ada
12. Keluhan BAK lain : Tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Abdomen:
a) Inspeksi : Perut pasien tampak buncit
b) Auskultasi : Bising usus 25 x/Menit
c) Perkusi : Timpani
d) Palpasi: nyeri tekan pada bagian perut kanan
b) Tanda (Objyektif)
1) Status mental
Kesadaran: Composmetis
2) Skala Koma Glasgow (GCS) : E=4, V=5, M=6
3) Terorientasi/disorientasi : Tidak ada
4) Persepsi sensori : Tidak ada
5) Delusi : Tidak ada
6) Memori : Tidak ada gangguan
7) Penggunaan alat bantu penglihatan/pendengaran : Tidak ada
8).Reaksi pupil terhadap cahaya : Mengecil dengan ukuran 3 Milimeter
9. KEAMANAN
a) Gejala (Subyektif)
1) Alergi
Obat-obatan : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
2) Makanan : Pasien mengatakan tidak ada alergi makan
3) Riwayat cidera :Tidak ada riwayat cidera
4) Riwayat kejang :Tidak ada riwayat
kejang
b) Tanda(Obyektif)
1).Suhu tubuh : 38,2 C
2).Kemerahan/pucat : Tidak ada
3).Adanya luka : Tidak
ada 4).Ekimosis/tanda perdarahan lain : Tidak ada
5).Gangguan keseimbangan : Tidak
ada
b) Tanda (Obyektif)
1).Status emosional : pasien tampak tegang, pasien nampak gelisah
2).Respon fisologis yang terobservasi:
TD : 140/87
mmHg N : 102
x/menit
RR : 20 x/menit
S : 38,7 C
SpO2 : 95%
12. INTERAKSI SOSIAL
a) Gejala (Subyektif)
1).Orang yang terdekat dan lebih berpengaruh : pasien mengatakan
keluarga
2).Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah
: pasien mengatakan kepada keluarga
3).Adakah kesulitan dalam keluarga :pasien mengatakan tidak ada
4).Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan/pasien lain :
pasien mengatakan tidak ada
b) Tanda (Obyektif)
1).Kemampuan bicara : tampak jelas
2).Tidak dapat dimengerti: dapat di mengerti
3).Pola bicara tidak biasa/kerusakan : tidak ada
4).Penggunaan alat bantu bicara : tidak ada
5).Adanya laringaktomi/trakesostomy :tidak
ada 7).Perilaku menarik diri : tidak ada
b) Tanda (Obyektif)
1) Perubahan perilaku:
a).Menarik diri : Tidak ada
b).Marah/sarkasme : Tidak ada
c).Mudah tersinggung : Tidak ada
d).Mudah menangis : Tidak ada
2) Menolak pengobatan: Tidak ada
3) Berhenti menjalankan aktifitas agama : Tidak ada
4) Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan: Tidak
ada, pasien nampak koperatif
D. Data penunjang
1. Pemeriksaan LAB (Tanggal 8 Agustus 2021)
Leukosit 15.44 10 ^3 IU/mL
Hemoglobin 15.10 g/dl
Hematokrit 45.80 ɞ
Trombosit 299 10 ^3 IU/mL
Calsium 9.6 mg/Dl
Kalsium 4,49 mmol/L
Natrium 132.6 mmol/L
Chlorida 99.4 mmol/L
Glukosa sewktu 100 mg/Dl
SGOT 19 U/L
SGPT 37 U/L
Ureum 35,0 mg/dL
Creatinin 0,95 mg/dL
(Tanggal 8 agustus
2021) USG Abdomen :
- Tampak pelebaran struktur buntu pada region Mc.Burney
- Nyeri tekan probe +/-, tampak edematous pada appendiks dengan gambaran doughnut
sign dengan tebal kurang lebih14,9 mm.
- Sonografi hepar, lien, vesika felea , pancreas, kelenjar para Aorta, ginjal,
vesika urinaria dalam batas normal.
Data Objektif :
- Wajah pasien nampak meringis
kesakitan
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tidak nafsu makan
- Tekanan Darah meningkat :
140/87 mmHg
- Nadi : 102 x/menit
Data Subjektif : Ansietas Kurang
- Pasien mengatakan sulit tidur jika terpapar
informasi
nyerinya muncul
Data Objektif :
- Pasien nampak gelisah
- Tekanan Darah meningkat :
140/87 mmHg.
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas Reduksi Ansietas (1.09314)
Ansietas (L.09093)
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan kurang tindakan keperawatan
terpapar informasi selama 3X24 Jam di - Identifikasi kemampuan
ditandai dengan harapkan tingkat mengambil keputusan
pasien mengatakan ansietas menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
sulit tidur jika dengan Kriteria hasil :
nyerinya muncul, - Verbalisasi khawatir Terapeutik
pasien mengatakan akibat kondisi yang
takut dan cemas jika di hadapi menurun
harus menjalankan - Ciptakan suasana terapeutik
(5)
proses operasi nanti, untuk menumbuhkan
pasien nampak - Perilaku gelisah kepercayaan
gelisah, tekanan menurun (5) - Pahami situasi yang membuat
darah meningkat ansietas dengarkan dengan
140/87 mmHg. - Tekanan darah penuh perhatian
menurun (5) - Gunakan dengan pendekatan
yang tenang dan
- Pola tidur membaik meyakinkan.
(5) - Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan dating.
Edukasi
Andra F.S & Yessie M.P. 2018. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Burnner and suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Lukman & Ningsih Nurna. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma. 2015. NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association). Jogjakarta : Media Action.
Oswari, E. 2017. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit FKUI
Price S.A & Wilson L.M. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Jakarta : EGC
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan III. 2018
Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II. 2018
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan II. 2018