Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

APPENDIKITIS AKUT PADA Tn.S DI RUANGAN


ANGGREK
RSUD TUGUREDJO SEMARANG

DISUSUN OLEH :

VINNY ISMAWATI
G3A020189

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apendisitis adalah peradangan dari apendik vermiformis, dan


merupakan penyebab masalah abdomen yang paling sering insidens
apendisitis di dunia tahun 2007 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah
penduduk dunia. Angka kejadian apendisitis di negara maju lebih besar
daripada di negara berkembang. Satu dari 15 orang pernah menderita
apendisitis dalam hidupnya.
Apendiks disebut juga umbai cacing organ berbentuk tabung,
panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum.
Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal
(Sjamsuhidajat, 2015). Appendisitis atau radang apendiks merupakan kasus
infeksi intraabdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju,
sedangkan pada negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini
mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern
(perkotaan) bila dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak
mengkonsumsi serat.
Appendisitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya
menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya 8 sampai 14
tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah dua tahun. Apabila
peradangan pada appediks tidak segera mendapatkan pengobatan atau
tindakan maka usus buntu akan pecah, dan usus yang pecah dapat
menyebabkan masuknya kuman kedalam usus, menyebabkan peritonitis
yang bisa berakibat fatal serta dapat terbentuknya abses di usus (Mansjoer,
2000).
Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 3442 juta kasus tiap
tahun (Stacroce, 2013). Statistik di Amerika mencatat setiap tahun terdapat 30
– 35 juta kasus apendisitis (Departemen Republik Indonesia, 2013). Penduduk di
Amerika 10% menjalani apendektomy (pembedahan untuk mengangkat
apendiks). Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi
cenderung meningkat oleh karena pola diitnya yang mengikuti orang barat.
Survey di 15 provinsi di Indonesia tahun 2014 menunjukan jumlah
apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini
meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak
3.236 orang. Awal tahun 2014, tercatat 1.889 orang di Jakarta yang dirawat
di rumah sakit akibat apendisitis (Depkes RI, 2013).
Kementrian Kesehatan menganggap apendisitis merupakan isu prioritas
kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena mempunyai dampak besar
pada kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2013).
Dinas kesehatan Jawa tengah menyebutkan pada tahun 2014 jumlah
kasus apendisitis sebanyak 1.355 penderita, dan 190 penderita diantaranya
menyebabkan kematian Bila apendiksitis dibiarkan maka akan
menyebabkan komplikiasi yang sangat serius seperti perforasi apendiks
yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi
adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi adalah anak kecil dan lansia.
Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri (Smeltzer, 2001,
h. 1099)
Oleh karena itu berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merasa
tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Dengan Appendisitis pada Tn.M Di Ruang Anggrek RSUD
Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Appendisitis di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.

C. TUJUAN

a. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Appendisitis di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
b. Tujuan Khusus
a) Melakukan Pengkajian pada pasien dengan Appendisitis di Ruang
Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
b) Merumuskan Masalah keperawatan pada pasien dengan Appendisitis
di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
c) Menyusun Rencana keperawatan pada pasien dengan Appendisitis di
Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
d) Melaksanakan Tindakan keperawatan pada pasien dengan
Appendisitis di Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa
Tengah.
e) Melakukan Evaluasi keperawatan pada pasien dengan Appendisitis di
Ruang Anggrek RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10

cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks

berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum.

Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks

cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan


Sudarth,

2015)
.
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau

umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum).

Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan

tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya


(NANDA, 2015)

Klasifikasi Appendisitis terbagi atas tiga yakni :

a. Appendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan

tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum

local.

b. Appendisitis rekurens

c. Appendisitis kronis

APENDISITIS
2. ETIOLOGI
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi
menghasilkan lender 1-2 Ml/hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen
dan selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks
tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks (NANDA, 2015)
Menurut Klasifikasi :
a. Appendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan
faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu
hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing
askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasit
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan
bawah yang mendorong dilakukkannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi
bila ada serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun
apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut.
c. Apendisitis kronik memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik (fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan persial
atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan
infiltasi sel inflamasi kronik) dan keluhan menghilang setelah
apendiktomi.

3. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut denganapendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
4. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal yang khas pada pasien dengan diagnose medis apendisitis
ada nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus
atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan
terkadang muntah dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah ke titik Mc
Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya. Sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang tidak dirasakan adanya
nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar. Terkadang apendisitis juga disertai
dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-38,5 0C.

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tatalaksanan apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.
Teknik laparoskopik, apendektomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan
nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka
kejadian infeksi luka yang lebih renda. Akan tetapi terdapat peningkatan
kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi
itu dikerjakan untuk diagnose dan terapi pada pasien dengan akut abdomen
terutama pada wanita (NANDA, 2015).
6. KONSEP APENDISITIS
a. Pengkajian
1) Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
2) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama.
6) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Kesadaran Composmetis, wajah nampak meringis,
konjugtifa anemis
b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema,
TD>110/70mmHg; hipertermi.
c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris,ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping
hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan
tandaadanya infeksi dan pendarahan.
e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena
prosesperjalanan penyakit.
g) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis,
pucat.
h) A
bdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen.
8) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
b) Pola nutrisi dan metabolism.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
c) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi
akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
d) Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa
waktu lamanya setelah pembedahan.
e) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua,waktu dan tempat.
f) Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapatmengganggu kenyamanan pola tidur klien.
g) Pola Persepsi dan konsep diri.
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak
segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
h) Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
b. Pathway
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(inflamasiappendicitis).(D.0077)
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada
appendicitis). (D.0130)
3) Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif(muntah). (D.0034)
4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0080)

d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi
keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., &
Kusuma, 2016).
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(inflamasiappendicitis).(D.0077)
Manajemen Nyeri (I. 08238)
a) Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c) Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada


appendicitis). (D.0130)
Manajemen hipertermia (i.15506)
a) Observasi
 Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
lingkungan panas penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
b) Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
c) Edukasi
 Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

3) Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan


secara aktif(muntah). (D.0034)
Manajemen hipertermia (i.15506)
a) Observasi
 Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
lingkungan panas penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
e) Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
f)Edukasi
 Anjurkan tirah baring
g) Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi


(D.0080)
Reduksi anxietas (I.09314)
a) Observasi
 Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi,
waktu, stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
b) Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
c) Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 09 Agustus 2021 jam 10.30
diruangan Anggrek RSUD Tuguredjo Semarang.
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
No. RM : 87112
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & Tgl lahir :Semarang, 08 februari
1998

Pendidikan Terakhir : SLTA

Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat
: Unggaran, Semarang
Diagnosa medic : Appendisitis akut

2. Identitas Penanggung jawab


Nama : Tn. M
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hub dengan pasien : orangtua

Pekerjaan : Swasta
Alamat : Unggaran, Semarang
B. STATUS KESEHATAN
1. Status Kesehatan Saat ini.
a) Alasan masuk Rumah Sakit/ Keluhan utama :
Pasien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri perut bagian kanan
sejak 1 hari yang lalu.
b) Lamanya Keluhan :
Pasien mengatakan nyerinya sudah di alami sejak 4 bulan yang lalu
c) Timbulnya keluhan
Pasien mengatakan nyerinya datang secara mendadak.
d) Faktor yang memperberat :
Pasien mengatakan nyeri saat ditekan pada bagian perut kanan
bawah.
2. Riwayat penyakit sekarang :
sdr. Santosa 22 tahun dirawat diruang anggrek (ruang bedah) dengan keluhan
nyeri pada perut kanan bawah sejak kemarin, muntah dan demam. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan nyeri tekan pada titik Mc. Burney dan tanda rovsing
(+). Dokter mendiagnosa appendicitis akut dan harus segera dilakukan
pembedahan.
Pada assesment awal diruang anggrek pada tanggal 9 agustus 2021 pasien
mengatakan nyeri perut sejak 1 hari yang lalu (kemarin), pasien mengatakan
nyeri sudah dialami sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mengatakan nyeri datang
secara mendadak, nyeri dirasakan terus menerus dan pasien mnegatakan
nyeri saat ditekan dibagian perut kanan bawah. Dengan kondisi tampak sakit
sedang, composmetis yaitu E:4, M:6, V:5. BB: 65 kg TB : 170 cm, TD :
140/87 mmHg, N: 102 x/menit, RR : 20 x/menit, dengan Spo2: 95%.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil leukosit 15.44 IU/ml, dan
hemoglobin 15.10 g/dl. Hasil pemeriksaan usg yaitu tampak pelebaran
struktur buntu pada region Mc.Burney, nyeri tekan probe +/-, tampak
edematous pada appendiks dengan gambaran doughnut sign dengan tebal
kurang lebih14,9 mm. Kesan : suggestif appendisitis akut, organ intra-
abdominal lainnya normal. Nilai pemeriksaan alvarado score yaitu total
score 9, yang menandakan mengalami pasti mengalami appendisitis akut.
3. Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):
Pasien mengatakan memiliki tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
b) Kecelakaan:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
1) Dirawat :Pasien mengatakan belum pernah di rawat di rumah
sakit
2) Waktu :-
c) Riwayat Operasi : pasien mengatakan tidak pernah melakukan operasi

C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
a) Persepsi pasien tentang kesehatan diri :Pasien mengatakan bahwa ia
menganggap remeh terkait nyeri yang muncul sejak 4 bulan yang lalu.
b) Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya : Pasien
mengatakan tidak tau jika nyeri yang muncul merupakantanda bahwa
Apendikitis
c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan:

Pasien mengatakan hanya membiarkan nyeri itu dengan


sendirinya sampai hilang.

1). Kebiasaan diit yang ade kuat, diit yang tidak sehat?
Pasien mengatakan makan dan minum sesuka hatinya.
Sehingga tidak ada diit khusus untuk mempertahankan kondisi
kesehatan pasien .
2). Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri,
imunisasi: pasien mengatakan tidak sering kontrol ke fasilitas
kesehatan.
3). Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan:
a) Yang dilakukan bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke fasilitas kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pengobatan
b). Kemana pasien biasa berobat bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke fasilitas kesehatan
terdekat.
c). Kebiasaan hidup
Merokok: pasien mengatakan tidak pernah merokok
Alkohol: pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
alkohol
Kebiasaan olahraga: pasien mengatakan olahraga kecil-kecil
seperti jalan-jalan di lingkungan rumah.

d) Faktor sosio ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan:


1) Penghasilan : Pasien mengatakan belum ada penghasilan
2) Asuransi/jaminan kesehatan : BPJS Umum
3) Keadaan lingkungan tempat tinggal : Pasien mengatakan
memiliki rumah di daerah unggaran, semarang. Pasien tinggal
bersama orangtua, dengan kondisi rumah yang sederhana dimana
memiliki 3 kamar , dapur, ruang tamu, dan satu kamar mandi dan
wc dengan lantai keramik dan tembok beton. Dengan ventilasi
dan jendela yang seimbang disetiap ruangan.
2. NUTRISI, CAIRAN DAN METABOLIK
a) Gejala (Subyektif):
1) Diit biasa (tipe): Diet lunak
2) Nafsu/selera makan : Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan pasien tampak
tidak nafsu makan.
3) Mual/muntah : pasien mengatakan mual dan muntah
4) Nyeri uluhati : Tidak ada
5) Alergi makanan : Pasien mengatakan tidak ada alergi
terhadap makanan
6) Masalah mengunyah/menelan : Tidak ada
7) Keluhan demam : Pasien mengatakan ia demam sejak kemarin,
dan kulit teraba hangat.
8) Pola minum/cairan : Pasien mengatakan minum sekitar 1500
ml/hari
9) Penurunan berat badan : Tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Suhu tubuh : 38,70 C ,
2) Diaforesis : Tidak ada
3) Berat badan : 62 kg,
4) Tinggi Badan : 170 cm
5) Turgor kulit : Elastis
6) Edema : Tidak ada
7) Ascites : Tidak ada
8) Distensi Vena jugularis : Tidak ada
9) Hernia/Masa : Tidak ada
10) Bau mulut/Halitosis : Tidak ada
11) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah
: Dalam kondisi bersih
3. PERNAPASAN, AKTIFITAS DAN LATIHAN PERNAPASAN

a) Gejala (Subyektif):
1) Dispnea : Pasien mengatakan tidak sesak nafas
2) Ortopnea : tidak ada
3) Yang meningkatkan / mengurangi sesak : tidak ada
4) Penggunaan alat bantu : tidak ada
b) Tanda (Obyektif):
1) Pernafasan : Frekuensi 20 x/menit
2) perkembangan dada : Simetris antara dada kanan
& kiri.
3) Penggunaan otot bantu nafas : pasien nampak tidak menggunakan
otot bantu nafas ketika bernafas.
4) Batuk : Tidak ada
5) Fremitus : Vocal fremitus kanan kiri
seimbang
6) Sianosis : Tidak ada
7) Perkusi : paru kanan dan kiri sonor

4. AKTIFITAS (TERMASUK KEBERSIHAN DIRI) DAN LATIHAN


a) Gejala (Subyektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan : Pasien mengatakan masih beraktifitas
seperti biasanya sebelum masuk rumah sakit.

a) Pergerakan tubuh : Pasien mengatakan tidak ada masalah.


b) Perawatan diri : Pasien mengatakan aktifitasmandi dan
berpakaian dilakukan secara mandiri.
2) Toileting (BAB/BAK) : Pasien mengatakan aktifitas BAB/BAK
dilakukan secara dibantu oleh keluarga.

3) Keluhan sesak napas setelah aktifitas : tidak ada

4) Mudah merasa kelelahan : Tidak ada

b) Tanda (Obyektif):
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati :
Masien nampak melakukan aktifitas secara mandiri.
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi)
: Pasien tampak kooperatif
3) Penampilan umum:
a) Tampak lemah : Pasien tampak lemah
b) Kerapian berpakaian : Pasien tampak rapi dan bersih
4) Pengkajian
555555
neuromuskuler: Kekuatan
555555
otot :

Rentang gerak : Pasien dapat menggerakan ekstermitas


sesuai arahan
Deformitas : Tidak ada
5) Bau badan : Pasien tidak tercium bau badan
Bau mulut : Pasien tidak bau
mulut
Kondisi kulit kepala : kulit kepala pasien tampak
bersih Kebersihan kuku : kuku pasien tampak
bersih

5. ISTIRAHAT
a) Gejala (Subyektif):
1) Kebisaaan tidur : Pasien mengatakan tidak bisa tertidur jika
nyeri muncul
2) Masalah berhubugan dengan tidur
a) Insomnia : Pasien mengatakan tidak bisa tidur karna nyeri
b) Kurang puas / segar setelah bangun tidur :pasien mengatakan tidak
puas dengan tidurnya.

b) Tanda (obyektif):
1) Tampak mengantuk / mata sayu: tidak ada
2) Mata merah : tidak ada
3) Sering menguap : tidak ada
4) Kurang konsentrasi : Tidak ada

6. SIRKULASI
a) Gejala (Subyektif):
1) Riwayat Hipertensi atau masalah jantung : Pasien mengatakan
tidak ada
2) Riwayat edema kaki : tidak ada
3) Penyembuhan lambat : tidak ada
4) Rasa kesemutan : tidak ada
5) Palpitasi : tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Tekanan Darah (TD) : 140/87 mmHg
2) Nadi / Pulsasi : 102 x/menit
3) Bunyi jantung :lup dup
4) Ekstremitas
Suhu : 38,7 C
Warna : Saumatang.
5) Pengisian Kapiler : >3 detik
6) Membran mukosa : nampak pucat
7) Bibir : Tidak ada tanda sianosis
7. ELIMINASI
a) Gejala (subyektif):
1. Pola BAB : Pasien mengatakan BAB ± 1 kali sehari
2. Perubahan dalam kebiasaan BAB: pasien mengatakan sudah 3 hari belum
BAB sebelum masuk rumah sakit
3. Kesulitan BAB :Pasien mengatakan tidak mengalami
kesulitan
4. Waktu BAB terakhir : sabtu, 6 agustus 2021
5. Riwayat perdarahan : Tidak ada
6. Hemoroid : Tidak ada
7. Riwayat inkontinensia : Tidak ada
8. Penggunaan alat-alat bantu : Tidak ada
9. Riwayat penggunaan diuretic : tidak ada
10. Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : Pasien mengatakan tidak merasa
nyeri
11. Kesulitan BAK : pasien mengatakan tidak ada
12. Keluhan BAK lain : Tidak ada

b) Tanda (obyektif):
1) Abdomen:
a) Inspeksi : Perut pasien tampak buncit
b) Auskultasi : Bising usus 25 x/Menit
c) Perkusi : Timpani
d) Palpasi: nyeri tekan pada bagian perut kanan

2). Pola eliminasi


a). Konsistensi Lunak/keras : Feses pasien
lunak b). Pola BAB : 1x/Hari
c). Konsistensi : Lunak
d). Pola BAK : 2-3 x
e). Karakteristik urine : Berwarna kuning keruh

8. NEURO SENSORI DAN KOGNITIF


a) Gejala (subyektif)
1) Adanya nyeri:
P : Pasien mengatakan nyeri nya muncul saat beraktifitas
Q : Pasien mengatakan rasa nyeri seperti tusuk-tusuk.
R :Nyeri pada daerah perut kanan
bawah
S : pasien mengatakan skala nyeri 7
T : Nyeri muncul terus menerus
2) Rasa ingin pingsan / pusing : tidak ada
3) Sakit kepala : tidak ada
4) Kejang : Pasien mengatakan tidak pernah
6) Mata : tidak ada keluhan dari pasien
7) Pendengaran : tidak ada keluhan dari pasien

b) Tanda (Objyektif)
1) Status mental
Kesadaran: Composmetis
2) Skala Koma Glasgow (GCS) : E=4, V=5, M=6
3) Terorientasi/disorientasi : Tidak ada
4) Persepsi sensori : Tidak ada
5) Delusi : Tidak ada
6) Memori : Tidak ada gangguan
7) Penggunaan alat bantu penglihatan/pendengaran : Tidak ada
8).Reaksi pupil terhadap cahaya : Mengecil dengan ukuran 3 Milimeter
9. KEAMANAN
a) Gejala (Subyektif)
1) Alergi
Obat-obatan : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
2) Makanan : Pasien mengatakan tidak ada alergi makan
3) Riwayat cidera :Tidak ada riwayat cidera
4) Riwayat kejang :Tidak ada riwayat
kejang
b) Tanda(Obyektif)
1).Suhu tubuh : 38,2 C
2).Kemerahan/pucat : Tidak ada
3).Adanya luka : Tidak
ada 4).Ekimosis/tanda perdarahan lain : Tidak ada
5).Gangguan keseimbangan : Tidak
ada

10. SEKSUAL DAN REPRODUKSI


a) Gejala (Subyektif)
1). Pemahaman terhadap fungsi seksual :
pasien mengatakan cukup memahami
2).Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
3).Permasalahan selama aktifitas seksual : Tidak ada
4).Pengkajian pada laki-laki
Rabas pada penis : Tidak ada
Gangguan prostat : Tidak ada
b) Tanda (Obyektif)
1).Pemeriksaan penis/tetis : Tidak ada
2).Kutil genital/lesi : Tidak ada

11. PERSEPSI DIRI, KONSEP DIRI DAN MEKANISME KOPING


a) Gejala (Subyektif)
1).Faktor stress : pasien mengatakan sangat cemas untuk dilakukan
operasi.
2).Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan :
Pasien mengatakan sering berdiskusi dengan
orangtuanya.
3). Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah : Pasien mengatakan
mencari jalan keluar / memecahkan masalah
4). Upaya pasien dalam menghadapi masalahnya sekarang : Pasien
mengatakan bahwa ia ber-Ikhtiar dan bertawakal kepada Allah terkait
kondisi penyakitnya
5).Perasaan cemas / takut : Pasien mengatakan cemas dan takut jika
harus menjalani operasi nantinya
6).Prasangka tidak berdayaan
: Tidak ada
7).Perasaan keputus asaan: Pasien mengatakan tetap optimis dalam
menjalani proses pengobatan.
8).Konsep diri
a).Citra diri : pasien mengatakan menerima keadaan nya yang
sekarang
b).Ideal diri : pasien berharap dapat sembuh dari sakitnya dan
dapat kembali seperti dulu lagi
c).Harga diri : pasien mengatakan menghargai dirinya
dan selalu mempunyai harapan
e).Konflik dalam peran : Tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1).Status emosional : pasien tampak tegang, pasien nampak gelisah
2).Respon fisologis yang terobservasi:
TD : 140/87
mmHg N : 102
x/menit
RR : 20 x/menit
S : 38,7 C
SpO2 : 95%
12. INTERAKSI SOSIAL
a) Gejala (Subyektif)
1).Orang yang terdekat dan lebih berpengaruh : pasien mengatakan
keluarga
2).Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah
: pasien mengatakan kepada keluarga
3).Adakah kesulitan dalam keluarga :pasien mengatakan tidak ada
4).Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan/pasien lain :
pasien mengatakan tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1).Kemampuan bicara : tampak jelas
2).Tidak dapat dimengerti: dapat di mengerti
3).Pola bicara tidak biasa/kerusakan : tidak ada
4).Penggunaan alat bantu bicara : tidak ada
5).Adanya laringaktomi/trakesostomy :tidak
ada 7).Perilaku menarik diri : tidak ada

13. POLA NILAI KEPERCAYAAN DAN SPIRITUAL


a) Gejala(Subyektif)
1).Sumber kekuatan bagi pasien :
Pasien mengatakan Tuhan dan
keluarganya 2).Perasaan menyalahkan Tuhan
:
Pasien tidak pernah menyalahkan Tuhan dan mengatakan pasrah
dan berserah diri kepada Allah.
3).Bagaimana pasien menjalankan kegiatan agama :
Pasien mengatakan tetap melakukan aktifitas spiritual seperti
sholat dan selalu berdoa berharap agar kiranya proses
pengobatan yakni operasi nanti akan berjalan dengan lancer.
4).Adakah keyakinan / kebudayaan yang dianut pasien yang
bertentangan dengan kesehatan : pasien mengatakan tidak ada
5).Pertentangan nilai /keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan
yang dijalani : pasien mengatakan tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1) Perubahan perilaku:
a).Menarik diri : Tidak ada
b).Marah/sarkasme : Tidak ada
c).Mudah tersinggung : Tidak ada
d).Mudah menangis : Tidak ada
2) Menolak pengobatan: Tidak ada
3) Berhenti menjalankan aktifitas agama : Tidak ada
4) Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan: Tidak
ada, pasien nampak koperatif

D. Data penunjang
1. Pemeriksaan LAB (Tanggal 8 Agustus 2021)
Leukosit 15.44 10 ^3 IU/mL
Hemoglobin 15.10 g/dl
Hematokrit 45.80 ɞ
Trombosit 299 10 ^3 IU/mL
Calsium 9.6 mg/Dl
Kalsium 4,49 mmol/L
Natrium 132.6 mmol/L
Chlorida 99.4 mmol/L
Glukosa sewktu 100 mg/Dl
SGOT 19 U/L
SGPT 37 U/L
Ureum 35,0 mg/dL
Creatinin 0,95 mg/dL

(Tanggal 8 agustus
2021) USG Abdomen :
- Tampak pelebaran struktur buntu pada region Mc.Burney
- Nyeri tekan probe +/-, tampak edematous pada appendiks dengan gambaran doughnut
sign dengan tebal kurang lebih14,9 mm.
- Sonografi hepar, lien, vesika felea , pancreas, kelenjar para Aorta, ginjal,
vesika urinaria dalam batas normal.

Kesan : suggestif appendisitis akut, organ intra-abdominal lainnya normal.

Pemeriksaan alvarado score


Yang di nilai Skor
Gejala Nyeri beralih pada fossa illiaca kanan 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Nyeri tekan fossa illiaca 2
Tanda Nyeri lepas fossa illiaca 1
Kenaikan temperature 1
Laboratorium Leukositosis 1
Neutrofil bergeser kekiri 0
Total skor 9
Kesan : 8-10 : pasti appendicitis akut
E. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Nyeri - Wajah pasien nampak meringis
kesakitan
P : Pasien mengatakan nyeri nya - Tampak pasien tidak nafsu
makan
muncul saat beraktifitas
Q : pasien mengatakan rasa nyeri - Tekanan Darah : 140/87 mmHg

seperti di tusuk- tusuk. - Nadi : 102 x/menit


R :Nyeri pada daerah perut - RR : 20 x/menit
kanan bawah
- Suhu : 38,7
S : pasien mengakatan skala nyeri
7 - Pasien tampak gelisah
T: Nyeri muncul secara terus menerus
- Pasien mengatakan nyerinya - Respirasi rate 20 x/Menit
sudah di alami sejak 4 bulan yang - SPO2 95%
lalu tetapi pasien menanggap itu
nyeri yang biasa saja - kulit teraba hangat
- Pasien mengatakan jika nyeri nya - leukosit 15.44 (meningkat)
muncul maka ia akan
membiarkannya sampai nyerinya - hemoglobin 15.10 (meningkat)
hilang - Tampak pelebaran struktur buntu
- Pasien mengatakan tidak bisa pada region Mc.Burney
tertidur jika nyerinya muncul
- Nyeri tekan probe +/-, tampak
- Pasien mengatakan tidak puas edematous pada appendiks dengan
dengan tidurnya gambaran doughnut sign dengan tebal
- Pasien mengatakan sering terjaga kurang lebih14,9 mm.
dari tidur jika nyerinya muncul.
- Pasien mengatakan pola tidurnya
berubah

- Pasien mengatakan takut dan


cemas jika harus menjalani proses
operasi nanti
F. Analisa Data

Data Subjektif & Data Objektif Problem Etiologi


Data Subjektif : Defisit Kurang
- Pasien mengatakan nyerinya Pengetahuan terpapar
sudah di alami sejak 4 bulan yang informasi
lalu tetapi pasien menanggap itu
nyeri yang biasa saja
- Pasien mengatakan jika nyeri nya
muncul maka ia akan
membiarkannya sampai nyerinya
hilang

Data Subjektif : Nyeri akut Agen


- Nyeri pencedera fisik

P : Pasien mengatakan nyeri nya


muncul saat beraktifitas
Q : pasien mengatakan rasa nyeri
seperti di tusuk-tusuk.
R :Nyeri pada daerah perut
kanan bawah
S : pasien mengatakan skala nyeri
7
T:Nyeri muncul secara terus
menerus

Data Objektif :
- Wajah pasien nampak meringis
kesakitan
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tidak nafsu makan
- Tekanan Darah meningkat :
140/87 mmHg
- Nadi : 102 x/menit
Data Subjektif : Ansietas Kurang
- Pasien mengatakan sulit tidur jika terpapar
informasi
nyerinya muncul

- Pasien mengatakan takut dan


cemas jika harus menjalani proses
operasi nanti

Data Objektif :
- Pasien nampak gelisah
- Tekanan Darah meningkat :
140/87 mmHg.

Data Subjektif : Gangguan pola Hambatan


- Pasien mengatakan tidak bisa tidur Lingkungan
tertidur jika nyerinya muncul
- Pasien mengatakan tidak puas
dengan tidurnya

- Pasien mengatakan sering terjaga


dari tidur jika nyerinya muncul.

- Pasien mengatakan pola tidurnya


berubah
Data subjektif : Hipotermia Proses
- penyakit
Data objektif : (infeksi)
- Suhu : 38,7 C
- Kulit teraba hangat
- Leukosit 15.44
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan
pasien mengatakan nyerinya muncul saat beraktifitas, pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada daerah perut kanan bawah, pasien
mengatakan skala nyeri 7, nyeri muncul secara terus menerus. Wajah
pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak gelisah, pasien tampak
tidak nafsu makan, tekanan darah 140/87 mmHg, nadi : 102 x/menit.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan
suhu : 38,7 C, kulit teraba hangat, leukosit 15.44.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
Pasien mengatakan sulit tidur jika nyerinya muncul, pasien mengatakan
takut dan cemas jika harus menjalani proses operasi nanti, pasien nampak
gelisah, tekanan darah meningkat 140/87 mmHg.
3.3 Intervensi

SDKI SLKI SIKI


Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (1.08238)
(D.0077) (L.08066)
Nyeri kronik Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan
dengan agen selama 3X24 Jam di - Identifikasi lokasi,
harapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
pencedera fisik
menurun dengan frekuensi, kualitas dan
ditandai dengan Kriteria hasil : intensitas nyeri.
pasien mengatakan - Keluhan nyeri - Identifikasi factor yang
nyeri saat menurun (5) memperberat nyeri
beraktifitas, nyeri
- meringis menurun
muncul secara Terapeutik
(5)
mendadak seperti
ditusuk-tusuk - Gelisah menurun (5) - Berikan teknik non
dengan skala nyeri farmakologiuntuk mengurangi
- kesulitan tidur rasa nyeri
4 pada daerah
menurun (5) - Kontrol lingkungan yang
kuadran bawah
memperberat rasa nyeri
dekstra nampak - frekuensi nadi
wajah pasien membaik (5)
Edukasi
meringgis
- tekanan darah
kesakitan dan membaik - Ajarkan teknik
nampak tekanan nonfarmakologi untuk
darah meningkat - nafsu makan mengurangi nyeri
140/87 mmHg. membaik (5)
Kolaborasi
- pola tidur membaik
(5)
- Kolaborasi pemberian analgetik
Hipotermia Tingkat pengetahuan 1. Manajemen hipertermia
(D.0130) (L.12111) (I.15506)
Hipotermia Setelah dilakukan
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan proses selama 3X24 Jam di - Identifikasi penyebab
penyakit (infeksi) harapkan tingkat hipertermia (mis.
ditandai dengan termoregulasi membaik Dehidrasi, terpapar
suhu 38,7 C, kulit dengan Kriteria hasil : lingkungan panas,
teraba hangat dan - suhu tubuh membaik penggunaan inkubator)
leukosit 15.44. (5) - Monitor suhu tubuh
- suhu kulit membaik
(5) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian

Edukasi
- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas Reduksi Ansietas (1.09314)
Ansietas (L.09093)
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan kurang tindakan keperawatan
terpapar informasi selama 3X24 Jam di - Identifikasi kemampuan
ditandai dengan harapkan tingkat mengambil keputusan
pasien mengatakan ansietas menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
sulit tidur jika dengan Kriteria hasil :
nyerinya muncul, - Verbalisasi khawatir Terapeutik
pasien mengatakan akibat kondisi yang
takut dan cemas jika di hadapi menurun
harus menjalankan - Ciptakan suasana terapeutik
(5)
proses operasi nanti, untuk menumbuhkan
pasien nampak - Perilaku gelisah kepercayaan
gelisah, tekanan menurun (5) - Pahami situasi yang membuat
darah meningkat ansietas dengarkan dengan
140/87 mmHg. - Tekanan darah penuh perhatian
menurun (5) - Gunakan dengan pendekatan
yang tenang dan
- Pola tidur membaik meyakinkan.
(5) - Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan dating.

Edukasi

- Informasi secara factual


mengenai diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
DAFTAR PUSTAKA

Andra F.S & Yessie M.P. 2018. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Burnner and suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Lukman & Ningsih Nurna. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma. 2015. NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association). Jogjakarta : Media Action.
Oswari, E. 2017. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit FKUI
Price S.A & Wilson L.M. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Jakarta : EGC
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan III. 2018
Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II. 2018
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan II. 2018

Anda mungkin juga menyukai