Di Susun Oleh :
Nama : Alvika Nurma Siswanti
NIM : (2018.C.10a.0924)
NIM : 2018.C.10a.0924
Mengetahui:
Pembimbing Akademik
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. Y Dengan Diagnosa Medis Ulkus Diabetik Pedis Pada Sistem
Integumen”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra
Klinik 2 Program Studi Sarjana Keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
17,3% sampai 32,9% dari seluruh penderita DM yang dirawat di rumah sakit
(Depkes RI, 2015)
Proses penyembuhan luka memiliki beberapa tahapan yaitu inflamasi,
proliferasi, fibroblastik dan maturasi atau remodeling. Penyembuhan luka
melibatkan banyak faktor termasuk fungsi seluler dan biokimia untuk
mengembalikan integritas jaringan. Selain itu faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka adalah status gizi, hal ini dikarenakan penyembuhan luka
memerlukan zat-zat metabolisme. Protein merupakan salah satu zat metabolisme
yang diperlukan dalam penyembuhan luka. Protein mensuplai asam amino yang
dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan generalisasi. Albumin merupakan
protein utama dalam tubuh. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan onkotik
plasma dan mengangkut nutrisi dalam aliran darah. Sehingga membantu dalam
proses penyembuhan luka. Kesembuhan luka juga sangat dipengaruhi oleh suplai
oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan. Oksigen yang berikatan dengan molekul
protein hemoglobin diedarkan ke jaringan dan sel-sel tubuh melalui sistem
peredaran darah.
Berdasarkan uraian diatas mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa ulkus
diabetik pedis harus mendaptkan perawatan dan pengobatan untuk kesembuhan.
Dengan kesimpulan tersebut, mahasiswa dapat melengkapi asuhan keperawatan
khususnya pada pasien dengan diagnosa medis ulkus diabetik pedis.
1
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan
khususnya pada dengan diagnosa medis Ulkus Diabetik Pedis
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarganya
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer).
Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas
pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk
kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis
(kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
7
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan
ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan
subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar
3 mm.Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak
rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan lama, berisi jaringan
kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel
jaringan rambut & pembuluh darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi
lapisan dalam epidermis.
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis.
Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit
dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di
daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata,
yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
2.1.3 Etiologi
Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi
neuropati, penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor yang
paling banyak menyebabkan ulkus diabetik adalah neuropati, trauma, dan
deformitas kaku, yang sering disebut dengan Critical Triad of Diabetic
Ulcers. Penyebab lain ulkus diabetik adalah iskemik, infeksi, edema, dan
kalus. Ulkus diabetik merupakan penyebab tersering pasien harus
diamputasi, sehingga faktor-faktor tersebut juga merupakan faktor
predisposisi terjadinya amputasi (Frykberg dalam Dafianto, 2016)
1.1.4 Klasifikasi
Menurut Frykberg dalam Dafianto (2016), klasifikasi laserasi dapat
menfasilitasi pendekatan logis untuk pengobatan dan bantuan dalam prediksi
hasil. Beberapa sistem klasifikasi luka telah dibuat, berdasarkan parameter seperti
luasnya infeksi, neuropati, iskemia, kedalaman atau luasnya kehilangan jaringan,
dan lokasi. Klasifikasi derajat ulkus diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan
menurut sistem Wagner berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi, dan derajat
gangren (PERKENI dalam Dafianto, 2016), yaitu:
2.1.5 Patofisiologi
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes
melitus adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan oleh adanya tiga
faktor yaitu iskemi, neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah yang tidak
terkendali akan menyebabkan komplikasi kronik neuropati perifer berupa
neuropati sensorik, motorik. Penderita diabetes juga menderita kelainan
vaskuler berupa iskemi. Hal ini disebabkan proses makroangiopati dan
menurunnya sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang atau
berkurangnya denyut nadi arteri dorsalis pedis,arteri tibialis, dan arteri
paplitea. Inilah yang menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku
menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan, sehingga timbul ulkus yang
biasanya timbul dari ujung kaki atau tungkai kaki. Kelainan neurovaskuler
pada penderita diabetes diperberat dengan atherosklerosis.
13
B1 B2 B3 B4 B5 B6
1
Intake glukosa sel Hiperglikemia Neuropati Diabetik Hiperglikemia Katabolisme Neuropati perifer
berkurang protein
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi ini terjadi pada pasien diabetes dengan tipe 1 yaitu nefropati,
diabetik retinopati atau pasien mengalami kebutaan, neuropati dan amputasi
akibat luka diabetes yang sudah tidak mengalami perawatan dengan baik lalu
mengalami infeksi yang sangat parah.
2.1.7.2 Komplikasi makrovaskuler
Pada komplikasi makrovaskuler yang biasanya umum berkembang yaitu
trombosit otak atau dibagian otak mengalami pembekuan darah sebagian, gagal
jantung kongestif, penyakit jantung koroner dan mengalami stroke.
2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Singh et al. dalam Dafianto (2016), perawatan standar untuk
ulkus diabetik idealnya diberikan oleh tim multidisiplin dengan memastikan
kontrol glikemik, perfusi yang adekuat, perawatan luka lokal dan debridement
biasa, off-loading kaki, pengendalian infeksi dengan antibiotik dan pengelolaan
komorbiditas yang tepat. Pendidikan kesehatan pada pasien akan membantu
dalam mencegah ulkus dan kekambuhannya.
2.1.9.1 Mencuci luka
Merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan
terjadinya infeksi. Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang
jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang
digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang
terbaik untuk mencuci luka adalah yang non toksik pada proses
penyembuhan luka (misalnya NaCl 0,9%). Penggunaan hidrogenperoxida
hypoclorite solution dan beberapa cairan debridement lainnya. Cairan
antiseptik seperti provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka
terinfeksi atau tubuh pada keadaan penurunan imunitas.
13
2.1.9.2 Debridement
Debridement luka dapat mempercepat penyembuhan dengan menghapus
jaringan nekrotik, partikulat, atau bahan asing, dan mengurangi beban
bakteri. Cara konvensional adalah menggunakan pisau bedah dan
memotong semua jaringan yang tidak diinginkan termasuk kalus dan
eschar.
2.1.9.3 Dressing
Bahan dressing kasa saline-moistened (wet-to-dry); dressing
mempertahankan kelembaban (hidrogel, hidrokoloid, hydrofibers,
transparent films dan alginat) yang menyediakan debridement fisik dan
autolytic masing-masing; dan dressing antiseptik (dressing perak,
cadexomer). Dressing canggih baru yang sedang diteliti, misalnya gel
Vulnamin yang terbuat dari asam amino dan asam hyluronic yang
digunakan bersama dengan kompresi elastic telah menunjukan hasil yang
positif
2.1.9.4 Off-loading
Tujuan dari Off-loading adalah untuk mengurangi tekanan plantar dengan
mendistribusikan ke area yang lebih besar, untuk menghindari pergeseran
dan gesekan, dan untuk mengakomodasi deformitas.
2.1.9.5 Terapi medis
Kontrol glikemik yang ketat harus dijaga dengan penggunaan diet
diabetes, obat hipoglikemik oral dan insulin. Infeksi pada jaringan lunak
dan tulang adalah penyebab utama dari perawatan pada pasien dengan
ulkus diabetik di rumah sakit. Gabapentin dan pregabalin telah digunakan
untuk mengurangi gejala nyeri neuropati DM.
2.1.9.6 Terapi adjuvan
Strategi manajemen yang ditujukan matriks ekstraselular yang rusak pada
ulkus diabetik termasuk mengganti kulit dari sel-sel kulit yang tumbuh
dari sumber autologus atau alogenik ke kolagen atau asam polylactic.
Hieprbarik oksigen telah merupakan terapi tambahan yang berguna untuk
ulkus diabetik dan berhubungan dengan penurunan tingkat amputasi.
14
Keuntungan terapi oksigen topikal dalam mengobati luka kronis juga telah
tercatat.
2.1.9.7 Manajemen bedah
Manajemen bedah yang dapat dilakukan ada 3 yaitu wound closure
(penutupan luka), revascularization surgery, dan amputasi. Penutupan
primer memungkinkan untuk luka kecil, kehilangan jaringan dapat ditutupi
dengan bantuan cangkok kulit, lipatan atau pengganti kulit yang tersedia
secara komersial. Pasien dengan iskemia perifer yang memiliki gangguan
fungsional signifikan harus menjalani bedah revaskularisasi jika
manajemen medis gagal. Hal ini mengurangi risiko amputasi pada pasien
ulkus diabetik iskemik. Amputasi merupakan pilihan terakhir jika terapi-
terapi sebelumnya gagal.
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan mengguanakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
20
2. Gangguan pola tidur Pola tidur (L.05045 Hal Dukungan tidur (I.05174 Hal 48)
berhubungan dengan rasa nyeri
yang dirasakan. (D.0055. Hal
126) Setelah di lakukan perawatan selama 1x7 jam Observasi
diharapkan pola tidur teratasi, dengan kriteria: 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi factor pengganggu tidur fisik
1. Keluhan sulit tidur 1 dan/psikologis)
2. Keluhan sering terjaga 1 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
3. Keluhan tidak puas tidur 1 mengganggu tidur (mis.
4. Keluan pola tidur berubah 1 Kopi,the,alcohol,makan mendekati
5. Keluhan istirahat tidak cukup 1 tidur,minum banyak air sebelum tidur).
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan
(mis,pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,da
n tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur).
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
21
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman
yang mengganggu tidur
4. Anjurkan pengguanaan obat tidur yang
mengandung suppressor terhadap tidur REM
5. Ajarkan factor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift
bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
3. Gangguan integritas jaringan Integritas kulit dan jaringan (L.14125 hal. 33) Perawatan luka (I.06202 hal. 328)
kulit berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
gangguan metabolisme (ulkus
1x7 jam diharapkan gangguan integritas kulit
DM). (D.0129. Hal. 282)
teratasi, dengan kriteria hasil:
1. Kerusakan jaringan menurun skor (5) Observasi
2. Kerusakan lapisan kulit menurun skor (5) 1. Monitor karakteristik luka (mis. drainase,
3. Nyeri menurun skor (5) warna, ukuran, bau)
4. Perdarahan menurun skor (5) 2. Monitor tanda-tanda infeksi
5. Kemerahan menurun skor (5)
6. Hematoma menurun skor (5)
7. Jaringan parut menurun skor (5)
Terapeutik
22
8. Suhu kulit membaik skor (5) 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Cukur rambut didaerah sekitar luka, jika
perlu
3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi pasien
10. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg
BB/hari dan protein 1,25-1,5 g/kg BB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis.
vitamin A, vitamin C, zinc, asam amino),
sesuai indikasi
12. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
23
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement (mis.
enzimatik, biologis, mekanis, autolitik
2. Kolaborasi pemberian antiniotik
4. Perfusi jaringan perifer tidak Perfusi Perifer (L.02011 hal. 84) Perawatan sirkulasi (I.02079 hal. 345)
efektif berhubungan dengan
luka di kaki yang tak kunjung
sembuh (D.0009. Hal 37) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
1x7 jam diharapkan perfeusi perifer efektif
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
dengan kriteria hasil:
edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-
1. Denyut nadi perifer meningkat skor (5) bracial index)
2. Penyembuhan luka meningkat skor (5) 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
3. Warna kulit pucat menurun skor (5) (mis. diabetes, perokok, orang tua, hipertensi,
4. Pengisian kapiler membaik skor (5) dan kadar kolesterol tinggi)
5. Akral membaik skor (5) 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
6. Turgor kulit membaik skor 5 bengkak pada ekstermitas
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
24
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mngecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, abtikoagulan, dan penurun
kolesterol, Jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis. rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
8. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
25
5. Risiko tinggi infeksi Tingkat infeksi (L.14137 hal. 139) Pencegahan infeksi (I.14539 hal. 278)
berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, atau penurunan
fungsi leukosit atau perubahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
pada sirkulasi . (D.0142. Hal. 1x7 jam diharapkan tidak ditemukan tanda-
304 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
tanda infeksi, dengan kriteria hasil:
sitemik
1. Demam menurun skor 5
2. Kemerahan menurun skor 5
Terapeutik
3. Nyeri menurun skor 5
4. Bengkak menurun skor 5 1. Batasi jumlah pengunjung
5. Kadar sel darah putih membaik skor 5 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
26
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
6. Ketidakstabilan glukosa darah Ketidakstabilan glukosa darah (Hal 480) Manajemen Hiperglikemia (I.03119 hal. 180)
berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
hiperglikemia (D.0027 Hal.71)
1x7 jam diharapkan GDS dalam batas normal,
Observasi
dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
1. Pusing Menurun Skor (5) 2. Identifikasi status yang menyebabkan
2. Lelah/lesu Menurun (5) kebutuhan insulin meningkat ((mis. Penyakit
3. Keluhan lapar menurun (5) 3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis.
Poliuria, polidipsi, polifagia, kelemahan,
pandangan kabur, sakit kepala)
5. Monitor intake dan output carian
6. Monitor keton urin, kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
27
Terapeutik
1. Berikan asupan carian oral
2. Konsultasi dengan medis tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau membaik
3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipetensi
ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 200mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian
keton urin, jika perlu
5. posisi duduk, jika mampu
6. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
Penggunaan isnulin, obat oral, monitor
asupan pengganti karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
28
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 PENGKAJIAN
Genogram Keluarga
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
Masalah Keperawatan
Tidak ada
TB : 166 cm
BB Sekarang : 54 kg
BB Sebelum Sakit : 55 kg
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 2x1 sehari 3x1 hari
1.1.4.4 Kongnitif :
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan
penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
( Alvika Nurma S )
ANALISI DATA
Trauma
DO :
- Klien tampak gelisah Luka
- Ekspresi klien tampak meringis
kesakitan
- Klien sulit tidur Luka sulit sembuh
- Di bagian telapak kaki kanan
terdapat luka
- Luka Ulkus pada derajat 4
Iskemik
- TTV:
TD: 140/90mmHg
N: 80x/menit Nyeri
S: 36,8oC
RR: 22x/menit
- Pemeriksaan Lab
- Hematokrit: 27 % (37-47 %)
- Leukosit: 11.000/ul
(10.000/ul)
- Albumin :2,6 gr/dl (3,5-5,5
gr/dl)
- GDS : 300gr/dl (80-120)
DO: Iskemik
- Klien tampak lesu
- Tampak kantung mata klien
- Klien sering kali menguap Nyeri
- Pola tidur klien saat malam
hari hanya tidur 3-4 jam, dan
siang hanya 30 menit saja. Ketidaknyamanan
39
Ganggguan pola
tidur
DS: Hiperglikemia Perfusi Perifer
- Klien mengatakan lukanya Tidak Efektif
tidak kunjung sembuh
Viskositas darah
DO:
- Luka pada telapak kaki
kanan klien tampak
menghitam, merah, Aliran darah
bengkak, dan melambat
mengeluarkan nanah
- TTV:
TD: 140/90mmHg
N: 80x/menit Iskemik jaringan
S: 36,8oC
RR: 22x/menit
- Pemeriksaan Lab Perfusi Perifer Tidak
Efektif
GDS:300mg/dl (80-120)
PRIORITAS MASALAH
40
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny Y
Ruang Rawat: Rg bedah
8 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka 1. Untuk mengetahui kondisi dan keparahan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam luka
neuropati perifer ditandai diharapkan gangguan integritas
dengan luka membusuk kulit teratasi, dengan kriteria hasil: 2. Bersihkan luka dengan cairan NaCl atau 2. Untuk menjegah terjadinya infeksi
sampai terlihat tulang di pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
telapak kaki kanan tampak - Kerusakan jaringan menurun
menghitam, merah, (skor 5)
- Kerusakan lapisan kulit 3. Bersihkan jaringan nekrotik 3. Untuk perbaikan jaringan nekrotik
42
bengkak, dan mengeluarkan menurun (skor 5) 4. Pasang balutan sesuai jenis luka 4. Meningkatkan ketepatan penyerapan
nanah, Pasien tampak - Nyeri menurun (skor 5)
meringis kesakitan, TTV: - Perdarahan menurun (skor 5) 5. Pertahankan teknik steril saat melakukan 5. Untuk memudahkan melakukan
TD: 140/90mmHg, N: - Kemerahan menurun (skor 5) perawatan luka perawatan luka
80x/menit, S: 36,8oC, RR: - Hematoma menurun (skor 5)
22x/menit - Jaringan parut menurun (skor 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 6. Untuk Meningkatkan ketepatan drainase
5) dan melindungi luka dari masuknya
- Suhu kulit membaik (skor 5) mikroorganisme
15 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, 1. Sirkulasi perifer memberikan indikasi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam edema, pengisian kapiler, warna, suhu, adanya sirkuklasi sistemik
Hiperglikemia ditandai diharapkan perfeusi perifer efektif ankle-bracial index) 1.
dengan Luka pada telapak dengan kriteria hasil:
kaki kanan klien tampak 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau 2. Untuk menentukan intervensi yang tepat
menghitam, merah, - Denyut nadi perifer
bengkak pada ekstermitas. 3.
bengkak, dan mengeluarkan meningkat (skor 5)
nanah, TTV: TD: - Penyembuhan luka meningkat 3. Hindari pemasangan infus atau pengambilan 3. Untuk menentukan intervensi yang tepat
140/90mmHg, N: (skor 5) darah di area keterbatasan perfusi. 1.
o
80x/menit, S: 36,8 C RR: - Warna kulit pucat menurun
(skor 5) 5. Hindari pemasangan infus atau pengambilan 4. Untuk menghindari tekanan yang
22x/menit, Pemeriksaan darah di area keterbatasan perfusi. berlebih pada daerah yang luka
Lab GDS:300mg/dl (80- - Pengisian kapiler membaik
(skor 5) 1.
120) 6. Lakukan pencegahan infeksi. 5. Untuk mencegah terjadinya infeksi
- Akral membaik (skor 5)
- Turgor kulit membaik (skor 1.
5)
43
6. Informasikan tanda dan gejala darurat 8. Untuk mengetahui tindakan yang harus
yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit dilakukan
yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak 1.
sembuh, hilangnya rasa
4. Gangguan pola tidur Setelah di lakukan perawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk Mengetahui penyebab gangguan
berhubungan dengan nyeri selama 1x7 jam diharapkan pola tidur klien
ditandai dengan Klien tidur teratasi, dengan kriteria: 1.
tampak lesu, tampak - Keluhan sulit tidur (skor 1) 2. Modifikasi lingkungan 2. Lingkungan bisa mempengaruhi
(mis,pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,da kenyamanan klien saat tidur
kantung mata klien, Klien - Keluhan sering terjaga (skor 1)
n tempat tidur) 1.
sering kali menguap, Pola - Keluhan tidak puas tidur (skor
tidur klien saat malam hari 1)
3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan 3. Agar klien merasa nyaman dan rileks
- Keluan pola tidur berubah
hanya tidur 3-4 jam, dan kenyamanan (mis.pijat, pengaturan posisi,
(skor 1)
siang hanya 30 menit. terapi akupresur).
- Keluhan istirahat tidak cukup
(skor 1)
4. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama 4. Agar klien mengetahui pentingnya tidur
sakit yang cukup untuk kesembuhan
5. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur 5. Agar klien terbiasa untuk tidur sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan
5. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan 1. Untuk menentukan tingkat keparahan
dengan ulkus, ditandai keperawatan selama 1x7 jam sitemik infeksi agar dapat dicegah
dengan Luka tampak diharapkan tidak ditemukan tanda-
menghitam, merah, tanda infeksi, dengan kriteria hasil: 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
bengkak, dan mengeluarkan 2. Untuk membantu mecegah terjadinya
nanah, Pasien tampak - Demam menurun (skor 5) infeksi yang lebih luas
meringis kesakitan, TTV: - Kemerahan menurun (skor 5)
TD: 140/90mmHg, N: 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak 3. Untuk mengindari terkadinya
44
80x/menit, S: 36,8oC, RR: - Nyeri menurun (skor 5) dengan pasien dan lingkungan pasien kontaminasi bakteri
22x/menit, Pemeriksaan - Bengkak menurun (skor 5) 4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien 4. Mencegah penyebaran dan melindungi
Lab, Hematokrit: 27 % (37- - Kadar sel darah putih beresiko tinggi pasien dari proses infeksi lainya
47 %), Leukosit: 11.000/ul membaik (skor 5) 5. Menjelaskan tanda gejala infeksi 5. Agar klien dan keluarga mengetahui
(10.000/ul), Albumin :2,6 tanda gejala dari infeksi
gr/dl (3,5-5,5 gr/dl) 6. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar 6. Untuk mengurangi kontaminasi bakteri
Tanda tangan
Hari /
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Tanggal Jam
Nama Perawat
Rabu 11 Diagnosa 1 S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang
November O:
2020/ 1. Mengidentifikasi skala nyeri - Klien tampak tidak kesakitan
2. Mengidentifikasi faktor yang - Skala nyeri 3 (Ringan)
07.00 WIB - Keluhan nyeri klien berkurang
memperberat dan memperingan nyeri
- Meringis klien berkurang
3. Memonitor TTV
- Klien bisa melakukan teknik nonfarmakologis secara mandiri
4. Memberikan teknik nonfarmakologis - Suhu ruangan normal dan tidak ada suara bising pada ruangan
untuk mengurangi rasa nyeri pasien
5. Mengontrol lingkungan yang - Klien paham dengan masalah nyeri yang dialaminya
memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, - Pemberian analgetik (neproksen)
pencahayaan, kebisingan) - TTV:
TD: 140/90mmHg, N: 80x/menit, S: 36,8oC, RR: 22x/menit Alvika N S
6. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
A : Masalah sebagian teratasi
7. Mengkolaborasi pemberian analgetik P: Lanjutkan intervensi nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7
(Neproksen)
46
Alvika N S
Diagnosa 4
S : Klien mengatakan pola tidur nya cukup membaik
Rabu 11 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
November 2. Memodifikasi lingkungan O:
2020/ (pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,dan - Suara bising tidak terdengar di ruangan pasien, suhu ruangan
tempat tidur) normal
07.00 WIB 3. Melakukan prosedur untuk meningkatkan - Klien tampak rileks setelah dilakukan pijat dibagian bahu dan
kenyamanan (pijat, pengaturan posisi). pengaturan posisi
4. Menjelaskan pentingnya tidur cukup - Klie paham dengan kebutuhan tidur yang cukup selama sakit
selama sakit - Klien tertidur 5-6 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari
5. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur A : Masalah teratasi sebagian
Diagnosa 5
48
CATATAN PERKEMBANGAN
49
Kamis
Diagnosa 3 S : Klien mengatakan luka terlalu sakit
12 November 2020
1. Memeriksa sirkulasi perifer (nadi perifer,
edema, warna, suhu) O:
08:00 WIB
2. Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau - Bagian luka terasa hangat
bengkak pada ekstermitas. - Luka tampak merah, hitam Alvika N S
3. Menghindari pemasangan infus atau - Pasien meringis kesakitan
pengambilan darah di area keterbatasan perfusi. - Bengkak pada bagian kaki kanan
4. Melakukan pencegahan infeksi. - Tidak terjadi infeksi
5. Menginformasikan tanda dan gejala darurat - TTV:
yang harus dilaporkan (rasa sakit yang tidak TD: 140/90mmHg, N: 80x/menit, S: 36,8oC, RR:
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, 22x/menit
hilangnya rasa)
A : Masalah teratasi sebagian
4. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama - Klie paham dengan kebutuhan tidur yang cukup
sakit selama sakit
5. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur - Klien tertidur 5-6 jam pada malam hari dan 1 jam
pada siang hari
Kamis Diagnosa 5
S : Klien mengatakan luka nya membaik
12 November 2020 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan Alvika N S
sitemik
2. Memberikan perawatan kulit pada area edema O:
08:00 WIB 3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak - Luka sudah dibersihkan
dengan pasien dan lingkungan pasien - Klien sudah melakukan cuci tangan dengan benar
4. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien - Kondisi luka klien sudah terawat dengan baik
beresiko tinggi - Klien dan keluarga memahami tanda dan gejala
5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi
6. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan - Klien dan keluarga sudah mengetahui cara mencuci
benar. tangan dengan benar
7. Mengkolaborasi pemberian antibiotik
(Penisilin) A : Masalah teratasi sebagian
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanda tangan
Hari / Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jum’at Diagnosa 1 S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O:
13 November 1. Mengidentifikasi skala nyeri - Klien tampak tidak kesakitan
2020 - Skala nyeri 3 (Ringan)
2. Mengidentifikasi faktor yang
07:30 WIB memperberat dan memperingan nyeri - Keluhan nyeri klien berkurang
- Meringis klien berkurang
3. Memonitor TTV
- Klien bisa melakukan teknik nonfarmakologis secara mandiri
4. Memberikan teknik nonfarmakologis - Suhu ruangan normal dan tidak ada suara bising pada ruangan
untuk mengurangi rasa nyeri pasien
5. Mengontrol lingkungan yang - Klien paham dengan masalah nyeri yang dialaminya
memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, - Pemberian analgetik (neproksen)
pencahayaan, kebisingan) - TTV:
6. Menjelaskan penyebab, periode, dan TD: 140/90mmHg, N: 80x/menit, S: 36,8oC, RR: 22x/menit Alvika N S
pemicu nyeri
A : Masalah sebagian teratasi
7. Mengkolaborasi pemberian analgetik P: Lanjutkan intervensi nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7
(Neproksen)
53
Diagnosa 4
S : Klien mengatakan pola tidur nya cukup membaik
Rabu 11 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Alvika N S
November 2020/ 2. Memodifikasi lingkungan O:
07.00 WIB (pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,dan - Suara bising tidak terdengar di ruangan pasien, suhu ruangan
tempat tidur) normal
3. Melakukan prosedur untuk meningkatkan - Klien tampak rileks setelah dilakukan pijat dibagian bahu dan
kenyamanan (pijat, pengaturan posisi). pengaturan posisi
4. Menjelaskan pentingnya tidur cukup - Klie paham dengan kebutuhan tidur yang cukup selama sakit
selama sakit - Klien tertidur 5-6 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari
5. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur A : Masalah teratasi sebagian
Diagnosa 5
Jum’at S : Klien mengatakan luka nya membaik
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal
13 November
2020 dan sitemik O:
2. Memberikan perawatan kulit pada area
07:30 WIB edema - Luka sudah dibersihkan
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah - Klien sudah melakukan cuci tangan dengan benar
kontak dengan pasien dan lingkungan - Kondisi luka klien sudah terawat dengan baik
pasien - Klien dan keluarga memahami tanda dan gejala infeksi
- Klien dan keluarga sudah mengetahui cara mencuci tangan
4. Mempertahankan teknik aseptic pada Alvika N S
dengan benar
pasien beresiko tinggi
5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi A : Masalah teratasi sebagian
6. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan
benar.
55
DAFTAR PUSTAKA
Alexiadou,K., Doupis, J,. (2012). Menegemnt of diabetic foot ulcers.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov. (Diakses 7 November 2020)
Fryberg, R, et.al. (2016). Diabetic foot ulcers disorders:a clinical practice guidelin.
Kementrian Kesehatan RI. Diabetes Militus Penyebab Kematian No 6 Di Dunia. Jakarta:
KEMENKES. 2015
N. Singh, Dkk. Optimal sizing placement og DG in a radial distribution Netrwork using
Sensitivity based Methods”, International Electrical Engineering journal, Vol. 6, No
1,pp.1727-1734, 2015. (Diakses 7 November 2020)
PERKENI, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Militus Tipe 2 di Indonesia,
Jakarta :PERKENI 2011
Rebolledo, dkk. 2011. The Potegenesis Of The Diabetic Foot Ulcer: Prevention And
Mangement, Global Perspective On Diabetic Foot Ulceration, Dr Thanh Dinh (Ed)
Rudi Haryono, Ns., M.Kep, Maria Putri Sari Utami, M.Kep. (2019). Keperawatan Medikal
Bedah 2. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
57
Yuanita A. Langi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email:
meralday@yahoo.co.id
Abstract: A diabetic foot ulcer is a common and fearful chronic complication of diabetes
mellitus often resulting in amputation, and even death. A diabetic foot ulcer can be prevented
by early screening and education in high risk individuals, and the management of underlying
conditions such as neuropathy, peripheral arterial disease, and deformity. The prevalence of
diabetic foot ulcer patients is 4-10% of the general population, with a higher prevalence in
elderly people. Around 14-24 % of diabetic foot ulcer patients need amputations with a
recurrence rate of 50% after three years. The main pathogenesis of diabetic foot ulcer is
neuropathy and peripheral arterial disease (PAD). PAD contributes to diabetic foot ulcers in
50% of cases; however, it rarely stands alone. Other factors such as smoking, hypertension,
and hyperlipidemia may contribute, too. In addition, PAD reduces the access of oxygen and
antibiotics to the ulcers. Management of diabetic foot ulcers includes treatment of ischemia by
promoting tissue perfusion, debridement for removing necrotic tissues, wound treatment for
creating moist wound healing, off-loading the affected foot, surgery intervention, management
of the co-morbidities and infections, and prevention of wound recurrences. Other adjuvant
modalities include hyperbaric oxygen treatment, GCSF, growth factors, and bioengineered
tissues.
Keywords: diabetic ulcer, debridement, off loading
Abstrak: Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes
melitus yang sering dijumpai dan ditakuti oleh karena pengelolaannya sering mengecewakan
dan berakhir dengan amputasi, bahkan kematian. UKD dapat dicegah dengan melakukan
skrining dini serta edukasi pada kelompok berisiko tinggi, dan penanganan penyebab dasar
seperti neuropati, penyakit artei perifer dan deformitas. Prevalensi pasien UKD berkisar 4-
10% dari populasi umumnya, dengan prevalensi yang lebih tinggi pada manula. Sekitar 14-
24% pasien UKD memerlukan amputasi dengan rekurensi 50 % setelah tiga tahun.
Patogenesis utama UKD yaitu neuropati dan penyakit arteri perifer (PAP). PAP berkontribusi
50% pada pasien UKD, tetapi hal ini jarang dijumpai tunggal. Terdapat faktor-faktor lain yang
turut berperan seperti merokok, hipertensi dan hiperlipidemia. Selain itu PAP menurunkan
akses oksigen dan antibiotik ke dalam ulkus. Penatalaksanaan UKD meliputi penanganan
iskemia dengan meningkatkan perfusi jaringan, debridemen untuk mengeluarkan jaringan
nekrotik, perawatan luka untuk menghasilkan moist wound healing, off-loading kaki yang
terkena, intervensi bedah, pananganan komorbiditas dan infeksi, serta pencegahan rekurensi
luka. Terapi ajuvan meliputi terapi oksigen hiperbarik, pemberian granulocyte colony
stimulating factors (GCSF), growth factors dan bioengineerd tissues.
Kata kunci: ulkus diabetes, debridemen, off loading
58
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan sa- lah Hal ini disebabkan karena hasil pengelola- an
satu komplikasi kronik diabetes melitus (DM) UKD sering mengecewakan baik bagi dokter,
yang sering dijumpai dan ditakuti. pasien maupun keluarganya, serta
95
dapat berakhir dengan amputasi bahkan ke-
tinggi.10 Di Indonesia angka kematian dan angka
matian.1 Di negara maju, UKD masih me-
amputasi masih tinggi, masing- masing sebesar
rupakan masalah kesehatan yang besar. De- ngan
16% dan 25% (RSUPCM
adanya perkembangan metode dan teknologi
tahun 2003), sebanyak 14,3% akan mening- gal
penatalaksanaan UKD serta kli- nik kaki
setahun paska amputasi, dan sebanyak 37%
diabetes maka angka kematian dan amputasi
meninggal dalam tiga tahun paska amputasi.1
dapat ditekan.1,2 Di Indonesia, UKD masih
merupakan masalah yang ru- mit dan tidak
terkelola dengan maksimal. Selain itu
permasalahan biaya pengelolaan yang besar PATOGENESIS
menambah peliknya masalah kaki diabetes.1
Pasien DM memiliki risiko 15%-25% Patogenesis utama UKD yaitu neuro- pati,
dalam hidupnya untuk mengalami kaki dia- kemudian iskemia pembuluh darah pe- rifer. 11
betes3-7 yang pada 40-80% kasus berkem- bang Prevalensi neuropati perifer 23-50% pada pasien
menjadi UKD.5 Insidens UKD di Amerika DM 4,11,12 dan lebih dari 60% UKD disebabkan
Serikat sekitar 3% tiap tahun, se- dangkan di neuropati yang berupa neuropati sensorik,
Inggris berkisar 10%.8 DM me- rupakan motorik dan oto- nom.8,11,13 Hilangnya sensasi
penyakit yang paling sering dikait- kan dengan nyeri dan su- hu akibat neuropati sensorik
amputasi ekstremitas bagian bawah, dan menyebabkan hilangnya kewaspadaan terhadap
merupakan penyebab lebih dari 50% amputasi trauma atau benda asing, akibatnya banyak luka
nontraumatik di Amerika dan Eropa.3,9,10 yang tidak diketahui secara dini dan sema- kin
Pada hakekatnya UKD dapat dicegah memburuk karena terus-menerus meng- alami
dengan cara mela-kukan skrining dini serta penekanan.11,12,14 Kerusakan inervasi otot-otot
edukasi penata-laksanaan kaki diabetes pada intrinsik kaki akibat neuropati motorik
individu be-risiko tinggi. Demikian pula menyebabkan ketidakseimbangan antara fleksi
pencegahan dan pengelolaan yang tepat terhadap dan ekstensi kaki serta de- formitas kaki, yang
faktor-faktor penyebab dasar patogenesis kaki kemudian menyebab- kan terjadinya perubahan
dia-betes, yakni neuropati, penyakit arteri peri- distribusi tekanan pada telapak kaki yang
fer dan deformitas dapat mencegah timbul-nya selanjutnya memicu timbulnya kalus. Kalus
UKD serta segala konsekuensinya.11 yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi
sumber trauma bagi kaki tersebut.1,11,15 Neuropati
otonom menyebabkan penurunan fungsi kelenjar
keringat dan sebum. Kaki akan kehilangan
EPIDEMIOLOGI kemampuan alami untuk melembabkan ku- lit,
kulit menjadi kering dan pecah-pecah sehingga
Prevalensi UKD berkisar antara 4- 10%,
mudah terinfeksi.11,13,15
dengan prevalensi yang lebih rendah (1,5-3,5%)
Penyakit arteri perifer (PAP) merupa- kan
pada orang muda dan lebih tinggi (5-10%) pada
faktor yang berkontribusi terhadap per-
orang tua.4,10 Sekitar 14-24% pasien UKD akan
kembangan UKD pada 50% kasus. PAP jarang
memerlukan amputasi, dengan angka rekurensi
berdiri sendiri sebagai penyebab UKD. 7,10,11,13,15
50% setelah tiga tahun.6,8,9
Merokok, hipertensi dan hiperlipidemia
Kesintasan (survival rate) setelah am-
memberikan kontribusi pada perkembangan
putasi ekstremitas bagian bawah pada indi- vidu
PAP. Adanya iskemia aki- bat insufisiensi arteri
diabetes lebih rendah dibandingkan in- dividu
perifer menyebabkan terjadinya penurunan
nondiabetes. Mortalitas lima tahun paska
oksigenasi di daerah ulkus yang mempersulit
amputasi sekitar 68%,3,8 dan angka harapan
penyembuhan. Se- lain itu PAP juga
hidup lebih rendah pada pa- sien dengan tingkat
menyebabkan sulitnya
amputasi yang lebih
pengaliran antibiotik ke daerah infek- 2,5,10,15
si.
59
dapat dipilih secara empirik. Terdapat ber- kit untuk manajemen yang tepat. Debride- men
bagai klasifikasi pengelolaan kaki diabe- tes dilakukan sejak awal dengan tetap
mulai dari yang sederhana sampai kom- memperhitungkan ada/tidaknya kompetensi
pleks yang mencantumkan tuntunan peng- vaskular tungkai. Jaringan yang diambil da- ri
luka dikirim untuk kultur. Tindakan ini mungkin
gunaan antibiotika. Beberapa klasifikasi perlu dilakukan berulang untuk mengendalikan
tersebut yaitu klasifikasi Wagner, The Uni- infeksi.23 Terapi empiris untuk infeksi berat
versity of Texas classification, klasifikasi harus berspektrum luas dan diberikan secara
PEDIS oleh International Consensus on the intravena dengan mempertimbangkan faktor lain
seperti bi- aya, toleransi pasien, alergi, potensi
Diabetic Foot, dan klasifikasi berdasarkan efek yang merugikan ginjal atau hati, kemudah-
derajat keparahan oleh Infectious Disease an pemberian dan pola resistensi antibiotik
Society of America (IDSA).6,21,22 setempat.5,18 Infeksi kronik dan berat yang
mengancam tungkai umumnya disebabkan oleh
Secara klinis, infeksi yang tidak meng- infeksi polimikroba yang mencakup organisme
ancam tungkai biasanya terlihat sebagai ul- aerob gram positif dan negatif serta
serasi yang dangkal, tanpa iskemia yang nyata, anaerob.2,5,15,23 Pseudomonas sering diperoleh
tidak mengenai tulang atau sendi, dan area dari isolasi luka yang mengguna- kan
selulitis tidak lebih dari 2 cm dari pusat ulkus. pembalutan basah; enterokokus umum- nya
Pasien tampak stabil serta ti- dak dibiakkan dari pasien yang sebelumnya telah
memperlihatkan tanda dan gejala infek- si diterapi sefalosporin; kuman anaerob sering
sistemik. Pengelolaan pasien dilakukan sebagai ditemukan pada luka dengan keter- libatan
pasien rawat jalan. Perawatan di rumah sakit jaringan yang dalam dan nekrosis; dan
hanya bila tidak ada perbaikan setelah 48-72 jam methicillin-resistant Staphylococcy au- reus
atau kondisi membu- ruk.6 Antibiotik langsung (MRSA) sering diperoleh pada pasien yang
diberikan diser- tai pembersihan dan debridemen sebelumnya pernah di rawat inap atau diberikan
ulkus. Pe- nanganan ulkus ini selanjutnya seperti terapi antibiotika.5,12,20,22 Bila terjadi infeksi
yang diuraikan sebelumnya, koreksi hiperglike- berulang meskipun terapi antibiotik tetap
mia dan kontrol komorbid lainnya. Respon diberikan, perlu dilakukan kultur ulang jaringan
terhadap pengobatan dievaluasi setelah 48- 72 untuk menyingkirkan infeksi superimposed.10,22
jam untuk menilai tindakan yang mung- kin Lamanya pemberian antibiotik tergan- tung
perlu dilakukan.6,10,12 Aspek pencegah- an, pada gejala klinis, luas dan dalamnya jaringan
pendidikan pasien, perawatan dan pena- nganan yang terkena serta beratnya infek- si.20,22 Pada
ortotik juga dilakukan secara terpadu.12 Infeksi infeksi ringan sampai sedang antibiotik dapat
disebut mengancam bila UKD berupa ulkus diberikan 1-2 minggu, se- dangkan pada infeksi
yang dalam sampai mengenai tulang dengan yang lebih berat anti- biotik diberikan 2-4
selulitis yang lebih dari 2 cm dan/atau disertai minggu. Debridemen yang adekuat, reseksi atau
gambaran klinis infeksi sistemik berupa demam, amputasi jaring- an nekrosis dapat
edema, limfangi- tis, hiperglikemia, leukositosis mempersingkat waktu pemberian antibiotik.2,5,22
dan iskemia. Perlu diperhatikan, tidak semua Pada kasus os- teomielitis, jika tulang terinfeksi
pasien dia- betes dengan infeksi yang relatif tidak di- evakuasi, maka antibiotik harus
berat akan menunjukkan tanda dan gejala diberikan selama 6-8 minggu, bahkan beberapa
sistemik se- perti tersebut diatas. Jika ulkus litera- tur menganjurkan sampai 6 bulan.10,16 Jika
mencapai tulang atau sendi, kemungkinan besar semua tulang yang terinfeksi dievakuasi,
akan antibiotik dapat diberikan lebih singkat, yaitu 1-
terjadi osteomielitis.10,23 2 minggu dan ditujukan untuk in- feksi jaringan
Pasien dengan infeksi yang mengan- cam lunak.5,10
ekstremitas harus dirawat di rumah sa- Efektivitas terapi dievaluasi dengan
beberapa parameter, antara lain respon klinis parameter klinis inflamasi yang dapat dipegang.
pasien, suhu, leukosit dan hitung jenis, laju Jika ter- dapat iskemi jaringan luka, antibiotik
endap darah dan penanda infla- masi lainnya, mungkin tidak dapat mencapai lokasi yang
kontrol gula darah dan para- meter metabolik, terinfeksi. Oleh karena itu, prosedur re-
serta tanda-tanda penyem- buhan luka dan konstruksi vaskular mungkin harus dilaku- kan
peradangan. Pada keadaan kompetensi vaskular untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan
yang baik, pengukur- an suhu kaki merupakan yang terinfeksi.5,10
62
DAFTAR PUSTAKA
1. Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam:
Sudayo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata MK, Setiati S, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi
V Jilid III). Jakarta: Internal
Publishing, 2009; p 1961- 7.
2. Amstrong DG, Lavery AL. Diabetic
63
The Diabetic Foot (Seventh Edition). Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008; p. 319-
28.
14. Jeffcoate WJ, Hading KG. Diabetic foot ulcers. Lancet. 2003;261:1545-
51.
15. Clayton W, Elasi TA. A review of pathophysiology, classification and
treat- ment of foot ulcers in diabetic patients. Clinical Diabetes.
2009;27(2):52-8.
16. Munro N, Rich N, McIntosh C, Foster AVM, Edmonds ME. Infections
in the diabetic foot: a practical management guide to foot care. British
Journal of Diabetes & Vascular Disease. 2003;3:132- 6.
17. Boike AM, Hall JO. A practical guide for examining and treating the
diabetic foot. Cleveland Clinic Journal of Medicine. 2002;69(4):342-8.
18. Schaper NC, Prompers LM, Huijoeberts MSP. Treatment of diabetic
ulcers. Immun Endoc & Metab Agents in Med Chem. 2007; 7: 95-104.
19. Cavanagh PR, Lipsky BA, Bradbury AW, Botek G. Treatment for
diabetic foot ulcers. Lancet. 2005;366: 1725-33.
20. Edmonds ME, Foster EVM, Sanders LF. A Practical Manual of Diabetic
Foot Care. London: Blackwell Publishing, 2004.
21. Brodsky JW. Classification of foot lesions in diabetic Patients. In: Browker
JH, Pfeifer MA, editors. Levin and O’Neal’s The Diabetic Foot (Seventh
Edition). Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008; p. 221-6.
22. Lipsky BA, Berendt AR, Deery HG, Embil JM, Joseph WS, Karchmer
AW, et al. Diagnosis and treatment of diabetic foot infections. Clinical
Infectious Disease. 2004;39:885-910
23. Frykberg RG. Diabetic foot ulcers: pathogenesis and management. Am
Fam Physician. 2002;66:1655-62.
24. Stone JA, Cianci P. The adjunctive hyperbaric oxygen therapy in the treat-
ment of lower extremity wounds in patients with diabetes. Diabetes
Spectrum. 1997;10(2):118-23.
66
Perawatan Luka Dm
Di Susun Oleh :
Nama : Alvika Nurma Siswanti
NIM : (2018.C.10a.0924)
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit tentang perawatan luka
diabetik, pasien dan keluarga dapat memahami cara perawatan luka yang baik dan
benar.
C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan pasien dan
keluarga mampu memahami
1. Mengetahui Perawatan luka DM
2. Mengetahui Penyebab Infeksi
3. Mengetahui Tanda dan gejala Infeksi
4. Mengetahui Cara Perawatan Luka yang Benar
5. Dapat mendemontrasikan langkah-langkah perawatan luka
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah.
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflate
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menyebutkan b. Mendengarkan
materi/pokok bahasan dan menyimak
yang akan disampaikan
d. Kontrak waktu
2 Pelaksanaan 20 menit a. Penyampaian materi a. Mendengarkan
dan menyimak
b. Menjelaskan Perawatan
b. Bertanya
luka DM
mengenai hal-
c. Menjelaskan Penyebab
hal yang belum
Infeksi
jelas dan
d. Menjelaskan Tanda dan
dimengerti
gejala Infeksi
e. Menjelaskan Cara
Perawatan Luka yang
Benar
f. Mendemontrasikan
langkah-langkah
perawatan luka
g.
3 Penutup 5 menit a. Melakukan evaluasi a. Sasaran dapat
b. Menyampaikan menjawab
69
H. Evaluasi
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit tentang penyakit Infrak
Miokard Akut (IMA) diharapkan peserta:
1. Mengetahui Perawatan luka DM
2. Mengetahui Penyebab Infeksi
3. Mengetahui Tanda dan gejala Infeksi
4. Mengetahui Cara Perawatan Luka yang Benar
5. Dapat mendemontrasikan langkah-langkah perawatan luka
70
MATERI PENYULUHAN
B. Penyebab Infeksi
a) Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati didalam luka
b) Luka terbuka dan kotor
c) Gizi Buruk
d) Daya tahan tubuh yang lemah
e) Mobilisasi terbatas atau kurang gerak
7. Kantong plastik
8. Handuk lembut
9. Gunting kuku
E. Langkah – Langkah:
7. Jika ingin memotong kuku kaki atau kuku tangan pasien : kaki
direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit dan di
keringkan dengan handuk lembut. Potonglah kuku dengan lurus
kemudian potong pinggiran kuku. Kikir pinggir-pinggir kuku dengan
halus. Hindari memotong kuku terlalu dalam.
8. Jangan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki , baik di dalam
rumah ataupun di luar rumah. Pakailah alas kaki sepatu atau sandal
yang pas dan bahan yang lembut sesuai ukuran kaki dan nyaman
72