Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN An.

A DENGAN SINDROM NEFROTIK

DISUSUN OLEH :

1. Asnar
2. Oktavia

S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKETO
JI.Raya jabon Km.06 mojoayar kabupaten PRODI mojokerto telp/fax: (0321) 390203
Email : stikes.ppni@yahoo.co.id Website : www.stikes-ppni.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data WHO nefrotik sindrom dapat terjadi akibat penyakit sistemik yang
mempengaruhi organ lain selain ginjal, seperti diabetes, amiolidosis dan lupus
eritematosus, yang terakhir peradangan pada glomelorus. Glomeronefritis merupakan
penyebab dari 78% sindrom nefrotik pada dewasa dan 93% pada anak – anak.
(Prodjosudjadi, 2007 dalam Yunita, 2015).
Menurut Rubeinstein (2007) lebih dari 75% sindrom nefrotik pada anak – anak dan
sisanya 25% terjadi pada orang dewasa. Hasil penelitian di Amerika Serikat sindrom
nefrotik merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah
kesehatan utama denganjumlah penderita mencapai 225 per tahun (11,86%) dari 2015
orang yang berobat kerumah sakit.
Penyebab utama sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindroma
nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari
sindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun dan pada umumnya penyakit
ini banyak ditemukan pada anak-anak usia 1 sampai 5 tahun dan kecenderungan penyakit
ini dua kali lebih banyak menyerang anak laki-laki disbanding anak perempuan.
Menurut Alatas, 2002 dalam Yunita 2015 penyakit sindroma nefrotik di Indonesia
mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun dan untuk
kejadian di Jawa Tengah sendiri mencapai 4 kasus terhitung mulai dari tahun 2011. Hal
ini di buktikan dari penelitian yang dilakukan secara dinamik di Yogyakarta pada tahun
2011 yang menunjukan ada sebanyak 6 orang yang menderita nefrotik sindrom dalam
rentang usia 8-12 tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah untuk mengetahui
Asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom nefrotik.
2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan studi kasus ini adalah agar penulis
mampu : a. Melaksanakan pengkajian pada An. A dengan sindroma nefrotik
b. Mendapatkan analisa data pada pasien sindrom nefrotik
c. Menegakkakan diagnosa keperawatan pada An. A dengan sindrom nefrotik
d. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien sindrom nefrotik
e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien sindroma nefrotik
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia
dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan
fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005 dalam Rahma, 2012).
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein urine
(proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan
lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan
plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
glomerulus. (dr.Nursalam, dkk. 2009).
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria
masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat
kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2012).
2. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigenantibodi.
Umumnya etiologi dibagi menjadi :
a. Sindrom Nefrotik Bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena
reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan
biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom Sefrotik Sekunder Disebabkan oleh: malaria kuartana atau parasit
lainnya, penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura
anafilaktoid, glumerulonefritis akut atau kronik, trombosis vena renalis, bahan
kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa,
amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif
hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma
nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg dkk membagi
menjadi 3 golongan yaitu kelainan terpadu, nefropati membranosa, dan
glomerolunefritis. (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2014)
3. Pathway

Penyebab yang belum diketahui

Permeabilitas dinding glomerulus

Protein plasma

Proteinemia

Hipoalbumenia Lipoprotein

Kolestrol dan Trigliserid

Osmotic plasma

Lipiduria

Cairan intravascular cairan interstitial

Edema

Hipovolemi

Kekurangan cairan dan elektrolit Resti Kerusakan Integritas Kulit

Kelebihan Volume Cairan Tubuh

volume darah ginjal

renin-angiotensin

Aldosteron dan ADH

Reabsorbsi air dan natrium


4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah, 2005) antara lain :
a. Proteunuria
b. Edema
c. Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa
d. Hematuria
e. Anoreksia
f. Diare
g. Pucat
5. Komplikasi
a. Penurunan volume intravascular
b. Pemburukan pernafasan
c. Kerusakan kulit
d. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena hipoalbumenia.
(alimul aziz, 2009).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji urine
1) Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh
2) Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol) 12
b. Uji darah
1) Albumin serum <3 g/dl
2) Kolesterol serum meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat
4) LED meningkat
c. Uji diagnostik
1) Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2) USG ginjal dan CT scan
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium 1g/hari
2) Diet protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg BB dengan garam minimal bila edema
masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri sedikit garam
3) Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat digunakan deuretik
(furosemid 1mg/kg BB/hari)
4) Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita tuberkolosis
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa
harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.
2) Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah dan
akan menyebabkan edema hebat).
3) Mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan
tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
4) Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan
skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian pasien). (Ngastiyah,
2005 dalam Niken, 2012).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan yang dilakukan semua fase
pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Pengkajian
menggunakan banyak keterampilan keperawatan dan terdiri atau pengumpulan klasifikasi
dan analisa data dari berbagai sumber untuk memberikan pengakajian yang akurat dan
konprehensif. Pengkajian yang harus di lakukan pada pasien nefrotik sindrom adalah :
a. Kaji keadaan umum, termasuk pengkajian edema
b. Kaji riwayat kesehatan dengan cermat yang berhubungan dengan penambahan berat
badan
c. Observasi penambahan berat badan, edema pada wajah, ekstremitas dan abdomen
serta kaji ansietas pada pasien.
d. Observasi asupan cairan yang berlebih
e. Kaji pada sistem integumen apakah ada tandan – tanda kerusakan pada kulit
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawataan adalah penyebutan sekelompok petunjuk yang didapat selama
fase pengkajian (Wong, 2010). Diagnosa pengkajian yang akan muncul pada pasien
nefrotik sindrom adalah :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan
ruang ke tiga
b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih dalam tubuh
c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Trigger Case
An. A dibawa ibunya ke RSUD Sidoarjo melalui IGD pada tanggal 23 juli 2020.
Pasien merupakan paAsien rujukan dari RS Sidowaras Bangsal Mojokerto dengan
keluhan batuk, demam, kelemahan, dan tanda-tanda odema pada wajah, abdomen,
ekstremitas atas dan bawah. Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan, kembali >5
detik, derajat oedema III. Odema di alami pada saat pertama kali di rujuk dari RS
Sidowaras Bangsal Mojokerto. Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir
anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali mengalami batuk/pilek.
Saat perawat melakukan pengkajian ditemukan data-data sebagai berikut :
 Turgor kulit klien tidak elastic
 Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan perkusi
 Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata
 Kulit klien teraba kering
 BB : 30 kg TB : 150 cm
 TTV : TD : 90/60 S : 36,4 N : 90x/mnt RR : 23x/mnt
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : An. A
b. Tanggal lahir/umur : 9 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : Kelas 3 SD
f. Alamat : Perumahan Griya Majapahit G-17
2. Identitas keluarga pasien
Identitas Ayah
a. Nama ayah : Tn. H
b. Umur : 34 tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : PNS
e. Pendidikan : SMA

Identitas Ibu

a. Nama ibu : Ny.H


b. Umur : 32 tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerajaan : IRT
e. Pendidikan : SMA
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Alasan Masuk Rumah Sakit Pasien masuk ke RSUD Sidoarjo melalui IGD
pada tanggal 23 juli 2020 dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema
dan kelemahan. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Sidowaras Bangsal
Mojokerto
2. Keluhan Utama : Odema Pasien mengalami oedema pada wajah, abdomen,
ekstremitas atas dan bawah. Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan,
kembali >5 detik, derajat oedema III. Odema di alami pada saat pertama kali
di rujuk dari RS Sidowaras Bangsal Mojokerto
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah di alami Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun
terakhir anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali mengalami batuk/pilek.
Selain itu anaknya tidak pernah mengalami keluhan sakit apapun, seperti
kejang atau mimisan.
2. Riwayat di rumah sakit/alergi/kecelakaan. Orang tua pasien mengatakan
anakanya pernah di rawat di RS Sidowaras Bangsal Mojokerto selama 10 hari,
dengan keluhan penyakit yang sama yaitu pada bulan april yang lalu.
Kemudian anaknya di rujuk ke RSUD Sidoarjo pada tanggal 23 Juli 2020.
Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat operasi dan
riwayat kecelakaan yang berat. Orang tua paien juga mengatakan anaknya
memliki alergi terhadap udang.
c. Riwayat Keluarga
1. Penyakit yang pernah di derita
Keluarga mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
menular ataupun penyakit keturunan jenis apapun.
4. 11 Pola Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan
Orang tua pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakit yang diderita
anaknya.
2) Pola Nutrisi
 Sebelum sakit Orang tua pasien mengatakan anaknya makan sebanyak 3-4
kali dalam sehari. Makanan pokok yang di makan adalah nasi putih.
Pasien mengatakan menyukai semua jenis makanan. Lauk pauk yang di
konsumsi meliputi daging, tahu/tempe, ikan, sayur dan buah-buahan.
Pasien memiliki alergi terhadap udang.
 Saat sakit Saat di rawat di RS pasien makan sebanyak 3x/hari dengan porsi
makan rumah sakit (10 sendok makan). Pasien selalu menghabiskan
makanan yang di berikan.
3) Pola Eliminasi
a. BAK
 Sebelum sakit Pasien BAK 5x/hari, warna urine kuning jernih, jumlah
urine ±1200 cc/hari. Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat
berkemih.
 Saat Sakit Saat di RS pasien BAK 3x/hari, warna urine kuning pekat,
jumlah ±300 cc/hari.
b. BAB
 Sebelum sakit Pasien BAB 2x/hari dengan konsistensi feses lembek,
berwarna kuning kecoklatan, bau khas.
 Saat sakit Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, berwarna
kecoklatan, bau khas.
4) Pola Aktivitas
 Sebelum sakit Akitivitas sehari-hari pasien adalah bersekolah selama 5
jam, bermain sepeda dan lain-lain.
 Saat sakit Pasien saat ini hanya menghabiskan waktu di ruang rawat RS
dengan berbaring.
5) Pola Istirahat dan Tidur
 Sebelum sakit Waktu tidur malam pasien 8 jam dan siang 3 jam. Tidak ada
gangguan dengan tidur pada pasien.
 Saat sakit Waktu tidur malam pasien 6 jam dan siang selama 2 jam. Pasien
mengatakan suasana di rumah sakit membuat pasien merasa tidak nyaman
saat tidur.
6) Pola Kognitif Perseptual

7) Pola Persepsi Diri


Pola interaksi dengan keluarga baik, kooperatif dengan tim kesehatan. Pasien
mengatakan tidak betah di rumah sakit, dan paisen terlihat murung.
8) Pola Peran-Hubungan
Orang tua pasien mengatakan interaksi anaknya dengan orang tua, saudara-
saudaranya baik, tidak ada masalah.
9) Pola Seksualitas-Reproduksi

10) Pola Koping

11) Pola Nilai Kepercayaan


Orang tua pasien mengatakan menanamkan nilainilai religious dan hal-hal positip
di dalam kehidupan sosial pada anaknya.
5. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Pengukuran pertumbuhan
 Tinggi badan : 150 cm
 BB Sebelum sakit : 26 kg
 BB saat sakit : 30 kg
 Status gizi : 30/1,21 = 24,8
b. Perkembangan saat ini (tidak terkaji)
c. Reflek primitive (tidak terkaji)
d. Keadaan umum
 Kesadaran: composmentis
 TTV : TD = 90/60 mmHg
RR = 23x/menit
S = 36,40 c
N = 90x/menit
6. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Sistem penglihatan Fungsi penglihatan baik, posisi mata simetris, keadaan
kelopak mata baik, pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan
kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada tandatanda peradangan. Pasien
juga tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
b. Sistem pendengaran Fungsi pendengaran baik, posisi telinga simetris, keadaan
daun telinga baik dan bersih. Kondisi umum telinga baik, tidak cairan, tidak
mengalami tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami peradangan serta tidak
menggunakan alat bantu mendengar.
c. Sistem pernafasan Pasien tidak mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas
bersih, klien mengalami batuk tidak produktif, jenis pernafasan vasikuler, bentuk
dada normal, tidak ada tarikan dinding dada, irama nafas teratur, suara nafas
vasikuler dan pasien tidak terpasang selang O2. RR : 23x/menit.
d. Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer N: 90x/menit dengan irama teratur, temperature kulit hangat,
warna kulit pucat CPR : < 2detik, terlihat odema, tidak ada distensi vena
jogularis.
2. Sirkulasi jantung Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama teratur, tidak ada
kelainan bunyi jantung dan pasien tidak mengalami nyeri dada.
e. Sistem syaraf pusat GCS : 15 (E:4, V:5, M:6). Respon pupil baik, pasien tidak
mengalami peningkatan TIK dan kejang.
f. Sistem pencernaan Keadaan mulut bersih, kemampuan menelan baik, pasien tidak
mual maupun muntah. Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien
tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa. Pasien menglami asites, saat di
lakukan perkusi terdengar suara pekak.
g. Sistem endokrin Tidak ada pemebesaran kelenjar tiroid.
h. Sistem urogenital Pola berkemih pasien mengalami perubahan dan pasien tidak
menggunakan kateter urine.
i. Sistem integument Rambut pasien mengalami kerontokan, kulit kepala bersih,
kuku pendek dan bersih. Turgor kulit tidak elastis, warna kulit pucat, pigmentasi
tidak merata, kulit teraba kering, pasien mengalami oedema anasraka. Derajat
oedema III.
j. Sistem musculoskeletal Pasien tidak mengalami keluhan. Kekuatan otot normal
5555 5555
5555 5555
k. Sistem imunologi Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
B. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. DS : Kelebihan volume cairan Penyebab yang
DO: belum diketahui
 Terlihat odema pada
wajah, perut, Permeabilitas
ekstremitas atas dan dinding glomerulus
bawah klien
 Turgor kulit klien tidak Protein plasma
elastis
 Terdengar suara pekak Proteinemia
pada abdomen saat
dilakukan perkusi Hipoalbumenia

 Balance cairan klien =


+220cc Osmotik plasma

 Derajat odema III


Cairan Intravaskuler

Cairan Interstitial

Odema

Kelebihan Volume
Cairan Tubuh
DS : Resiko tinggi kerusakan Penyebab yang
DO : integritas kulit belum diketahui
 Turgor kulit tidak elastis
 Kulit klien teraba kering Permeabilitas

 Terlihat odema pada dinding glomerulus

wajah, perut,
ekstremitas atas dan Protein plasma

bawah klien
 Warna kulit terlihat Proteinemia

pucat dan pigmentasi


tidak merata Hipoalbumenia

 Derajat oedema III


Osmotik plasma

Cairan Intravaskuler

Cairan Interstitial

Odema

Kelebihan Volume
Cairan Tubuh
C. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air
b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih dalam tubuh
D. Intervensi Keperawatan

No. Diagnose NOC NIC


1 Kelebihan volume cairan b.d. Setelah dilakukan 1. Kaji masukan
Retensi albumin, protein, dan air tindakan keperawatan cairan yg relatif
selama 2x24 jam, terhadap keluaran
diharapkan kelebihan secara adekuat
volume cairan pasien R/ Perlu unruk
dapat berkurang dengan menentukan fungsi
kriteria hasil : ginjal
1. Keseimbangan 2. Timbang BB
intake dan output setiap hari
dalam 24 jam R/ Mengkaji
stabil retensi cairan
2. Berat badan 3. Kaji perubahan
pasien stabil edema
3. Turgor kulit stabil R/ Untuk
4. Elektrolit serum mengkaji sisi
pasien stabil umum edema
4. Atur masukan
cairan secara
cermat
R/ Agar tidak
mendapatkan lebih
dari jumlah cairan
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
kostekosteroid
R/ Untuk
mempertahankan
masukan yang di
resepkan
2 Resiko tinggi kerusakan Setelah dilakukan 1. Berikan
integritas kulit b.d Akumulasi tindakan keperawatan perawatan intensif
cairan berlebih dalam tubuh selama 2x24 jam pada kulit
diharapkan resiko R/ Untuk
kerusakan integritas kulit mencegah
tidak terjadi dengan kerusakan kulit
kriteria hasil : 2. Hindari pakaian
1. Integritas kulit ketat
yang baik dapat R/ Dapat
dipertahankan mengakibatkan
2. Turgor kulit area yg menonjol
elastis tertekan
3. Mampu untuk 3. Bersihkan dan
melindungi kulit berikan lotion
dan pada permukaan
mempertahankan kulit
kelembaban kulit R/ Untuk
dan perawatan mencegah iritasi
kulit ada kulit
4. Berikan tirah
baring secara
berkala
R/ Dapat
mencegah
terjadinya ulkus
5. Pertahankan
kelebaban kulit
R/ Menurunkan
resiko terjadinya
iritasi
E. Implementasi dan Evaluasi

No DX Hari dan Tanggal Implementasi Evaluasi TTD


1. Kamis, 23 Juli 1. Mengkaji S:-
2020 masukan yang O:
relative terhadap - Pengeluaran
keluaran secara belum adekuat
adekuat - BB Pasien 30kg
R : pasien dan - Odema anasarka
keluarag kooperatif A:
H : pengeluaran Masalah
belum adekuat Kelebihan vol.
2. Menimbang BB Cairan belum
setiap hari teratasi
R : pasien P:
kooperatif lanjutkan
H : BB pasien 30kg intervensi
3. Mengkaji - atur masukan
perubahan edema cairan secara
R : pasien cermat
kooperatif - kolaborasi
H: tidak ada tanda – dengan dokter
tanda penurunan dalam pemberian
pada edema kortikosteroid
2 Kamis, 23 Juli 1. Memberikan S:
2020 perwatan pada kulit O:
pasien - Kulit pasien
R : klien kooperatif menjadi lembab
H : klien tampak - Resiko
nyaman Kerusakan kulit
2. Memberikan berkurang
lotion pada A:
permukaan kulit masalah kerusakan
R : Pasien kulit belum
kooperatif teratasi
H : lotion merata P:
3. Memberikan Lanjutkan
tirah baring secara intervensi
berkala - Berikan lotion
R : pasien pada kulit
kooperatif - Berikan tirah
H : pasien baring -
mengukuti Pertahankan
kelembapan kulit
1 Jumat, 24 Juli 1. Mengkaji S:-
2020 masukan yang O:
relative terhadap - Pengeluaran
keluaran secara sudah adekuat
adekuat - BB Pasien 30kg
R : pasien dan - Odema sudah
keluaraga berkurang
kooperatif A:
H : pengeluaran Masalah
sudah adekuat Kelebihan vol.
2. Menimbang BB Cairan teratasi
setiap hari sebagian
R : pasien P:
kooperatif Intervensi
H : BB pasien 30kg dihentikan, pasien
3. Mengkaji dipulangkan
perubahan edema
R : pasien
kooperatif
H: sudah ada tanda
– tanda penurunan
pada edema
2 Jumat, 24 Juli 1. Memberikan S:
2020 perwatan pada kulit O:
pasien - Kulit pasien
R : klien kooperatif menjadi lembab
H : klien tampak - Turgor kulit
nyaman elastis
2. Memberikan - Resiko
lotion pada Kerusakan kulit
permukaan kulit berkurang
R : Pasien A:
kooperatif masalah kerusakan
H : turgor kulit kulit teratasi
sudah kembali sebagian
elastis P:
3. Memberikan Intervensi
tirah baring secara dihentikan, pasien
berkala pulang
R : pasien
kooperatif
H : pasien
mengukuti

Anda mungkin juga menyukai