Di Susun Oleh :
BomBom Prayoga
2018. C.10a.0928
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2018.C.10a.0928
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Nia Pristina. S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan
Keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Ariani, S.Kep., Ners selaku koordinator praktek klinik 2
program studi Serjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis
menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ini, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan
dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.
Palangka Raya, 5 Desember 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 5
2.1.1 Definisi 5
2.1.2 Anatomi Fisiologi 6
2.1.3 Etiologi 8
2.1.4 Klasifikasi 9
2,1.5 Patofisiologi (Pathway) 10
2.1.6 Manifestasi Klinis 10
2.1.7 Komplikasi 11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 11
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan 14
2.3.1 Pengkajian Keperawatan 14
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 15
2.3.3 Intervensi Keperawatan 16
2.3.4 Implementasi Keperawatan 17
2.3.5 Evaluasi Keperawatan 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3 Intervensi Keperawatan
3.4 Implementasi keperawatan
3.5 Evaluasi Keperawatan
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
JURNAL
BAB 1
PENDAHULUAN
Ulkus diabetik adalah cedera pada semua lapisan kulit, nekrosis atau
gangren yang biasanya terjadi pada telapak kaki, sebagai akibat dari neuropati
perifer atau penyakit arteri perifer pada pasien diabetes mellitus (Rosyid,2017).
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan
khususnya pada dengan diagnosa medis Ulkus Diabetikum
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarganya
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari penyebab
pada penyakit secara benar dan bisa melakukan perawatan dirumah dengan
mandiri.
1.4.3 Untuk Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan mutu
pendidikan dimasa yang akan datang.
2.1.3 Etiologi
Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi neuropati,
penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor yang paling banyak
menyebabkan ulkus diabetik adalah neuropati, trauma, dan deformitas kaku, yang
sering disebut dengan Critical Triad of Diabetic Ulcers. Penyebab lain ulkus
diabetik adalah iskemik, infeksi, edema, dan kalus. Ulkus diabetik merupakan
penyebab tersering pasien harus diamputasi, sehingga faktor-faktor tersebut juga
merupakan faktor predisposisi terjadinya amputasi (Frykberg dalam Dafianto,
2016)
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Frykberg dalam Dafianto (2016), klasifikasi laserasi dapat
menfasilitasi pendekatan logis untuk pengobatan dan bantuan dalam prediksi
hasil. Beberapa sistem klasifikasi luka telah dibuat, berdasarkan parameter seperti
luasnya infeksi, neuropati, iskemia, kedalaman atau luasnya kehilangan jaringan,
dan lokasi. Klasifikasi derajat ulkus diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan
menurut sistem Wagner berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi, dan derajat
gangren (PERKENI dalam Dafianto, 2016), yaitu:
2.1.4.1 Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit mash utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki.
2.1.4.2 Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit
2.1.4.3 Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
2.1.4.4 Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
2.1.4.5 Derajat 4 : Gangren jarim kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis
2.1.4.6 Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
2.1.5 Patofisiologi
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes melitus
adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan oleh adanya tiga faktor yaitu
iskemi, neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah yang tidak terkendali akan
menyebabkan komplikasi kronik neuropati perifer berupa neuropati sensorik,
motorik. Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskuler berupa iskemi. Hal
ini disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya sirkulasi jaringan yang
ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi arteri dorsalis pedis,arteri
tibialis, dan arteri paplitea. Inilah yang menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin
dan kuku menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan, sehingga timbul ulkus
yang biasanya timbul dari ujung kaki atau tungkai kaki. Kelainan neurovaskuler
pada penderita diabetes diperberat dengan atherosklerosis.
Atherosklerosis merupakan kondisi arteri menebal dan menyempit karena
penumpukan lemak didalam pembuluh darah. Menebalnya arteri dikaki dapat
mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan, rasa
tidak nyaman, dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kematian
jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati
pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah perifer tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal
tungkai kaki berkurang (Wijaya & Putri, 2013).
Terjadinya ulkus diabetikum pada ekstremitas bawah diawali karena adanya
ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah yang menyebabkan kelainan neuropati,
dan pembuluh darah, baik neuropati sensorik ataupun motorik, dan autonomik,
akan mengakibatkan berbagai perubahan kulit dan otot yang kemudian akan
menyebabkan ulkus diabetikum pada penderita diabetes mellitus (Haryono &
Utami, 2019).
Woc Ulkus Diabetik
deformitas infeksi trauma kalus iskemia
Neuropati sensori
perifer
Ulkus Diabetik
B1 B2 B3 B4 B5 B6
1
Intake glukosa sel Hiperglikemia Angiopati diabetik Hiperglikemia Katabolisme Neuropati perifer
berkurang protein
Ansietas
Defisit nutrisi
Iskemik - gangguan integritas
jaringan/kulit
Nyeri Akut
Kolep sendi
Deformitas sendi
- Gangguan
Mobilitas Fisik
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)
Tanda dan gejala pada pasien dengan ulkus diabetikum yaitu sering
kesemutan, nyeri kaki saat istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan
(nekrosis), penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal dan kulit kering (Yunus, Bahri. 2015).
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli memberikan gejala klinis yaitu :
2.1.6.1 Nyeri
2.1.6.2 Kepucatan
2.1.6.3 Kesemutan
2.1.6.4 Denyut nadi hilang
2.1.6.5 Lumpuh
2.1.6.6 Kerusakan jaringan
2.1.6.7 Kulit kering
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Komplikasi makrovaskuler
Pada komplikasi makrovaskuler yang biasanya umum berkembang yaitu
trombosit otak atau dibagian otak mengalami pembekuan darah sebagian, gagal
jantung kongestif, penyakit jantung koroner dan mengalami stroke.
2.1.7.2 Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi ini terjadi pada pasien diabetes dengan tipe 1 yaitu nefropati,
diabetik retinopati atau pasien mengalami kebutaan, neuropati dan amputasi
akibat luka diabetes yang sudah tidak mengalami perawatan dengan baik lalu
mengalami infeksi yang sangat parah.
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Ajurrkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurunan
kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekan
darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari obat penyakit beta
7. Anjurkan merawat kulit dengan tepat
8. Anjurkan program rehabilitasi veskuler
9. Anjurkan progam diet untuk memperbaiki
sirkulasi
10. Informasikan tanda dan gejala darurat yeng
harus dilaporkan.
2. Ketidakstabilan glukosa darah Ketidakstabilan glukosa darah (Hal 480) Manajemen Hiperglikemia (I.03119 hal. 180)
berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
hiperglikemia (D.0027 Hal.71)
1x7 jam diharapkan GDS dalam batas normal,
Observasi
dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
1. Pusing Menurun 5 hiperglikemia
2. Lelah/lesu Menurun 5 2. Identifikasi status yang menyebabkan
3. Keluhan lapar menurun 5 kebutuhan insulin meningkat ((mis. Penyakit
3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis.
Poliuria, polidipsi, polifagia, kelemahan,
pandangan kabur, sakit kepala)
5. Monitor intake dan output carian
6. Monitor keton urin, kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
Terapeutik
1. Berikan asupan carian oral
2. Konsultasi dengan medis tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau membaik
3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipetensi
ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 200mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian
keton urin, jika perlu
5. posisi duduk, jika mampu
6. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
Penggunaan isnulin, obat oral, monitor
asupan pengganti karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
3. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri (L.08066 hal. 145) Manajemen Nyeri (I.08238 hal. 201)
dengan agen fisik. (D. 0077 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
hal. 172) 1x7 jam diharapkan nyeri berkurang dengan
kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun 5
2. Meringis menurun 5
3. Gelisah menurun 5
4. Frekuensi nadi membaik 5
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitasi nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan mengguanakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
4. Gangguan integritas jaringan Integritas kulit dan jaringan (L.14125 hal. 33) Perawatan luka (I.06202 hal. 328)
kulit berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
gangguan metabolisme (ulkus
1x7 jam diharapkan gangguan integritas kulit
DM). (D.0129. Hal. 282)
teratasi, dengan kriteria hasil:
1. Kerusakan jaringan menurun 5
2. Kerusakan lapisan kulit menurun 5
3. Nyeri menurun 5
4. Perdarahan menurun 5
5. Kemerahan menurun 5
6. Hematoma menurun 5
7. Jaringan parut menurun 5
8. Suhu kulit membaik 5
Observasi
1. Monitor karakteristik luka (mis. drainase,
warna, ukuran, bau)
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Cukur rambut didaerah sekitar luka, jika
perlu
3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi pasien
10. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg
BB/hari dan protein 1,25-1,5 g/kg BB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis.
vitamin A, vitamin C, zinc, asam amino),
sesuai indikasi
12. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement (mis.
enzimatik, biologis, mekanis, autolitik
2. Kolaborasi pemberian antiniotik
5. Risiko infeksi berhubungan Tingkat infeksi (L.14137 hal. 139 Pencegahan infeksi (I.14539 hal. 278)
dengan kadar glukosa tinggi, Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
atau penurunan fungsi leukosit 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
1x7 jam diharapkan tidak ditemukan tanda-
atau perubahan pada sirkulasi . sitemik
tanda infeksi, dengan kriteria hasil:
(D.0142. Hal. 304
1. Demam menurun 5
2. Kemerahan menurun 5 Terapeutik
3. Nyeri menurun 5 1. Batasi jumlah pengunjung
4. Bengkak menurun 5 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
5. Kadar sel darah putih membaik 5 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
6. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik Hal (65) Dukungan ambulasi (l.06171) hal 22
berhubungan dengan nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Observasi
pada bagian yang mengalami 1x7 jam diharapkanmobilitas fisik klien 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
meningkat, dengan kriteria hasil:
luka (D.0054. Hal 124) lainnya
1. Pergerakan ekstremitas 5 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
2. Kekuatan otot 5
3. Rentang gerak 5 ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai ambulasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sedrhana yang harus
dilakukan
7. Gangguan pola tidur Pola tidur (L.05045 Hal 96 Dukungan tidur (I.05174 Hal 48)
berhubungan dengan rasa nyeri Setelah di lakukan perawatan selama 1x7 jam
Observasi
yang dirasakan. (D.0055. Hal diharapkan pola tidur teratasi, dengan kriteria: 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Keluhan sulit tidur 2 2. Identifikasi factor pengganggu tidur fisik
126) 2. Keluhan sering terjaga 2 dan/psikologis)
3. Keluhan tidak puas tidur 2 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
4. Keluan pola tidur berubah 2
5. Keluhan istirahat tidak cukup 2 mengganggu tidur (mis.
Kopi,the,alcohol,makan mendekati
tidur,minum banyak air sebelum tidur).
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan
(mis,pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,da
n tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur).
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman
yang mengganggu tidur
4. Anjurkan pengguanaan obat tidur yang
mengandung suppressor terhadap tidur REM
5. Ajarkan factor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift
bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Genogram Keluarga
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
3.1.3 PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Kesadaran klien compos mentis, ekspresi wajah meringis kesakitan, bentuk
badan simetris, terpasang infus Nacl 20 tpm dan hasil pemeriksaan GDS
450 mg/dl, posisi baring diatas tempat tidur, terdapat luka di bagian telapak
kaki kiri yang tampak membusuk
2. Status Mental :
Kesadaran klien compos mentis, ekspresi wajah meringis kesakitan, bentuk
badan simetris, posisi berbaring terlentang, berbicara jelas, suasana hati
cemas, penampilan klien bersih, fungsi kognitif klien dapat mengetahui
orientasi waktu pagi, siang dan malam,untuk orientasi orang pasien dapat
mengenali perawat, keluarga dan dokter, untuk orientasi tempat klien
mengetahui bahwa dia berada di rumah sakit. Klien tidak mengalami
halusinasi, proses berfikir klien baik, insight klien baik, mekanisme
pertahanan diri klien adaftif.
3. Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian tanda-tanda vital didapatkan suhu tubuh: : 37,00C
(Axilla), Nadi 82 x/mt, pernafasan 20x/mt, tekanan darah 140/100 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Pada saat pengkajian bagian sistem pernafasan didapatkan bentuk dada
simetris, kebiasaan merokok tidak ada, batuk tidak ada, berdarah tidak ada,
sputum tidak ada, sianosis tidak ada, nyeri dada tidak ada, sesak nafas tidak
ada pada saat inspirasi, istirahat dan beraktivitas, type pernafasan dada dan
perut, irama pernafasan teratur, suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan
tidak ada.
Masalah keperawatan :tidak ada masalah
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Pada saat pengkajian tidak ditemukan nyeri dada, tidak ada pusing/sinkop,
sakit kepala tidak ada, kram kaki tidak ada, clubing finger tidak ada,
palpitasi tidak ada, pucat tidak ada, sianosis tidak ada, tidak pingsan,
capillary refill <2 detik, tidak ada oedema wajah, anasarka, ektremitas atas,
ekstremitas bawah, ictus cardis tidak terlihat, vena jaguralis tidak
meningkat, suara jantung normal normal terdengar (S1 dan S2 reguler)
dengan bunyi lub-dub, nadi teraba kuat, selain itu tidak ada kelainan
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Pengkajian pada system persyarafan didapatkan: nilai GCS klien untuk eye
adalah 4, untuk verbal 5, untuk motoric dengan nilai 6 dan nilai GCS klien
15 (composmentis). Pupil klien isokor, refleks cahaya kanan positif dan kiri
positif, ada nyeri terdapat pada bagian telapak kaki kiri luka, P proses
penyakit, Q nyeri yerasa seperti di tusuk-tusuk, R nyeri terasa di bagian kaki
kiri, S skala nyeri 6 (sedang), T nyeri terasa timbul hilng selama 30 menit
saat kaki digerakkan, tidak ada verigo, tidak gelisah, tidak aphasia, tidak
kesemutan, tidak bingung, tidak disarthia, tidak kejang, tidak tremor, tidak
pelo. Untuk uji syaraf kranial Nervus Karinial I: Pasien dapat membedakan
bau minyak kayu putih (Olfaktorius), Nervus Kranial II (Optikus) Klien
mampu melihat orang di sekitarnya, Nervus Karnial III (Okulomotorus)
Pasien dapat menggerakan konjungtiva dari reflek pupil Nervus Karnial IV,
(Troklearis) Pasien dapat menggerakan mata kebawah, Nervus Kranial V,
(Trigeminus): Pasien dapat menggerakan rahang kesemua arah, Nervus
Karnial VI (Abdomen): Pasien dapat mengerakan mata ke semua sisi,
Nervua Karnial VII (Fasialis) Pasien dapat mengencangkan wajahnya
disebelah kanan, Nervus Karnial VIII: (Vestibuloakustikus) Pasien dapat
mendengar orang berbicara seperti mendengar saat di panggil namanya,
Nervus Karnial IX (Glosofaringus): Tidak dilakukan, Nervuas Karnial X
(Vagus) tidak dilakukan, Nervus Karnial XI, (Aksesorius) pasien dapat
mengerakan kepalanya, Nervus Karnial XII (Hipoglosus) pasien dapat
menjulurkan lidah, koordinasi Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke
hidung positif, Ektrimitas bawah Tumit ke jempol kaki positif, Uji
kestabilan tubuh positif. Refleks Bisep: Kanan dan kiri skala 5 Trisep,
Kanan dan Kiri Skala 5. Brakioradialis kanan dan kiri Skala 5 Refleks
lainnya Normal.
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : nyeri akut
4. Kognitif :
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan
penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri : Pasien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ingin cepat sembuh
Identitas Diri : Seorang ibu, dan mempunyai empat anak
Peran diri : Sebagai seorang ibu rumah tangga dan bekerja di salah satu
perusahan.
Harga diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Klien sebagai ibu rumah tangga
Masalah Keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien mengatakan saya beragama islam dan tidak ada masalah dalam
tindakan yang diberikan
3.1.5 SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan semua orang.
2. Bahasa sehari-hari
Pasien menggunakan bahasa dayak dan Indonesia dalam berkomunikasi
sehari-hari
5. Orang berarti/terdekat :
Istri, anak, keluarga
7. Kegiatan beribadah :
Klien menagatan selalu berdoa setiap dapat masalah
BomBom Prayoga
ANALISI DATA
DO : iskemik
- Klien tampak gelisah
- Ekspresi klien tampak meringis Luka
kesakitan
- Klien sulit tidur
- Di bagian telapak kaki kiri luka sulit sembuh
terdapat luka
- Luka Ulkus pada derajat 4
Nyeri
- TTV:
TD: 140/100mmHg
N: 82x/menit
S: 37,0oC
RR: 20x/menit
DO:
- Klien tampak lesu Iskemik
- Tampak kantung mata klien
- Klien sering kali menguap
- Pola tidur klien saat malam Nyeri
hari hanya tidur 3-4 jam, dan
siang hanya 30 menit saja.
Ganggguan pola
tidur
produksi insulin
menurun
DS: ketidakstabilan
Lelah atau lesu hiperglikemi
- kadar gula darah
- pusing
DO: ketidakstabilan kadar
- Hasil pemeriksaan GDS gula darah
450 mg/dl
- Dibagian kaki kiri terdapat
luka
- Luka kemerahan
- Ada pus luka
- Ulkus derajat 4
- Klien memiliki riwayat
penyakit Diabetes Melitus
PRIORITAS MASALAH
Nama Pasien : Ny R
Ruang Rawat: -
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama 5. Agar klien mengetahui pentingnya tidur
sakit yang cukup untuk kesembuhan
6. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur 6. Agar klien terbiasa untuk tidur sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan
6. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan 1. Untuk menentukan tingkat keparahan
dengan ulkus, ditandai dengan keperawatan selama 1x7 jam sitemik infeksi agar dapat dicegah
Luka tampak menghitam, diharapkan tidak ditemukan tanda-
merah, bengkak, dan tanda infeksi, dengan kriteria hasil: 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
mengeluarkan nanah, Pasien 2. Untuk membantu mecegah terjadinya
tampak meringis kesakitan, 1. Demam menurun (skor 5) infeksi yang lebih luas
TTV: TD: 140/100mmHg, N: 2. Kemerahan menurun (skor 5)
82x/menit, S: 37,0oC, RR: 3. Nyeri menurun (skor 5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak 3. Untuk mengindari terkadinya
20x/menit 4. Bengkak menurun (skor 5) dengan pasien dan lingkungan pasien kontaminasi bakteri
5. Kadar sel darah putih 4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien 4. Mencegah penyebaran dan melindungi
membaik (skor 5) beresiko tinggi pasien dari proses infeksi lainya
5. Ajarkan cara memeriksa luka atau luka 5. Agar klien dan keluarga mengetahui
operasi kondisi luka
6. Menjeaskan tanda dan gejala infeksi 6. Supaya klien dan keluarga lebih
mengetahui tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar 7. Untuk mengurangi konstipasi bakteri
8. Kolaborasi dengan pemberian imunisasi, 8. Untuk membantu dalam peningkatan
jika perlu imun dalam penyembuhan luka
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : -
Tanda tangan
Hari / Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Rabu -09-12 2020 Diagnosa 1 S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang
1. Mengidentifikasi skala nyeri O:
2. Mengidentifikasi faktor yang 1. Klien tampak tidak kesakitan
memperberat dan memperingan nyeri 2. Skala nyeri 3 (Ringan)
Diagnosa
3. Memonitor TTV 3. Keluhan nyeri klien berkurang
keperawatan 1
4. Memberikan teknik nonfarmakologis 4. Meringis klien berkurang BomBom
untuk mengurangi rasa nyeri 5. Klien bisa melakukan teknik nonfarmakologis Prayoga
5. Mengontrol lingkungan yang secara mandiri
memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, 6. Suhu ruangan normal dan tidak ada suara
pencahayaan, kebisingan) bising pada ruangan pasien
6. Menjelaskan penyebab, periode, dan 7. Klien paham dengan masalah nyeri yang
pemicu nyeri dialaminya
7. Mengkolaborasi pemberian analgetik 8. Pemberian analgetik (neproksen)
(Neproksen) 9. TTV:
TD: 140/100mmHg, N: 82x/menit, S:
37,0oC, RR: 20x/menit
Rabu -09-12-2020 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S : Klien mengatakan pola tidur nya cukup
2. Memodifikasi lingkungan membaik
(pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,da O:
n tempat tidur) - Suara bising tidak terdengar di ruangan
3. Melakukan prosedur untuk meningkatkan pasien, suhu ruangan normal
kenyamanan (pijat, pengaturan posisi). - Pola tidur klien sudah mulai membaik dan
4. Menjelaskan pentingnya tidur cukup mengalami peningkatan Bo
selama sakit - Klien tampak rileks setelah dilakukan
5. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu pijat dibagian bahu dan pengaturan posisi mBom Prayoga
Diagnosa
tidur - Klie paham dengan kebutuhan tidur yang
keperawatan 5 cukup selama sakit
- Klien tertidur 5-6 jam pada malam hari
dan 1 jam pada siang hari
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,3,dan 5
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (pijat, pengaturan posisi).
3. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
Tanda tangan
Hari / Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumat -11-12 1. Mengidentifikasi skala nyeri S: klien mengatakan nyeri tetap sama seperti dua
2020 2. Mengidentifikasi faktor yang hari yang lalu dengan 3 ( ringan)
memperberat dan memperingan nyeri O:
3. Menjelaskan penyebab, periode, dan - klien tampak meringsi
pemicu nyeri - luka pada kaki klien menyebabkan nyeri
Diagnosa
4. Mengkolaborasi pemberian analgetik - sudah diberikan penjelasan tentang penyebab, BomBom
keperawatan 1
(Neproksen) pemicu dan periode nyeri Prayoga
- mengkolaborasi dengan pemberian analgetik
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2, dan 4
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
3. Mengkolaborasi pemberian analgetik
(Neproksen)
Tanda tangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Jumat -11-12 2020 1. Membersihkan luka dengan cairan NaCl S: klien mengatakan lukanya sudah terawat dengan
atau pembersih nontoksik, sesuai baik
kebutuhan O:
2. Membersihkan jaringan nekrotik - Sudah dilakukan pembersihan luka
3. Mempertahankan teknik steril saat - Luka sudah dilakukan pembersihan nekrotik
melakukan perawatan luka - Luka sudah di berikan perawatan luka dnegan
4. Mengkolaborasi pemberian antibiotic teknik steril
- Dilakukan kolaborasi dengan pemberian Bo
Diagnosa analgetik mBom Prayoga
A: intervensi teratasi
keperawatan 2 P pertahankan intervensi
Ulkus Diabetikum
Di Susun Oleh :
BomBom Prayoga
2018.C.10a.0928
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 30 menit,
diharapkan keluarga pasien memahami materi Ulkus Diabetikum dengan baik
dan benar.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang ulkus diabetikum,
diharapkan peserta dapat:
F. Media
1. PPT
2. Leaflet
G. KegiatanPenyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab
2. Memperkenalkan salam.
diri. 2. Mendengar
3. Menyebutkan kan dan
materi/pokok bahasan menyimak.
yang akan
disampaikan.
4. Kontrak waktu.
2 Pelaksanaan 20 menit Penyampaian materi. 1. Mendengar
1. Menyampaikan kan dan
pengertian gangguan menyimak.
pola tidur. 2. Bertanya
2. Menyampaikan mengenai
factor-faktor yang hal-hal
mempengaruhi yang belum
gangguan pola tidur. jelas dan
3. Menyampaikan dimengerti.
macam-macam
gangguan pola tidur.
4. Memahami akibat
dari gangguan pola
tidur
5. Menyampaikan terapi
yang dapat dilakukan
untuk gangguan pola
tidur.
3 Evaluasi 10 menit a. Menyampaikan 1. Mendengar
kesimpulan materi. dan
b. Membuka sesi tanya memperhati
jawab kan.
2. Peserta
bertanya
tentang
materi yang
disajikan
4 Penutup 5 Menit 1. Mengajak peserta 1. Mengikuti
untuk berfoto sesi foto
bersama. bersama.
2. Mengakhiri 2. Menjawab
pertemuan dengan salam.
mengucapkan salam.
H. Evaluasi
1. Memahami pengertian ulkus diabetikum
2. Memahami bagaimana ulkus itu bisa terjadi
3. Memahami tanda dan gejala ulkus diabetikum
4. Memahami apa yang harus dilakukan jika terkena ulkus diabetikum.
BomBom Prayoga
Ulkus Diabetic APA ITU ULKUS
DISUSUN OLEH:
BomBom Prayoga
Pendahuluan
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai dengan
adanya Hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin
atau keduanya. Dari berbagai penelitian epidemiologis, seiring dengan perubahan pola
hidup didapatkan bahwa prevelensi DM meningkat, terutama di kota besar (Tri, 2008).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2010 prevalensi diabetes melitus
(DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar
Riskesdas tahun 2007, diperoleh hasil bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM
pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu
14,7% dan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes
RI,2005). Prevalensi nasional penyakit diabetes melitus adalah 1,1% (berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi
penyakit diabetes melitus di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat. Di
Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2018, diketahui jumlah
penderita DM dengan komplikasi ulkus diabetikum yang dirawat sebanyak 120 orang dan
sebagian besar berjenis kelamin Perempuan, Hal ini sejalan dengan penelitian
Pemayun,dkk. Diabetes melitus memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang
paling sering ditemui adalah ulkus diabetikum. Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya
adalah 2% di antara semua pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes
dengan neuropati perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan
peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasinya. Studi epidemiologi melaporkan
lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya, yang
berarti setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetik di seluruh dunia
(Lesmana, 2010). Berdasarkan penelitian Pemayun di RSUD Dr. Kariadi Semarang tahun
2012-2014 tentang faktor risiko amputasi pada ulkus kaki diabetik dari 94 subjek yang
memenuhi kriteria, berdasarkan distribusi jenis kelamin yaitu perempuan sebesar 59,6%
sedangkan laki-laki sebesar 40,4%. Angka amputasi mencapai 41,4% terdiri atas
amputasi mayor (21,3%) dan amputasi minor (78,7%) (ADA, 2013). Lama perawatan
pasien berkisar antara 2-15 hari 260 dengan rata-rata 4,37 hari. Rincian hasil lama hari
rawat pasien yang sesuai standar adalah 2-3 hari (20 pasien; 33,9%), 4-5 hari (29 pasien;
49,1%). Lama rawat inap pasien dengan kategori 6-7 hari dan ≥ 8 hari dikarenakan pasien
memiliki penyakit penyerta lain yang juga menjadi faktor yang menyebabkan lama hari
rawat inap pasien lebih lama (Kemenkes RI, 2013). Pada penelitian terkait dengan
karakteristik ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus, salah satunya ada
penelitian tentang “Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus di
RSUD dr. Zainal Abidin dan RSUD Meuraxa Banda Aceh”, dari hasil penelitian
responden didapatkan bahwa sebagian besar responden ulkus diabetikum sebagian besar
berjenis kelamin Perempuan dan Lansia akhir menderita DM sekitar 1-5 tahun, dan tidak
menggunakan krim kaki (Fitria, 2017).
Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan melihat rekam medis.
penelitian dilakukan pada bulan Februari - Maret diruang Poli penyakit dalam dan
bagian Rekam medik RSUD dr..H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita diabetes mellitus dengan
ulkus diabetikum yang dirawat di RSUD dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
tahun 2018 sebanyak 119 orang. Sampel pada penelitian ini diambil dengan
menggunakan tekhnik total sampling yaitu jumlah sampel sama dengan populasi
yaitu 119 orang. Pengumpulan Data dilakukan dengan cara membaca rekam
medis (documenter) dan mencatat variabel-variabel yang diteliti yaitu: Usia, Jenis
kelamin, Riwayat penyakit keluarga, Lama hari rawat, Terapi. Data dikumpulkan
dan diolah menggunakan Komputer dan dianalisa secara statistik deskriptif
dengan program SPSS (Stastistical product dan servise solution)data yang
dianalisa adalah data yang bersifat univariat. Analisa univariat adalah analisa yang
dilakukan terhadap tiap variabel dari tiap penelitian.
Hasil Dan Pembahasan
Tabel 1. Analsisis Penderita Ulkus Diabetikum berdasarkan Usia
Sampel Usia Frekuensi %
Dewasa Awal 26-35 10 8.4%
Dewasa Akhir 36-45 20 16.8%
Lansia Awal 46-55 10 8.4%
Lansia Akhir 56-65 55 46.2%
Manula >65 24 20.2%
Jumlah 119 100%
Sumber: Data primer diolah
Tabel 2. Analisis Penderita Ulkus Diabetikum berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi %
Laki - Laki 48 40.3%
Perempuan 71 59.7%
Jumlah 119 100.0%
Sumber: Data primer diolah
261
Tabel 3. Analisis Penderita Ulkus Diabetikum berdasarkan Riwayat
Penyakit
Keluarga
Riwayat Keluarga Frekuensi %
Ada 101 89.9%
Tidak ada 18 15.1%
Jumlah 119 100.0%
Sumber: Data primer diolah
Tabel 4. Analisis Penderita Ulkus Diabetikum berdasarkan Lama Hari
Rawat Inap
Lama Hari Frekuensi %
0 – 5 Hari
94 79.0%
22 18.5%