Telah disahkan dan disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan keluarga di bawah ini
:
Judul :
Nama :
NIM :
Pada Tanggal :
TRIAYUWULANDARI
NIM. 201903066
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkat tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita
penyakit jantung,tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf ,ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,makin besar resikonya. (Sylvia A.price.)
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi di definisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.(Bruner dan
Suddarth,2002)
B. Klasifikasi
C. Etiologi
a. Jenis Kelamin
Menurut Kemenkes tahun 2013 dalam Penelitian Yusrizal 2016 laki laki memiliki
resiko sekitar 2,3 lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
dibandingkan perempuan
b. Riwayat Keluarga
Kecenderungan genetik membuat keluarga lebih rentan terhadap hipertensi
mungkin berhubungan dengan peningkatan natrium intracelluler
c. IMT (Indeks Masa Tubuh)
IMT yang tinggi merupakan hasil sementara dari sebuah rangkaian terarah untuk
pre hipertensi. Obesitas beresiko mengalami sindrome metabolik (penyakit
kardiovaskular)
d. Konsumsi Natrium Tinggi
Garam merupakan senyawa yang terdiri dari natrium dan klorida. Meningkatnya
tekanan darah ketika mengkonsumsi makanan yang asin sebenarnya dipengaruhi
oelh natrium yang terkandung dalam makanan tersebut. Natrium tidak hanya
terkandung didalam garam saja namun juga pada penyedap rasa.
e. Merokok
Pada dosis tertentu nikotin didalam rokok dapat menyebabkan tekanan darah
secara langsung namun bagaimanapun kebiasaan menggunakan dapat
meningkatkan kejadian hipertensi dari waktu ke waktu.
f. Stress Psikologi
Stress dapat meningkatkan resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis
g. Ekonomi
Responden atau penderita dengan status ekonomi rendah rentan terhadap
hipertensi karena memiliki kendala berobat karena traksportasi
h. Kurangnya Aktivitas Fisik
Seseorang yang kurang melakukan aktivitas olahraga menyebabkan tubuh kurang
menggunakan energi yang tersimpan didalam tubuh. Oleh karena itu, apabila
asupan lemak tanpa diimbangi aktivitas olahraga yang sesuai dapat menyebabkan
obesitas, dimana obesitas dapat menyebabkan hipertensi.
E. Manifestasi klinis
F. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,anemia.
- BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
- Glukosa : hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor serebal, encelopati.
3. EKG : Dapat menunjukaan pola regangan, dimana luas, peningiaan gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Foto Dada : Menunjukaan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
H. Pencegahan
c. Mengatur pola makan antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah
lemak, mengurangi garam
d. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minum yang beralkohol
e. Tidur secara teratur
f. Mengurangi Stress dengan melakukan Rekreasi
g. Olahraga yang teratur
I. Penatalaksanaan
Hipertensi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel dan mempercepat
atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi dapat merusak organ tubuh seperti jantung,
mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi merupakan faktor risiko utama
untuk terjadinya penyakit jantung, stroke
1. Stroke
Jenis stroke yang paling sering sekitar 80% kasus adalah stroke iskemik. Stroke ini
terjadi akibat aliran darah diarteri otak terganggu dengan mekanisme yang mirip
dengan gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau angina.
Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Sedangkan stroke hemoragik sekitar
20% kasus timbul pada saat pembuluh darah diotak atau di dekat otak pecah,
penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang parsisten. Hal ini
menyebabkan darah meresap ke ruang diantara sel sel otak. Walaupun stroke
hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi
lebih serius.
2. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban jantung berkurang.
Sebagai akibatnya, terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri untuk meningkatkan
kontraksi. Hipertropi ini ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah,
fungsi ruang yang memburuk dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi, kemampuan
ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi
akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi “ (payah jantung)”. Jantung semakin
terancam seiring parahnya aterosklerosis koroner ]
3. Gagal Ginjal
Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami
atherosclerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga aliran darah keginjal
akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya. Fungsi ginjal
adalah membuang semua bahan sisa dari dalam darah. Bila ginjal tidak berfungsi,
bahan sisa akan menumpuk dalam darah dan ginjal akan mengecil dan berhenti
berfungsi
4. Keruskan pada mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata,
sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitive
terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vascular retina. Penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung. Oleh
karena itu, dokter lain akan melihat bagian belakang mata anda dengan alat yang
disebut oftalmoskop (Marliani dan Tantan, 2007
K.Pengkajian Keperawatan 1.
Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulas
: giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,
berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas,
perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler
mungkin lambat.
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal).
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,
glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode
epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
(ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman), perubahan retinal optik.
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen.
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekles, mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien.
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
lain, penggunaan obat / alkohol.
A. Defenisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
A. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma
keluarga, dan kekuatan keluarga.
1. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,
komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi
verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-
kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi
sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada
saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang
membuat istri marah.
2. Struktur peran keluarga.
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
3. Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal
dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat,
dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi
diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan
makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune,
2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
4. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah
kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk
mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang
yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power),
pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power),
pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang
dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui
manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).
B. Tugas Keluarga
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada.
Tugas perkembangan
a. Membina hubungan intim dan memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
Tugas perkembangan
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan
fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah
raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini.
D. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, Pangan dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi
keluarganya (istri dan anaknya).
3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator
sosial budaya bagi anak).
4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan
lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang.
5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari
gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik,
psikologis) para anggotanya.
6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi kenyamanan,
keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama
kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.
2. Pengkajian Tahap II
a. Kaji pengetahuan, kemampuan, kemauan keluarga terhadap tugas keluarga
b. Pengkajian terhadap tugas keluarga, apakah ada ketidakmampuan dalam
mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan dan ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan.
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga dan
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data, analisis yang
memberikan dasar untuk menetapkan tindakan keperawatan. Hal ini berhubungan dengan
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur, fungsi
keluarga dan koping.
Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan keluarga adalah aktual, risiko dan
sejahtera. Actual berarti terjadi deficit atau gangguan kesehatan dalam keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga bersifat resiko (ancaman kesehatan) berarti sudah ada
data yang menunjang tapi namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan yang
kurang bersih atau pola makan yang tidak adekuat. Diagnosa yang bersifat keadaan
sejahtera merupakan suatu keadaan sejahtera merupakan suatu keadaan dimana keluarga
dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.
H. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan
oleh perawat bersama keluarga untuk dilaksanakan. Dalam perencanaan keperawatan
keluarga ada beberapa hal yang harus dilakukan keluarga bersama perawat keluarga yaitu
menyusun tujuan, mengidentifikasi sumber, memilih intervensi dan menyusun prioritas.
1. Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan.
Menetapkan prioritas masalah atau diagnose keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya, 1978:
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (bailon dan
Maglaya, 1978):
N Kriteria Skor Bobot
O
1 Sifat masalah
Skala: Aktual 3
Risiko 2 1
Keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala: Masalah dirasakan dan harus segera ditangani. 2
Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani. 1 1
Masalah tidak dirasakan 0
Scoring:
a. Tentukan skore untuk setiap criteria.
b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria.
Implementasi
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan
kesehatan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Kriteria Evaluasi:
1. Kriteria : Menyebutkan pengertian tugas perkembangan
keluarga pada tahap remaja dengan bahasa yang sederhana.
Standar : Perkembangan keluarga dengan remaja merupakan suatu fase
perkembangan keluarga dimulai pada saat anak pertama berusia 13
tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat
anak meninggalkan orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberikan tanggung jawab serta pada
tahap sebelumnya.
Rencana Tindakan:
a. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian tugas perkembangan
keluarga dengan remaja.
a. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali pengertian tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
b. Beri pujian atas kemampuan keluarga.
2. Kriteria : Menjelaskan dua ciri-ciri keluarga dengan
remaja
Standar : Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja merupakan
tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya
dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Rencana Keperawatan:
a. Diskusikan dengan keluarga tentang cirri-ciri perkembangan keluarga
dengan remaja.
a. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali ciri-ciri perkembangan
keluarga dengan remaja.
b. Berikan pujian atas kemampuan keluarga.
3. Kriteria : Mampu menyebutkan 3 dari 4 tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
Standar : Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja: memberikan
kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah tambah dewasa dan meningkat otonominya,
mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari permusuhan dan kecurigaan, perubahan system aturan
tumbuh kembang keluarga.
Rencana Keperawatan:
a. Identifikasi tugas yang sudah dilakukan oleh keluarga pada remaja.
a. Berikan penjelasan setiap tugas yang sudah dilakukan orang tua pada
remaja.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang tugas perkembangan keluarga dengan
remaja.
c. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali tugas perkembangan keluarga
dengan remaja.
d. Beri pujian atas kemampuan keluarga.
Tujuan khusus 2:
Setelah dilakukan 1x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan dalam memfasilitasi
perkembangan keluarga dengan anak remaja.
Kriteria evaluasi:
1. Kriteria : Menjelaskan akibat yang terjadi bila keluarga
tidak mencegah masalah anak remaja.
Standar : Sering muncul konflik antara remaja dan orang tua karena anak
menginginkan kebebasan melakukan aktivitasnya, sementara
orangtua mempunyai hak untuk mengontrol anak.
Rencana Keperawatan:
a. Jelaskan akibat yang bisa terjadi bila keluarga tidak mengambil keputusan
untuk mencegah kenakalan remaja.
b. Beri kesempatan keluarga bertanya.
a. Dorong keluarga untuk mengungkapkan kembali penjelasan yang
diberikan.
c. Beri pujian atas kemampuan keluarga.
2. Kriteria : Mengambil keputusan yang tepat untuk segera
melakukan tindakan pencegahan masalah anak remaja.
Standar : Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang
terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga
hubungan orang tua dan anak harmonis.
Rencana keperawatan:
a. gali pendapat keluarga bagaimana cara mencegah masalah pada remaja.
a. Bimbing dan bantu keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat
b. Beri kesempatan keluarga memikirkan kembali keputusan yang diambil.
c. Beri pujian atas keputusan yang diambil.
Tujuan khusus 3:
Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mampu merawat keluarga dengan perkembangan anak remaja.
Kriteria evaluasi:
1. Kriteria : Mengidentifikasi tentang peran orang tua yang
belum tercapai dalam memenuhi tugas perkembangan remaja.
Standar : Kesibukan dalam pekerjaan sehari-hari mengakibatkan adanya
gangguan komunikasi atau interaksi sosial dalam keluarga.
Rencana keperawatan: Konseling
a. identifikasi bersama keluarga tentang peran orang tua yang belum tercapai
dalam memenuhi tugas perkembangan remaja.
a. Jelaskan tentang peran orang tua yang belum tercapai dalam memenuhi
tugas perkembangan remaja.
b. Perhatikan respon verbal dan non verbal.
c. Beri solusi pada orang tua.
d. Kaji ulang kemampuan keluarga tentang peran orang tua yang belum
tercapai dalam memenuhi tugas.
e. Beri pujian atas kemampuannya.
Menyebutkan cara mengatasi peran orang tua yang belum tercapai.
Standar : Peran orangtua : memberi waktu luang pada keluarga, meluangkan
waktu untuk berlibur bersama keluarga, membuat jadwal
pertemuan rutin keluarga. Memberi keleluasaan anak untuk
menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan secara
demokratis.
Rencana keperawatan: Konseling
a. Identifikasi bersama keluarga
a. Jelaskan tentang cara mengatasi peran orang tua yang belum tercapai
b. Perhatikan respon verbal dan non verbal.
c. Berikan solusi positif bersama dalam memenuhi ntugas peran orang tua
terhadap anak remaja.
d. Kaji ulang kemampuan keluarga
e. Beri pujian positif atas kemampuannya.
Tujuan khusus 4:
Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mampu memelihara lingkungan keluarga dengan
perkembangan anak remaja.
Kriteria evaluasi:
1. Kriteria : Menyebutkan lingkungan yang kondusif untuk
mendidik anak remaja.
Standar : Lingkungan dalam pertumbuhan remaja mencakup dukungan
dalam memberikan perkembangan secara fisik, psikologis, social,
dan spiritual.
Rencana keperawatan:
a. anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi remaja rajin belajar.
a. Tanyakan perasaan anak remaja saat ini.
b. Lakukan kunjungan rumah tidak terjadwal
c. Diskusikan dengan keluarga lingkungan yang kondusif
d. Identifikasi dengan keluarga lingkungan yang ada kegiatan yang
mendukung remaja.
e. Dorong keluarga untuk menyebutkan kembali penjelasan
f. Beri pujian atas kemampuan keluarga menjawab pertanyaan yang benar.
Tujuan khusus 5:
Setelah dilakukan 1x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mampu menggunakan pelayanan kesehatan untuk menunjang
perkembangan anak remaja.
1. Kriteria : Menggunakan pelayanan kesehatan dan social
dalam menunjang tumbuh kembang remaja.
Standar : Keluarga dapat mendapat bantuan dari pelayanan social seperti
LSM ataupun pelayanan kesehatan seperti puskesmas dalam
rangka memenuhi kesehatan reproduksi anak remaja terkait
pertumbuhan dan perkembangan remaja sehingga informasi yang
didapat akurat dan dapat dipertcaya dalam mengambil keputusan.
Rencana keperawatan :
a. Diskusikan jenis fasilitas pelayanan social yang tersedia di lingkungan
keluarga.
a. Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan social yang sesuai dengan
kondisi keluarga.
b. Anjurkan keluarga mendapatkan fasilitas pelayanan social sesuai pilihan.
c. Berikan pujian positif atas kemajuan keluarga.
Rancangan Kegiatan
1. Topik : Pengkajian data umum, lingkungan, fungsi
keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga
2. Metode : Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi
3. Media : Format pengkajian, alat tulis dan alat
pemeriksaan fisik
4. Waktu : Perjanjian dengan keluarga
5. Tempat : Rumah keluarga
6. Strategi Pelaksanaan :
Orientasi :
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan kunjungan
d. Memvalidasi keadaan
keluarga Kerja :
a. Melakukan pengkajian
b. Melakukan pemeriksaan fisik ( khususnya bagi anggota keluarga yang
beresiko)
c. Mengidentifikasi masalah kesehatan
d. Memberikan reinforcement pada hal-hal positif yang dilakukan
keluarga Terminasi ;
a. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
b. Mengucapkan salam.
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
S = 365 – 3750C
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.