Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA SAMPANG AGUNG

DUSUN WUNUT KEC.KUTOREJO KAB.MOJOKERTO

TRI AYU WULANDARI


NIM : 201903066

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Telah disahkan dan disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan keluarga di bawah ini
:
Judul :
Nama :
NIM :
Pada Tanggal :

Mojokerto, Maret 2020


Mahasiswa,

TRIAYUWULANDARI
NIM. 201903066

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Definisi

Hipertensi adalah sebagai peningkat tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita
penyakit jantung,tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf ,ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,makin besar resikonya. (Sylvia A.price.)
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi di definisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.(Bruner dan
Suddarth,2002)
B. Klasifikasi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokan yaitu :


No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal < 120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

C. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi 2 golongan


a. Hipertensi primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.faktor yang


mempengaruhinya yaitu : genetik,lingkungan,hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotensis dan peningkatan Na+Ca intraceluler faktor-faktor yang
meningkatan resiko : obesitas,merokok,alkohol,dan polistemia
b. Hipertensi sekunder

Penyebab yaitu : penggunaan estrogen,penyakit ginjal,sindrom cushing dan hipertensi


yang berhubungan dengan kehamilan.
D. Faktor –faktor berhubungan dengan hipertensi

a. Jenis Kelamin
Menurut Kemenkes tahun 2013 dalam Penelitian Yusrizal 2016 laki laki memiliki
resiko sekitar 2,3 lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
dibandingkan perempuan
b. Riwayat Keluarga
Kecenderungan genetik membuat keluarga lebih rentan terhadap hipertensi
mungkin berhubungan dengan peningkatan natrium intracelluler
c. IMT (Indeks Masa Tubuh)
IMT yang tinggi merupakan hasil sementara dari sebuah rangkaian terarah untuk
pre hipertensi. Obesitas beresiko mengalami sindrome metabolik (penyakit
kardiovaskular)
d. Konsumsi Natrium Tinggi
Garam merupakan senyawa yang terdiri dari natrium dan klorida. Meningkatnya
tekanan darah ketika mengkonsumsi makanan yang asin sebenarnya dipengaruhi
oelh natrium yang terkandung dalam makanan tersebut. Natrium tidak hanya
terkandung didalam garam saja namun juga pada penyedap rasa.
e. Merokok
Pada dosis tertentu nikotin didalam rokok dapat menyebabkan tekanan darah
secara langsung namun bagaimanapun kebiasaan menggunakan dapat
meningkatkan kejadian hipertensi dari waktu ke waktu.
f. Stress Psikologi
Stress dapat meningkatkan resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis
g. Ekonomi
Responden atau penderita dengan status ekonomi rendah rentan terhadap
hipertensi karena memiliki kendala berobat karena traksportasi
h. Kurangnya Aktivitas Fisik
Seseorang yang kurang melakukan aktivitas olahraga menyebabkan tubuh kurang
menggunakan energi yang tersimpan didalam tubuh. Oleh karena itu, apabila
asupan lemak tanpa diimbangi aktivitas olahraga yang sesuai dapat menyebabkan
obesitas, dimana obesitas dapat menyebabkan hipertensi.
E. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


a.   Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapt dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan artei
tidak teratur.
b. Gejala yang lazim

Meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala


lazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Terjadinya kerusakan susunan saraf pusat
b) Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari kerena peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah
c) Epitaksis, karena kelainan vaskular akibat hipertensi
d) Sakit kepala,pusing, keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat
vasokontriksi pembuluh darah
e) Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi
f) Nokturia (Sering Kencing malam hari) akibat dari peningkatan aliran darah ke
ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus

F. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan


fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer.

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,anemia.
- BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
- Glukosa : hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor serebal, encelopati.
3. EKG : Dapat menunjukaan pola regangan, dimana luas, peningiaan gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.

5. Foto Dada : Menunjukaan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
H. Pencegahan

a. Pemeriksaan tekanan darah secara teratur

b. Menjaga berat badan dalam rentan normal

c. Mengatur pola makan antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah
lemak, mengurangi garam
d. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minum yang beralkohol
e. Tidur secara teratur
f. Mengurangi Stress dengan melakukan Rekreasi
g. Olahraga yang teratur
I. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat


komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Non Farmakologi
a) Menurunkan berat badan jika status gizi berlebih
b) Membatasi asupan garam berlebih
c) Meningkatkan aktivitas Fisik
d) Membatasi konsumsi kafein kerena kafein dapat memacu jantung untuk bekerja
lebih cepat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
e) Membatasi makanan yang memiliki kadar lemak tinggi
f) Menghindari alkohol
2. Farmakologi
a) Diuretika
Golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh
(Natrium)melalui urine sehingga mengurangi volume cairan didalam tubuh
a) Vasodilator
Dapatlangsung mengembangkan dinding arteri sehingga daya tahan pembuluh
perifer berkurang dan tekanan darah akan menurun
b) Antagonis Kalsium
Menghambat pemasukan ion kalsium kedalam otot polos pembuluh darah efek
vasodilatasi dan turunnya pembuluh darah
c) Penghambat ACE
Menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat angiotensin converting
enzyme yang berdayavasokontriksi kuat
J. Komplikasi

Hipertensi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel dan mempercepat
atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi dapat merusak organ tubuh seperti jantung,
mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi merupakan faktor risiko utama
untuk terjadinya penyakit jantung, stroke
1. Stroke
Jenis stroke yang paling sering sekitar 80% kasus adalah stroke iskemik. Stroke ini
terjadi akibat aliran darah diarteri otak terganggu dengan mekanisme yang mirip
dengan gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau angina.
Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Sedangkan stroke hemoragik sekitar
20% kasus timbul pada saat pembuluh darah diotak atau di dekat otak pecah,
penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang parsisten. Hal ini
menyebabkan darah meresap ke ruang diantara sel sel otak. Walaupun stroke
hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi
lebih serius.
2. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban jantung berkurang.
Sebagai akibatnya, terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri untuk meningkatkan
kontraksi. Hipertropi ini ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah,
fungsi ruang yang memburuk dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi, kemampuan
ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi
akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi “ (payah jantung)”. Jantung semakin
terancam seiring parahnya aterosklerosis koroner ]
3. Gagal Ginjal
Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami
atherosclerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga aliran darah keginjal
akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya. Fungsi ginjal
adalah membuang semua bahan sisa dari dalam darah. Bila ginjal tidak berfungsi,
bahan sisa akan menumpuk dalam darah dan ginjal akan mengecil dan berhenti
berfungsi
4. Keruskan pada mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata,
sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitive
terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vascular retina. Penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung. Oleh
karena itu, dokter lain akan melihat bagian belakang mata anda dengan alat yang
disebut oftalmoskop (Marliani dan Tantan, 2007
K.Pengkajian Keperawatan 1.
Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulas
: giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,
berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas,
perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler
mungkin lambat.
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal).
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,
glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode
epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
(ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman), perubahan retinal optik.
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen.

8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekles, mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien.
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
lain, penggunaan obat / alkohol.

L. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Defenisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

A. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma
keluarga, dan kekuatan keluarga.
1. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,
komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi
verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-
kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi
sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada
saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang
membuat istri marah.
2. Struktur peran keluarga.
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
3. Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal
dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat,
dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi
diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan
makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune,
2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
4. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah
kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk
mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang
yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power),
pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power),
pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang
dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui
manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

B. Tugas Keluarga
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada.

C. Tahap perkembangan keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang
waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap
tahapan perkembangan.
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya.

Tugas perkembangan
a. Membina hubungan intim dan memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir
pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas
yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan
pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua
dan remaja.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center
family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak
dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.

Tugas perkembangan
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan
fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah
raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini.

Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga


Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil
keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang
di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.
Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :
1. Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga
3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau
anggota keluarga yang bermasalah.

D. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, Pangan dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi
keluarganya (istri dan anaknya).
3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator
sosial budaya bagi anak).
4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan
lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang.
5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari
gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik,
psikologis) para anggotanya.
6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi kenyamanan,
keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama
kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.

E. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:
1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai
berikut:
a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:
a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.
3. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:
a. Lahir prematur atau BBLR.
b. Lahir dengan cacat bawaan.
c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
4. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:
a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
b. Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok dan
tegang.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.
d. Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan
keluarga.

F. Data Yang Akan dikaji lebih Lanjut.


1. Pengkajian tahap I
Data umum:
a. Identitas kepala keluarga (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan).
b. Komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram).
c. Tipe keluarga: Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
d. Suku bangsa (etnis): identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
e. Agama: kaji agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
f. Status sosial ekonomi: tentukan pendapatan keluarga, serta kebutuhan dan
penggunaannya.
g. Aktifitas rekreasi keluarga: rekreasi dirumah (nonton TV, mendengarkan radio),
jalan-jalan ke tempat rekreasi.
 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
c. Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing keluarga, status kesehatan anak (imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
 Lingkungan
a. Karakteristik rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang, pemanfaatan rumah,
peletakan perabot rumah tangga, sarana eliminasi (tempat, jenis, jarak dari
sumber air), sumber air minum.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW: kebiasaan, lingkungan fisik, nilai,
budaya yang mempengaruhi kesehatan.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
d. Mobilitas geografis keluarga: ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
e. Sistem pendukung keluarga: jumlah anggota yang sehat, fasilitas untuk
penunjang kesehatan, fasilitas kesehatan.
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap semua anggota keluarga serta interpretasi hasil
pemeriksaan fisik tersebut.
 Harapan Keluarga
Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait permasalahan
kesehatan yang dialami keluarga.

2. Pengkajian Tahap II
a. Kaji pengetahuan, kemampuan, kemauan keluarga terhadap tugas keluarga
b. Pengkajian terhadap tugas keluarga, apakah ada ketidakmampuan dalam
mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan dan ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan.

G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga dan
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data, analisis yang
memberikan dasar untuk menetapkan tindakan keperawatan. Hal ini berhubungan dengan
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur, fungsi
keluarga dan koping.
Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan keluarga adalah aktual, risiko dan
sejahtera. Actual berarti terjadi deficit atau gangguan kesehatan dalam keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga bersifat resiko (ancaman kesehatan) berarti sudah ada
data yang menunjang tapi namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan yang
kurang bersih atau pola makan yang tidak adekuat. Diagnosa yang bersifat keadaan
sejahtera merupakan suatu keadaan sejahtera merupakan suatu keadaan dimana keluarga
dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.

H. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan
oleh perawat bersama keluarga untuk dilaksanakan. Dalam perencanaan keperawatan
keluarga ada beberapa hal yang harus dilakukan keluarga bersama perawat keluarga yaitu
menyusun tujuan, mengidentifikasi sumber, memilih intervensi dan menyusun prioritas.
1. Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan.
Menetapkan prioritas masalah atau diagnose keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya, 1978:
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (bailon dan
Maglaya, 1978):
N Kriteria Skor Bobot
O
1 Sifat masalah
Skala: Aktual 3
Risiko 2 1
Keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala: Masalah dirasakan dan harus segera ditangani. 2
Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani. 1 1
Masalah tidak dirasakan 0

Scoring:
a. Tentukan skore untuk setiap criteria.
b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria.

2. Menetapkan Tujuan Keperawatan.


Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari
tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang
diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan dan
berorientasi pada perubahan prilaku seperti pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Misalnya: keluarga mampu merawat anggotanya (Tn.S) yang menjalani TBC Paru.
Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap akhir
kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran
jangka panjang. Misalnya: setelah dilakukan satu kali kunjungan, keluarga
mengerti tentang penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu direncanakan evaluasi yang
merupakan criteria dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang ada.
Misalnya:
a. Berat badan anak akan naik minimal 1Kg setiap bulan.
b. Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas minimal 4x
selama kehamilan.

Implementasi
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan
kesehatan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

Contoh Diagnosa keperawatan keluarga:


1. Gangguan parenting pada keluarga X khususnya dalam perawatan anak Y
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan orang tua dalam
pemenuhan tugas pertumbuhan dan perkembangan anak remaja.
Tujuan Umum:
Setelah dilakukan 5x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan penampilan parenting keluarga optimal dalam perawatan anak remaja.
Tujuan Khusus: 1.
Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mengenal tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.

Kriteria Evaluasi:
1. Kriteria : Menyebutkan pengertian tugas perkembangan
keluarga pada tahap remaja dengan bahasa yang sederhana.
Standar : Perkembangan keluarga dengan remaja merupakan suatu fase
perkembangan keluarga dimulai pada saat anak pertama berusia 13
tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat
anak meninggalkan orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberikan tanggung jawab serta pada
tahap sebelumnya.
Rencana Tindakan:
a. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian tugas perkembangan
keluarga dengan remaja.
a. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali pengertian tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
b. Beri pujian atas kemampuan keluarga.
2. Kriteria : Menjelaskan dua ciri-ciri keluarga dengan
remaja
Standar : Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja merupakan
tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya
dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Rencana Keperawatan:
a. Diskusikan dengan keluarga tentang cirri-ciri perkembangan keluarga
dengan remaja.
a. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali ciri-ciri perkembangan
keluarga dengan remaja.
b. Berikan pujian atas kemampuan keluarga.
3. Kriteria : Mampu menyebutkan 3 dari 4 tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
Standar : Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja: memberikan
kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah tambah dewasa dan meningkat otonominya,
mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari permusuhan dan kecurigaan, perubahan system aturan
tumbuh kembang keluarga.
Rencana Keperawatan:
a. Identifikasi tugas yang sudah dilakukan oleh keluarga pada remaja.
a. Berikan penjelasan setiap tugas yang sudah dilakukan orang tua pada
remaja.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang tugas perkembangan keluarga dengan
remaja.
c. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali tugas perkembangan keluarga
dengan remaja.
d. Beri pujian atas kemampuan keluarga.

Tujuan khusus 2:
Setelah dilakukan 1x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan dalam memfasilitasi
perkembangan keluarga dengan anak remaja.
Kriteria evaluasi:
1. Kriteria : Menjelaskan akibat yang terjadi bila keluarga
tidak mencegah masalah anak remaja.
Standar : Sering muncul konflik antara remaja dan orang tua karena anak
menginginkan kebebasan melakukan aktivitasnya, sementara
orangtua mempunyai hak untuk mengontrol anak.
Rencana Keperawatan:
a. Jelaskan akibat yang bisa terjadi bila keluarga tidak mengambil keputusan
untuk mencegah kenakalan remaja.
b. Beri kesempatan keluarga bertanya.
a. Dorong keluarga untuk mengungkapkan kembali penjelasan yang
diberikan.
c. Beri pujian atas kemampuan keluarga.
2. Kriteria : Mengambil keputusan yang tepat untuk segera
melakukan tindakan pencegahan masalah anak remaja.
Standar : Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang
terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga
hubungan orang tua dan anak harmonis.
Rencana keperawatan:
a. gali pendapat keluarga bagaimana cara mencegah masalah pada remaja.
a. Bimbing dan bantu keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat
b. Beri kesempatan keluarga memikirkan kembali keputusan yang diambil.
c. Beri pujian atas keputusan yang diambil.

Tujuan khusus 3:
Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mampu merawat keluarga dengan perkembangan anak remaja.
Kriteria evaluasi:
1. Kriteria : Mengidentifikasi tentang peran orang tua yang
belum tercapai dalam memenuhi tugas perkembangan remaja.
Standar : Kesibukan dalam pekerjaan sehari-hari mengakibatkan adanya
gangguan komunikasi atau interaksi sosial dalam keluarga.
Rencana keperawatan: Konseling
a. identifikasi bersama keluarga tentang peran orang tua yang belum tercapai
dalam memenuhi tugas perkembangan remaja.
a. Jelaskan tentang peran orang tua yang belum tercapai dalam memenuhi
tugas perkembangan remaja.
b. Perhatikan respon verbal dan non verbal.
c. Beri solusi pada orang tua.
d. Kaji ulang kemampuan keluarga tentang peran orang tua yang belum
tercapai dalam memenuhi tugas.
e. Beri pujian atas kemampuannya.
Menyebutkan cara mengatasi peran orang tua yang belum tercapai.
Standar : Peran orangtua : memberi waktu luang pada keluarga, meluangkan
waktu untuk berlibur bersama keluarga, membuat jadwal
pertemuan rutin keluarga. Memberi keleluasaan anak untuk
menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan secara
demokratis.
Rencana keperawatan: Konseling
a. Identifikasi bersama keluarga
a. Jelaskan tentang cara mengatasi peran orang tua yang belum tercapai
b. Perhatikan respon verbal dan non verbal.
c. Berikan solusi positif bersama dalam memenuhi ntugas peran orang tua
terhadap anak remaja.
d. Kaji ulang kemampuan keluarga
e. Beri pujian positif atas kemampuannya.

Tujuan khusus 4:
Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mampu memelihara lingkungan keluarga dengan
perkembangan anak remaja.
Kriteria evaluasi:
1. Kriteria : Menyebutkan lingkungan yang kondusif untuk
mendidik anak remaja.
Standar : Lingkungan dalam pertumbuhan remaja mencakup dukungan
dalam memberikan perkembangan secara fisik, psikologis, social,
dan spiritual.
Rencana keperawatan:
a. anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi remaja rajin belajar.
a. Tanyakan perasaan anak remaja saat ini.
b. Lakukan kunjungan rumah tidak terjadwal
c. Diskusikan dengan keluarga lingkungan yang kondusif
d. Identifikasi dengan keluarga lingkungan yang ada kegiatan yang
mendukung remaja.
e. Dorong keluarga untuk menyebutkan kembali penjelasan
f. Beri pujian atas kemampuan keluarga menjawab pertanyaan yang benar.

Tujuan khusus 5:
Setelah dilakukan 1x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan,
diharapkan keluarga mampu menggunakan pelayanan kesehatan untuk menunjang
perkembangan anak remaja.
1. Kriteria : Menggunakan pelayanan kesehatan dan social
dalam menunjang tumbuh kembang remaja.
Standar : Keluarga dapat mendapat bantuan dari pelayanan social seperti
LSM ataupun pelayanan kesehatan seperti puskesmas dalam
rangka memenuhi kesehatan reproduksi anak remaja terkait
pertumbuhan dan perkembangan remaja sehingga informasi yang
didapat akurat dan dapat dipertcaya dalam mengambil keputusan.
Rencana keperawatan :
a. Diskusikan jenis fasilitas pelayanan social yang tersedia di lingkungan
keluarga.
a. Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan social yang sesuai dengan
kondisi keluarga.
b. Anjurkan keluarga mendapatkan fasilitas pelayanan social sesuai pilihan.
c. Berikan pujian positif atas kemajuan keluarga.

Rancangan Kegiatan
1. Topik : Pengkajian data umum, lingkungan, fungsi
keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga
2. Metode : Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi
3. Media : Format pengkajian, alat tulis dan alat
pemeriksaan fisik
4. Waktu : Perjanjian dengan keluarga
5. Tempat : Rumah keluarga
6. Strategi Pelaksanaan :
Orientasi :
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan kunjungan
d. Memvalidasi keadaan
keluarga Kerja :
a. Melakukan pengkajian
b. Melakukan pemeriksaan fisik ( khususnya bagi anggota keluarga yang
beresiko)
c. Mengidentifikasi masalah kesehatan
d. Memberikan reinforcement pada hal-hal positif yang dilakukan
keluarga Terminasi ;
a. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
b. Mengucapkan salam.
RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA

NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

DX
KOLABORASI

1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :


penurunan curah jantung Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
berhubungan dengan Circulation Status Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
peningkatan afterload, Vital Sign Status Catat adanya disritmia jantung
vasokonstriksi, Kriteria Hasil: Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
hipertrofi/rigiditas Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan Monitor status kardiovaskuler
ventrikuler, iskemia darah, Nadi, respirasi) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
miokard Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
Kelelahan Monitor balance cairan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada Monitor adanya perubahan tekanan darah
Asites Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
Tidak ada penurunan kesadaran Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan Energy conservation Energy Management
kelemahan, Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
ketidakseimbangan suplai Kriteria Hasil : Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
dan kebutuhan oksigen. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
disertai peningkatan tekanan darah, nadi Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
dan RR Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Mampu melakukan aktivitas sehari hari Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
(ADLs) secara mandiri Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan peningkatan tekanan Pain Level, Pain Management
vaskuler serebral Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil : Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri,mampu menggunakan tehnik nyeri pasien
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mencari bantuan) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
menggunakan manajemen nyeri kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
frekuensi dan tanda nyeri) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
berkurang Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Anxiety Reduction


krisis situasional sekunder selama 3 x 24 jam, cemas pasien Gunakan pendekatan yang menenangkan
adanya hipertensi yang berkurang dengan kriteria hasil: Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
diderita klien Anxiety Control Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Coping Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Vital Sign Status Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
wajah tidak tegang Identifikasi tingkat kecemasan
gungkapkan cemas berkurang Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
TD = 110-130/ 70-80 mmHg Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
RR = 14 – 24 x/ menit Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
N = 60 -100 x/ menit

S = 365 – 3750C

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
kurangnya informasi Kowledge : health Behavior Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
tentang proses penyakit Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
Pasien dan keluarga menyatakan Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
prognosis dan program pengobatan Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan secara benar Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya. Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat.(2014). Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta: Salemba Medika.
Bruner dan Suddarth,2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,Alih Bahasa
Jakarta :EGC
Kemenkes RI.2014.Indodatin Hipertensi (Online) Available at
:http://www.Depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdfdiaksespada 18maret
2020
Price,Sylvia A dan Lorraine M Wilson .Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit .Jakarta : EGC
Yusrizal,M. Indarto.,D.& Akhyar.,M. 2016 Risk Of Hipertension in Adolescents Wth Over
Nutritional Status in Pangkalpinang Indonesia .Journal of Epidemologi and Public
Health, I No.I
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Imam, S
Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media :malang
Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkurtural. Jakarta : EGC
.

Anda mungkin juga menyukai