Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MANAGAISAKI


KECAMATAN BAOLAN

DI SUSUN OLEH :

SILVIKA AL MAIDAH A.
PO7247320044

MENGETAHUI :

DOSEN PEMBIMBING (TI) PEMBIMBING KLINIK (CI)

Sova Evie, S. Kep., Ns., M. Kep. Fatmawati, S. Kep., Ns.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI
TAHUN 2023
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Hipertensi ataupun tekanan darah tinggi merupakan sesuatu kondisi pada saat
terjadi kenaikan tekanan darah dapat lanjut oleh hambatan sistem organ, semacam
stroke buat otak, penyakit jantung coroner, kendala pembuluh darah jantung serta
kendala otot jantung(Istichomah 2020).
Hipertensi ialah sesuatu penyakit ditandai adanya peningkatan tekanan darah
sebab terjadi kelainan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi ialah kenaikan tekanan
darah diatas batas normal ialah ≥ 140 mmHg buat sistolik serta ≥ 90 mmHg buat
diastolik (Angshera, Rahmawati, and Y 2020).
Definisi hipertensi ataupun tekanan darah tinggi bersumber pada definisi
diatas dapat dinyatakan bahwa hipertensi ialah peningkatan tekanan darah diatas batas
alami ialah ≥ 140 mmHg untuk sistolik serta ≥ 90 mmHg untuk diastolik. Tekanan
darah tinggi karena terbentuknya peningkatan tekanan darah yang bisa berlanjut pada
kendala sistem organ.

B. Etiologi
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer ataupun hipertensi esensial diucap pula hipertensi idiopatik
sebab tak dikenal sebabnya. Aspek yang dipengaruhi ialah :
a) Genetik
Orang punya riwayat keluarga hipertensi, beresiko besar atas penyakit
tersebut. Aspek genetik tak bisa dikontrol, Apabila punya riwayat keluarga
yang punya tekanan darah besar.
b) Tipe kelamin dan usia
Pria berumur 35- 50 tahun serta perempuan mati haid berbahaya besar
agar alami hipertensi. Bila usia bertambah tekanan darah meningkat faktor
tersebut tidak bisa dikontrol dan tipe kelamin pria lebih besar dibanding
wanita.
c) Diet
Mengkonsumsi diet besar garam cara langsung berkaitan kembangnya
hipertensi. Aspek tersebut dapat mengontrol pengidap kurangi konsumsi, bila
garam yang dikonsumsi melampui batas normal, ginjal yang bertugas buat
mencerna garam hendak tahan cairan lebih banyak dibanding semestinya
didalam tubuh. Banyak cairan menahan menimbulkan kenaikan volume darah.
Memberi beban pembuluh darah menimbulkan pembuluh darah kerja keras
ialah terdapatnya kenaikan tekanan darah saat dinding pembuluh darah serta
menimbulkan tekanan darah naik.
d) Berat badan
Aspek bisa dikontrol melindungi berat tubuh dalam keadaan wajar
ataupun sempurna. Kegemukan (>25% diatas BB sempurna) berhubungan
dengan berkembang tingkatan tekanan darah ataupun hipertensi.
e) Gaya hidup
Aspek ini bisa dikontrol oleh penderita dengan pola hidup sehat
menjauhi aspek pemicu hipertensi ialah rokok, jika rokok kaitannya jumlah
rokok dihisap dalam durasi satu hari serta bisa menghabiskan beberapa batang
rokok serta lama merokok mempengaruhi dengan tekanan darah pasien.
Mengkonsumsi alkohol yang sering, ataupun berlebihan serta terus menerus
bisa meningkatkan tekanan darah pasien hendaknya bila mempunyai tekanan
darah tinggi pasien dimohon untuk menjauhi alkohol supaya tekanan darah
pasien dalam batasan normal serta pelihara gaya hidup sehat penting supaya
bebas dari komplikasi yang bisa terjadi.

2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat pemicu yang jelas. Salah satu contoh
hipertensi sekunder merupakan hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini bisa bersifat kongenital ataupun akibat
aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga
terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, serta
penyusunan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung tingkatan tekanan
darah dan secara tidak langsung tingkatan sintesis andosteron dan reabsorbsi
natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, ataupun apabila ginjal
yang terserang diangkat, tekanan darah akan kembali ke normal(Richard 2013)
C. Patofisiologi
Mekanisme mengendalikan konstriksi serta relaksasi pada pembuluh darah
posisinya pusat vasomotor, medulla diotak. Pada vasomotor semula berjaras ke saraf
simpatis, melanjutkan ke bawah ke korda spinalis serta mengeluarkan dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis pada toraks serta abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor menghantarkan pada wujud impuls bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Oleh sebab tersebut, neuron preganglion membebaskan
asetilkolin, yang hendak memicu serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin menyebabkan konstriksi pembuluh
darah. Beberapa faktor semacam kepanikan serta ketakutan dapat mempengaruhi
reaksi pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Orang yang terkena
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, walaupun tak dikenal nyata kenapa
tersebut dapat kejadian.
Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsangan emosi, kelenjar adrenal pula terangsang, menyebabkan penambahan
kegiatan vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menimbulkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol serta steroid yang lain, yang bisa
menguatkan respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
menyebabkan penyusutan aliran ke ginjal, menimbulkan lepasnya renin. Renin
mendapatkan rangsangan terhadap rangsangan angiotensin I yang lalu berubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat, pada giliran memicu sekresi
aldosterone terhadap korteks adrenal. Hormon ini menimbulkan retensi natrium serta
air pada tubulus ginjal, menimbulkan kenaikan volume intra vaskuler. Semua aspek
ini bercenderung mengakibatkan kondisi tekanan darah.
Untuk mempertimbangkan gerontologis dimana terjadinya perubahan
structural serta fungsional oleh sistem pembuluh perifer yang
mempertanggungjawabkan adanya berubah tekanan darah yang terjadi pada lanjut
umur. Perubahan semacam aterosklerosis, hilang elastisitas jaringan ikat serta
penyusutan relaksasi otot polos pembuluh darah, ketika giliran mengurangi kekuatan
distensi serta daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta serta arteri besar
menurunkan kekuatan akomodasi volume darah yang dipompa jantung (volume
sekuncup) sebab penyusutan curah jantung serta kenaikan penahanan perifer
(Rahmawati, 2012). Lanjut umur memerlukan perhatikan mungkin terdapatnya
“hipertensi palsu” diakibatkan kekerasan arteri brachialis hingga tidak mengompres
pada cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2010).

D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Gejala serta tanda-tanda adanya hipertensi merupakan (Aspiani 2019) disebut
gejala umum yang menimbulkan hipertensi ataupun tekanan darah besar berbeda oleh
tiap masyarakat, mungkin kadang muncul adanya tanpa tanda gejala. Secara global
gejala yang dikeluhkan penderita hipertensi berbagai macam yaitu:
1) Sakit Kepala
2) Merasakan capek serta tak aman di bagian tengkuk
3) Merasakan memutar
4) Menebarkan ataupun berdetak jantung secara cepat
5) Telinga denging membutuhkan pertolongan cepat

Penderita hipertensi alami sakit kepala hingga tengkuk sebab terjadinya sempit
pembuluh darah yang diakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah hendak
menimbulkan kenaikan tekanan vasculer cerebral, kondisi ini hendak menimbulkan
nyeri kepala sampe tengkuk pada penderita hipertensi.

F. Pemeriksaan Dianosis
1) Hb/Ht : kaji adanya sel terhadap volume cairan(viskositas) serta bisa indikasi
faktor pemicu yaitu : hipokoagulabilitas, kekurangan darah.
2) BUN / kreatinin : menginformasikan data perfusi ataupun fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemi (DM merupakan penyebab hipertensi) bisa berakibat
keluar kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal serta terdapat
DM.
5) CT Scan : Kaji ada tumor cerebral, encelopati.
6) EKG : Bisa memberitahu pola keregangan, dimana luas, ketinggian gelombang P
merupakan ciri menandakan penyakit jantung hipertensi.
7) IUP : mengenal penyebab hipertensi semacam : Batu ginjal perbaikan ginjal. h.
Photo dada : Tunjuk destruksi kalsifikasi di area katup, pembesaran jantung.

G. Komplikasi
Hipertensi bisa dikendalikan jika penangannya dengan baik semenjak
sekarang. Tetapi kebanyakan penderita hipertensi yang baru sadar ketika menderita
hipertensi pada saat mengalami sebuah penyakit hipertensi. Ada beberapa hal yang
bisa menimbulkan sebuah penyakit hipertensi, contohnya merupakan stres. Ketika
seorang mengalami stres menjadikan tubuh akan produksi hormon yang bisa
tingkatkan tekanan darah, Kenaikan tekanan darah inilah yang jadi sebuah penyakit
hipertensi. Observasi Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan
Penanganan Hipertensi melaporkan tekanan darah yang bisa tingkatkan serangan
jantung, gagal jantung, stroke serta gagal ginjal (Richard 2013).
Hipertensi ialah pemicu awal terbentuknya sebuah penyakit kardiovaskular
serta ialah permasalahan awal kesehatan warga yang lagi hadapi masa peralihan sosial
ekonomi. Dibanding manusia yang mempunyai tekanan darah alami, pengidap
hipertensi mempunyai kendala terkena penyakit jantung koroner 2 kali lebih
meningkat serta resiko lebih tinggi agar terkena stroke. Jika tak diatasi, kurang lebih
setengah penderita hipertensi buat meninggal yang diakibat penyakit jantung serta
sekitar 33% buat meninggal sebab stroke 10 sampai 15 % namun meninggal sebab
gagal ginjal. Maka karena pengecekan tekanan darah ialah kondisi sangat berharga
(Junaidi, 2010).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTIFIKASI UMUM KELUARGA

1. IdentitasKepalaKeluarga
a. Nama KK :
b. Alamat :
c. Pekerjaan :
d. Pendidikan :
e. Suku :
f. Agama :
g. Tgl Pengkajian :
h. Jam Pengkajian :

2. KomposisiKeluarga
Nama Hub. Status Status
N L/ Pendidik
anggota Dgn Umur Pekerjaan Imunis Kesehat
o P an
keluarga KK asi an

3. Genogram
4. Tipe Keluarga :
(Jenis Tipe Keluarga, Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut)
5. Suku/Bangsa :
(Asal Suku Bangsa, Budaya yang berhubungan dengan kesehatan) :
6. Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
(Agama yang dianut, seberapa aktif terlibat dalam kegiatan agama, pelaksanaan
agama)
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
2. Tahap perkem bangan keluarga yang belum terpenuhi :
3. Riwayat Keluarga Inti :
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah :(gambaran Tipe tempat tinggal, kondisi, dapur, kamar mandi,
sanitasi, penataan rumah, pembuangan, sampah)
2. Denah Rumah :
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :
4. MobilitasGeografisKeluarga :
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
6. Sistem Pendukung Keluarga :

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga :
2. Struktur Kekuatan Keluarga :
3. Struktur Peran :
4. Nilai dan Norma Keluarga :

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif :
2. Fungsi Sosialisasi :
3. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga:
4. Fungsi Reproduksi :
5. Fungsi Ekonomi :

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor yang dirasakan keluarga Jangka Panjang dan Jangka Pendek :
2. Kemampuan Keluarga berespon keluarga terhadap masalah stressor :
3. Strategi koping yang digunakan :
4. Strategi adaptasi disfungsional :
G. PEMERIKSAAN FISIK
Anggota Keluarga
Pemeriksaan Fisik
Tn. Ny. An. An.
Riwayat Penyakit/Alergi
Keluhan yang dirasakan
BB, TB, PB
Tanda-tanda Vital
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Perut
Tangan
Kaki
Keadaan Umum

Pengkajian Keperawatan Jiwa

H. HARAPAN KELUARGA
(Terhadap Masalah Kesehatannya, Terhadap Petugas Kesehatan yang ada)....

I. DATA TAMBAHAN
1. Nutrisi
2. Eliminasi
3. Istirahat Tidur
4. Aktivitas sehari-hari
5. Merokok
J. PENGELOMPOKKAN DATA
Data Subjektif Data Objektif
K. ANALISA DATA
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. Ds.
Do.
2. Ds.
Do.

L. SKORING DAN PRIORITAS MASALAH


DiagnosaKeperawatan :
N Kriteria Ni B Skori Pembenaran
o n
b g
o
t
1 Sifat masalah :
- Tidak/Kurang Sehat 3
- Ancaman Kesehatan 2 1
- Keadaan Sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah
dapat diubah :
- Mudah 2
- Sebagian 12
- TidakDapat 0
3 Potensi masalah untuk
dicegah :
- Tinggi 3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4 Menonjolnyamasalah :
- Masalah berat harus 2
segera ditangani
- Ada masalah tetapi tidak 1 1
perlu segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1.
2.
3.
N. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Evaluasi
N Interven
Keperawat TU TU Kriteri Standa
si
an M K a r

O. IMPLEMENTASI & EVALUASI


N Diagnosa TglJam Tindakan Evaluasi Paraf
o Keperawatan Keperawatan
.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis
Handcbock, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis :
Elsevier.

Anonim. 2003. Rehabilitasi Medik Cegah Kecacatan Pasien. Pikiran Rakyat Cyber
Media. Bandung. http//:www.pikiranrakyatcybermed. co.id. Diakses tanggal 2
Juli 2006.

Brunner & Suddarth. 2002. Alih Bahasa Monika Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC.

Fernandez, C. 2009. Prevalence of neck and low back pain in communityDwelling


adults in spain:A Population-Based National study.
http://journals.lww.com/spinejournal/fulltext/2011/0210/prevalence_o
f_neck_and_low_back_pain_in.21.aspx(diakses pada 6 Juli 2014).

Sadeli HA, Tjahjono B. 2001. Nyeri punggung bawah. Dalam: Meliala L,


Suryamiharja A, Purba JS. Nyeri neuropatik, patofisioloogi dan
penatalaksanaan. Jakarta: Perdossi. Hlm. 145-67.

Anda mungkin juga menyukai