Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. KONSEP TEORI HIPERTENSI


1. Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah
mencapai 160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Dan harus dilakukan
pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih
memastikan keadaan tersebut. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National
Committee (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh ke
dalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 2 – 7% penderita
hipertensi berlanjut menjadi krisis hipertensi, dan banyak terjadi pada usia
sekitar 30-70 tahun. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95 mmHg
2. Etiologi
Faktor penyebab hipertensi intinya adalah terdapat perubahan
vascular, berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness.
Namun faktor penyebab krisis hipertensi masih belum dipahami. Diduga
karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai
peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid
arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan
kerusakan fungsi autoregulasi (Devicaesaria, 2014).Terdapat beberapa
faktor yang dicurigai mempengaruhi terjadinya krisis hipertensi, yaitu:
a). Hipertensi yang tidak terkontrol
b). Kenaikan tekanan darah tiba – tiba pada penderita hipertensi kronis
esensial (tersering)
c). Hipertensi renovascular
d). Glomerulonefritis akut
e). Eklampsia
f). Sindroma putus obat antihipertensi
g). Trauma kepala berat
3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor inibermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi

Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yanng mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi
angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mengakibatkan keadaan
hipertensi (Price).
4. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis dari hipertensi secara umum adalah :
a). Tekanan darah meningkat > 140/90mmHg
b). Sakit kepala
c). Epistaksis
d). Pusing atau migren
e). Rasa berat di tungkuk
f). Sukar tidur
g). Mata berkunang-kunang, lamah dan lelah.
h). Muka pucat.
5. Patway keperawatan
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan penyakit dasarnya,
penyakit penyerta, dan kerusakan target organ. Pemeriksaan yang sering
dilakukan antara lain:
a). Pemeriksaan tekanan darah : Biasanya tekanan darah sistolik > 180
mmHg, dan atau diastolic >120 mmHg
b). Pemeriksaan Laboratorium
1). Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volumecairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2). BUN / SC : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3). Glucosa : Hiperglikemi (DM) adalah pencetus hipertensi, dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4). Urinalisa : darah, protein,dan glukosa mengindikasikan disfungsi
ginjal dan adanya penyakit DM.
c). CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
d). EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
e). IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
f). Foto rontgen thorax : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung.
7. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan
mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya
hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non-farmakologis, antara lain:
a). Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan:
1). Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
2). Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vascular.
3). Diet kaya buah dan sayur
4). Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
b). Penurunan berat badan
c). Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
d). Olaraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
e). Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
f). Tirah baring
g). Dirawat di rumah sakit
h). Pemberian terapi farmakologi
8. Komplikasi
Komplikasi organ berhubungan dengan hipertensi darurat dapat meliputi :
a). Ensefalopati Hipertensif
Pada hipertensi emergensi, kenaikan tekanan darah sudah melampaui
batas autoregulasi otak. Batas rendah autoregulasi otak pada
normotensi adalah 60-70 mmHg, pada hipertensi adalah 120 mmHg.
Batas tertinggi autoregulasi otak pada normotensi adalah 150 mmHg.
Sedangkan pada hipertensi adalah 200 mmHg. Dengan mengetahui
batas tersebut maka penurunan tekanan darah secara drastis harus
dihindari agar perfusi di otak tetap baik. Dari segi patologi anatomi
dijumpai adanya edema, bercak perdarahan maupun infark kecil dan
nekrosis arterioler.
b). Perdarahan intra serebral
Terjadi karena pecahnya sistem vaskularisasi intra serebral yang
disebabkan terjadinya perubahan degeneratif pembuluh darah,
berlanjut menjadi aneurisma oleh sebab lain misalnya arterosklerosis.
Mekanisme lain dapat terjadi oleh karena nekrosis pembuluh darah
otak, trombosis multipel atau spasme pembuluh darah sebagai reaksi
meningkatnya tekanan darah secara tiba – tiba. Gejala klinis berupa
sakit kepala hebat mendadak disertai penurunan kesadaran. Dengan
pemeriksaan CT scan dapat diketahui dengan pasti lokasi dan luas
jaringan otak yang terkena.
c). Gagal jantung kiri akut Mekanisme terjadinya berupa :
1). Peningkatan tahanan vaskular perifer akibat tekanan darah yang
tinggi sehingga terjadi kenaikan afterload diventrikel kiri
2). Terjadi hipertrofi vetrikel kiri yang berakibat disfungsi ventrikel
kiri
3). Terjadi retensi air dan garam pada seluruh sistem sirkulasi
sehingga menimbulkan pertambahan preload
4). Bila disertai infark miokardium maupu iskemik pembuluh darah
koroner dapat berakibat payah jantung kongestif.
d). Edama paru
Gejala klinis yang timbul merupakan akibat edema paru akut yaitu
sesak nafas yang hebat, ortopnoe, batuk, air hunger, panik, sianotik,
kadang – kadang batuk berdarah, ronki basah di kedua paru. Foto
toraks menunjukkan adanya hipervaskularisasi pembuluh darah paru
sampai dengan gambaran edema paru. Pada kasus berat ditemukan
kardiomegali terutama pembesaran ventrikel kiri, dari EKG ditemukan
LVH (left ventrikel hipertrofi) dan LV strain.
e). Feokromositoma
Merupakan tumor medula adrenal atau tempat – tempat lain yang
banyak mengeluarkan katekolamin seperti pada bifurkatio aorta,
paraganglion simpatik di abdomen atau dada. Gejala klinis berupa
sakit kepala hebat, palpitasi, tremor, banyak berkeringat, gelisah yang
timbul mendadak dan diperngaruhi oleh stress, emosi maupun trauma.
Diagnosis pasti ditemukan dengan pemeriksaan kadar katekolamin
atau metaboliknya diurin, serta pengukuran kadar Vanilil Mandelic
Acid (VMA) dari urin.
f). Disseksi aorta
Terjadinya robekan tunika intima, hematom di sekitar tuniaka media
yang lambat laun mengakibatkan pecahnya aorta secara mendadak.
Biasanya terjadi pada kelainan di tunika media seperti penyakit
marfan, arterosklerosis, kuarktasio aorta. Gejala klinis biasanya
berupa nyeri dada yang menyerupai angina pektoris atau infark
miokard dengan penjalaran ke punggung, perut, sampai tungkai bawah
serta adanya tanda – tanda insufisiensi aorta. Pemeriksaan radiologis
foto thoraks dijumpai adanya pelebaran mediastinum.
g). Eklamsia
Merupakan salah satu penyulit kehamilan yang ditandai dengan edema
tungkai, hipertensi berat, kesadaran menurun, kejang, proteinuria.
Lebih sering dijumpai pada primipara muda. Patogenesis belum jelas,
hipotesis kearah terjadinya pelepasan renin dari uterus dan
meningkatnya sensitifitas terhadap angiotensin.

B. KONSEP KELUARGA

1. Definisi
Keluarga merupakan unti terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinisikan dengan istilah kekerabatan dimana individu bersatu dalam satu
ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas, anggota
keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal
balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang
disebabkan oleh kelahiran, adopsi maupun perkawinan (Stuart, 2014)
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan upaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari setiap anggota keluarga (Harnilawati,
2013).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman, 2014).
2. Tipe Keluarga
Beberapa tipe keluarga diantara lain adalah sebagai berikut menurut
Friedman, (2014):
1. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi
tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah.
2. Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.
3. Single parent family
Keluarga yang dikepalai oleh satu keluarga dan hidup bersama dengan
anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
4. Nuclear dyad family
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam
satu rumah yang sama.
5. Blended family
Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-
masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
6. Three generation family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek nenek, bapak ibu
dan anak dalam satu rumah.
7. Single adult living alone
Keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam
rumahnya.
8. Middle age or elderly couple
Dimana orang tua tinggal sendiri dirumah dikarenakan anak-anaknya
telah memiliki rumah tangga sendiri.
9. Kit network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan menggunakan pelayanan
bersama.
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2014) beberapa fungsi keluarga diantara lain adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi afektif
Fungsi ini merupakan presepsi keluarga terkait dengan pemenuhan
kebutuhan psikososial sehingga mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses perkembangan individu sebagai hasil
dari adanya interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial. Fungsi ini
melatih agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan dan melanjutkan keturunan
serta menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi dan
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan.
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Keluarga mampu melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan
kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga
(mampu mengenal masalah, mampu mengambil keputusa, mampu
merawat anggota keluarga yang sakit, mampu memodifikasi
lingkungan, mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan). Keluarga
menyediakan kebutuhan secara fisik, makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan kesehatan (Harnilawati, 2013).
4. Struktur Keluarga
Beberapa struktur keluarga diantara lain adalah sebagai berikut menurut
Friedman (2014) :
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosional, konflik selesai dan
hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan seara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik.
2. Struktur kekuatan keluarga
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain. Hak (lagimate
power), ditiru (referent power), keahlian (experpower), hadiah (reward
power), paksa (coercive), dan efektif (effective power).
3. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bosa bersifat
formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/suami.
4. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
5. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Beberapa tahap perkembangan diantara lain adalah sebagai berikut
(Suprajitno, 2012) :
1. Beginning family
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu suami
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah.
a. Membina hubungan intim
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, temah dan kelompok
sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
d. Menetapkan tujuan bersama
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
menjadi orang tua.
2. Child bearing family
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan (2,5 tahun).
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Membagi peran dan tanggung jawab
c. Menata ruang untuk anak
d. Mempersiapkan dana atau biaya
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
3. Family with preschool
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun. pada tahap ini orangtua beradaptasi terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam
meningkatkan pertumbuhannya.
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
4. Families with children
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada tahap ini keluarga
(orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan
pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas sekolah maupun diluar
sekolah.
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
d. Menyediakan aktifitas untuk anak
e. Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
5. Families with teenagers
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
b. Mempertahankan komunikasi terbukan antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
c. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Lounching center families
Tahap ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah. Keluarga
mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri
dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak
meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal.
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan sebagai suami istri, kakek nenek.
7. Middle age families
Tahapan ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak
meninggalkan rumah, maka pasangan berfokusi untuk mempertahankan
kekuatan dengan berbagai aktifitas.
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
d. Keakraban dengan pasangan
e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
f. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.
8. Usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal dunia.
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review
f. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian

C. KONSEP KELUARGA DENGAN BAYI BARU LAHIR


1. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana dengan
umur kehamilan 38-40 minggu.
Bayi baru lahir yaitu bayi dengan umur kehamilan 38-40
minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara
spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan
teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.
Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari
ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik sebagai berikut :
a. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi
paru untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida)
b. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan
c. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai
lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah
d. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekresi bahan racun
yang tidak diperlukan badan
e. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi
f. Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri
dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan
gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang
disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan
yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah
lahir.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang
spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab
kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat
buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu
melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
2. Standar Pelayanan Pada Bayi Baru Lahir
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan
yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal
yang dikategorikan dalam dua kelompok yaitu
Pelayanan Dasar
1. Persalinan aman dan bersih
2. Mempertahankan suhu tubuh dan mencegah hiportermia
3. Mempertahankan pernafasan spontan
4. ASI Ekslusif
5. Perawatan mata
6. Pelayanan Khusus
7. Tatalaksana Bayi Neonatus sakit
8. Perawatan bayi kurang bulan dan BBLR
9. Imunisasi
3. Tugas Tahap Perkembangan Keluarga Pada Anak Baru Lahir
Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)’
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan
oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang
penting.
Tahap Perkembangan II. Keluarga “Child bearing (Kelahiran Anak
Pertama)
Persiapan menjadi orang tua
g. Adaptasiu dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan
h. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
i. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam
keluarga sehingga pasangan harus beradaptasi dnegan perannya
untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran
bayi, pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian kedua
pasangan tertuju pada bayi. Peran utama perawat keluarga adalah
mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan
merawat bayi serta bagaimana bayi berespon. Perawat perlu
memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua
dapat tercapai.
j. Reaksi Emosional Penerimaan Keluarga
Pada neonatus yang menderita sakit, maka keluarga akan merasa
cemas, tidak berdaya, dan lain sebagainya yang merupakan reaksi
keluarga terhadap kenyataan bahwa bayinya menderita suatu penyakit.
Berikut adalah reaksi emosional penerimaan keluarga terhadap
neonatus sakit dan bagaimana perawat mengatasi hal tersebut :
1. Denial
Respon perawat terhadap penolakan adalah komponen untuk
kebutuhan individu yang kontinyu sebagai mekanisme pertahanan.
Dukungan metode efektif adalah mendengarkan secara aktif. Diam
atau tidak ada reinforcement bukanlah suatu penolakan. Diam
dapat diinterpretasikan salah, keefektifan diam dan mendengar
haruslah sejalan dengan konsentrasi fisik dan mental. Penggunaan
bahasa tubuh dalam berkomunikasi harus concern. Kontak mata,
sentuhan, postur tubuh, cara duduk dapat digunakan saat diam
sehingga komunikasi berjalan efektif.
2. Rasa bersalah
Perasaan bersalah adalah respon biasa dan dapat menyebabkan
kecemasan keluarga. Mereka sering mengatakan bahwa merekalah
yang menjadi penyebab bayinya mengalami kondisi sakit. Amati
ekspresi bersalah, dimana ekspresi tersebut akan membuat mereka
lebih terbuka untuk menyatakan perasaannya.
3. Marah
Marah adalah suatu reaksi yang sulit diterima dan sulit ditangani
secara therapeutik. Aturan dasar untuk menolak marah seseorang
adalah hindari gagalnya kemarahan dan dorong untuk marah secara
assertif.
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a). Pengakajian primer
1). Airway
Kaji :
(a) Bersihan jalan nafas
(b) Distres pernafasan
(c) Tanda – tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema
laring
2). Breathing
Kaji :
(a) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
(b) Suara nafas melalui hidung atau mulut
(c) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
(d) Kelainan dinding thoraks
3). Circulation
Kaji :
(a) Denyut nadi karotis
(b) Tekanan darah
(c) Warna kulit, kelembapan kulit
(d) Tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
(e) Suhu akral perifer dan CRT
4). Disability
Kaji :
(a) Tingkat kesadaran
(b) Gerakan ekstremitas
(c) GCS (Glasgow Coma Scale)
(d) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
(e) Refleks fisiologis dan patologis
(f) Kekuatan otot
5). Exposure
Kaji : Tanda-tanda trauma jika ada
b). Pengkajian sekunder
1). Identitas pasien
2). Riwayat kesehatan
Kaji apakah ada riwayat penyakit serupa sebelumnya baik dari
pasien maupun keluarga. Kaji juga riwayat penyakit yang menjadi
pencetus krisis hipertensi pada pasien
3). Pengkajian nyeri secara komprehensif
4). Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh (head to toe)
dengan focus pengkajian pada :
a). Mata : lihat adanya pupil edema, pendarahan dan eksudat,
penyempitan yang hebat arteriol.
b). Jantung : palpasi adanya pergeseran apeks, dengarkan adanya
bunyi jantung S3 dan S4 serta adanya murmur.
c). Paru : perhatikan adanya ronki basah yang mengindikasikan
CHF.
d). Status neurologic : pendekatan pada status mental dan
perhatikan adanya defisit neurologik fokal. Periksa tingkat
kesadarannya dan refleks fisiologis dan patologis

5). Review of sistem


a). B1 (breathing)
Sistem pernapasan sangat mendukung untuk mengetahui
masalah pada gangguan kardiovaskuler dimana
pemeriksaannya meliputi inspeksi pada bentuk dada
ditemukan bentuk dada phisis (panjang dan gepeng),
empisematous (tong) dan pektus eksavatus (cekung kedalam).
Pada palpasi ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan
dinding tidak simetris dan getaran yang dirasakan tidak
merata. Pada perkusi ditemukan penurunan suara paru atau
perubahan dari resonan. Pada auskultasi ditemukan suara
napas tambahan.
b). B2 (blood)
Pemeriksaan jantung dan pembuluh darah dapat secara
langsung mengetahui masalah pada penyakit hipertensi antara
lain meliputi; pada pemeriksaan inspeksi perubahan apeks
jantung karena disebabkan adanya perubahan sumbu jantung
karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan denyut
apeks karena empisema terdapat thril jantung dan distensi
vena jugularis. Pada perkusi biasanya tetap normal pada
bunyi redup tetapi didapatkan pembesaran jantung. Pada
auskultasi didapatkan bunyi kuat dan keras pada katup aorta
dan katup mitral.
c). B3 (brain)
Difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher untuk
mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang
gelisah, pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat
ikterus bilamana ada gagal jantung dan dilakukan
pemeriksaan neurosensori untuk mengetahui adanya pusing
saat bangun dari duduk, wajah meringis, menarik diri dan
kehilangan kontak mata.
d). B4 (bladder)
Output urine merupakan indikasi fungsi jantung yang
penting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan
penting yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan
apakah penurunan tersebut merupakan penurunan produksi
urine atau karena ketidakmampuan klien untuk buang air
kecil. Dareah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya
massa oval dan diperkusi adanya tanda pekak yang
menunjukkan kandung kemih penuh.
e). B5 (Bowel)
Pengkajian yang harus dilakujkan meliputi perubahan nutrisi
sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, penurunan turgor
kulit, kulit kering Atau berkeringat, muntah dan penurunan
berat badan. Adanya refluks hepatojuguler, pembengkakan
hepar adanya nyeri tekan pada abdomen.
f). B6 (Bone)
Keluhan kelemahan fisik, pusing, dada rasa berdebar, sulit
tidur karena ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal,
berkeringat malam hari, sering terbangun karena nyeri kepala
dan sesak napas.
2. Diagnosa keperawatan
a). Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis d.d (D.0077)
b). Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d (D.0056)
c). Ansietas b.d krisis situasional d.d (D.0080)
d). Resiko jatuh d.d faktor resiko penurunan kesadaran (D.0143)
e). Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d faktor resiko hipertensi
(D.0017)
3. Intervensi keperawatan
Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238) 1. Agar kondisi nyeri
pencederaan fisiologis d.d Tindakan keperawatan Observasi pasien (lokasi,
(D.0077) ……x…….jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
DS : diharapkan tingkatan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
1. Mengeluh nyeri nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas) dapat lebih
kriteria hasil : (L.08066) intensitas nyeri mudah dipantau
DO : 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 2. Agar mengetahui factor
1. Tampak meringis menurun 3. Identifikasi respon yang dapat memperberat
2. Bersikap 2. Meringis menurun non verbal dan memperingan nyeri
protektif 3. Sikap protektif 4. Identifikasi factor yang 3. Agar pasien dapat secara
3. Gelisa menurun memperberat dan mandiri mengetahui
4. Frekuensi nadi 4. Gelisa menurun memperingan nyeri bagaimana kualitas nyeri
meningkat 5. Susah tidur 5. Identifikasi pengaruh yang dirasaknnya
5. Sulit tidur menurun nyeri pada kualitas hidup 4. Untuk mengetahui
6. Tekanan darah 6. Tanda-tanda vital 6. Monitor efek samping sejauh mana efektivitas
meningkat kembali normal penggunaan analgetic obat yang diberikan ke
7. Pola napas 7. Jelaskan penyebab, pasien
berubah periode, dan pemicu 5. Agar pasien mengetahui
8. Menarik diri nyeri cara untuk mengatasi
8. Jelaskan strategi nyerinya
meredakan nyeri 6. Untuk mengetahui efek
9. Anjurkan memonitor samping penggunaan
nyeri secara mandiri analgetic
10. Anjurkan teknik non 7. Agar klien mengetahui
farmakologis untuk penyebab, periode dan
mengurangi rasa nyeri pemicu nyeri
11. Kolaborasi pemberian 8. Agar klien dapat
analgetik mengetahui bagaimana
cara mengendalikan
nyeri
9. Agar klien dapat
memonitor nyeri secara
mandiri
10. Agar klien dapat
memngatasi jyeri dengan
cara noin farmakologis
11. Untuk mengurangi myeri
Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178) 1. Untuk
kelemahan d.d (D.0056) tindakan keperawatan 3 1. Identifikasi gangguan fungsi mengetahui hal yang
DS : x 24 jam diharapkan tubuh yang mengakibatkan mengganggu aktivitas
1. Mengeluh Lelah toleransi aktivitas nyeri pasien
2. Merasa lemah meningkat, dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Untuk mengetahui
kriteria hasil: (L.05047) emosional toleransi pasien dalam
DO : 1. Kelulahn Lelah 3. Monitor lokasi dan ketidak beraktivitas
1. Frekuensi jantung menurun nyamana n selama 3. Untuk meningkatkan
meningkat > 20 % 2. Perasaan lemah melakukan aktivitas aktivitas pasien secara
dari kondisi menurun 4. Sediakan lingkungan bertahap tanpa
istrahat 3. Tanda-tanda vital nyaman dan rendah stimulus menimbulkan
2. Tekanan darah normal 5. Fasilitasi duduk di sisi ketidaknyama nan
berubah > 20 % tempat tidur, jika tidak dapat 4. Lingungan yang nyaman
dari kondisi berpindah dan berjalan membantu klien nyaman
istrahat 6. Anjurkan tirah baring sehingga mempermudah
3. Gambaran EKG 7. Anjurkan melakukan istrahat untuk
menunjukan aktivitas secara bertahap mengembalikan energi
aritmia 5. Kegiatan yang bertahap
4. Gambaran EKG membantu penggunaan
menunjukan energi yang berlebih
iskemia 6. Untuk Mengetahui apakah
5. Sianosis aktivitas yang dilakukan
dapat memperburuk
kondisi pasien atau tidak
7. Agar pasien tidak mudah
lelah saat beraktivitas
Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314) 1. Perlu di adakan intervensi
situasional d.d (D.0080) tindakan keperawatan 1 1. Identifikasi saat tingkat ini untuk mengetahui
DS : x…..jam masalah ansietas berubah (mis. tingkat ansietas dalam
1. Merasa bingung terhadap tingkat ansietas Kondisi, waktu, tresor) kondisi, waktu, dan stressor
2. Merasa khawatir dapat diatasi dengan 2. Identifikasi mengambil yang di alami pasien
dengan akibat dari kriteria hasil : (L.09093) keputusan sehingga bisa di
kondisi yang 1. Verbilisasi 3. Monitor tanda-tanda ansietas minimalisir ansietas
dihadapi kebingungan 4. Ciptakan suasana terapeutik tersebut
3. Sulit meningkat menjadi untuk menumbuhkan 2. Untuk memaksimalkan
berkonsentrasi menurun kepercayaan pengambilan keputusan
2. Verbilisasi khawatir 5. Temani pasien untuk 3. Perlu di adakan monitor
DO : akibat kondisi yang mengurangi kecemasan, jika tanda ansietas untuk
1. Tampak gelisa dihadapi cukup memungkinkan mencegah ansietas
2. Tampak tegang meningkat menjadi 6. Pahami situasi yang membuat bertambah parah
3. Sulit tidur menurun ansietas 4. Komunikasi terapeutik
4. TTV meningkat 3. Perilaku gelisah 7. Dengarkan dengan penuh merupakan teknik
meningkat menjadi perhatian pendekatan antara perawat
menurun 8. Gunakan pendekatan yang dengan pasien sehingga
4. Perilaku tegang tenang dan meyakinkan adanya keterbukaan yang
meningkat menjadi 9. Motivasi mengidentifikasi menimbulkan kepercayaan.
sedang situasi yang memicu 5. Untuk mengurangi
5. Pola tidur cukup kecemasan kecemasan pasien
buruk menjadi 10. Jelaskan prosedur, termasuk 6. Perlu di adakan intervensi
membaik sensasi yang mungkin ini untuk meredam situasi
dialami pencetus ansietas pasien
11. Informasikan secara factual 7. Perlu di adakan intervensi
mengenai diagnosis, ini agar pasien merasa di
pengobatan, dan prognosis perhatikan dengan empati
12. Anjurkan keluarga untuk 8. Perlu di adakan intervensi
tetap bersama ini agar pasien merasa
13. Anjurkan mengungkapkan yakin dengan perawatan
perasaan dan persepsi yang perawat berikan
14. Latih tehnik relaksasi sehingga perawatan pasien
Kolaborasi pemberian obat berjalan lancer
antisietas jika perlu 9. Untuk memotivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
10. Perlu di adakan
intervensi ini agar prosedur
dapat dipahami oleh pasien
11. Perlu diadakan intervensi
ini agar pasien dapat
mengetahui,memahami
diagnosis, prognosis, dan
pengobatan
12. Untuk memungsikan
keluarga dalam proses
perawatan pasien
13. Perlu di adakan intervensi
ini sehingga adanya
keterbukaan pasien
14. Perlu di adakan intervensi
ini sebagai teknik
relaksasi yang dapat
menciptakan rasa nyaman
pasien.
15. Perlu diadakan intervensi
ini sebagai penanganan
lanjut terhadap ansoetas
pasien
Resiko jatuh d.d faktor Setelah dilakukan asuhan Pencegahan jatuh (I.14540) 1. Untuk mengetahui faktor-
resiko penurunan kesadaran keperawatan selama 1. Kaji ulang adanya faktor- faktor risiko jatuh pada
(D.0143) …..x… jam diharapkan fsktor resiko jatuh pada klien klien sehingga dapat
tingkat delirium 2. Lakukan modifikasi dilakukan pencegahan
menurundengan kriteria lingkungan agar lebih aman 2. modifikasi lingkungan
hasil : (L.09095) (memasang pinggiran) dapat menurunkan risiko
1. Tingkat kesadaran 3. Posisikan klien dalam posisi jatuh pada pasien
meningkat nyaman 3. posisi yang nyaman dapat
2. Kemampuan 4. Ajarkan klien dan keluarga membuat klien merasa
mengikutih perintah tentang upaya pencegahan lebih nyaman saat
meningkat cidera berbaring
3. Gelisa menurun 5. Ajarkan terapi rehabilitasi 4. Meningkatkan
4. Agitasi menurun vestibular ( VRT) adalah kemandirian dan
salah satu teapi fisik yang pengetahuan pada klien
dianjurkan untuk mencegah dan anggota keluarga
risiko jatuh dapat kooperatif
5. VRT bertujuan untuk
mengurangi pusing,
meningkatkan
keseimbangan, dan
mecegah seseorang jatuh
dengan mengembalikan
sistem vestibular
Resiko perfusi serebral Setalah dilakukan Manajemen peningkatan tekanan 1. Untuk mengetahui apakah
tidak efektif d.d faktor Tindakan keperawatan intracranial (I.093250 ada tanda dan gejala
resiko hipertensi (D.0017) ……x……jam 1. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
diharapkan perfusi peningkatan TIK (mis. 2. Untuk mengetahui MAP
serebral meningkat Tekanan darah meningkat, klien
dengan kriteria hasil : tekanan nadi melebar, 3. Untuk mengetahui status
(L.02014) bradikardi, kesadaran pernapasan klien
1. Tingkat kesadaran menurun) 4. Untuk mengetahui intake
meningkat 2. Monitor MAP (Mean Arterial dan output klien
2. Tekanan intracranial Presure) 5. Lingkungan yang tenang
menurun 3. Monitor status pernapasan dapat membuat klien
3. Sakit kepala 4. Monitor intake dan output nyaman dan tenang
menurun cairan sehingga dapat
4. Gelisa menurun 5. Minimalkan stimulus dengan menurunkan tekanan
5. Tanda-tanda vital menyediakan lingkungan intracranial
membaik yang tenang 6. Posisi semi fowler
6. Berikan posisi semi fowler membantu penyuplaian
7. Kolaborasi pemebrian obat oksigen lebih maksimal
penurun tekanan darah sampai ke otak
7. Untuk menurunkan
tekanan darah
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa, 46(3), 172–178.
Agustiawan, 2022, Keperawatan Gawat Darurat, Padang : PT. GLOBAL
EKSEKUTIF TEKNOLOGI
Haidar Alatas. (2018). Hipertensi Emergensi.. Konsultan Ginjal-Hipertensi
PAPDI : Purwokerto
Masniati Arafah, 2022, Askep Komprehensif Gadar, Indramayu : CV. Adanu
Abimata
Mula Tarigan, 2023, Keperawatn Medical Bedah Gangguan Sistem
Kardiovaskuler Edisi Indonesia 9, Singapore : Elsevier
Nusdin, 2020, Keperawatan Gawat Darurat, Surabaya : CV. Jakad Media
Publishing
Sri & Herlina (2016). Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan Hipertensi
pada Penduduk Indonesia. 137–144.Jakarta: Media litbangkes
Sudarsono, E. K. R., Sasmita, J. F. A., Handyasto, A. B., Kuswantiningsih, N., &
Arissaputra, S. S. (2017). Peningkatan Pengetahuan Terkait Hipertensi Guna
Perbaikan Tekanan Darah pada Pemuda di Dusun Japanan, Margodadi,
Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
(Indonesian Journal of Community Engagement), 3(1), 26–38.
https://doi.org/10.22146/jpkm.25944
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai