Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal
secara terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg (Aspiani,
2014).
Jadi dapat disimpulakan bahwa hipertensi adalah tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
dengan derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah
normal.
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang
memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi
atau transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.

1
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;

a. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,
penelitian dan pengobatan lebih diutamakan bagi penderita
esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
1) Faktor keturunan
2) Kebiasaan hidup
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas
salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular
renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat ateros klerosis stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung
meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila
ginjal yang terkena di angkat, tekanan darah akan kembalike
normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar
adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung
dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan
peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan
peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui

2
penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
kontrasepsioral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder
(Aspiani, 2016).

3. Manifestasi Klinik
Menurut (Adrian, 2019). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak Nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis (mimisan)
h. Kesadaran menurun
4. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya
membran glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata

3
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan,hingga kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
5. Patofisiologi dan Pathway
Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi
melalui berbagai beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri
besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka
tidaak dapat mengembangkan pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehigga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga
tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengaalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, makan
tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor
tersebut dilaksanakn oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sisten
saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi
tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan
tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat,
ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan

4
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengebalikan tekanan
darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi


pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darah yang menghasilkan enzim yang disebut renin, yang
memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron ginjal merupakan organ penting
dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan
kelainan pada ginjal dapat menyebabkan tejadinya tekanan darah
tinggi misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cidera pada salah satu ata kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.

5
Pathway

6
6. Penatalaksaan (Medis dan Keperawatan)
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi
menjadi dua yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologi.
a. Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan
obat, terapi non farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup
dimana termasuk pengelolaan stress dan kecemasan merupakan
langkah awal yang harus dilakukan. Penanganan non farmakologis
yaitu menciptakan keadaan rileks, mengurangi stress dan
menurunkan kecemasan. Terapi non farmakologi diberikan untuk
semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah
dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lainnya.
b. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan
yang dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada
pasien hipertensi seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs),
beta blocker, calcium chanel dan lainnya. Penanganan hipertensi
dan lamanya pengobatan dianggap kompleks karena tekanan darah
cenderung tidak stabil.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien
hipertensi adalah :
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan pasien yang dirasakan saat melakukan pengkajian.
2. Riwayat Penyakit Dahulu

7
Biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit yang sudah lama
dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan pengkajian tentang
riwayat minum obat klien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang menderita riwayat
penyakit yang sama.
b. Pola Gordon
Proses kesehatan fungsional menurut Gordon dalam Aspiani
(2016) yaitu:
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala :
a. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantungkoroner/katup, dan penyakit serebrovaskuler.
b. Episode palpitasi

Tanda :

a. Peningkatan tekanan darah


b. Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardia
c. Murmur stenosis valvular
d. Distensi vena jugularis
e. Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokonstriksi perifer)
f. Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple (hubungan keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).

8
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, menghela napas,
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau
Riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.

5. Makanan/cairan
Gejala :
a. Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam,lemak, serta kolesterol
b. Mual, muntah dan perubahan berat badan saat
ini(meningkat/turun)
c. Riwayat penggunaan diuretic

Tanda :

a. Berat badan normal atau obesitas


b. Adanya edema
c. Glikosuria
6. Neurosensori
Gejala :
a. Keluhan pusing/pening, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam)
b. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur,
epistaksis)

Tanda :

a. Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi


bicara,efek, proses piker
b. Penurunan kekuatan genggaman tangan
7. Nyeri/ketidaknyamanan

9
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung),
sakit kepala.
8. Pernapasan
Gejala :
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea,
ortopnea, dispnea
b. Batuk dengan atau tanpa sputum
c. Riwayat merokok

Tanda :

a. Distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan


b. Bunyi napas tambahan (crackles/mengi)
c. Sianosis
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan, hipotensi postural
10. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala :
a. Faktor risiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes melitus, penyakit ginjal
b. Faktor lain; risiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone,
penggunaan alkohol atau obat
11. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau dan tekanan darah/perubahan dalam
terapi obat.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama dan
karakter denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi
terhadap jantung dan pembuluh darah perifer (Smeltzer &Bare,
2013).
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim
ginjal

10
b) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi
karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
c) Darah perifer lengkap
d) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
2. EKG
a) Hipertrofi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miocard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
3. Foto Rontgen
a) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi
aorta.
b) Pembendungan, lebar paru
c) Hipertrofi parenkim ginjal
d) Hipertrofi vascular ginjal

(Aspiani, 2016)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kesadaran menurun
b. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri kepala akut
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi Na ditandai
dengan edema
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan koping tidak adekuat

3. Perencaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Perencanaan


Keperawatan Hasil Keperawatan
1. Penurunan Setelah dilakukan Observasi
curah jantung pengkajian selama a. Monitor
b.d kesadaran 3x24 jam maka frekuensi,
menurun diharapkan Kebutuhan irama,

11
metabolik tubuh kedalaman dan
terpenuhi dengan upaya napas
kriteria hasil : b. Monitor adanya
a. TTV dalam sumbatan jalan
rentang normal napas
b. Dapat mentoleransi Terapeutik
aktivitas, tidak ada a. Auskultasi
kelelahan suara napas
c. Tidak ada edema
paru, perifer, dan Edukasi
tidak ada asites a. Berikan
d. Tidak ada lingkungan
penurunan tenang dan
kesadaran nyaman
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgetik

2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi


nyeri kepala
pengkajian selama a. Identifikasi
akut
3x24 jam maka skala, lokasi,
diharapkan Kontrol karakteristik,
rasa sakit dan tingkat durasi,
kenyamanan dengan frekuensi,
kriteria hasil: kualitas,
a. Mampu intensitas nyeri
mengontrol nyeri Terapeutik
b. Melaporkan a. Berikan
bahwa nyeri teknik non
berkurang farmakologis
c. Mampu untuk
mengenali nyeri mengurangi

12
(skala, intensitas, rasa nyeri
frekuensi dan (terapi musik,
tanda nyeri) terapi pijat,
d. Menyatakan rasa aromaterapi)
nyaman setelah b. Kontrol
nyeri berkurang lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
Edukasi
a. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
b. Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgetik
3. Kelebihan Setelah dilakukan Observasi
volume cairan pengkajian selama a. Monitor
b.d retensi Na 3x24 jam maka status hidrasi
ditandai diharapkan Cairan dan Terapeutik
dengan edema elektrolit seimbang a. Berikan
dengan kriteria hasil: asupan cairan
a. Terbebas dari sesuai
edema, efusi, kebutuhan
anaskara Edukasi
b. Bunyi nafas bersih, a. Jelaskan
tidak ada pentingnya

13
dyspneu/ortopneu cairan bagi
c. Terbebas dari tubuh
kelelahan, b. Ajarkan jenis,
fungsi,
kecemasan atau
perhitungan
kebingungan cairan sesuai
dengan
d. Menjelaskan
kebutuhan
indikator kelebihan tubuh
Kolaborasi
cairan
a. Kolaborasi
pemberian
diuretik
4. Intoleransi Setelah dilakukan Observasi
Aktivitas b.d pengkajian selama a. Identifikasi
kelemahan 3x24 jam maka kemampuan
fisik diharapkan dalam
Menyelesaikan beraktivitas
aktivitas kehidupan Terapeutik
sehari-hari yang ingin a. Sepakati
dilakukan dengan komitmen
kriteria hasil: dan anjurkan
a. TTV dalam batas teknik
normal menyimpan
b. Berpartisipasi tenaga
dalam aktivitas b. Jadwalkan
aktivitas
fisik tanpa disertai
dalam
peningkatan rutinitas
sehari-hari
tekanan darah,
c. Berikan
nadi, dan RR
penguatan
c. Mampu
positif atas
melakukan
partisipasi
aktivitas sehari-
dalam
hari secara
aktivitas
mandiri
Edukasi

14
d. Keseimbangan a. Ajarkan cara
aktivitas dan melakukan
istirahat aktivitas yang
dipilih
b. Anjurkan
melakukan
aktivitas
fisik, sosial,
spiritual, dan
kognitif
dalam
menjaga
fungsi dan
kesehatan
5. Defisit Setelah dilakukan Observasi
pengetahuan pengkajian selama a. Identifikasi
b.d koping 3x24 jam maka pemahaman
tidak adekuat diharapkan tentang kondisi
Mengetahui proses kesehatan saat
penyakit dan perilaku ini
Kesehatan dengan Terapeutik
kriteria hasil: a. Lakukan
a. Pasien dan penguatan
keluarga potensi pasien
menyatakan dan keluarga
pemahaman untuk
tentang menerima
penyakit, informasi
kondisi, Edukasi
prognosis, dan a. Berikan
program informasi
pengobatan berupa alur,
b. Pasien dan leaflet atau

15
keluarga gambar
mampu b. Anjurkan
melaksanakan keluarga
prosedur mendampingi
yang pasien selama
dijelaskan fase akut,
secara benar progresif atau
c. Pasien dan terminal jika
keluarga memungkinkan
mampu
menjelaskan
kembli apa
yang dijelaskan
oleh perawat

4. Evalusi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan
untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa, 46(3), 172–178.

Trianto,(2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi


Aksara.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan:
Dewan PengurusPusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai