Anda di halaman 1dari 11

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten
atau menetap.Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang
berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya
usia (Stockslager , 2018).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan
batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis
kelamin (Marliani, 2017).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2018).

B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

i
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

ii
vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).

iii
iv
D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi
a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak diukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis Beberapa pasien yang menderita hipertensi mengalami sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, kesadaran

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan hipertensi Menurut Padila (2013), Mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler merupakan tujuan pengelolan hipertensi yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi Tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu, restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi
5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam
lemak jenuh, penurunan berat badan, penurunan asupan etanol, menghentikan merokok, diet tinggi kalium
2) Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu,
a) macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain,
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau 72-87% dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur,
c) Lamanya latihan
3) Edukasi Psikologis Edukasi yang diberikan untuk penderita hipertensi yaitu :
a) Teknik Biofeedback, merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menunjukkan kepada subjek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subjek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback seringkali
digunakan untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, dan juga untuk mengatasi
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Teknik Relaksasi, merupakan suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan) Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut
b. Terapi dengan Obat Pengobatan hipertensi tidak hanya bertujuan untuk menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga untuk mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pada
umumnya pengobatan hipertensi perlu dilakukan seumur hidup penderita. Menurut Susalit (2004) obat
antihipertensi yang sering digunakan untuk pengobatan yaitu golongan obat diuretik, penyekat beta, antagonis
kalsium atau penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE).

v
F. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Menurut (Wijaya & Putri, 2013),
Tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak segera ditangani dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan pembuluh darah arteri sampai kerusakan organ yang mendapatkan suplai darah dari arteri tersebut.
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi antara lain sebagai berikut :
a. Jantung Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung coroner. Pada penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan elastisitasnya berkurang yang
disebut dekompensasi. Sehingga, dapat mengakibatkan jantung tidak mampu lagi memompa dan banyak cairan
tertahan di paru maupun di jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini
disebut gagal jantung
b. Otak Hipertensi apabila tidak segera diobati akan menyebabkan komplikasi pada otak dan berisiko tujuh kali
lebih besar terkena stroke. c. Ginjal Hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem penyaringan di dalam ginjal sehingga mengakibatkan ginjal tidak mampu
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam
tubuh. d. Mata Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada mata, yaitu mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat
mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid

vi
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
n. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

E.
Genetik

Analisa Data
N DATA FOKUS MASALAH KELOMPOK PENYEBAB
O MASALAH
1. Data Angket :
2. Data Wawancara
3. Data Observasi
4. Data Sekunder

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

vi
i
RENCANA KEPERAWATAN

NO RENCANA EVALUASI
DIAGNOSIS
TUM TUK KEGIATAN
KEPERAWATAN KRITERIA STANDAR
(INTERVENSI)
Nyeri akut b.d agen Menurunnya Lansia dapat 1.Identifikasi karateristik Lansia dapat mengikuti 1.Lansia yang
1 pencedera fisiologis masalah nyeri melakukan teknik non nyeri kegiatan dengan baik aktif 80%
pada lansia farmakologis 2. gunakan teknik 2.Lansia tertib
mendengarkan ayat mendengarkan ayat suci mengikuti kegiatan.
suci al-quran al-quran 3.Lansia secara
3. jelaskan manfaat teknik mandiri dapat
non farmkologis melakukkan kegiatan
yang telah diberikan

13
Anjurkan membuat
daftar untuk
mendengarkan ayat suci
al-quran

2 Defisit Kelompok lansia 1. Kelompok lansia Observasi kebutuhan Lansia mau mengikuti Lansia datang tepat
pengetahuan b.d mengerti penyakit memahami pengertian, dan kesiapan kelompok kegiatan edukasi sesuai waktu
kurang terpapar klien dan penyebab, dan akibat lansia. jadwal Lansia tertib dalam
informasi perawatannya. lanjut penyakit klien Observasi tingkat mengiikuti kegiatan
apabila tidak segera pengetahuan para lansia edukasi yang
ditangani. dan keluarga tentang diajarkan.
Kelompok lansia penyakit yang
mampu memahami dan banyak di keluhkan oleh
memutuskan tindakan lansia
perawatan Edukasi pengertian,
penyakitklien. faktor penyebab,
Kelompok lansia perawatan asam urat,
mampu merawat serta komplikasi.
penyakitnya Demonstrasikan teknik
dengantepat. relaksasi dan
Keluarga mampu contoh diet makanan
melakukan modifikasi asam urat dengan media.
lingkungan Contohnya
fisik dan mental
dengan tepat.
11

Anda mungkin juga menyukai