BAB 1
PENDAHULUAN
Pada penderita kanker payudara akan timbul rasa nyeri apabila sel kanker sudah
membesar. Nyeri yang terjadi merupakan suatu fenomena yang subjektif. Nyeri yang terjadi
berasal dari berbagai bagian tubuh ataupun sebagai akibat dari terapi dan prosedur yang
dilakukan termasuk luka post operasi.(Putra, 2015). Kanker payudara secara global
menyebabkan angka kematian tertinggi untuk wanita dan epidemiologinya menyebar merata
tanpa terkendali.
Menurut data GLOBOCAN, International Agency For Reserch On Cancer (IARC) tahun
2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%). Dengan pravelensi
tahun 2013 menjadi 1,79% penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di
provinsi DI Yogyakarta 4,8%, diikuti Sumatera Barat 2,47% dan Gorontalo 2,44%. (Riskesdas,
2018). Menurut penelitian (Diahpradnya Oka Partini et al., 2018) pada tahun 2016, pasien kanker
payudara usia muda berjumlah 33 orang (16,7%) sedangkan pada usia tua 165 orang (83,3%).
Menurut penelitian (Azkiyah et al., 2021) prevalensi kanker payudara di RSUD dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga Pada tahun 2019, 35 kasus (1,37%) dari 2.550 wanita berusia 30-50
tahun. Di Indonesia jenis penanganan yang dilakukan pada pasien kanker termasuk didalamnya
kanker payudara, tercatat pada tahun 2018 tertinggi pembedahan 61,8%, kemotrapi 24,9%,
3
radiasi atau penyinaran 17,3% (Riskesdas, 2018). Kanker payudara akan berdampak pada
Fase awal kanker payudaara adalah asimtomatik (tanpa ada gejala dan tanda). Tanda dan
gejala tingkat lanjut kanker payudara meliputi kulit cekung, retraksi, dan deviasi puting susu dan
nyeri, nyeri tekan dan rabas khusus berdarah dari puting. Kulit tebal dengan pori-pori menonjol
seperti kulit jeruk atau ulserasi pada payudara merupakan tanda lanjut dari penyakit. Kanker
payudara dapat tumbuh didalam kelenjar susu, saluran susu dan jaringan lemak maupun jaringan
ikat pada payudara. Biasanya kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun dann letak
terbanyak di kuadran lateral atas (Danielle, 2000). Yang termasuk deteksi awal kanker payudara
adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), USG, Mamografi, biopsi awal, dan skrining
awal oleh dokter. SADARI kanker payudara merupakan teknik skrining yang dapat dilakukan
oleh semua orang dan efektif mengurangi angka mortalitas kanker payudara. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan SADARI kanker payudara seperti umur,
Dampak fisik yang ditemukan karena kanker berupa kerontokan rambut akibat
kemotrapi, penurunan berat badan yang drastis akibat kurang nutrisi, gangguan integritas kulit
akibat terapi radiasi, nyeri pada massa yang membesar, dan gangguan nafsu makan. Selain itu
dampak kanker payudara dan pengobatannya terhadap aspek pisikologis akan memberikan
dampak ketidakberdayaan, kecemasan, rasa malu, harga diri menurun, setres, amarah dan
ancaman body image. Pasien kanker payudara biasannya mengalami nyeri. Nyeri dari penyakit
kanker payudara dapat berupa nyeri akut maupun nyeri kronik. Penatalaksanaan nyeri di rumah
sakit biasanya diberikan terapi farmakologis yaitu obat analgesik jenis NSAID (Non-Steroid Anti
Nyeri pasca operasi muncul sebagai gejala lanjutan pasca terapi (Utami & Kartika, 2018)
pada pasien postoperative kanker payudara (Sitinjak et al., 2018) Nyeri yang timbul dapat
mengganggu rasa nyaman pasien, bahkan dapat menimbulkan intoleransi aktivitas akibat dari
kerusakan jaringan pasca operasi. Nyeri pasca operasi dapat dievaluasi dengan ekspresi wajah
pasien, maupun ungkapan dari pasien langsung (Bahrudin, 2018). Nyeri pasca operasi pada
pasien kanker dapat menyebabkan depresi, insomnia, dan penurunan kualitas hidup bagi
sebagian besar pasien (Rosliana Dewi, 2020).(Adi Nugroho & Kesehatan Prodi Professi Ners
Terapi pengobatan diberikan pada pasien dengan kanker yaitu terapi paliatif. Terapi ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker stadium terminal, berupaya untuk
pencegahan serta mengatasi gejala (nyeri) dan masalah psikososial . Perawatan paliatif tidak lagi
digunakan hanya untuk penyembuhan saja, tetapi untuk mengurangi penderitaan yang dialami
pasien. Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah mengurangi rasa sakit (nyeri) dan keluhan
lain yang menggangu, dengan menggunakan respite care atau suatu layanan yang bersifat
psikologis menggunakan konseling oleh psikolog, bersosialisasi dengan penderita kanker atau
dengan menggunakan terapi musik (Purnamasari, 2016). Terapi Musik memiliki pengaruh yang
besar terhadap pusat fisik dan jaringan saraf pada tubuh manusia. Musik juga memiliki pengaruh
terhadap sistem saraf simpatis (tidak sadar) atau otomatis, baik secara langsung maupun tidak
langsung .
Salah satu terapi perilakuan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik relaksasi, yang merupakan teknik self-control, dimana teknik relaksasi berguna untuk
meregulasi emosi dan fisik individu dari kecemasan, ketegangan, stress dan lainnya (Sari &
Subandi, 2015). Secara fisiologis, pelatihan relaksasi memberikan respons relaks, dimana dapat
5
diidentifikasikan dengan menurunnya tekanan darah, detak jantung dan meningkatkan resisten
kulit. Pada dasarnya teknik relaksasi termasuk ke dalam pendekatan terapi perilakuan, dengan
teknik-teknik yang dikembangkan terfokus pada komponen yang berulang, misalnya kata-kata,
suara, prayer phrase, body sensation atau aktivitas otot (Sari & Subandi, 2015). Teknik pertama
yang dilatihkan dalam pelatihan teknik relaksasi adalah RPD. Relaksasi pernafasan ini memiliki
fungsi untuk merelakskan tubuh dengan mengatur pernafasan secara teratur, pelan dan dalam,
karena pada saat kondisi kita merasakan stres atau cemas maka tubuh akan tegang dan
Masalah studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan
masalah Nyeri Akut pada pasien Post Operasi Kanker Payudara (Mastektomi) di
Surabaya
Surabaya.
6
Surabaya.
1. Bagi Klien
2. Bagi Keluarga
tepat jika anggota keluarga tidak ada yang terkena kanker payudara
3. Bagi Perawat
(Mastektomi).
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi untuk