Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SOMATOFORM DAN BODY IMAGE

KELOMPOK 5
Eria Riski Artanti

15819

Tiara Sas Dhewanti

15822

Saffanah Khoirun Nisa

15863

Ayu Dwi Silvia Putri

15877

Ririn Setia R

15879

Wahyu Haryanti

15781

Lilin Krisnani

15782

Mahmasoni Masdar

15883

Ninggarwati

15884

Suci Setyaningtyas

15887

Dwi Wahyu Setiyarini

15888

Wisnu Wijaya

15890

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan yang berjudul
GANGGUAN SOMATOFORM DAN BODY IMAGE ini tepat pada waktunya.
Dalam pengerjaan dan penyelesaian tugas ini, kami mendapat dukungan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ibrahim R, S.Kp., S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing
2. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas analisis jurnal
ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya kami selanjutnya.

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara........................................................................................
2.2 Mastektomi................................................................................................
2.3 Indikasi Tindakan Mastektomi..................................................................
2.4 Gambaran Diri...........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus.........................................................................................................
3.2 Pengkajian.................................................................................................
3.3 Asuhan Keperawatan.................................................................................
3.4 Analisa Jurnal............................................................................................
BAB IV IMPLIKASI KEPERAWATAN
Implikasi Keperawatan...................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................
5.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara merupakan penyakit yang sering ditemukan pada wanita. Kanker
payudara adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak terkontrol
pada jaringan payudara (Noviyanti FA& Purnami SW, 2012). Berdasarkan riset kesehatan
dasar RI pada tahun 2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia sebesar 0,5% atau
diperkirakan sebanyak 61.682 penderita. Selain itu, menurut GLOBOCAN (IARC)
kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan presentase kasus baru yang
tertinggi, yaitu sebesar 43,3% (Kemenkes, 2015).
Dalam penatalaksanaan kanker payudara, dapat dilakukan beberapa treatment.
Pada awal treatment biasanya diawali dengan terapi adjuvant yang mungkin kombinasi
dari kemoterapi, terapi radiasi dan treatmen hormonal (Przezdzieck et al, 2012). Kanker
payudara juga dapat dihilangkan dengan menggunakan operasi (National cencer institute,
2012). Operasi payudara dapat dilakukan sebagian atau seluruh jaringan yang dihilangkan
pada satu atau dua payudara. Salah satu contoh operasi payudara adalah mastectomy
(Przezdzieck et al, 2012).. Mastectomy adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara.
Operasi mastectomy mempunyai beberapa dampak terhadap pasien kanker
payudara. Dampak tersebut adalah survivor kanker mengalami gangguan psikologi
distress yang berkepanjangan karena adanya perubahan pada penampilan fisik dan
gambaran diri (Body image). Hal ini dikarenakan, kehilagan payudara berhubungan
dengan identitas wanita, seksualitas, dan sense of self (Przezdzieck et al, 2012).
Body image adalah gambaran mental terhadap tubuhnya. Sebanyak 33% pasien
kanker payudara melaporkan masalah gangguan body image pada bulan awal setelah
didiagnosis, hal ini lama kelamaan akan mengganggu kualitas hidup pasien. (Chen CL et
al, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Montebarruci dalam Chen et al, 2012
menunjukan bahwa wanita yang menjalankan operasi mastectomy mempunyai tingkat
kecemasan dan ketidakpuasaan yang tinggi terhadap body image.
Sebagai bagian dari petugas kesehatan, perawat diharapkan mampu untuk
mengenal gejala dari body image disorder. Sehingga perawat dapat menentukan dan
merencanakan asuhan keperawatan yang tepat untuk menghindari efek jangka panjang
yang ditimbulkan dari body image disorder.
1.2 Rumusan Masalah
4

1. Bagaimana tanda dan gejala dari body image disorder?


2. Bagaimana efek jangka panjang yang ditimbulkan dari body image disorder?
3. Bagaimana asuhan keperawatan (diagnosis, intervensi, dan outcome) pada pasien
dengan body image disorder?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari body image disorder.
2. Untuk mengetahui efek jangka panjang yang ditimbulkan dari body image disorder.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan (diagnosis, intervensi, dan outcome) pada
pasien dengan body image disorder.
1.4 Manfaat
Dari hasil laporan jurnal dan asuhan keperawatan ini, manfaat yang dapat diambil
yaitu:
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang body image disorder, termasuk
gejala, efek jangka panjang dan asuhan keperawatan dari gangguan ini.
2. Bagi perawat
Sebagai bahan masukan bagi perawat mengenai treatment yang tepat untuk pasien post
operasi mastektomi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara


2.1.1 Pengertian
Kanker payudara adalah tumor ganas yang terdapat di sel-sel payudara, yang
dapat tumbuh menjadi jaringan atau menyebar ke area tubuh yang lain. Penyakit ini
terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi dapat terjadi juga pada pria (American
Cancer Society, 2016).
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi kanker payudara berdasarkan TNM American Joint Committee on
Cancer (2002) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Stadium TNM Kanker Payudara berdasarkan AJCC 2002 (dikutip dari
PERABOI, 2010)

Gambar 2.2 Stadium TNM Kanker Payudara berdasarkan AJCC 2010 (dikutip dari
Kemenkes, 2015)

2.1.3 Screening (Penapisan Kanker Payudara)


Skrining pada kanker payudara merupakan prioritas kedua dari program
penanggulangan kanker dari WHO yaitu deteksi dini kanker. Metode yang
digunakan dalam skrining yaitu :
-

Mamografi dan ultrasonografi


Mamografi dilakukan secara periodik dengan interval tertentu dan USG
melengkapi pemeriksaan mamografi karena USG memberikan hasil yang lebih
akurat.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)


7

MRI digunakan terutama untuk wanita dnegan familial cancer


-

SADARI (periksa payudara sendiri) dan pemeriksaan fisik oleh dokter


Prosedur tersebut merupakan suatu usaha untuk mendeteksi payudara pada
stadium yang lebih awal, terutama digunakan pada tempat dimana skrining
masal untuk payudara belum tersedia. SADARI direkomendasikan untuk
dilakukan setiap bulan, tujuh hari setelah menstruasi bersih (PERABOI, 2010).

2.1.4 Terapi
Terapi yang dapat dilakukan oleh pasien kanker payudara diantaranya adalah
1. Pembedahan.
Pembedahan dilakukan terutama untuk kanker payudara stadium awal.
Beberapa jenis tipe pembedahan adalah mastektomi radikal, mastektomi radikal
modifikasi (Patey), mastektomi radikal modifikasi (Uchinclos dan Maaden),
mastektomi simpel dan Breast Conserving Surgery (BCS).
2. Radioterapi
Radioterapi adalah terapi loko regional ataupun terapi dengan sinar x.
radioterapi dapat dilakukan sebagai radioterapi sebelum pembedahan, sesudah
pembedahan, dan saat paliatif.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang diberikan sebagai kombinasi. Pemberian
kemoterapi dapat dilakukan sebelum pembedahan, sesudah pembedahan,
sebagai terapi terapeutik dan sebagai anti angiogenesis.
4. Terapi biologis
Terapi biologis adalah terapi target molekul atau terapi imunologi.
5. Terapi hormonal
Terapi hormon diberikan pada penderita kanker payudara dengan reseptor
hormonal yang positif terutama estrogen reseptor dan progesteron reseptor
positif. Pemberian terapi hormonal dapat bersifat aditif (memberikan terapi
hormonal tambahan) dan ablative (menghilangkan sumber hormon tertentu)
(PERABOI, 2010).
2.2 Mastektomi
2.2.1 Pengertian Mastektomi

Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan kepada pasien yang


mengalami kanker payudara yang memiliki kontraindikasi untuk dilakukannya
breast conserving therapy (BCT) atau kepada pasien yang diindikasikan untuk
dilakukannya mastektomi (Devita et al, 2008).
Menurut American Cancer Society (2015) pengertian mastektomi adalah
prosedur

pembedahan

yang

melakukan

pengangkatan

payudara

sevara

keseluruhan, termasuk semua jaringan pada payudara dan jaringan lain disekitar
jaringan payudara.
2.2.2

Jenis Mastektomi
Beberapa jenis dari mastektomi diantaranya adalah sebagai berikut:
2.2.2.1 Mastektomi total atau Sederhana (Total or simple Mastectomy)
Mastektomi total (sederhana) adalah prosedur mastektomi dimana
dilakukan pengangkatan seluruh bagian payudara, termasuk puting,
areola, dan sebagian besar kulit di atasnya (Johns Hopkins Medicine,
2015).
2.2.2.2 Mastektomi Modifikasi Radikal (Modified Radical Mastectomy)
Mastektomi Modifikasi Radikal adalah prosedur mastektomi
dimana dilakukan

pengangkatan seluruh payudara, termasuk puting,

areola, kulit di atasnya, dan lapisan atas otot-otot dada. Selain itu, dapat
dilakukan pengangkatan beberapa kelenjar getah bening di bawah lengan
yang biasa disebut kelenjar getah bening aksila. Dalam beberapa kasus
pembedahan mastektomi, bagian dari otot dinding dada juga dapat
diangkat (Johns Hopkins Medicine, 2015). Pembedahan mastektomi jenis
ini digunakan sebagai pengobatan bagi kanker payudara yang invasive
(Brunner and Suddarth, 2014).
2.2.2.3 Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)
Mastektomi Radikal merupakan prosedur mastektomi yang banyak
dilakukan dibandingkan dengan jenis pembedahan mastektomi yang lain
dan dianggap sebagai operasi standar. Prosedur mastektomi jenis ini
merupakan pengangkatan seluruh payudara, termasuk puting, areola, kulit
di atasnya, kelenjar getah bening di bawah lengan, dan otot-otot dada.
Namun, saat ini prosedur pembedahan jenis ini jarang dilakukan dan
umumnya hanya disarankan ketika kanker payudara telah menyebar ke
otot-otot dada (Johns Hopkins Medicine, 2015).
9

Beberapa prosedur pembedahan mastektomi baru mungkin dapat menjadi


pilihan tambahan sebagai prosedur pembedahan pada pasien yang terdiagnosa
kanker payudara. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui
apakah prosedur ini efektif sebagai jenis pembedahan yang lebih standar bagi
penderita kanker payudara yang dapat sepenuhnya menghilangkan atau mencegah
kembalinya kanker payudara. Beberapa jenis prosedur batu pembedahan
mastektomi adalah sebagai berikut :
2.2.2.4 Skin - Sparing Mastectomy
Skin Sparing Mastectomy merupakan salah satu jenis pembedahan
baru mastektomi. Dalam prosedur ini jaringan payudara, puting dan
areola diangkat, tetapi sebagian besar kulit di atas payudara disimpan.
jenis operasi tampaknya mirip dengan pembedahan mastektomi jenis
modified radical mastectomy dalam hal efektivitas bagi banyak
perempuan. Prosedur mungkin tidak cocok untuk tumor yang berukuran
besar atau dekat permukaan kulit (Johns Hopkins Medicine, 2015).
2.2.2.5 Nipple - Sparing Mastectomy
Prosedur ini memiliki kemiripan dengan prosedur skin sparing
mastectomy, dan kadang-kadang disebut sebagai "total skin-sparing
mastectomy. Semua jaringan payudara, termasuk saluran yang ada
sampai ke puting dan areola diangkat, akan tetapi kulit puting dan areola
yang diawetkan. Jaringan di bawah dan di sekitar puting dan areola secara
hati-hati dipotong dan diperiksa oleh ahli patologi. Jika tidak ada sel-sel
kanker payudara ditemukan dekat dengan puting dan areola, mereka dapat
disimpan. Jika tidak, maka Nipple-sparing mastectomy tidak dianjurkan
(Johns Hopkins Medicine, 2015).
Ketika prosedur mastektomi dengan berbagai jenis dilakukan
sehingga terjadi pengangkatan pada semua atau sebagian besar jaringan
payudara,

operasi

rekonstruksi

payudara

dapat

dilakukan

untuk

membangun kembali payudara. Rekonstruksi dapat dilakukan pada saat


mastektomi atau di lain waktu (Johns Hopkins Medicine, 2015).
2.3 Indikasi Tindakan Mastektomi
Indikasi saat ini untuk mastektomi setiap kanker tidak cocok untuk breast conserving
surgery (BCS), berdasarkan:
10

1. Rasio ukuran tumor ke payudara besar


2. Tumor multisenter
3. Respon yang tidak cukup apabila menggunakan kemoterapi neoadjuvant atau terapi
4.
5.
6.
7.

endokrin
Peradangan pada kanker payudara
Mikroklasifikasi yang tak tentu/ secara luas dan ganas
Kehamilan dini
Kekambuhan lokal setelah melakukan BCS (American Society of Breast Surgeons,
2014).

2.4 Gambaran Diri


Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu gambaran diri, peran, ideal diri,
identitas, harga diri. Gambaran diri adalah sikap individu berupa persepsi terhadap
ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang dapat
berubah sesuai pengalaman setiap individu (Stuart and Sundeen, 1995 dalam Muhith,
2015).
Ada empat aspek dalam gambaran diri, yaitu:
1. Perceptual
Cara seseorang memandang tubuhnya tidak selalu sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Misalnya, seseorang merasa dirinya gemuk tetapi kenyataannya
underweight.
2. Affective
Seseorang mungkin menyukai atau tidak menyukai penampilannya. Pengalaman
perasaan puas atau kecewa yang berhubungan dengan penampilan, berat badan dan
ukuran tubuh.
3. Cognitive
Cara seseorang berpikir tentang dirinya. Beberapa orang berpikir bahwa mereka
akan lebih menarik jika kurus, beberapa yang lain mereka terlihat lebih baik jika
berotot.
4. Behavioural
Ketika seseorang tidak menyukai tubuhnya, mereka mungkin akan melakukan
perilaku yang kurang baik, seperti olahraga yang berlebihan atau mengurung diri
karena merasa dirinya jelek (NEDC, 2015).
Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian karena memahami diri sendiri dapat
mempengaruhi gambaran diri menjadi positif, negatif atau kombinasi keduanya.
Gambaran diri positif terbentuk ketika seseorang dapat menghargai tubuhnya dan
menyadari bahwa setiap orang memiliki penampilan yang berbeda sesuai dengan
karakter masing-masing. Orang dengan gambaran diri positif umumnya memiliki level
kesehatan fisik dan psikologi yang lebih tinggi dan dapat lebih mengembangkan diri.
11

Gambaran diri yang positif mempengaruhi harga diri, penerimaan diri dan keseimbangan
pola hidup (NEDC, 2015).
Gambaran diri negatif adalah keyakinan bahwa orang-orang disekitarnya hanya
tertarik dengan bentuk tubuh tertentu, merasa malu, tidak nyaman dan aneh pada
tubuhnya sendiri. Hal ini terjadi karena pengaruh jenis kelamin, bullying, media masa,
dikelilingi oleh orang-orang yang fokus dengan penampilan, kegemukan dan orientasi
seksual pada laki-laki (NEDC, 2015). Selain itu juga dapat disebabkan oleh stresor
berupa operasi seperti masektomi (Keliat, 1994 dalam Muhith, 2015).
Gambaran diri negatif atau sering disebut gangguan citra tubuh memiliki tanda dan
gejala, sebagai berikut (Muhith, 2015):
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah,
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah atau akan terjadi,
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
4. Persepsi negatif pada tubuh,
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
6. Mengungkapkan keputusasaan,
7. Mengungkapkan ketakutan.
Cognitive Behavioral Therapy, sebuah terapi yang bisa diaplikasikan pada gambaran
diri negatif. Sebuah pendekatan dimana mengakui pikiran irasional, dianalisis, dan
direstrukturisasi untuk berbicara lebih rasional. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi gangguan citra tubuh berupa mendiskusikan perubahan bentuk dan fungsi
tubuh, mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki individu diluar perubahan yang
terjadi (Muhith, 2015). Selain itu, tari dan terapi gerakan sering digunakan untuk
mengembangkan kepercayaan yang lebih besar dan apresiasi dari tubuh seseorang (EDH,
2016).

12

13

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Ny. M (31 tahun) sudah menikah dan saat ini H+7 post-mastectomy. Saat dilakukan interview untuk mengkaji aspek
psikologinya didapatkan bahwa menurut Ny M, payudara merupakan bagian dari citra tubuh wanita yang membuat wanita
merasa cantik. Namun, tindakan mastectomy yang telah dilakukan, ia merasa sudah tidak menjadi wanita yang utuh dan lebih
menyembunyikan area dadanya karena merasa tidak percaya diri. Ia berusaha menerima keaadaanya dengan berkata aku tidak
buruk secara berulang-ulang, tetapi tetap saja ia belum bisa menerima keadaannya saat ini, dan kadang-kadang ia mengatakan
kata-kata yang buruk pada dirinya sendiri. Ny M sering menghindari cermin dan kegiatan yang bisa mengekspos bagian
tubuhnya (seperti: berenang, senam, dan berjemur di pantai). Padahal itu merupakan kegiatan-kegiatan yang ia senangi dan
sering ia lakukan bersama teman-temannya. Bahkan pikiran-pikiran buruknya telah menghentikannya untuk berhubungan intim
dengan pasangannya. Selain itu, ia merasa tidak nyaman dengan orang lain yang ingin tahu keadaan kesehatannya. Apalagi
ketika orang melihat salah satu payudaranya yang hilang. aku merasa memiliki harga diri yang rendah dan waktu luangku lebih
banyak kuhabiskan di rumah merupakan kalimat terakhir yang ia sampaikan saat dilakukan interview.

3.2 Pengkajian
No.
1.

Data
Data Objektif
Berdasarkan pengkajian Ny
menghindari kaca dan
kegiatan yang mekeksoos
tubuhnya seperti berenang,
senam dan berjemur di pantai
Data Subjektif

Problem

Etiologi

Gangguan citra diri Prosedur


Definisi :
pembedahan
kebingungan dalam
gambaran mental
dari fisik seseorang
Domain 6: self
perception

Symptom
-tidak ada bagian
tubuh tertentu
-menghindari melihat

Diagnosa
Gangguan citra diri
berhubungan dengan
prosedur pembedahan

tubuh
-perubahan
keterlibatan sosial
14

Ny M merasa sudah tidak


Kelas 3 : bodymenjadi wanita yang utuh dan image
memilih untuk
menyembunyikan area
dadanya karena tidak percaya
diri.
2.

Data Objektif : Data subjektif


1. Ia merasa sudah tidak

-takut reaksi dari


orang lain
- menyembunyikan
bagian tubuh tertentu

Harga diri rendah

Gangguan

1.Kemampuan yang

Harga diri rendah

situasional (00120)

fungsional

rendah dalam

situasional

tubuh

menerima situasi baru

berhubungan dengan

menjadi wanita yang utuh dan Definisi :


lebih memilih untuk
Perkembangan

2.mengucapkan hal-

menyembunyikan area

persepsi negatif

hal yang buruk

dadanya karena merasa tidak

dari harga diri

tentang dirinya

percaya diri.
2. dia mengatakan belum bisa

sebagai respon dari

menerima keadaannya
3. dia merasa memiliki harga

(spesifik)

diri rendah

gangguan fungsional
tubuh

situasi khusus

Domain 6 :
Persepsi diri
Kelas 2 : Harga diri

Data objektif:3
.

Data subjektif:

ia merasa tidak nyaman


dengan orang lain yang ingin

Gangguan
interaksi sosial
Definisi:
ketidakcukupan
atau terlalu
banyak kuantitas

Masalah
konsep diri

-Ketidaknyamanan
berada dalam
situasi sosial
-disfungsi interaksi
dengan orang lain

Gangguan interaksi
sosial Berhubungan
dengan Masalah
konsep diri

15

4
.

tahu keadaan kesehatannya.


Apalagi ketika orang melihat
salah satu payudaranya yang
hilang

atau kualitas
dari hubungan
sosial
Domain: 7 role
relationship
Kelas: 3 role
performance

Data objektif:Data subjektif: Ia

Disfungsi seksual
Definisi :
Keadaan di mana
pengalaman
individu
mengalami
perubahan dalam
fungsi seksual
selama fase respon
seksual keinginan,
eksitasi, dan / atau
orgasme, yang
dipandang sebagai
memuaskan, tidak
menguntungkan,
atau tidak adekuat.
Domain:8
seksualitas
Kelas: 2 fungsi
seksual

mengatakan bahwa pikiranpikiran buruknya telah


menghentikannya untuk
berhubungan intim dengan
pasangannya

-Ketidakpuasan
dengan hubungan
sosial

Perubahan
fungsi
tubuh

-perubahan
aktifitas sosial
-pembatasan
hubungan seksual
-penurunan
keinginan
hubungan seksual

Disfungsi seksual
berhubungan dengan
Perubahan fungsi
tubuh

3.3 Asuhan Keperawatan:


16

No.

Diagnosa

Perencanaan
NOC

Keperawatan
1.

Gangguan
citra diri
berhubungan
dengan
prosedur
pembedahan

Evaluasi
NIC

Setelah dilakukan tindakan Tindakan

dapat S : Ny M nengatakan sudah dapat


keperawatan diharapkan dilakukan untuk mencapai menerima citra dirinya
O : Ny M sudah bisa melakukan
dalam waktu 7x24 jam tujuan yang telah ditentukan
kegiatan seperti berenang, senam dan
klien mampu memenuhi dengan penerapan NIC:
berjemur
indikasi pada label NOC :

a. Body

a. Body image
Indikasi:
-

Gambaran internal
diri dari skor
1(tidak positif)
menjadi level
4(sering positif)

enhancement
-

image A : klien bisa menerima intervensi


keperawatan dengan baik

P: menaikan skala Outcome sampai


menentukan harapan pada skala tertinggi
citra

diri

klienberdasarkan
status
-

Puas dengan fungsi


tubuh dari skor
2(jarang positif) ke
level 4(sering
positif)
Penyesuaian tubuh
karena pembedahan
dari skala 1 (tidak
positif) menjadi

yang

perkembangannya
membantu
klien
mendiskusikan
perubahan

disebabkan

oleh

penyakit

atau

pembedahan

jika

dibutuhkan
memonitor

klien

apakah bisa melihat


17

3(kadang positif)

area dari tubuh yang


-

berubah
menentukan persepsi
pasien dan keluarga
dari perubahan body
image dan realitas

b. Self esteem
-

Meyakinkan

klien

mengidentifikasi
kekuatan
-

Membantu

pasien

mengidentifikasi
respon positif dari
orang lain

18

2.

Harga diri
rendah
situasional
berhubungan
gangguan
fungsional
tubuh

Setelah dilakukan tindakan Tindakan


keperawatan
konsultasi

yang

dapat S : Ny. M mengatakan sudah

sesi dilakukan untuk mencapai menerima kekurangan diri

diharapkan tujuan yang telah ditentukan

klien mampu memenuhi dengan penerapan NIC:


indikasi pada label NOC :
b. Self Esteem
(Harga diri)
Indikasi:
-

(Peningkatan harga diri)


-

A : Ny. M sudah tidak mengalami


harga diri rendah situasional
P : dampingi pasien untuk lebih
meningkatkan harga diri dan
mempertahankannya

kekuatan

Bantu

pasien

menentukan

tujuan

yang realistik untuk


mencapai harga diri

Mengucapkan
keadaan diri*

Perkuat

meningkat

pribadi pasien

Dihargai orang

bahwa menerima

Monitor pernyataan
harga diri pasien

lain*
-

esteem

enhancement

Menerima
kekurangan diri*

Self

Level percaya diri


meningkat*

1.

O : level percaya diri Ny. M

yang lebih tinggi.


-

Fasilitasi lingkungan
dan aktifitas yang

*1( never positive) ke

akan meningkatkan

3(sometime positive)

harga diri
19

Tunjukkan
kepercayaan
mengenai
kemampuan
untuk

pasien

mengatasi

situasi

3. Coping
Enhancement
(

Peningkatan

Koping)
-

Dukung pasien akan


harapan

yang

realistik sebagai cara


terkait
-

perasaan tak berdaya


Sediakan
suasana
yang

dengan

mendukung

keadaan pasien
Dampingi
pasien
mengklarifikasi
konsep-konsep yang
20

salah
Dampingi

pasien

untuk menyelesaikan
-

masalah
Sediakan

pilihan

yang

realistik

tentang

aspek

perawatan

yang

benar
Dampingi

pasien

untuk
mengidentifikasi
strategi yang positif
untuk

menerima

kekurangannya.
3.

Gangguan
Interaksi
sosial
berhubunga
n dengan
Masalah
konsep diri

Setelah dilakukan tindakan Tindakan


keperawatan

yang

dapat S : Ny. M mengatakan sudah nyaman

diharapkan dilakukan untuk mencapai dengan keadaannya dan lingkungan

klien mampu memenuhi tujuan yang telah ditentukan


indikasi pada label NOC :

dengan penerapan NIC:

a. Ketrampilan

a. Modifikasi perilaku

interaksi sosial
Indikasi :

-Bantu
mengidentifikasi

sosialnya saat ini.

O : Ny. M sudah bisa melakukan aktifitas


untuk berinteraksi dengan orang lain.

pasien A : Ny. M tidak mengalami gangguan


masalah dalam interaksi sosial

dari kurangnya ketrampilan


21

P : dampingi klien untuk

-Menunjukkan perilaku sosial.

mempertahankan hubungan interaksi

asertif

-Membantu klien

mengidentifikasi
b. Keterlibatan social
kemungkinan tindakan dan
Indikasi :
konsekuensi dari hubungan
-Mengidentifikasi hambatan
interpersonal/ sosialnya.

sosialnya

yang menyebabkan gangguan


interaksi sosial

-Membantu pasien
mengidentifikasi hasil yang
diinginkan dalam hubungan
interpersonal.

a. Peningkatan
sosialisasi
- Mendukung klien
untuk mau berbagi
masalah dengan orang
lain
-Mendukung klien untuk
merubah
lingkungan
seperti keluar untuk
jalan-jalan atau melihat
film
-

Memfasilitasi

masukan
22

dari klien dan perencanaan


untuk aktifitas dimasa depan

4.

Disfungsi
sexual
berhubungan
dengan
Perubahan
fungsi tubuh

Definisi :
Keadaan di
mana
pengalaman
individu
mengalami
perubahan
dalam fungsi
seksual selama
fase respon
seksual
keinginan,
eksitasi, dan /

Setelah dilakukan tindakan Tindakan

dapat S: Ny M menyatakan bahwa ia masih


keperawatan diharapkan dilakukan untuk mencapai memiliki perasaan enggan untuk
berhubungan seksual.
klien mampu memenuhi tujuan yang telah ditentukan
O: Ny M tampak enggan dan
indikasi pada label NOC :
dengan penerapan NIC:
menyesal ketika ia berkonsultasi
mengenai hubungan seksualnya.
a. Fungsi seksual
c. Konseling seksual
-

Indikasi:
Dapat

ekspresi kepuasan terhadap


tubuh dari skala 2 (Rarely
( Often Demonstrated )

Menghindari
keengganan

menunjukkan

demonstrated) ke skala 4

yang

A: disfungsi seksual masih dialami


untuk oleh Ny M.

menampilkan bagian P: Perlu dilakukan evaluasi terkait


intervensi yang telah dilakukan selama
tubuh yang berubah
ini dan masih perlu melakukan asuhan
Mendorong pasien keperawatan untuk diagnosa disfungsi
seksual.
untuk mengatakan
ketakutan
bertanya

dan
tentang
23

atau orgasme,
yang
dipandang
sebagai
memuaskan,
tidak
menguntungka
n, atau tidak
adekuat.

fungsi seksual

24

3.4 Analisis Jurnal


3.4.1 Identitas Jurnal
Judul Jurnal Utama

: Effects of cognitive behavioral counseling on body

Penulis

Image following mastectomy


: Simin Fadaei 1, Mojgan Janighorban 2, Tayebe
Mehrabi

Tahun Terbit
Tempat Terbit

, Sayed Ahmad Ahmadi

, Fariborz

Mokaryan 5, Abbas Gukizade 6


: 2011
: Iran

Tujuan jurnal : menguji keefektifan behavoral cognitive conseling terhadap


gambaran citra tubuh pada pasien kanker payudara dan telah dilakukan mastektomi, di
Iran.
Penelitian ini menggunakan disain quasi-experiment trial, yang dilakukan pada
tahun 2008-2009 .Penelitian dilakukan pada dua bulan pertama setelah dilakukannya
mastektomi hingga enam bulan.

Hal tersebut didasarkan pada teori yang

menyebutkan bahwa selama dua bulan pertama posmastektomi, pasien mengalami


gambaran yang tidak komplit terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Selanjutnya
dalam enam bulan pertamanya pasien dengan gambaran diri positif maupun negatif
akan memiliki status psikosipiritual yang tidak stabil (Sheard dan Maguire, 1999;
dalam Fadaei et al, 2011).

Partisipan dari penelitian ini berjumlah 72 orang dan dibagi menjadi dua grup,
yang mana 32 orang diperlakukan sebagai kelompok intevensi (diberi konselingi:
Ellis rational emotive behavior therapy (REBT)), dan 40 orang sebagai kelompok
kontrol (tidak diberi konseling). Kesemua partisipan adalah mereka yang mengalami
kanker payudara dan telah dilakukan treatment operasi (mastektomi).

3.4.2

Metode konsultasi: Ellis rational emotive behavior therapy (REBT)

25

Konsultasi dilakukan oleh psikoterapi menggunakan Ellis rational emotive


behavior therapy (REBT). Metode ini umumnya dilakukan sebanyak lima hingga 30
sesi. Setiap sesi maksimal akan menghabiskan waktu kurang dari 90 menit dan
metode ini umum dilakukan selama 22 hari hingga 18 bulan. Namun, pada penelitian
ini konsultasi dilakukan dalam enam sesi selama tiga minggu. Konsultasi yang
dilakukan pada keenam sesi itu meliputi: logical treatment, latihan relaksasi otot, dan
pemecahan masalah. Selain itu, pasien juga diberi tugas rumah yang harus mereka
kumpulkan pada sesi berikutnya.
3.4.3

Hasil dan Pembahasan

Sebelum dan setelah dilakukan penelitian, pasien dikaji status gambaran


dirinya dengan menggunakan Body Image Scale (BIS). Sebelum dilakukan uji coba,
skor gambaran diri pasien pada kedua grup tidak memiliki perbedaan yang signifikan,
yaitu pada kelompok intervensi (16.97 5.44) dan kelompok kontrol (15.95 4.66),
dengan (t = 0.86; P = 0.395).
Selanjutnya, setelah dilakukan uji coba pada kedua grup didapatkan hasil:
1) Tidak ada perbedaan yang signifikan BIS sebelum (15.95 4.66) dan sesudah
(17.18 5.27) uji coba pada kelompok kontrol. 2) Pada kelompok intervensi
ditemukan bahwa terdapat nilai perbedaan yang signifikan antara sebelum (16.97
5.44) dan sesudah intervensi (9.03 6.11) dengan (t = 12.41, P < 0.001).
Hasil tersebut menggambarkan bahwa, konsultasi merupakan suatu cara
yang dapat membantu pasien untuk menerima (memiliki koping positif) terhadap
kanker, yang mana terbukti dapat mengurangi stres baik karena penyakitnya maupun
26

treatment nya. Selain itu, hal tersebut sekaligus membuktikan bahwa macam-macam
intervensi psikososial seperti support group, intervensi edukasi, patient discussion
groups, interpersonal relationships, maupun cognitive-behavioral therapy merupakan
intervensi yang dapat mengurangi distres setelah terdiagnosa kanker payudara dan
setelah diberi treatment seperti mastektomi (Fadaei et al, 2011; Meyer dan Mark,
1995; dalam Fadaei et al, 2011).

27

BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Berdasarkan asuhan keperawatan dan pembahasan, dapat dilakukan beberapa implikasi
keperawatan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Perawat mendorong pasien untuk meningkatkan self esteem (harga diri).


Perawat mendampingi pasien untuk membangun kembali citra positif tentang dirinya.
Perawat membantu pasien dalam memperbaiki hubungan sosialnya.
Perawat memberikan dorongan psikologis kepada pasien post-mastectomy melalui
konseling (behavioural cognitive conseling).

BAB V
28

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pasien post-mastectomy berpeluang untuk mengalami gangguan gambaran citra diri.
Penerapan behavioural cognitive conseling dinilai efektif pada pasien post-mastectomy.
Setelah dilakukan konseling, koping pasien terhadap permasalahan gangguan gambaran citra
diri menjadi lebih positif. Evidence based yang ada juga menyimpulkan bahwa terapi
psikososial sangat efektif untuk mengurangi stres pada pasien post-mastectomy berkaitan
dengan gangguan gambaran citra diri.
5.2 Saran
a. Perawat sebaiknya peka dengan kondisi psikologis pasien pasca tindakan mastectomy.
b. Perawat dapat memberikan berbagai variasi terapi psikososial untuk diterapkan pada
pasien yang mengalami permasalahan gangguan gambaran citra diri post-mastectomy
terutama penerapan behavioural cognitive conseling.

DAFTAR PUSTAKA

29

American Cancer Society. Surgery to Remove Breast Cancer. 2016 [Online] Available at :
http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-treating-surgery
[Accessed 29 February 2016].
Chen CL, Liao MN, Chen SH, Chan PL, dan Chen SC. (2012). Body Image and Its Predictors in
Breast Cancer Patients Receiving Surgery. Cancer Nursing TM,

35(5) ; 10-16. DOI:

10.1097/NCC.0b013e3182336f8b
Devita, V.T., Theodore S. Lawrence, Steven A. Rosenberg. 2008. Cancer Principle and Practice
of Oncology, 8th edition. Vol 2 Hlm 1628. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Eating Disorder Hope. [Online] Available at:
http://www.eatingdisorderhope.com/information/body-image [Accessed 1 March 2016].
Fadaei S, Janighorban M, Ahmadi S A, Mokaryan T, Gukizade A. 2011. Effects of cognitive
behavioral counseling on body Image following mastectomy. J Res Med Sci / August 2011; Vol
16, No 8.
Johns Hopkins Medicine. Mastectomy. 2012 [Online] Available at :
http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/test_procedures/gynecology/mastectomy_9
2,P07782/ [Accessed 29 February 2016].
Kementrian Kesehatan Indonesia. (2015). Stop kanker. Jakarta; Pusat data dan informasi
kementrian kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan Nasional Penanganan Kanker :
Kanker Payudara. Hlm. 5 dan 7. Jakarta: Bhakti Husada
Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
National Care Institute. (2012). Surgery Choices For Women with DCIS or Breast Cancer. USA;
Depatemen pelayanan dan pendidikan Amerika.
National Eating Disorders Collaboration, Fact Sheet Body Image, 2015 [Online] Available at:
http://www.nedc.com.au/files/Resources/Body%20Image%20Fact%20Sheet.pdf
[Accessed 29 February 2016].
Novianti FA dan Purnami SW. (2012). Analisis diagnosis pasien kanker payudara menggunakan
regresi logistik dan support vector machine(SVM) berdasarkan hasil mamografi. Jurnal sains
dan seni ITS, 1(1) ; 147-152.

30

Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Onkologi (PERABOI). 2010. Panduan Penatalaksanaan


Kanker Solid. Jakarta: CV Sagung Seto.
Przezdziecki A, Sherman KA, Baillie A, Taylor A, Foley E, dan Bilinsk KS. (2012). My changed
body: breast cancer, body image, distress and self-compassion. Psycho-Oncology. DOI:
10.1002/pon
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Janice L. Hinkle, Kerry H. Cheever. 2011. Brunner&
Suddarth Textbook of Medical-surgical nursing, 13th edition. Hlm 1695. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
The American Society of Breast Surgeons. Performance and Practice Guidelines for
Mastectomy. 2014 [Online]. Availbale at:
https://www.breastsurgeons.org/new_layout/about/statements/PDF_Statements/Performan
cePracticeGuidelines_Mastectomy.pdf [Accessed 29 February 2016].

31

Anda mungkin juga menyukai